Anda di halaman 1dari 4

PROSES PEMBELAJARAN IPS DI SDN GAMBUT 5.

Pengajaran IPS (social studies), sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar dan
menengah karena siswa yang datang ke sekolah berasal dari lingkungan yang berbeda-
beda. Pengenalan mereka tentang masyarakat tempat mereka menjadi anggota diwarnai
oleh lingkungan mereka tersebut. Sekolah bukanlah satu-satunya wahana atau sarana
untuk mengenal masyarakat. Para siswa dapat belajar mengenal dan mempelajari
masyarakat baik melalui media massa, media cetak maupun media elektronika,
misalnya melalui acara televisi, siaran radio, membaca koran.

Pengenalan siswa melalui wahana luar sekolah mungkin masih bersifat umum
terpisah-pisah dan samar-samar. Oleh karena itu agar pengenalan tersebut dapat lebih
bermakna, maka bahan atau informasi yang masih umum dan samar-samar tersebut
perlu disistematisasikan. Dengan demikian sekolah mempunyai peran dan kedudukan
yang penting karena apa yang telah diperoleh di luar sekolah, dikembangkan dan
diintegrasikan menjadi sesuatu yang lebih bermakna di sekolah, sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kematangan siswa.

Sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa SD belum mampu memahami


keluasan dan kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh, tetapi mereka dapat
diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut. Melalui pengajaran IPS siswa dapat
memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup
dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya diharapkan mereka kelak mampu
bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Dalam hal ini IPS berperan sebagai pendorong untuk saling pengertian dan
persaudaraan antar umat manusia, selain itu juga memusatkan perhatiannya pada
hubungan antar manusia dan pemahaman sosial. Dengan demikian IPS dapat
membangkitkan kesadaran bahwa kita akan berhadapan dengan kehidupan yang penuh
tantangan, atau dengan kata lain IPS mendorong kepekaan siswa terhadap hidup dan
kehidupan sosial.

Seperti pada pembelajaran IPS pada siswa kelas V di SDN Gambut 5 tergolong
masih standar. Dimana pembelajaran IPS di SDN Gambut 5 belum menggunakan
model dan metode pembelajaran yang efektif, tentunya itu sangat mempengaruhi proses
dan hasil belajar siswa . Guru dituntut agar memiliki kreativitas dalam menyampaikan
pembelajaran di dalam kelas dan siswa pun turut aktif saat pembelajaran.

Di SDN Gambut 5 sendiri wali kelas V belum bisa menerapkan model dan
metode yang efektif, diantaranya hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi
yang membuat kurangnya siswa merespon dengan baik apa yang disampaikan guru.

Implementasi pembelajaran bermuatan HOTS di kelas V SDN Gambut

Pembelajaran berbasis HOTS merupakan pembelajaran yang melibatkan


pendekatan saintifik (5M) yang meliputi, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar dan mengomunikasikan diharapkan diharapkan juga mampu mengubah iklim
pembelajaran menjadi lebih aktif, kolaboratif, dan partisipatif, serta mampu merangsang
mampu merangsang kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa, bahkan sampai
membuat siswa menghasilkan sebuah karya. Dengan kata lain, pembelajaran diharapkan
berada pada level yang lebih tinggi baik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Pada prakteknya, penerapan pembelajaran HOTS bukan hal yang mudah


dilaksanakan oleh guru. Disamping guru harus benar-benar menguasai materi dan strategi
pembelajaran, guru pun dihadapkan pada tantangan dengan lingkungan dan intake siswa
yang diajarnya. Kadang guru sudah merasa berbuat maksimal agar kegiatan pembelajaran
menarik, tetapi respon para siswa tetap saja dingin, dan relatif pasif. Kegiatan pembelajaran
masih berkutat pada duduk, dengar, catat, dan hafal (DDCH).

Di SDN Gambut 5 sendiri belum bisa mengimplementasikan pembelajaran


bermuatan HOTS, karena metode dan model pembelajaran yang diajarkan guru belum
mencapai kemampuan siswa berpikir kritis.

Penerapan keterampilan abad ke 21 didalam kelas V di SDN Gambut 5

Keterampilan abad ke 21 yang dianggap bisa memperkuat modal social (social


capital) dan modal intelektual (intellectual capital) ini, biasa disingkat denan 4C :
Communication, collaboration, critical thinking and problem solving , dan creativity and
innovation. Secara operasional, 4C ini dijabarkan dalam empat kategori langkah, yakni:
Pertama, cara berpikir, termasuk berkreasi, berinovasi, bersikap kritis, memecahkan
masalah, membuat keputusan, dan belajar pro-aktif. Kedua, cara bekerja, termasuk
berkomunikasi, berkolaborasi, bekerja dalam tim. Ketiga, cara hidup sebagai warga global
sekaligus local; dan keempat, alat untuk mengembangkan ketrampilan abad 21, yakni
teknologi informasi, jaringan digital, dan literasi.

Masalahnya, konsep yang baik, tidak mudah diimplementasikan dengan baik,


apalagi terkait dengan varian yang ada dalam sekolah-seolah kita, yang berbeda fasilitas,
kualitas guru, kualitas kepemimpinan, dan juga kualitas informasi dan daya dukung. Sebut
saja konsep 4C sebenarnya dimiliki juga oleh model pembelajaran yang dinamai active
learning. Bila active learning bisa dijabarkan denan baik maka siswa akan dilenkapi denan
keterampilan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta berpikir
kreatif dan inovatif. Hal-hal tersebut yang didorong oleh guru ketika mereka melakukan
active learning.

Begitu banyak kebijakan bagus yang sudah dikeluarkan. Namun operasionalnya


menjadi sulit karena diserahkan kepada kepala sekolah dan kepada guru setempat. Karena
kurang pengetahuan atau kurang waktu, sejumlah guru tidak mampu mengoperasionalkan
konsep yang baik itu.

SDN Gambut 5 menerapkan keterampilan abad ke 21 yaitu creatifity, colaboration,


critical thinking, and communication.

1. Creatifity
Siswa di SDN Gambut 5 cukup kreatif, dilihat dari peran mereka saat
pembelajaran pembuatan kliping, yang memuat foto-foto para pahlawan pejuang
kemerdekaan Indonesia. Para siswa juga sangat kreatif dalam menghias kliping
tersebut.

2. Collaboraton
Siswa juga menerapkan kolaborasi pada saat pembelajaran dengan metode
berkelompok, disini siswa dapat saling bertukar pendapat.

3. Critical Thinking
Adapun beberapa siswa yang sudah bisa berpikir kritis, dan ada pula yang belum
bisa, hal tersebut dapat diketahui saat guru memberikan soal ataupun
permasalahan yang harus mereka selesaikan.

4. Communication
Siswa menerapkan komunikasi saat menggunakan metode diskusi, disitu mereka
saling bertukar pendapat, dan dapat menemukan keputusan yang tepat.
Upaya jika pembelajaran HOTS dan penerapan keterampilan abad ke 21 tidak
terlaksana yaitu seperti

Anda mungkin juga menyukai