Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JUAL BELI IKAN DI KOLAM

PEMANCINGAN DENGAN SISTEM MANCING HARIAN BERHADIAH “


(Studi Kasus dikolam pemancingan Desa KasremanKecamatan Kandangan Kabupaten Kediri)
A. LatarBelakangMasalah
Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk
individu manusia memiliki kemampuan untuk berbuat atau melakukan sesuatu bagi dirinya
sendiri, tidak suka hak-haknya dilanggar. Sedangkan sebagai makhluk sosial manusia tidak
dapat mencapai semua yang diharapkannya tanpa bantuan dari sesamanya karena
keterbatasan yang ada. Sehingga, manusia dalam memenuhi kebutuhannya memerlukan
orang lain. Salah satu yang kebutuhan yang memerlukan interaksi dengan orang lain adalah
kegiatan perekonomian atau muamalah.
Manusia merupakan aktor yang rasional. Manusia selalu berusaha untuk
mendapatkan kesenangan, kenikmatan dan kesejahteraan serta menghindari penderitaan,
hukuman, dan kesengsaraan. Tindakan manusia yang dianggap rasional adalah tindakan
yang memperhitungkan untung rugi (cost benefit ratio) dan keputusan yang diambil dari
sekian pilihan yang tersedia adalah yang paling efisien. Manusia selalu berusaha
memperoleh keuntungan semaksimal mungkin berdasarkan biaya yang dikeluarkan serendah
mungkin. Motivasi ekonomi dengan demikian merupakan basis tindakan sosial
manusia.Kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam merupakan tuntunan kehidupan,
disamping itu juga merupakan anjuran yang memiliki dimensi ibadah.
Dalam bidang kegiatan ekonomi Islam memberikan pedoman-pedoman atau aturan-
aturan hukum yang pada umumnyan dalam bentuk garis besar. Hal ini dimaksudkan untuk
memberi peluang bagi perkembangan perekonomian dikemudian hari (sebab Syari’ah Islam
tidak terbatas ruang dan waktu).1Yang mana sistem ekonomi semuanya itu didasarkan pada
ajaran dan nilai-nilai Islam yaitu pada Al Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas.
Dengan pemahaman diatas, Agama sebagai sumber social normative dapat di pahami
pula sebagai subtansi nilai yang erat kaitannya dengan aspek pengalaman yang
mentransendentelkan sejumlah peristiwa eksistensi sehari-hari.2

1
Suhradi K. Lubis, HukumEkonomi Islam (Jakarta: SinarGrafika, 1954), cet. 17. h. 268.
2
Beni Ahmad Saebani, SosiologiHukum (Bandung: Pustaka Setia, 2007), cet. 1. h. 48.
Kegiatan bermuamalah erat kaitannya dengan akad. Akad memiliki peranan yang
penting dalam bertransaksi. Para fuqaha’ ketika memperkenalkan konsep akad tentu dengan
menyandarkan pada dalil-dalil syari’at (al-ruju’ ila al-Qur’an wa al-Sunnah) untuk
menentukan keabsahannya. Tujuan akad adalah agar nilai-nilai syariat yang ada di balik akad
itu, yaitu berupa kepastian bentuk transaksi dapat dicapai sehingga terhindar dari praktik
transaksi yang manipulatif. firman Allah dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 1:

‫َياأَيُّ َهاالَّ ِذ ْينَأ َ َمنُواأ َ ْوفُوا ِب ْالعُقُ ْود‬


Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.”
Ayat di atas menunjukkan bahwa segala sesuatu kegiatan yang bersifat berhubunghan
dengan manusia atau bermuamalah makaharus dengan adanya akad yang telah di sepakati.
Akad bisa terjadi ketika kedua belah pihak mengadakan perjanjian atau pernyataan yang telah
di sepakati oleh kedua belah pihak.
Didalam akad bermuamalah banyak sekali macam-macamnya, seperti akad jual beli,
akad sewa menyewa, akad utang piutang, akad pinjam-meminjam, dan lain-lain. Salah satu
kegiatan ekonomi dalam Islam adalah jual beli. Jual beli merupakan salah satu bentuk
kegiatan ekonomi yang hakikatnya saling tolong menolong sesame manusia dan ketentuan
hukumnya telah diatur dalam syari’at Islam. Al Qur’an dan Hadits telah memberikan batasan-
batasan yang jelas mengenai ruang lingkup jual beli tersebut, khususnya yang berkaitan
dengan hal-hal yang diperbolehkan dan yang dilarang.
Dalam bermuamalah seseorang harus mengetahui hal-hal yang dapat mengakibat kan
jual beli itu sah atau tidak(fasid), hal ini dimaksud kan agar muamalah berjalan dengan baik
yaitu dalam segala sikap serta tindakan nya jauh dari kerusakan yang tidak di benarkan oleh
syara’. Karena tidak sedikit kaum muslimin yang menghabiskan waktu untuk mempelajari
muamalah akan tetapi masi hmelalaikan aspek ini (pemahaman tentang hukum), sehingga
mereka tidak perduli jika telah memakan barang haram. Sikap semacam ini merupakan
kesalahan besar yang harus di upayakan pencegahannya, agar semua orang yang
bermuamalah di dunia ini dapat membedakan mana yang boleh dan baik, sehingga terjaga
dari hal-hal yang subhat.3 Hal ini di karenakan Islam secara tegas melarang adanya perilaku
ekonomi yang didalam nya terdapat unsure riba, judi, dan ketidak jelasan (gharar).Sehingga

3
Imam Ghazali, Benang Tipis Antara Halal Dan Haram(Surabaya: Putra Pelajar, 2000), h. 214.
dapat ditarik kesimpulan bahwa Islam melarang umatnya dalam memenuhi kebutuhan hidup
nya yang menghalalkan segala cara yang dilarang oleh agama.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 188:

‫اط ِل َوت ُ ْدلُوا ِب َها إِلَى ا ْل ُحك َِّام ِلتَأ ْ ُكلُوا فَ ِريقًا ِم ْن أ َ ْم َوا ِل‬
ِ َ‫َو ََل تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِا ْلب‬
‫اْلثْ ِم َوأ َ ْنت ُ ْم‬
ِ ْ ِ‫اس ب‬ ِ َّ‫ون الن‬ َ ‫ت َ ْعلَ ُم‬
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.”4
Dalam akad jual beli dapat dikategorikan sah jika telah memenuhi syarat dan rukunnya,
adapun rukun dalam jual beli yaitu adanya penjual dan pembeli, adanya uang, dan benda,
serta lafal (sighat).5Sedangkan syarat jual beli yaitu berkaitan dengan subjeknya, objeknya
dan tentang lafadznya.
Berkaitan dengan objeknya, benda tersebut harus memenuhi persyaratan yaitu:
barangnya bersih(suci), dapat dimanfaatkan, milik orang yang melakukan akad, mampu
menyerahkannya, mengetahui, dan barang yang diakadkan ada ditangan. Yang dimaksud
dengan barang tersebut harus suci adalah bahwa barang yang diperjual belikan bukanlah
benda yang dikualifikasikan sebagai benda najis atau digolongkan sebagai benda yang
diharamkan seperti: arak, bangkai, anjing, berhala.6Sedangkan yang dimaksud dengan barang
yang dapat dimanfaatkan adalah kemanfaatan barang tersebut sesuai dengan ketentuan hukum
Islam.
Dizaman sekarang ini banyak sekai ide-ide manusia di dalam melakukan bisnis
ekonomi atau kegiatan ekonomi yang sangat di gemari oeh masyarakat umum, seperti hanya
praktek akad jua beli pancingan.Tempat pemancingan ikan dapat dijadikan sebagai ladang
bisnis bagi masyarakat dan juga dapat dijadikan sebagai tempat hiburan bagi siapa saja yang
ingin berkunjung.
Sebagian pengunjung adalah para pekerja yang biasanya disibuk kan dengan
berbagai macam pekerjaannya, karena kegiatan memancing ikan termasuk hiburan yang dapat

4
Departemen Agama, Al Qur’an Dan Terjemahnya(Bandung: CV. Diponegoro, 2005), h. 47.
5
Lubis, Hukum Ekonomi Islam.h.130.
6
Moh. Rifa’i, Terjemah Khulasah Kifayatul Akhyar(Semarang: PT. Toha Putra, 2005), h.184.
mengatasi kejenuhan. Dan sebagian pengunjung lainnya adalah para wisatawan yang gemar
memancing ikan.
Selain itu,memancing mungkin sudah menjadi kebiasaan atau hobi yang dibawa
sejak kecil,ketika besarpun hobi tersebut masih sering dilakukan yang berada di desa
kasreman kecamatan kandangan kab Kediri.berbagai elemen masyarakat yang ada di kota ini
mulai dari pekerja hingga masyarakat yang datang dari berbagai daerah di sekitar begitu ramai
untuk menjadikan tempat pemancingan tersebut sebagai hiburan ataupun sebagai penyalur
hobi seseorang.
Sekarang telah muncul berbagai fasilitas fasilitas yang disediakan oleh individu lain
sebagai wadah penyaluran hobi berbasis komersial ,Contohnhya seperti
pemancingan,pemancingan dapat digunakan sebagai sarana penyaluran hobi kegiatan
memancing atau bahkan untuk tujuan komersial bagi pemilik pemancingan tersebut,model
pemancingan ini seperti sebuah tempat penjualan jasa penyalur hobi,artinya pemancing
menyediakan sebuah ruang untuk penyaluran hobi memancing bagi
masayarakat,pemancingan tersebut menjadi sebuah kegiatan bisnis untuk mendapatkan
penghasilan,untuk sekedar menambah nafkah keluarga,seperti yang dijelaskan alquran untuk
berusaha mencari kehidupan yang lebih baik di dunia ini seperti yang telah dijelaskan dalam
alquran Surat Al-jumu’ah ayat 10

‫کمۡ ت ُ ۡف ِل ُح ۡو َن‬
ُ َّ‫ّٰللاَ َک ِث ۡي ًرا لَّ َعل‬ ۡ ِ ‫ف ََ ۡانتَش ُِر ۡوا ِفی ۡاَلَ ۡر‬
ۡ َ‫ض َو ۡابتَغُ ۡوا ِم ۡن ف‬
‫ّٰللاِ َو اذک ُُروا ہ‬
‫ض ِل ہ‬
Artinya: Allah menganjurkan kepada umat manusia untuk bertebaran dimuka bumi
ini.menyebar diseluruh pelosok dunia untuk mencari karunia Allah.
Maksudnya adalah manusia dianjurkan bertebaran untuk bekerja,mencari rahmat
allah yang telah diturunkan.karena dengan hanya berdiam saja maka manusia tidak akan
mendapatkan apa apa,karena itulah manusia dianjurkan untuk mencari pengalaman
sendiri.termasuk diantaranaya adalah mendirikan tempat pemancingan sebagai kegiatan
mencari mata pencaharian.
Di daerah Sekitar Kediri sekarang ini telah banyak bermunculan tempat
pemancingan,karena begitu banyaknya pemancingan yang ada maka timbul satu persaingan
diantara tempat pemancingan pemancingan yang telah ada .salah satunya adalah pemancingan
“OI Kediri” yang terletak di desa kasreman kecamatan kandangan kabupaten
Kediri.Pemacingan tersebut memberikan salah satu produk yang menurut kaca mata normatif
hukum islam beresiko melanggar asas asas atau prinsip prinsip dalam melakukan jual beli
dalam lingkup muammalat.
Sepertihadist Nabi terhadaplaranganjuabeliikan di dalam air
َ ُ‫الماء فَانّه‬
‫غ َر ٌر‬ ِ َّ ‫شت َ ٌرواْ ال‬
‫س َمكَ فِي‬ ْ َ ‫َلَ ت‬
Artinya :
Janganlah kamu membeli ikan di dalam air, Karena jual beli seperti itu termasuk
ghoror7.
Maksudnya ialah Rasululluah SAW melarang umatnya untuk melakukan jual beli ikan
yang masih ada di dalam air,Artinya pembeli tersebut tidak mengetahui bagaimana kondisi
ikan tersebut,apakah ikan tersebut.apakah ikan dalam kondisi bagus atau buruk.bahkan
pembeli tidak tahu apakah ikan tersebut ada dikolam atau tidak.hal inilah yang memunculkan
unsur spekulasi,padahal spekulasi adalah hal yang dilarang dalam agama islam.
Namun Demikian hal tersebut tidak terjadi di pemancingan tersebut,karena di
pemancingan itu pembeli mengetahui sendiri bagaimana kondisi ikan yang dibelinya.ikan
terlebih dahulu diambilan penjual dari sebuah kolam yang telah ditentukan,contohnya adalah
pemancingan menawarkan produk system mincing harian berhadiah.yaitu pemancing
membeli tiket seharga 13.000 berisi ikan sejumlah satu kilo gram,kemudian dilepas lagi oleh
penjual kekolam yang telah disediakan,kemudian pemancing ditantang untuk memancing
kembali ikan yang telah di belinya tersebut dengan diberi tempo satu hari.apakah pemancing
akan mendapatkan kembaqli ikan sejumlah satu kilo atau lebih itu seudah menjadi hak dari
pada pemancing,atau bahkan tidak mendapatkan sama sekali itu sudah menjadi tantangan bagi
pemancing.

7
HendiSuhendi, FiqhMuamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),Hal 81

Anda mungkin juga menyukai