PIJAT OKSITOSIN
I. Latar Belakang
Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupannya. ASI
terbukti mempunyai keunggulan yang tidak dapat digantikan oleh makanan dan minuman
manapun karena ASI mengandung zat gizi yang paling tepat, lengkap dan selalu
menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat (Cadwel, 2011).
Proses menyusui idealnya dapat segera dilakukan begitu bayi lahir. Bayi yang lahir
cukup bulan akan memiliki naluri untuk menyusu pada ibunya di 20-30 menit setelah lahir.
Itupun jika bayi tidak mengantuk akibat pengaruh obat ataupun anastesi yang diberikan
kepada ibu saat proses melahirkan. Di jam-jam pertama, bayi akan relatif tenang, terjaga dan
memiliki kemampuan menyusu dengan baik
Kenyataan dilapangan menunjukkan produksi dan ejeksi ASI yang sedikit pada hari-hari
pertama setelah melahirkan menjadi kendala dalam pemberian ASI secara dini, disebutkan
bahwa ibu yang tidak menyusui bayinya pada hari-hari pertama menyusui disebabkan oleh
kelelahan pasca kelahiran, kecemasan dan ketakutan ibu akan kurangnya produksi ASI serta
kurangnya pengetahuan ibu tentang proses menyusui. Menyusui dini di jam-jam pertama
kelahiran jika tidak dapat dilakukan oleh akan menyebabkan proses menyusu tertunda, maka
alternatif yang dapat dilakukan adalah memerah atau memompa ASI selama 10-20 menit
hingga bayi dapat menyusu. Tindakan tersebut dapat membantu memaksimalkan reseptor
prolaktin dan meminimalkan efek samping dari tertundanya proses menyusui oleh bayi. (Wiji,
2013)
Banyak ibu yang merasa bahwa ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi
dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang lahir cukup bulan dan sehat
mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman
selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian minum sebelum ASI keluar akan
menghambat pengeluaran ASI karena bayi menjadi kenyang dan malas menyusui.
Salah satu solusi dari ketidaklancaran ASI adalah pijat oksitosin. Dimana pijat
okstiosin dapat merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan sehingga
sangat berperan dalam produksi ASI. Pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neuro
transmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus
di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya. Pijatan di daerah tulang belakang ini juga akan 6 merileksasi
ketegangan dan menghilangkan stress dan dengan begitu hormon oksitosoin keluar dan akan
membantu pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi pada puting susu pada saat
segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok tertarik untuk melakukan pendidikan
kesehatan tentang pijat oksitosin di Ruang Perawatan Post Partum.
V. METODE
a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Tanya jawab
Keterangan : Penyuluh
Demonstrasi
Peserta
LCD
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan mengucapkan Menjawab salam
salam
Memperkenalkan diri dan anggota
kelompok serta pembimbing
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
Menyebutkan materi yang akan diberikan
Kontrak Waktu : 1x30 menit
Menjelaskan Tata tertib : Mendengarkan
Memperhatikan
Peserta mendengarkan materi yang
dijelaskan hingga selesai, apabila ada
keperluan keluar maka harus seizin
moderator.
Peserta diperbolehkan bertanya saat materi
selesai diberikan.
Bila ada peserta yang ingin meninggalkan
tempat penyuluhan harus dengan seizin
moderator.
2 15 Pelaksanaan :
menit Menggali pengetahuan peserta tentang Menjawab
konsep ASI
Memberikan re-inforcement Mendengarkan &
Menjelaskan apa pengertian konsep Memperhatikan
Menggali pengetahuan peserta tentang Menjawab
tujuan pijat oksitosin
Memberikan re-inforcement
Menjelaskan tujuan pijat oksitsin Mendengarkan &
Menjelaskan apa manfaat pijat oksitosin Memperhatikan
Menjelaskan apa hal yang dapat Mendengarkan &
mempengaruhi produksi oksitosin Memperhatikan
Menggali pengetahuan peserta tentang hal Mendengarkan &
apa saja yang mempengaruhi produksi Memperhatikan
oksitosin (ASI) Menjawab
Memberikan re-inforcement
Menjelaskan hal yang dapat mempengaruhi
produksi oksitosin Mendengarkan &
Menjelaskan langkah-langkah pijat Memperhatikan
oksitosin Mendengarkan &
Meredemonstrasikan cara pijat oksitosin Memperhatikan
Meredemonstrasi-kan
3 7 menit Evaluasi :
Memberikan kesempatan kepada peserta Bertanya
untuk bertanya
Memberikan reward kepada 3 peserta yang Menjawab pertanyaan
bertanya dahulu
Menanyakan kepada peserta penyuluhan
tentang materi yang telah diberikan dan
memberikan reinforcement kepada peserta
penyuluhan jika dapat menjawab
pertanyaan
4 3 menit Terminasi :
Mengucapkan terimakasih atas peran serta Mendengarkan
peserta penyuluhan Menjawab salam
Mengucapkan salam penutup
Menyebarkan leaflet
IX. EVALUASI
a. Kriteria struktur
1. Kontrak waktu dan tempat diberikan sebelum acara dilaksanakan
2. Pembuatan SAP, leaflet dikerjakan maksimal 2 hari sebelumnya
3. Penentuantempat yang akandigunakandalampenyuluhan
4. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan
b. Kriteria proses
1. Peserta sangat antusias dan aktif bertanya selama materi penyuluhan berlangsung
2. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan dari awal sampai akhir
3. Pelaksanaan kegiatan sesuai SAP yang telahdibuat
4. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
c. Kriteria hasil
1. Peserta yang dating dalam penyuluhan ini minimal 5-8 orang
2. Peserta dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai akhir
3. Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
4. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
5. Peserta dapat memahami 80% materi yang telah disampaikan penyuluh dilihat dari
kemampuan menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Cadwell, K. ( 2011). Buku Saku Manajemen Laktasi. Jakarta : EGC
Wiji, R.N. (2013). ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika
Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Rahayu. 2016. Panduan Praktikum Keperawatan Maternitas. Jakarta: CV Budi Utama.
Lampiran Materi
A. Konsep ASI
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan cairan
lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih serta tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang bubur susu, biscuit, bubur, nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru
diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). ASI dapat di berikan sampai anak usia 2
tahun atau lebih. (Maritalia, 2012).
Ada beberapa permasalahan dalam pemberian ASI, yang paling sering adalah produksi
ASI yang berlebihan dan produksi ASI yang kurang. Kelebihan ASI atau hiperlaktasi bisa
diakibatkan oleh adanya ketidakseimbangan dari hormon atau adanya masalah pada kelenjar
pituitari yang terletak di bawah otak. Hiperlaktasi yang berlangsung selama kurang lebih 6
minggu maka hal tersebut bisa disebabkan oleh adanya alveoli atau kelenjar produksi air susu
yang berlebih. Selain itu, kelebihan air susu atau hiperlaktasi bisa terjadi pada wanita yang
baru pertama kali menyusui dan hal ini biasanya terjadi pada minggu-minggu awal menyusui.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan produksi ASI berkurang . yaitu :
1. Kelelahan setelah persalinan
2. Mengalami penyakit tertentu
Mengalami penyakit tertentu, seperti penyakit infeksi, dapat menyebabkan tubuh
memproduksi lebih sedikit ASI. Hipotiroidisme dan anemia adalah dua penyakit yang
dapat memengaruhi produksi ASI. Bila terkena infeksi tertentu, dokter mungkin akan
meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi tersebut.
3. Minum terlalu banyak kafein
4. Menjadi perokok aktif
Kebiasaan merokok dapat mengganggu pelepasan oksitosin dalam tubuh ibu. Oksitosin
diketahui menjadi hormon yang merangsang respon let-down reflex, yaitu refleks ibu
untuk mengeluarkan ASI dari dalam payudara dan mengalir keluar dari tubuh sampai
masuk ke mulut bayi.
Jika refleks let-down tidak berfungsi dengan baik, ASI tidak akan mengalir keluar dari
payudara ibu dan pada akhirnya kebutuhan ASI untuk bayi tidak terpenuhi.
5. Minum alkohol
6. Minum pil KB
Bila mengonsumsi pil KB untuk mencegah kehamilan selanjutnya, maka ini bisa
memengaruhi suplai ASI. Sebab, pil KB mengandung hormon estrogen yang dapat
menurunkan produksi susu.
Di sinilah pentingnya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan alat kontrasepsi
yang aman saat masa menyusui, tanpa mengurangi produksi ASI. Misalnya dengan alat
kontrasepsi yang hanya mengandung progestin seperti implan atau suntik KB yang tidak
mengganggu produksi ASI.
7. Tidak mengelola stres dengan baik
8. Konsumsi obat-obatan tertentu
Beberapa jenis obat, baik obat resep maupun obat bebas, dapat mengganggu hormon
oksitosin, yang mengatur produksi ASI. Obat-obatan seperti obat alergi, obat flu, dan
diuretik dapat menurunkan suplai ASI.
9. Sedang hamil lagi
Produksi ASI memang cenderung menurun bila ibu sedang hamil meski masih aktif
menyusui. Hal ini disebabkan karena hormon kehamilan yang diketahui dapat
menurunkan produksi ASI.
10. Pola makan
Sering begadang akibat menyusui hingga tengah malam membuat ibu wajib memenuhi
kebutuhan makanan dan hidrasinya dengan baik. Namun banyak ibu yang ternyata jumlah
asupan makanan dan cairannya kurang, atau tak terpenuhi. Padahal hal ini yang kemudian
membuat produksi ASI berkurang.
F. Persiapan Alat
1. Alat-alat
a. Kursi
b. Meja
c. Minyak aroma terapi / minyak telon aroma terapi
d. BH kusus untuk menyusui
e. Handuk
2. Persiapan perawat
a. Menyiapkan alat dan mendekatkanya ke pasien
b. Membaca status pasien
c. Mencuci tangan
3. Persiapan lingkungan
a. Menutup ordien atau pintu (Pastikan privasi pasien terjaga)