Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak

(P2TP2A) baik di tingkat provinsi maupun yang ada di berbagai

Kota/Kabupaten di Jawa Barat selama ini terus berupaya untuk melakukan

penanganan kasus-kasus perempuan dan anak yang mengalami kekerasan

maupun human trafficking. Upaya-upaya yang dilakukan, yaitu secara

preventif maupun kuratif. Upaya preventif diantaranya melakukan

sosialisasi melalui berbagai media langsung maupun media massa kepada

masyarakat untuk memerangi segala bentuk kejahatan seksual terhadap

perempuan dan anak, sehingga para orang tua lebih waspada memberikan

pengetahuan seks sejak dini. Sedangkan upaya-upaya kuratif biasanya

pendampingan korban, trauma healing secara komprehensif

(www.angka kejadian kekerasan sekual pada anak Pemerintahan Provinsi

Jawa Barat, 2014).

Menurut UU no 20 tahun 2002 tentang perlindungan anak dan

WHO dalam Hendra (2007), yang dikatakan masuk usia anak adalah

sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. Menurut Suryanah

(2002), yang dikatakan usia anak adalah umur 6-12 tahun. Pada saat anak

memasuki umur 6-7 tahun, anak mulai menunjukkan kesadaran, minat

1
2

terhadap perbedaan fisik laki-laki dan perempuan, 8 tahun anak mulai

menyinggung masalah seks, 9 tahun mulai berbicara tentang seks dengan

teman sebayanya dan menggunakan istilah seksual dalam mengucapkan

kata-kata kotor atau membuat puisi dan mulai belajar tentang organ seks

mereka sendiri, dan pada umur 10 tahun anak akan belajar dari temannya

tentang menstruasi dan hubungan seks (Wuryani , 2008).

Survey UNICEF (2003) dalam Admin (2003) menunjukkan nilai

yang sangat buruk terhadap perilaku anak- anak dan remajanya Perilaku

generasi muda di Inggris sangat memprihatinkan mereka terbiasa

melakukan hubungan seksual.

Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Komisi Nasional

Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dari tahun 2010 hingga tahun 2014

tercatat sebanyak 21.869.797 kasus pelanggaran hak anak termasuk

kekerasan seksual terhadap anak.


3

Table 1.1 Angka kejadian kekerasan seksual pada anak di Indonesia

periode tahun 2010-2014

No Tahun Angka Kejadian Kekerasan pada anak

jumlah %

1. 2010 2.046 42%

2. 2011 2.426 58%

3. 2012 2.637 62%

4. 2013 3.339 62%

5. 2014 2.626 60%

(Sumber:Komisi Nasional Perlindungan AnakIndonesia)

Berdasarkan tabel 1.1 angka kejadian kekerasan seksual pada anak

di Indonesia mengalami kenaikan pada setiap tahunnya. Namun pada

tahun 2014 mengalamai penurunan angka kejadian kekerasan seksual pada

anak sebanyak 60% dengan jumlah tahun sebelumnya sebanyak 62%

kasus kekerasan seksual pada anak.

Menurut ketua umum komisi nasional perlindungan anak Arist

Merdeka Sirait mengakatakan kasus kekerasan terhadap anak di Jawa

Barat menduduki posisi ke tiga di Indonesia dengan jumlah 38% pada

tahun 2013 dan angka tersebut 52% adalah kekerasan seksual.

Berdasarkan data pemegang program anak dan remaja, di Kota

Sukabumi pada tahun 2014 diketahui terdapat 123 kasus kekerasan seksual

pada anak dan hasil visum positif yang telah dilakukan kekerasan seksual

adalah sebanyak 23 anak. Berdasarkan usia korban, kasus kekerasan


4

seksual terbanyak terjadi pada usia 6-12 tahun (33%) dan terendah usia 0-

5 tahun (7,7%) (Dinkes Kota Sukabumi, 2014).

Data dari kejadian insidentil kasus kekerasan seksual terhadap anak di

Kota Sukabumi pada tahun 2015 lebih dari 100 bentuk kekerasan dan

pelecehan, kasus tersebut terjadi pada anak usia 8-12 tahun. Berdasarkan

data tersebut 36 orang anak yang telah menjadi korban kekerasan seksual

telah diberikan pembinaan oleh Dinas Kesehatan Kota Sukabumi (Dinkes

Kota Sukabumi, 2015).

Bersadarkan hasil wawancara dengan koordinator konselor kekerasan

pada perempuan dan anak di Puskesmas Baros didapatkan hasil. Kasus

kekerasan seksual pada anak terjadi 8 kejadian kekerasan seksual pada

anak. Adapaun upaya yang dilakukan pleh Puskesmas Baros yaitu sebagai

lintas sector dari dinkes dan P2TP2A dalam melakukan rehabilitas

terhadap korban kekerasan seksual pada anak.

Kekerasan seksual adalah pada anak mengacu pada kegiatan

melibatkan anak dalam kegiatan seksual, sementara anak tidak sepenuhnya

memahami atau tidak mampu memberi persetujuan. Aktivitas seksual

antara anak dengan orang dewasa atau anak lain, bertujuan untuk

mendapatkan kepuasan bagi pelaku. Termasuk dalam kegiatan ini adalah

prostitusi atau pornografi, pemaksaan melihat kegiatan seksual,

memperlihatkan kemaluan untuk tujuan kepuasan dan stimulasi seksual,

perabaan, dan pemaksaan terhadap anak. Hal ini menjadi salah satu

problem sosial besar di masyarakat modern. Kekerasan seksual biasanya


5

tidak terjadi selama delapan belas bulan pertama kehidupan, walaupun ada

juga kasus terjadi ketika anak berusia enam bulan (IDAI, 2013).

KOMNAS Anak (2009) dalam Pujiastuti (2010) mendapatkan,

97% anak SD pernah mengakses pornografi dari media internet.

Berdasarkan data Depkominfo 2007, ada 25 juta pengakses internet di

Indonesia konsumen terbesar 90% adalah anak usia 8-16 tahun, 30%

pelaku sekaligus korban pornografi adalah anak. Menurut Rusman, ketua

yayasan kita buah hati dalam Wanntana (2010) survei 2010 di dapatkan

67% siswa Sekolah Dasar (SD) kelas 4-6 mengakses informasi pornografi

dari bacaan dan jaringan internet. Antara lain mulai komik 24%, situs

internet 22%, permainan 17%, film/TV 12%, telefon genggam 6%,

majalah 6%, dan koran 5%. Hal ini membawa banyak dampak negative

bagi perkembangan anak seperti penyimpangan perilaku-perilaku seksual

maupun perilaku yang kurang/tidak bermoral (Rahmawati, 2013).

Menjadi korban kekerasan dan pelecehan seksual akan memberikan

banyak dampak negatif yang dirasakan pada diri korban. Beberapa

dampak yang paling sering dijumpai diantaranya adalah, dampak fisik

yaitu kekerasan dan pelecehan seksual pada anak merupakan faktor utama

penularan Penyakit Menular Seksual (PMS), dampak cidera tubuh

kekerasan dan pelecehan seksual pada anak dapat menyebabkan luka

internal dan pendarahan. Pada kasus yang parah, kerusakan organ internal

dapat terjadi. Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Hal ini

dipengaruhi oleh umur korban dan tingkat kekuatan pelaku saat


6

melakukan kejahatannya, dampak psikologis dari hasil studi sebanyak

79% korban kekerasan dan pelecehan seksual akan mengalami trauma

yang mendalam, selain itu stres yang dialami korban dapat menganggu

fungsi dan perkembangan otaknya, adapun dari dampak sosial

korban kekerasan dan pelecehan seksual sering dikucilkan dalam

kehidupan sosial, hal yang seharusnya kita hindari karena korban pastinya

butuh motivasi dan dukungan moral untuk bangkit lagi menjalani

kehidupannya (www.dampak pelecehan seksual pada anak,2010 Diakses

pada kamis 07-04-2016)

Pembekalan tentang seks merupakan hal yang penting. Pengenalan

atau pendidikan tentang seks, dimulai dengan berdiskusi langsung tentang

kesehatan reproduksi atau melalui penyelenggaraan seminar tentang seks

dengan mengundang pakar yang akan menjelaskan lebih jelas.

Materi penting yang secara umum perlu diketahui anak, yang perlu

disampaikan dalam sex education yaitu mengenalkan perbedaan lawan

jenis, memperkenalkan organ seks, menghindari anak dari kemungkinan

pelecehan seksual, informasikan tentang asal-usul anak dan persiapan

menghadapi masa pubertas (Kania,2015).

Di Kota Sukabumi terdapat 32.976 jiwa usia anak sekolah dasar

usia 10-11 tahun yang memerlukan pendidikan seks untuk mengurangi

angka kejadian kekerasan seksual, dengan rincian sebagai berikut


7

Tabel 1.2 Data jumlah anak sekolah dasar di seluruh Kecamatan


Kota Sukabumi Tahun 2016
No Kecamatan Jumlah
1 Baros 3.216
2 Cibeureum 4.349
3 Cikole 7.084
4 Citamiang 6.549
5 Gunung puyuh 3.905
6 Lembur situ 2.777
7 Warudoyong 5.186
Jumlah 32.976
Sumber : dinas pendidikan dan kebudayaan 2016

Berdasarkan data dari tabel 1.2 menunjukan bahwa dikecammatan

Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros angka kejadia kekerasan seksual

pernah terjadi pada anak.

Puskesmas Baros memilki bidaang kekerasanpada perempuan dan

anak untuk menengani kasus kekerasan seksual pada anak yang bekrja

sama dengan Dinas Kesehatan dan P2TP2A Kota Sukabumi.

Pueskesmas baros merupakan salah satu Puskesmas yang berada di

Kota Sukabumi yang diwilayah kerjanya terdapat 9 (Sembilan) sekolag

dasar, dapat dilihat dalam table berikut :

Tabel 1.3 Data jumlah anak usia sekolah dasar di KelurahanCisarua


Kota Sukabumi Tahun 2015

No Nama Sekolah Kelas Jumlah

4 5 6

1 SD IT ADZKIA 3 32 10 - 42

2 SD NEGERI 41 55 53 149
BALANDONGAN
3 SD NEGERI BAROS 3 34 45 54 133
8

4 SD NEGERI GENTENG 103 100 90 304

5 SD NEGERI SUDAJAYA 26 25 28 79
HIKIR 4
6 SD NEGERI TESPONG 29 60 45 134
RAYA
7 SDN BAROS KENCANA 169 156 159 484
CBM
8 SDN CICADAS GIRANG 46 49 41 136

9 SDN SUDAJAY HILIR 3 49 47 48 144

Berdasarkan table 1.3 di dapatkan jumlah siswa kelas 4, 5dan 6 adalah

di SD Negeri Balandongan sebanyak 149 orang siswa dan siswi yang terbagi

dalam 6 ruang kelas dapat dilihat dari tabel 1.4 berikut ini :

Tabel 1.4 Data jumlah anak sekolah dasar kelas 4, 5 dan 6 di SD


NEGERI Balandoangan tahun 2016

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah


1. IV 21 20 41
2. V 33 22 55
3. VI 30 23 53
Jumlah 149

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17

juni 2016 di SD Negeri Balandongan pada kelas 4, 5 dan 6, dengan

memberikan beberapa item pertanyaan di dapatkan hasil. Satu dari 10 siswa

tidak mengetahui tentang jenis kelamin, 2 dari 10 siswa tidak mengetahui

tentang cara menjaga kebersihan alat reproduksi, 6 dari 10 siswa tidak

mengetahui tentang menjaga diri dari kemungkinan pelecehan seksual, 4 dari

10 siswa tidak mengetahui tentang asal usul anak, 5 dari 10 siswa tidak

mengetahui tentang persiapan menghadapi masa pubertas, 7 dari 10 sisw tidak


9

mengetahui tentang penyimpngan (abnormalitas) seks, sedangkan 4 dari 10

siswa mampu menjawab keseluruhan dari pertanyaan yang diberikan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membuat karya

tulis ilmiah yang berjudul ”Gambaran Pengetahuan Siswa SD Kelas 4, 5

dan 6 Tentang Pendidikan Seks Pada Anak di SD NEGERI Balandongan

Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran

Pengetahuan Siswa Kelas 4, 5 dan 6 Tentang Pendidikan Seks Pada Anak

di SD NEGERI Balandongan Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota

Sukabumi? ”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Gambaran Pengetahuan Siswa SD Kelas 4, 5 dan 6 Tentang

Pendidikan Seks Pada Anak di SD NEGERI Balandongan Wilayah

Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.


10

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran pengetahuan siswa SD kelas 4, 5 dana 6 tentang cara

mengenalkan anak mengenai jenis kelamin di SD NEGERI

Balandongan Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

2. Gambaran pengetahuan siswa SD kelas 4, 5 dan 6 tentang cara

menjaga kebersihan alat reproduksi di SD NEGERI Balandongan

Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

3. Gambaran pengetahuan siswa SD kelas 4, 5 dan 6 tentang cara anak

untuk menjaga dirinya dari kemungkinan pelecehan seksual di SD

NEGERI Balandongan Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota

Sukabumi.

4. Gambaran pengetahuan siswa SD kelas 4, 5 dan 6 tentang informasi

asal usul anak di SD NEGERI Balandongan Wilayah Kerja

Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

5. Gambaran pengetahuan siswa SD kelas 4, 5 dana 6 tentang

persiapan menghadapi masa pubertas di SD NEGERI Balandongan

Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

6. Gambaran pengetahuan siswa SD kelas 4, 5 dana 6 tentang

penyimpangan (abnormalitas) seks di SD NEGERI Balandongan

Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.


11

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penelitian

Penelitian ini akan memberiksn pengalaman bagi peneliti dalam

pelaksanan mulai dari pengolahan sampai hasil penelitian dan

sebagai wawasan ilmu penegtahuan serta dpat menerapkan ilmu

yang diperoleh selama menjalani perkuliahan.

2. Bagi STIKes Kota Sukabumi

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat

khususnya dalam memperbanyak referensi tentang bahan kimia dan

juga sebagai tambahan diperpustakaan dalam memberikan informasi,

pengetahuan bagi semua pembaca, khususnya mahasiswa dan dapat

dijadikan sebagai referensi.

3. Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Diharapkan dapat memberikan masukan untuk lebih

meningkatkkan pelayanan kesehatan sengan memberikan penyuluhan-

penyuluhan kesehatan terutama tentang pendidikan seksual ada anak.

E. Kerangka Pemikiran

Pengetahuan dapat didapatkan oleh manusia dengan cara

pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui pancaindera manusia.

Anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa

bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut
12

dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun-

tahun sekolah dasar.

Pertumbuhan pesat pubertas bagi anak perempuan mulai antara

usia 8,5 dan 11,5 tahun, dengan puncak rata-rata pada 12,5 tahun. Sejak itu

tingkat pertumbuhan menurun dan berangsur-angsur berhenti antara tujuh

belas dan delapan belas tahun. Anak laki-laki biasanya mengalami pola

pertumbuhan pesat yang sama, kecuali bahwa pertumbuhan mulai lebih

lambat dan berlangsung lebih lama. Bagi anak laki-laki, pertumbuhan

pesat mulai antara 10,5 dan 14,5 tahun, mencapai puncaknya antara 14,5

dan 15,5 tahun.

Pendidikan seks untuk anak-anak bertujuan agar anak mengerti

identitas dirinya dan terlindung dari masalah seksual yang dapat berakibat

buruk bagi anak. Pendidikan seks untuk anak sekolah lebih bersifat

pemberian informasi berdasarkan komunikasi yang benar antara orangtua

dan anak.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil judul tentang

pendidikan seks pada anak dari usia 10-11 tahun karena di usia tersebut

anak sudah mulai mengalami masa pubertas dimana anak sudah mulai

merasakan perubahan pada dirinya dan anak tersebut termasuk ke masa

pra remaja usia 10-12 tahun.

Kerangka pemikiran gambaran pengetahuan siswa SD kelas 4, 5

dan 6 tentang pendidikan seks pada anak adalah sebagai berikut :


13

Bagan 1.4 Kerangka pemikiran gambaran pengetahuan siswa SD


kelas 4, 5 dan 6 tentang pendidikan seks pada anak

1. Mengenalkan anak tentang jenis kelamin.


2. Cara menjaga kebersihan alat reproduksi.
3. Cara anak untuk menjaga dirinya dari kemungkinan pelecehan seksual.
4. Informasi tentang asal usul anak.
5. Persiapan menghadapi masa pubertas.
6. Penyimpangan (abnormalitas) seks.
7. pendidikan seks pada anak menurut Agama

Anda mungkin juga menyukai