Anda di halaman 1dari 9

Materi

COLLABORATIVE LEARNING (CL)


PDPT UI

Oleh:
Prof. Dr. Sri Hartati Suradijono
Dra. Evita E. Singgih, M.Psi
Dra. Puji Lestari Suharso, M.Psi

PROGRAM DASAR PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS INDONESIA
2012
1

METODE COLLABORATIVE LEARNING (CL)

Pengertian CL
Pembelajaran dengan CL ialah suatu proses belajar mengenai sesuatu hal yang dilakukan secara
bersama dalam kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan menyumbangkan informasi,
pengetahuan, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Dalam
metode ini setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab terhadap kemajuan proses pemelajaran baik
bagi diri sendiri maupun bagi anggota kelompok lainnya. Pada akhirnya akan terpupuk keterampilan
anggota dalam melakukan interaksi dan bekerjasama (dalam Pengenalan Sistem Akademik Universitas,
2008).

Paradigma Dasar belajar dalam CL


Dalam CL ada berbagai macam hal yang perlu anda ketahui:

Constructivism (Konstruktivisme)
Sebagaimana telah dikemukakan, Konstruktivisme merupakan suatu pandangan tentang belajar yang
menjadi dasar dari kegiatan belajar Collaborative Learning. Belajar diartikan sebagai proses pembentukan
pengetahuan (knowledge construction), dimana pemelajar harus secara AKTIF membangun
pengetahuannya. Jadi proses belajar tidak dapat dianalogikan dengan mengisi air ke dalam bejana yang
kosong. Ataupun otak manusia bukan spons yang secara pasif siap menyerap
dan menyimpan apa saja yang diterima oleh indera. Lebih dari itu, belajar
adalah sebuah kegiatan mental yang aktif dan konstruktif.
Proses belajar terjadi bila individu secara sengaja dan aktif membangun
pengetahuannya dengan cara mengolah informasi yang baru diperolehnya
dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya (prior
knowledge). Tingkat keaktifan pemelajar dalam proses pembangunan
pengetahuan ini akan menentukan kualitas pemahaman. Pemahaman yang mendalam (deep learning) akan
terjadi bila setiap pemelajar terlibat secara aktif dalam pembelajarannya. Sebaliknya pemahaman yang
superfisial (surface learning) akan terjadi bila keaktifan pemelajaran dalam proses pembelajarannya lemah.

Deep Learning (Pemahaman yang mendalam)


Proses belajar yang mendalam, melibatkan motivasi intrinsik. Untuk memperoleh
pemahaman menyeluruh akan suatu hal. Dalam hal ini pembelajaran tidak sekadar
menghapal dan bertujuan hanya untuk memperoleh nilai, tetapi kegiatan deep
learning antara lain muncul dalam bentuk kegiatan belajar seperti membaca secara
mendalam, memahami, mengaitkan dengan pemahaman terdahulu, berdiskusi dan
merefleksikan.
Deep learning memungkinkan mahasiswa untuk mampu memperoleh lebih
banyak informasi dan menerapkan pengetahuannya untuk menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Learner-centered
Pandangan ini merupakan koreksi dari pandangan sebelumnya (teacher-
centered) yang menganggap bahwa pengajar adalah fokus utama dan sumber
terjadinya proses pemelajaran. Untuk keberhasilan proses belajar yang terjadi
pada dirinya, mahasiswa sendirilah yang paling pasif menerima apa pun yang
2

diberikan oleh pengajar, namun secara aktif melakukan upaya untuk membangun pengetahuan di
kepalanya. Mahasiswa diberi kesempatan untuk menentukan sendiri arah dan kedalaman proses
belajarnya.

CL dengan Metode JIGSAW


Pada dasarnya dalam CL dikenal berbagai macam model, salah satunya adalah
metode Jigsaw. Disebut jigsaw karena pembahasan suatu materi pokok akan dibagi
menjadi beberapa sub materi oleh kelompok-kelompok. Mula-mula mahasiswa akan
dibagi dalam beberapa kelompok, yang dikenal dengan Focus Group (FG). Masing-
masing kelompok akan membahas submateri tertentu hingga seluruh anggota
kelompok memahami sub materi yang menjadi tanggung jawabkelompoknya. Tugas
utama kelompok adalah searching (mencari/membagi dan membahas informasi)
sedalam-dalamnya (seluas-luasnya) mengenai sub materi yang diberikan. Setelah itu masing-masing
anggota FG akan melebur dalam kelompok baru yang disebut Home Group (HG). Di dalam HG yang terdiri
dari perwakilan semua FG ini setiap anggota kelompok dari FG akan membagi pemahamannya mengenai
sub materi yang menjadi tanggung jawab kelompoknya masing-masing. Tugas utama dari anggota yang
berasal dari FG yang berbeda adalah sharing pengetahuan. Dengan demikian seluruh anggota akan
memperoleh pemahaman satu materi yang utuh.

Misalnya pada mata kuliah MPK Terintegrasi, akan dipelajari pokok bahasan Logika, Filsafat Ilmu
dan Pancasila; Akhlak dan Budi Pekerti; dan Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia. Salah satu pokok
bahasan adalah Akhlak dan Budi Pekerti yang akan menjadi bahasan. Setelah pengajar menjelaskan
kerangka utama dari Akhlak dan Budi Pekerti, maka materi yang akan dipelajari (yang terbagi atas 6 lingkup
subpokok bahasan) dibahas secara mandiri dalam kelompok FG.
Adapun 6 lingkup subpokok bahasan tersebut yaitu:
a. Pengertian dan ruang lingkup akhlak dan budi pekerti
b. Sumber nilai akhlak dan budi pekerti
c. Nilai-nilai akhlak dan budi pekerti
d. Peranan akhlak dan budi pekerti
e. Penerapan akhlak dan budi pekerti
f. Permasalahan penerapan akhlak dan budi pekerti serta solusinya

Berdasarkan 6 lingkup subpokok bahasan tersebut, mahasiswa dalam satu kelas akan dibagi
menjadi 6 kelompok FG. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk memperdalam materi 1 lingkup
subpokok bahasan (misal kelompok A membahas pengertian dan ruang lingkup akhlak dan budi pekerti,
kelompok B membahas sumber nilai akhlak dan budi pekerti, kelompok C membahas nilai-nilai akhlak dan
budi pekerti, Kelompok D membahas peranan akhlak dan budi pekerti, kelompok E membahas penerapan
akhlak dan budi pekerti, dan kelompok F membahas permasalahan penerapan akhlak dan budi pekerti
serta solusinya). Kegiatan ini dilakukan dalam FG, dalam 2 kali pertemuan. Setelah itu dilanjutkan dengan
kegiatan dalam HG.
Di bawah ini anda dapat melihat bagaimana penyebaran dan pengelompokan dengan sistem FG & HG:
3

Dalam FG maupun HG proses searching dan sharing tersebut dilakukan melalui DISKUSI kelompok.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari CL ini, proses diskusi dalam kelompok harus diwarnai dengan
tingkat kegiatan yang tinggi dari anggota kelompok dalam bertanya (questioning), menjelaskan (explaining),
mengkritisi (critisizing), menyetujui pendapat (aggreeing), tidak menyetujui pendapat (disagreeing),
mengemukakan ide /informasi, dan lain-lain. Dengan demikian harus dihindari kegiatan diskusi yang
cenderung hanya mencari solusi cepat, mencari kesepakatan (artinya menghindar dari perdebatan), voting
(mencari suara terbanyak), atau menyerahkan/mengikuti pendapat dari satu atau lebih anggota kelompok
saja (tidak dibahas atau didiskusikan sama sekali).

Siklus Kegiatan dalam Metode Jigsaw


Kegiatan belajar dalam Metode Jigsaw berjalan secara bergantian, antara kegiatan FG dan kegiatan HG.
Pengulangan siklus ini disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan banyaknya materi bahasan.

Focus group Home group


Pencarian Saling berbagi
informasi pemahaman

Lima elemen dasar yang menggerakkan CL


Untuk keberhasilan pelaksanaan CL, diperlukan lima elemen dasar berikut ini. Keberadaan lima
elemen ini akan membuat pemahaman mahasiswa menjadi lebih mendalam.
Positive Interdependence (saling ketergantungan), adalah
Persepsi bahwa setiap anggota kelompok saling tergantung satu sama lain. Setiap mahasiswa tidak akan
berhasil kecuali jika seluruh mahasiswa lain dalam kelompoknya berhasil. Hasil kerja setiap anggota akan
menguntungkan (atau merugikan) anggota lainnya, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, kerjasama
dan kekompakkan dalam mencapai pemahaman belajar merupakan hal penting yang perlu ditumbuhkan.

Individual Accountability (akuntabilitas individu)


Rasa tanggung jawab setiap mahasiswa atas kemajuan proses belajar diri sendiri dan proses belajar
seluruh anggota kelompoknya. Mahasiswa tidak hanya bertanggungjawab mempelajari bagian materi
tertentu, tetapi juga bertanggungjawab untuk membantu seluruh anggota kelompoknya dalam
mempelajarinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemahaman mahasiswa akan bertambah dari
kelompoknya.
4

Face-to-face Promotive Interaction (interaksi tatap muka)


Dibutuhkan interaksi tatap muka yang melibatkan diskusi, penyimpulan, dan elaborasi dari materi yang
dipelajari.

Social Skills (keterampilan sosial)


Penggunaan keterampilan interaksi dan bekerjasama dengan orang lain, untuk memperoleh
pemahaman kolektif.

Group Processing & Reflection


Evaluasi kelompok mengenai seberapa baik proses belajar yang telah terjadi, hal-hal apa saja yang
bermanfaat dan yang selanjutnya harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja kelompok.

Selain kelima elemen tersebut, agar pemelajaran melalui metode CL ini


berhasil tercapai, maka diperlukan peran-peran dari mahasiswa (sebagai
anggota dari FG maupun HG). Peran-peran tersebut dapat secara
bergantian dan yang paling penting untuk diketahui adalah dalam metode
CL tidak ada mahasiswa yang berperan sebagai pemimpin, sekretaris dll.

o Mengarahkan, yaitu menyusun rencana yang akan dilaksanakan dan mengajukan alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi

o Menerangkan, yaitu memberikan penjelasan atau kesimpulan-kesimpulan pada anggota


kelompok yang lain

o Bertanya, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengumpulkan informasi yang


ingin diketahui.

o Mengkritik, yaitu mengajukan sanggahan dan mempertanyakan alasan dari


usulan/pendapat/pernyataan yang diajukan.

o Merangkum, yaitu membuat kesimpulan dari hasil diskusi atau penjelasan yang diberikan.

o Mencatat, yaitu membuat catatan tentang segala sesuatu yang terjadi dan diperoleh kelompok

o Penengah, yaitu meredakan konflik dan mencoba meminimalkan ketegangan yang terjadi
antara anggota kelompok.

Dengan adanya peran-peran tersebut maka pemahaman anggota akan mendalam.

Sebaliknya pemahaman akan menjadi tidak mendalam, jika pada waktu diskusi dalam
FG maupun HG, terjadi peran-peran berikut. Oleh karenanya peran berikut perlu
dihindari :

o Free-rider, yaitu membiarkan teman-temannya melakukan tugas kelompok, tanpa


berusaha ikut serta memberikan kontribusi dalam proses kolaborasi

o Sucker, yaitu tidak ikut serta memberikan kontribusinya karena tidak bersedia membagi
pengetahuan yang dimilikinya

o Mendominasi, yaitu menguasai jalannya proses penyelesaian tugas, sehingga kontribusi


anggota kelompok kelompok yang lain tidak optimal
5

o Ganging up on task, yaitu cenderung menghindari tugas dan hanya menunjukkan sedikit
usaha untuk menyelesaikannya

Peran Pengajar dalam CL


Dalam metode CL, pengajar tidak lagi memberikan ceramah di depan kelas, melainkan memiliki berbagai
peran, seperti fasilitator, model (teladan) dan Coach (pelatih). Mengapa? Karet dalam belajar melalui
metode CL mahasiswa yang harus mengkonstruk (membangun) sendiri pemahamannya akan suatu materi.

Fasilitator
o Merancang tugas,
o Menciptakan iklim kondusif yang mendorong mahasiswa memiliki sikap
dan tingkah laku tertentu.
o Memberikan atau menunjukkan sumber-sumber informasi
o Mengatur lingkungan fisk
Model (teladan)
Secara aktif berupaya menjadi contoh dalam melakukan kegiatan belajar
efektif, seperti mencontohkan penggunaan strategi belajar atau cara mengungkapkan pemikiran secara
verbal (think aloud) yang dapat membantu proses konstruksi pengetahuan.

Pelatih (Coach)
Memberikan petunjuk, umpan balik, dan pengarahan terhadap upaya belajar mahasiswa. mahasiswa
tetap mencoba memecahkan masalahnya sebelum memperoleh masukan pengajar.

PENERAPAN METODE CL DALAM KEGIATAN


BELAJAR DI KELAS

Metode pembelajaran CL akan digunakan oleh mahasiswa baru UI di semester pertama sewaktu
mengikuti mata kuliah yang bernama Matakuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi atau
MPKT. Metode CL akan digunakan sampai UTS dengan menggunakan 3 topik (setiap topik dibahas
dalam 4 kali pertemuan). Pada kelas CL di mata kuliah ini, digunakan model Jigsaw. Penjelasan
yang terperinci tentang tahap-tahap kegiatannya adalah sebagai berikut:

Pertemuan pertama :
 Pengajar menjelaskan terlebih dahulu kerangka (garis besar) dari materi yang akan dibahas
dalam mata kuliah. Kemudian materi tersebut akan dibagi dalam beberapa sub topik.
 Mahasiswa dibagi dalam beberapa focus group (kelompok fokus) membahas satu sub-topik
yang ditugaskan oleh fasilitator.
 Bersama-sama dalam focus group, setiap anggota mencoba memahami sub-topik dan
menetapkan informasi yang terkait dengan sub-topik tersebut serta menetapkan ruang lingkup
bahasan.
 Mencari informasi, mempelajarinya sehingga dapat memahami sub-topik secara mendalam.
 Mahasiswa dalam focus group mengisi Borang Diskusi 1, lalu diparaf fasilitator dan
dikumpulkan beserta tugas mandiri pada pertemuan ke dua.

Pertemuan kedua :
 Mahasiswa masih dalam focus group berdiskusi membahas hasil pemelajaran mandiri materi
sub-topik dan membahas secara mendalam sub-topik yang ditugaskan.
 Menyamakan pemahaman di antara sesama anggota focus group tentang sub-topik.
6

 Mengisi Borang Diskusi 2, setelah disetujui seluruh anggota kelompok, lalu diperiksa dan
diparaf oleh fasilitator.

Pertemuan ketiga :
 Mahasiswa masuk dalam home group, yang merupakan gabungan wakil dari semua focus
group, kemudian setiap mahasiswa berdiskusi bersama, berbagi pengetahuan tentang sub-
topik yang berbeda
 Kegiatan utama adalah setiap anggota saling mengajarkan (reciprocal teaching) materi sub-
topik hasil pembahasan di focus group masing-masing.
 Pada akhir kegiatan ketiga, dari hasil diskusi home group ini, dicapai kesepakatan tentang
pembahasan menyeluruh topik yang ditugaskan.
 Berdasarkan hasil diskusi pada pertemuan ketiga, disusun suatu laporan atau bahan presentasi
kelompok.
 Mahasiswa melakukan evaluasi efektifitas belajar kelompoknya dengan mengisi Borang B-1.

Pertemuan keempat:
 Pada pertemuan keempat ini, setiap home group mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
 Mahasiswa memperdalam pemahamannya dengan mengamati hasil presentasi kelompok lain,
dan berbagi informasi dengan kelompok lain melalui diskusi kelas.
 Tiap home group menilai presentasi home group lain dengan mengisi Borang C-1, lalu
mengumpulkannya pada fasilitator.

Daftar Pustaka

Cruickshank, D.R; Jenkins, D B & Metcalf, KK. 2009. The Act of Teaching. Boston. McGraw-Hill Higher
Education.

Pengenalan Sistem Akademik Universitas. 2008. Panduan Kegiatan Mahasiswa Baru Universitas Indonesia
Tahun Akademik 2008/2009. Depok. UI Press

PDPT UI. 2006. Buku Orientasi Belajar Mahasiswa. Depok.

Steele, K J; Krockover, G H. 1987-1988. Education 682 Individualized Instruction Handbook.

Anda mungkin juga menyukai