Anda di halaman 1dari 58

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Peternakan Skripsi Sarjana

2018

Analisis Perubahan Kandungan Serat


Ampas Kelapa dengan Fermentasi
Menggunakan Bakteri Pendegradasi
Serat Asal Pliek U

Hayati, Nisrina
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12185
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS PERUBAHAN KANDUNGAN SERAT AMPAS
KELAPA DENGAN FERMENTASI MENGGUNAKAN
BAKTERI PENDEGRADASI SERAT ASAL PLIEK U

SKRIPSI

Oleh:

NISRINA HAYATI
140306040

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS PERUBAHAN KANDUNGAN SERAT AMPAS
KELAPA DENGAN FERMENTASI MENGGUNAKAN
BAKTERI PENDEGRADASI SERAT ASAL PLIEK U

SKRIPSI

Oleh:

NISRINA HAYATI
140306040

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di


Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


Judul : Analisis Perubahan Kandungan Serat Ampas Kelapa
dengan Fermentasi Menggunakan Bakteri Pendegradasi
Serat Asal Pliek U
Nama : Nisrina Hayati
NIM : 140306040
Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh:
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc Dr. Ir. Yunilas, MP


Ketua Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS


Ketua Program Studi Peternakan

Tanggal ACC :

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala

pernyataan dalam skripsi ANALISIS PERUBAHAN KANDUNGAN SERAT

AMPAS KELAPA DENGAN FERMENTASI MENGGUNAKAN BAKTERI

PENDEGRADASI SERAT ASAL PLIEK U adalah benar merupakan gagasan

dan hasil penelitian saya sendiri di bawah arahan komisi pembimbing. Semua data

dan sumber informasi yang digunakan dalam skripsi ini telah dinyatakan secara

jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi serta dapat

diperiksa kebenarannya. Skripsi ini juga belum pernah diajukan untuk

memperoleh gelar pada program studi sejenis perguruan tinggi lain.

Medan, September 2018

NISRINA HAYATI
NIM. 140306040

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

NISRINA HAYATI, 2018 : Analisis Perubahan Kandungan Serat Ampas


Kelapa dengan Fermentasi Menggunakan Bakteri Pendegradasi Serat Asal
Pliek U. Dibimbing oleh Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc dan Dr. Ir. Yunilas, MP.
Keberhasilan usaha peternakan sangat dipengaruhi oleh biaya pakan
yang akan mempengaruhi biaya produksi, Oleh karena itu perlu diadakan upaya
mencari pakan alternatif dengan kualitas yang tinggi namun memiliki harga yang
relatif rendah. Ampas kelapa dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif untuk
ternak, namun memiliki kandungan serat tinggi dan protein rendah, sehingga
memiliki daya cerna yang rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu
pengolahan terhadap ampas kelapa yaitu fermentasi dengan bakteri pendegradasi
serat dengan harapan akan berkurangnya kandungan serat pada ampas kelapa dan
meningkatkan kandungan nutrisi lainnya. Bakteri tersebut adalah bakteri asal pliek
u. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan kandungan serat
(NDF, ADF, dan hemiselulosa) pada ampas kelapa setelah dilakukan fermentasi.
Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan
dua faktor yaitu berbagai level inoklum bakteri dan lama waktu inkubasi, dengan
tiga ulangan. Didapati hasil bahwa kadar NDF, ADF dan hemiselulosa tertinggi
yaitu pada interaksi P 1 W 1 (1% dan 3 hari), dan kadar NDF, ADF dan
hemiselulosa terendah yaitu pada interaksi P 3 W 3 (5% dan 9 hari), hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak bakteri yang diberikan dan semakin lama
waktu inkubasi maka kadar serat (NDF, ADF, dan hemiselulosa) akan semakin
rendah, hal ini akan meningkatkan daya cerna dan kadar nutrisi lainnya.

Kata Kunci : Pakan Alternatif, Ampas Kelapa, Fermentasi, Bakteri, Pliek u

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

NISRINA HAYATI, 2018: Analysis of Fiber Content Changes of


Coconut Dregs by Fermentation Using Fiber Degradation Bacteria from
Pliek U. Supervised by Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc and Dr. Ir. Yunilas,
MP.
The success of livestock business is strongly influenced by the
feeding cost which will affect production costs, Therefore, it is needed to
to find an alternative feeds with high quality but come with relatively low
prices. Coconut dregs can be used as an alternative to livestock feeds, but
it has high fiber content and low protein, so it has low digestibility.
Moreover, it was necessary to conduct a processing of coconut dregs by
using fermentation with fiber degradating origin pliek u bacteria in order
to decrease fiber content of coconut dregs and increase other nutrients.
These bacteria is identified from pliek u. The purpose of this research is to
determine fiber content changes (NDF, ADF, and hemicellulose) in
coconut dregs after experiencing fermentation process. The method used
complete random factorial which is designed with two different factors:
various levels of bacterial inoclums and incubation time, with three
replications. The results show that the highest fiber content (NDF, ADF,
and hemicellulose) is on the interaction of P 1 W 1 (1% and 3 days), and the
lowest fiber content (NDF, ADF, and hemicellulose) is on the interaction of
P 3 W 3 (5% and 9 days), this shows that the more bacteria are given and the longer
the incubation time, so the fiber content (NDF, ADF, and hemicellulose) will
decrease, that will increase digestibility and other nutrients content.

Keywords: Alternative Feed, Coconut Dregs, Fermentation, Bacteria, Pliek u

ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pantai Cermin pada tanggal 13 September 1996 dari

Bapak Alm. Chaidir dan Ibu Siti Aisyah Tampubolon. Penulis merupakan anak

keempat dari lima bersaudara.

Tahun 2014 penulis lulus dari SMA Unggulan CT Foundation, dan pada

tahun yang sama penulis masuk ke Fakultas Pertanian Program Studi Peternakan

melalui jalur SBMPTN.

Selama mengikuti perkuliahan penulis menerima bantuan pendidikan

BIDIKMISI dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, dan pernah

mengikuti Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara (Permata) pada tahun

2016 yang diadakan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Penulis pernah mengikuti beberapa organisasi diantaranya sebagai anggota divisi

pemberdayaan perempuan Pemerintah Mahasiswa (PEMA) FP USU, sebagai

Anggota Divisi Pendidikan Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET), dan sebagai

anggota Himpuan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP), penulis juga pernah

di amanahkan sebagai asisten Laboratorium Kesehatan Ternak, dan sebagai

asisten Laboratorium Genetika Dasar Ternak.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lumban

Suhi-Suhi Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir pada tanggal 17 Juli 2017 –

03 September 2018.

iii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha

Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Perubahan Kandungan Serat Ampas Kelapa

dengan Fermentasi Menggunakan Bakteri Pendegradasi Serat Asal Pliek U”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua

atas doa, semangat dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini. Penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc dan

Dr. Ir. Yunilas, MP selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua

Civitas Akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu

per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini. Penulis

juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi

ini, akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat untuk

semua pembaca.

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Hal.
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan penelitian ................................................................................................. 3
Hipotesa Penelitian.............................................................................................. 3
Kegunaan Penelitian............................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA
Pliek U................................................................................................................. 6
Ampas Kelapa ..................................................................................................... 7
Fermentasi ........................................................................................................... 9
Neutral Detergen Fiber (NDF) ........................................................................... 10
Acid Detegen Fiber (ADF).................................................................................. 12
Hemiselulosa ....................................................................................................... 13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 15
Bahan dan Alat Penelitian ................................................................................... 15
Bahan............................................................................................................. 15
Alat ................................................................................................................ 15
Metode Penelitian................................................................................................ 16
Parameter yang diukur ........................................................................................ 17
Penentuan Kadar Neutral Detergent Fiber (NDF).............................................. 18
Penentuan Kadar Acid Detergent Fiber (ADF) .................................................. 18
Penentuan Hemiselulosa ..................................................................................... 19
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................................ 19
Analisis Data ....................................................................................................... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan NDF (Neutral Detergen Fiber) ....................................................... 22
Kandungan ADF (Acid Detergent Fiber) .......................................................... 25
Kandungan Hemiselulosa................................................................................... 28
KESIMPULAN DAN SARAN

v
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan ........................................................................................................ 31
Saran ................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

No. Hal.
1. Hasil analisis pada ampas kelapa.................................................................... 8
2. Larutan untuk Neutral Detergen Fiber (NDF) ............................................... 12
3. Larutan untuk Acid Detergen Fiber (ADF) .................................................... 13
4. Rancangan yang akan digunakan ................................................................... 17
5. Rataan kandungan NDF (Neutral Detergent Fiber) ampas kelapa
fermentasi berdasarkan interaksi antara level isolat bakteri asal
pliek u dan lama fermentasi ........................................................................... 22
6. Rataan kandungan ADF (Acid Detergent Fiber) ampas kelapa
fermentasi berdasarkan interaksi antara level isolat bakteri asal
pliek u dan lama fermentasi ........................................................................... 25
7. Rataan kandungan Hemiselulosa ampas kelapa fermentasi
berdasarkan interaksi antara level isolat bakteri asal pliek u
dan lama fermentasi ....................................................................................... 28

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Hal.
1. Tahapan penelitian .......................................................................................... 21

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.
Lampiran 1. Sterilisasi Alat.............................................................................. 37
Lampiran 2. Pembuatan Nutrient Agar ............................................................ 37
Lampiran 3. Pembuatan Nutrient Broth ........................................................... 38
Lampiran 4. Memasukkan NA ke dalam Cawan Petri dan
menggoreskan bakteri ............................................................... 38
Lampiran 5. Bakteri yang telah tumbuh pada media NA ................................ 38
Lampiran 6. Pemanenan Bakteri dan diberi Nutrient Broth ............................ 39
Lampiran 7. Proses memfermentasi ampas kelapa .......................................... 39
Lampiran 8. Ampas kelapa fermentasi di ovenkan lalu di grinder .................. 39
Lampiran 9. Analisis Data................................................................................ 40
Lampiran 10. Hasil Analisis Laboratorium Loka Penelitian
Kambing Potong .............................................................................................. 44

ix

Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberhasilan suatu usaha peternakan dipengaruhi oleh tiga aspek penting

yang biasanya disebut sebagai segitiga peternakan yaitu bibit, pakan, dan

manajemen. Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung gizi yang

dibutuhkan oleh ternak, aman, memilki daya cerna yang tinggi, tidak bersaing

dengan manusia, dan memiliki palatabilitas yang tinggi, tentunya pakan yang

demikian berasal dari bahan-bahan yang berkualitas tinggi dan biasanya pakan

dengan kualitas tinggi memiliki harga yang tingi pula.

Biaya pakan mempengaruhi biaya produksi, Ketaren (2010) menyatakan

bahwa pakan merupakan porsi biaya terbesar yaitu sekitar 70% dalam usaha

peternakan. Oleh karena itu untuk mencapai keuntungan usaha yang baik maka

diperlukanlah pakan dengan kualitas yang tinggi namun memiliki harga yang

relatif rendah.

Pakan alternatif merupakan pakan tambahan yang diolah dengan tujuan

dapat digunakan sebagai substitusi bahan pakan tertentu untuk menghemat biaya

pakan, Pamungkas (2011) menyatakan bahwa pemanfaatan bahan baku pakan

alternatif telah banyak dilakukan untuk mengatasi masalah mahalnya

mendapatkan bahan baku pakan sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil

kedelai. Upaya pemanfaatan bahan baku pakan alternatif banyak dilakukan

dengan menggunakan bahan baku pakan lokal yang mudah didapat dan biasanya

berupa limbah yang belum termanfaatkan secara optimal.

Akan tetapi, upaya pemanfaatan bahan baku pakan lokal tersebut masih

mengalami kendala yaitu tingginya kandungan serat kasar, rendahnya kandungan

Universitas Sumatera Utara


2

protein kasar bahan baku, keseimbangan asam amino yang rendah dan adanya zat

anti nutrisi. Hal ini menyebabkan perlunya pengolahan bahan baku pakan lokal

tersebut sebelum digunakan sebagai bahan pakan (Pamungkas, 2011).

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk jenis tanaman palma yang

memiliki multi fungsi karena hampir semua bagian dari tanaman tersebut dapat

dimanfaatkan. Tanaman ini banyak dijumpai di Indonesia yang merupakan

penghasil kopra terbesar kedua di dunia, sesudah Phillipina. Perkebunan kelapa di

Indonesia mencapai luas 3.759.397 ha. Provinsi Sumatera merupakan salah satu

penghasil utama. Komoditas Sumatera Utara seluas 142.601 ha. Produksi kelapa

di Sumatera Utara adalah 110.122 buah, dengan produksi terbesar dari kabupaten

Asahan 23.808 buah, Nias Utara 15.817 buah dan Nias Selatan 19.347 buah

(Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2014).

Ampas kelapa biasanya hanya kita buang atau diberikan pada ternak

begitu saja tanpa dilakukan proses apapun. Ampas kelapa banyak didapatkan di

pasar-pasar tempat pemarutan kelapa, atau industri-industri olahan kelapa. Ampas

kelapa masih memiliki nilai gizi yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan

sebagai pakan alternatif.

Masalah utama ampas kelapa apabila dijadikan bahan pakan adalah

kandungan protein kasar yang rendah (4,89%), lemak kasar (38,2%) dan serat

kasar (28,72 %) tinggi, dimana sebagai penyumbang serat kasar pada ampas

kelapa adalah komponen polisakarida non pati (NSP) yang berisi manan. Manan

mengandung galaktomanan sebesar 61% dari jumlah polisakarida dan sisanya

glukomanan (Hidayati, 2006).

Universitas Sumatera Utara


3

Berbagai pengolahan terhadap bahan pakan berserat tinggi telah banyak

dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, seperti pengolahan

secara fisik, kimia, dan biologi atau kombinasinya (fermentasi). Menurut

Kompiang et al. (1994) teknologi untuk meningkatkan mutu bahan pakan adalah

dengan fermentasi. Secara umum semua produk akhir fermentasi biasanya

mengandung senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna daripada bahan

asalnya (Laelasari & Purwadaria, 2004).

Yunilas et al., (2013) menyatakan bahwa mikroba yang berasal dari

substratnya sendiri memiliki kemajuan tugas dalam mendegradasi substratnya

tersebut. Eksplorasi mikroba dari hasil olahan buah kelapa “pliek u” yang

diperoleh adalah isolat YNH11 yang termasuk pada kelompok bakteri selulolitik

yang baik dalam mendegradasi selulosa (Yunilas et al., 2017).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik meneliti kemampuan bakteri asal

pliek u sebagai inokulan dalam fermentasi ampas kelapa untuk meningkatkan

kualitas dan kandungan nutrisinya.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perubahan kandungan serat (NDF, ADF, dan

hemiselulosa) pada ampas kelapa setelah dilakukan fermentasi menggunakan

bakteri pendegradasi serat asal pliek u.

Hipotesis Penelitian

Fermentasi dengan menggunakan bakteri pendegradasi serat asal pliek u

akan menurunkan kandungan serat (NDF, ADF dan hemiselulosa) dari ampas

kelapa.

Universitas Sumatera Utara


4

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai dari ampas kelapa

sebagai pakan ternak dan memberikan informasi serta manfaat bagi kalangan

akademis, peneliti, praktisi peternak, dan masyarakat tentang fermentasi ampas

kelapa dengan menggunakan bakteri pendegradasi serat asal pliek u.

Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN PUSTAKA

Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh 3 faktor yang

sama pentingnya, yaitu: 1) breeding (pemulia biakan, bibit), 2) feeding

(pakan), dan 3) management (tata laksana). Namun jika dilihat dari total

biaya produksi dalam usaha peternakan, maka kontribusi pakan adalah

yang paling tinggi yaitu sekitar 75%. Pada umumnya pengertian pakan

(feed) digunakan untuk hewan, sedangkan pengertian pangan (food)

digunakan untuk manusia. Berkaitan dengan pakan, maka dihadapkan

pada masalah-masalah: kuantitatif, kualitatif, kontinuitas, dan

keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya

(Sunarso dan Christiyanto, 2009).

Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat

dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak.

Oleh karena itu agar dapat disebut sebagai bahan pakan maka harus memenuhi

semua persyaratan tersebut, sedangkan yang dimaksud dengan pakan adalah

bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau

sebagian dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak mengganggu kesehatan

ternak yang mengkonsumsinya (kamal, 1998), sedangkan yang dimaksud dengan

ransum adalah campuran beberapa bahan pakan yang disusun sedemikian rupa

sehingga zat gizi yang dikandungnya seimbang sesuai kebutuhan ternak

(Indah dan Sobri, 2001).

Universitas Sumatera Utara


6

Pliek U

Masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) secara turun-temurun

telah menggunakan daging buah dan minyak kelapa terfermentasi (diperam) yang

diproses secara tradisional. Minyak kelapa yang dihasilkan dikenal dengan nama

minyak pliek u terdiri dari minyeuk simplah dan minyeuk brok yang digunakan

sebagai minyak goreng dan juga dimanfaatkan sebagai obat untuk sakit kepala,

luka, menurunkan panas, sakit persendian, dan sakit perut. Ampas yang setelah

diambil minyaknya disebut pliek u (patarana), yang digunakan sebagai bumbu

masak dan sambal serta pakan unggas (Nurliana, 2009).

Pliek u atau patarana adalah ampas kelapa yang telah difermentasikan

untuk diperas minyaknya. Sejak dahulu, masyarakat Aceh sering mengolah kelapa

untuk diambil minyaknya. Minyak ini biasa digunakan sebagai minyak goreng.

Ampas dari olahan kelapa ini kemudian dikeringkan dengan dijemur sehingga

menghasilkan pliek u yang bewarna kecoklatan. Selain itu, pliek u berfungsi

sebagai bumbu penyedap untuk mengolah sayur-sayuran yang akan dijadikan

kuah (gulai) (Rinaldi et al., 2016).

Proses pembuatan pliek u melalui proses fermentasi yaitu buah kelapa

yang telah dibelah kemudian langsung dimasukkan kedalam karung goni selama 3

hari atau diletakkan begitu saja di lantai. Setelah itu dikukur dan dibusukkan lagi.

Pada saat belahan buah kelapa disimpan selama 3 hari didapati permukaan daging

buah kelapa telah berlendir, lembek, dan terlihat adanya bintik-bintik kuning pada

permukaan daging buah kelapa. Pada umumnya waktu penyimpanan yang lama

saat pengolahan akan menyebabkan kerusakan bahan yang lebih besar

(Rinaldi et al., 2016).

Universitas Sumatera Utara


7

Samosir (1991) yang meneliti jenis mikroorganisme yang terdapat pada

pliek u menunjukan adanya pengaruh pengelolaan pembuatan pliek u terhadap

tumbuhnya jamur. Bakteri yang terlibat untuk memperoleh pliek u tidak diketahui

jenis atau asalnya, biasanya fermentasi dilakukan oleh campuran mikroorganisme

berupa jamur dan bakteri (Nurliana, 2009).

Mikroorganisme lokal (indigenous microorganisme) merupakan mikroba

yang dieksploitasi dari substratnya sendiri yang memiliki kemampuan optimal

dalam mendegradasi pakan berserat. Melalui ekplorasi mikroba indigenous akan

dihasilkan multi enzim yang sangat berperan dalam proses pengolahan pakan.

Pengolahan pakan fermentasi menggunakan mikroba indigenous akan

mengoptimalkan kemampuan mikroorganisme rumen dalam mencerna pakan

berserat tinggi (Yunilas et al., 2013). Bakteri indigenous merupakan bakteri

pengurai serat yang manfaatnya dapat digunakan sebagai pendukung teknologi

pertanian di bidang miokrobiologi (Octavia, 2010).

Ampas Kelapa

Kelapa (Cocos nucifera L.) adalah komoditas sosial yang mudah tumbuh

di daerah tropis dan merupakan tanaman yang penting dan melibatkan jutaan

masyarakat tani di negara-negara Asia Pasifik. Pertanaman kelapa di Indonesia

mencapai luas 3.759.397 ha. Sekitar 92,40% diantaranya berupa kelapa dalam

yang diusahakan sebagai perkebunan rakyat, sedangkan kelapa hibrida baru

sekitar 4%. Oleh karena itu Indonesia disebut sebagai negara produsen kelapa

kedua setelah Philipina, tentu dilihat dari segi total areal maupun potensi

produksinya (Putri, 2010).

Universitas Sumatera Utara


8

Ampas kelapa merupakan limbah industri atau limbah rumah tangga yang

sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ayam pedaging, karena

ampas kelapa masih mudah didapatkan dari sisa pembuatan minyak kelapa

tradisional dan limbah pembuatan virgin coconut oil (VCO) (Yamin, 2008).

Pada proses pembuatan minyak kelapa murni (virgin coconut oil), daging

kelapa segar yang telah diparut kemudian dikeringkan dan dipres hingga

minyaknya terpisah. Hasil samping dari proses pembuatan minyak kelapa murni

ini adalah ampas kelapa. Ampas kelapa hasil samping pembuatan minyak kelapa

murni masih memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Hal ini

menyebabkan ampas kelapa berpotensi untuk dimanfaatkan dan diolah menjadi

pakan (Miskiyah, et al., 2006). Berdasarkkan hasil penelitian terdahulu didapati

hasil kandungan nutrisi pada ampas kelapa pada tabel berikut :

Tabel 1. Hasil analisis pada ampas kelapa


Komposisi Kadar (%)
Kadar air 13,35*
Protein kasar 5,09* 6,54**
Lemak kasar 19,44* 9,35**
Serat Kasar 30,4* 27,33**
Abu 3,92*
Selulosa 36,08**
Hemiselulosa 12,58**
Lignin 9,81**
Keterangan : * Sumber (Puri, 2011)
**
Sumber (Zin et al., 2017)

Penambahan ampas kelapa sebagai campuran pakan diharapkan dapat

mengurangi biaya pakan selama pemeliharaan. Selain itu kandungan nutrisi pada

ampas kelapa diharapkan dapat menambah nilai nutrisi pakan yang berdampak

pada membaiknya menejemen pemeliharaan dan produksi sehingga dapat

memberikan keuntungan yang maksimal untuk peternak. Namun penggunaan

Universitas Sumatera Utara


9

ampas kelapa sebagai campuran pakan ayam masih rendah. Rendahnya

penggunaan ampas kelapa ini disebabkan karena kandungan lemak yang tidak

dapat dicerna oleh ayam dengan baik. Perlakuan secara fisik dengan perebusan

tidak mampu menurunkan kandungan lemak dan meningkatkan kandungan

protein ampas kelapa. Begitu juga dengan perlakuan secara kimia melalui

perendaman menggunakan basa alkali yang membutuhkan biaya besar juga tidak

mampu menurunkan kadar lemak, bahkan menurunkan kandungan protein. Salah

satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan

proses fermentasi pada ampas kelapa (Pravitasari, 2017).

Fermentasi

Untuk meningkatkan kualitas zat makanan dan daya cerna pada ampas

kelapa maka dilakukan proses fermentasi (Yamin, 2008). Fermentasi merupakan

hasil proses metabolisme anaerobik dari beberapa jenis mikroorganisme seperti

jenis bakteri, kapang dan khamir. Dalam melakukan proses fermentasi aktifitas

mikroorganisme dipengaruhi oleh pH, suhu, komposisi zat makanan dan adanya

zat inhibitor (Raudati et al., 2001). Hasil penelitian Rusdin (2009) menunjukkan

bahwa kandungan NDF dan ADF jerami padi yang difermentasi selama 15 hari

lebih rendah bila dibandingkan dengan 10 hari.

Fermentasi merupakan salah satu cara untuk mengolah ampas kelapa

menjadi bahan pakan. Pada proses fermentasi terjadi reaksi dimana senyawa

komplek diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan

molekul air. Pada fermentasi terjadi proses yang menguntungkan, diantaranya

dapat mengawetkan, menghilangkan bau yang tidak diinginkan dan racun yang

terdapat pada bahan, meningkatkan daya cerna dan mengubah warna

Universitas Sumatera Utara


10

(Lestari, 2001). Akmal (1994) menyatakan bahwa menurunnya kandungan NDF

dan ADF disebabkan karena selama berlangsungnya fermentasi terjadi pemutusan

ikatan lignoselulosa dan aktivitas mikroba yang berkembang, serta

dipertahankannya kondisi anaerob.

Dalam proses fermentasi, mikroorganisme harus mempunyai tiga

karakteristik penting yaitu: 1) mikroorganisme harus mampu tumbuh dengan

cepat dalam suatu substrat dan lingkungan yang cocok untuk memperbanyak diri,

2) mikroorganisme harus memiliki kemampuan untuk mengatur ketahanan

fisiologi dan memilki enzim-enzim esensial yang mudah dan banyak, 3) kondisi

lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan harus sesuai. Beberapa faktor yang

mempengaruhi pemilihan substrat untuk fermentasi adalah tersedia dan mudah

didapat, sifat fermentasi dan faktor harga (Suprihatin, 2010).

Neutral Detergen Fiber (NDF)

Neutral Detergent Fiber (NDF) menggambarkan semua komponen

karbohidrat struktural dalam dinding sel tanaman yang meliputi selulosa,

hemiselulosa dan lignin. Neutral Detergent Fiber (NDF) merupakan metoda yang

terbaik untuk memisahkan antara karbohidrat struktural dengan karbohidrat non-

struktural pada tumbuhan. Proporsi dari komponen-komponen penyusun NDF

(hemiselulosa, selulosa dan lignin) akan mempengaruhi nilai kecernaan dari NDF.

Konsentrasi Neutral Detergent Fiber dalam pakan atau dalam ransum memiliki

korelasi negatif dengan konsentrasi energi. Pakan atau ransum yang memiliki

kandungan NDF yang sama belum tentu memiliki jumlah energi yang sama, maka

untuk pakan atau ransum yang memiliki konsentrasi NDF yang lebih tinggi

kemungkinan memiliki jumlah energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

Universitas Sumatera Utara


11

pakan atau ransum yang memiliki kandungan NDF yang lebih rendah

(NRC, 2001).

Kandungan NDF pada pakan atau ransum tidak selalu menjadi pembatas

bagi nilai konsumsi bahan kering ketika ransum tersebut diformulasikan untuk

mencukupi kebutuhan energi. Kandungan NDF berhubungan dengan nilai pH

rumen karena NDF difermentasi lebih lama dan memiliki nilai kecernaan yang

lebih rendah dibandingkan dengan NFC (Non-Fibrous Carbohydrate). Aktivitas

mengunyah dan tingkat produksi saliva meningkat seiring dengan jumlah NDF

yang dikonsumsi (NRC, 2001).

Yunilas (2009) menyatakan bahwa dengan menurunnya kadar NDF

menunjukkan telah terjadi pemecahan selulosa dinding sel sehingga pakan akan

menjadi lebih mudah dicerna oleh ternak. Utomo (2004) menyatakan bahwa

menambahkan mikroba dalam proses fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi

bahan asalnya, karena terjadi perombakan bahan yang komplek menjadi

sederhana. Serta Amini (1998) menyatakan bahwa Glukosa yang dihasilkan dari

proses degradasi selulosa menyebabkan meningkatnya kadar NDS sehingga kadar

NDF menurun.

Dengan metode NDF dapat ditentukan kadar total dari selulosa,

hemiselulosa dan lignin. Selisih jumlah serat dari analisis NDF dan ADF dianggap

jumlah kandungan hemiselulosa, meski sebenarnya terdapat juga komponen-

komponen lainnya (selain selulosa, hemiselulosa dan lignin) pada metode

detergen ini (Anas dan andi, 2010).

Universitas Sumatera Utara


12

Tabel 2. Larutan untuk Neutral Detergen Fiber (NDF)

Neutral Detergen Fiber (NDF) Jumlah


Distilled water 1 liter
Sodium lauryl sulfate, lab grade 30 gram
Disodium Ethylenediaminetetraacetate (EDTA) dihydrate crystal, 18.61 gram
reagent grade
Sodium borate decahydrate, reagent grade 6.81 gram
Disodium hydrogen phosphate, anhydrous, reagent grade 4.56 gram
2-ethoxyethanol (ethylene glycol monoethyl ether), purified grade 10 ml
Jika menggunakan yang hydrous 10H 2 O 11.48 gram
Sumber : (Patthack, 1997).

Acid Detergen Fiber (ADF)

Sistem analisis Van Soest menggolongkan zat pakan menjadi isi sel (cell

content) dan dinding sel (cell wall). Neutral Detergent Fiber (NDF) mewakili

kandungan dinding sel yang terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa dan protein

yang berikatan dengan dinding sel. Bagian yang tidak terdapat sebagai residu

dikenal sebagai neutral detergent soluble (NDS) yang mewakili isi sel dan

mengandung lipid, gula, asam organik, non protein nitrogen, pektin, protein

terlarut dan bahan terlarut dalam air lainnya. Serat kasar terutama mengandung

selulosa dan hanya sebagian lignin, sehingga nilai ADF lebih kurang 30 persen

lebih tinggi dari serat kasar pada bahan yang sama (Suparjo, 2010).

Acid Detergent Fiber atau ADF dapat didefinisikan sebagai banyaknya

fraksi yang tidak terlarut setelah melalui proses pelarutan pada larutan detergent

asam (Acid Detergent Solution). ADF hanya dapat untuk menurunkan kadar total

selulosa dan lignin. Metode ini digunakan pada AOAC (Association of Offical

Analytical Chemist). Prosedurnya sama dengan NDF, namun larutan yang

digunakan adalah CETAB (Cetyl Trimethyl Amonium Bromida) dan H 2 SO 4 0,5 M

(Anas dan Andi, 2010).

Universitas Sumatera Utara


13

Perombakan dinding sel dan isi sel yang berupa selulosa dan hemiselulosa

dari ikatan lignoselulosa menyebabkan penurunan kandungan ADF untuk

selanjutnya selulosa dan hemiselulosa dikonversi menjadi gula sederhana untuk

digunakan sebagai sumber energi bagi mikroba (Lynch, 1987). Kadar ADF

menurun disebabkan oleh terlarutnya sebagian protein dinding sel dan

hemiselulosa dalam larutan deterjen asam sehingga meningkatkan porsi ADS dan

menyebabkan menurunnya kadar ADF (Anam et, al., 2012).

Tabel 3. Larutan untuk Acid Detergen Fiber (ADF)

Acid Detergen Fiber (ADF) Jumlah


Sulfuric acid 1 N, reagent grade 1 liter
Apabila menggunakan H2SO4 murni tiap liter larutan 49.04 gram
Cetyl Trmethyl Ammonium Bromida (CETAB), technical grade 20 gram
Sumber : (Anas dan Andi, 2010)

Acid Detergent Fiber (ADF) mewakili selulosa dan lignin dinding sel

tanaman. Analisis ADF dibutuhkan untuk evaluasi kualitas serat untuk pakan

ternak ruminansia dan herbivora lain. Untuk ternak non ruminansia dengan

kemampuan pemanfaatan serat yang kecil, hanya membutuhkan analisis NDF

(Suparjo, 2010).

Hemiselulosa

Hemiselulosa adalah polisakarida pada dinding sel tanaman yang larut

dalam alkali dan menyatu dengan selulosa. Hemiselulosa terdiri atas unit D-

glukosa, D-galaktosa, D-manosa, D-xylosa, dan L-arabinosa yang terbentuk

bersamaan dalam kombinasi dan ikatan glikosilik yang bermacam-macam (Mc

Donald et al., 2002). Hemiselulosa larut dalam larutan alkali dan terhidrolisis

dengan larutan asam encer (Anggorodi, 1994). Sutardi (1980) menyatakan bahwa

fraksi yang larut dalam pemasakan deterjen asam sebagian besar terdiri atas

Universitas Sumatera Utara


14

hemiselulosa dan sedikit protein dinding sel. Lamid (2008) menyatakan bahwa

enzim selulase dapat digunakan sebagai bahan biokatalis untuk mendegradasi

pakan berserat kaya hemiselulosa dan selulosa.

Penyusun utama pakan serat adalah selulosa dan hemiselulosa. Selulosa

dan hemiselulosa adalah bentuk polimer dari glukosa. Hemiselulosa lebih

sederhana dibandingkan dengan selulosa sehingga mudah dihidrolisis menjadi

gula atau produk lain. Selulosa merupakan karbohidrat utama yang disintesa oleh

tanaman dan menempati hampir 60% komponen penyusun struktur

tanaman.Jumlah selulosa di alam sangat berlimpah sebagai sisa tanaman atau

dalam bentuk limbah pertanian seperti jerami padi, berangkasan jagung, gandum

dan kedelai. Nilai ekonomi senyawa selulosa pada limbah tersebut sangat rendah

karena tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh manusia (Karim, 2014).

Kartika (2007) juga menyatakan bahwa Selulosa dan hemiselulosa

bersama-sama dengan makro molekul lain banyak terdapat dalam tumbuhan

terutama pada dinding sel tumbuhan, disusun oleh karbohidrat yang merupakan

komponen utama dinding sel yaitu selulosa. Selulosa biasanya terdapat bersama-

sama dengan substansi lain seperti lignin. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Tillman et al. (1991) bahwa ternak tidak menghasilkan enzim

untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa. Mikroorganisme yang hidup dalam

retikulo rumen pada ruminansia dan dalam usus besar baik pada ruminansia

maupun pada non ruminansia menghasilkan enzim yang dapat mencerna selulosa

dan hemiselulosa menjadi asam asetat, propionat dan butirat sebagai non spesifik

energi.

Universitas Sumatera Utara


BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Loka Penelitian Kambing Potong Sei

Putih. Dengan waktu penelitian berlangsung selama 3 bulan, dimulai dari bulan

Mei 2018 sampai Juli 2018.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan :

Bahan-bahan yang digunakan adalah isolat bakteri asal pliek u terunggul

(YNH11), ampas kelapa, bahan untuk meremajakan bakteri yaitu media biakan

Natrium agar (NA), bahan dalam pembuatan medium cair yang terdiri dari

aquades, mineral mix (NH 4 NO 3 0,5%, MgSO 4 7H 2 O 0,5%, KCL 0,5%,

FeSO 4 7H 2 O 0,01%, CuSO 4 5H 2 O 0,001% ) sebanyak 1%, urea 0,5%, molases

0,5%, dan dedak 2% (Yunilas, 2016), dan bahan-bahan dalam analisis kandungan

serat (NDF, ADF, dan hemiselulosa) diantaranya larutan ADF, larutan NDF,

H 2 SO 4 , air mendidih, dan alkohol.

Alat :

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, cawan

petri, tabung reaksi, rak tabung reaksi, bunsen, hot plate, jarum ose, timbangan,

plastik bening ukuran 1 kg, grinder, sintered glass, pompa vacum, oven, desikator,

dan Petridisk.

15

Universitas Sumatera Utara


16

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)

Faktorial 3 x 3, dengan 3 ulangan dan 2 Faktor.

Faktor I : Berbagai level inokulum bakteri

P 1 = 1 % inokulum YNH11

P 2 = 3 % inokulum YNH11

P 3 = 5% inokulum YNH11

Faktor II : Lama waktu inkubasi (lama fermentasi)

W 1 = 3 hari

W 2 = 6 hari

W 3 = 9 hari

Adapun ulangan di dapatkan dari rumus :

a.b (r-1) ≥ 15

3.3 (r-1) ≥ 15

9 r –9 ≥ 15

9r ≥ 15 + 9

r ≥ 24 / 9

r ≥ 2,6

=3

Adapun metode linier yang digunakan adalah :

Y ijk = μ + α і + β i + (αβ) ij + ε ijk

Dimana :

Y ijk = Pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi

perlakuan taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari factor B

Universitas Sumatera Utara


17

μ = mean populasi

αi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor I

βi = Pengaruh taraf ke-j dai faktor II

(αβ) ij = Pengaruh taraf ke-i dari faktor I dan taraf ke-j dari faktor II

ԑ ijk = Pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi

perlakuan ij (Herdiyantoro, 2013).

Tabel. 4. Rancangan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :


Faktor II
Faktor I R
W 1 (3 hari) W 2 (6 hari) W 3 (9 hari)
U1 P1W1U1 P1W2U1 P1W3U1
P 1 = (1 %) U2 P1W1U2 P1W2U2 P1W3U2
U3 P1W1U3 P1W2U3 P1W3U3
U1 P2W1U1 P2W2U1 P2W3U1
P 2 = (3 %) U2 P2W1U2 P2W2U2 P2W3U2
U3 P2W1U3 P2W2U3 P2W3U3
U1 P3W1U1 P3W2U1 P3W3U1
P 3 = (5 %) U2 P3W1U2 P3W2U2 P3W3U2
U3 P3W1U3 P3W2U3 P3W3U3

Parameter yang diukur

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah kandungan NDF, ADF,

dan hemiselulosa dari ampas kelapa yang telah di fermentasi oleh bakteri asal

pliek u. Metode Van Soest merupakan salah satu pengujian kimia untuk mengukur

kualitas serat suatu bahan pakan dengan menggunakan larutan detergen sebagai

pelarutnya. Berdasarkan metoda pengujian yang dikembangkan Van Soest, serat

selanjutnya dikelompokan menjadi serat yang larut dalam detergen netral (Neutral

Detergent Fiber/ NDF), serat yang larut dalam detergen asam (Acid Detergent

Fiber/ADF), hemiselulosa, selulosa dan lignin. Analisa proksimat, NDF dan ADF

merupakan pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui kualitas suatu

bahan pakan (Nursiam, 2012).

Universitas Sumatera Utara


18

Penentuan Kadar Neutral Detergent Fiber (NDF)

1. Timbang sampel 0,5 gram (a gr) pada kertas saring kemudian masukkan

kedalam tabung reaksi 50 ml

2. Tambahkan 60 ml larutan NDF kemudian tutup rapat tabung reaksi tersebut

3. Refluks dalam air mendidih selama 1 jam, dengan suhu 70-60oC

4. Panaskan aquadest sampai mendidih untuk membilas

5. siapkan sintered glass yang telah di oven selama ½ jam lalu timbang bobot

kosong (b gram)

6. Saring sampel dengan larutan ADF menggunakan sintered glass yang telah

diketahui beratnya sambil diisap dengan pompa vacum

7. Bilas dengan air mendidih kurang lebih 100 ml sampai busa hilang dan 50 ml

alkohol

8. Ovenkan pada suhu 105o C selama 8 jam atau dibiarkan bermalam

9. Dinginkan dalam desikator lebih kurang ½ jam kemudian timbang (c g)

10. Perhitungan:

Kadar NDF = c–b X 100 %


Berat sampel (a)

Penentuan Kadar Acid Detergent Fiber (ADF)

1. Timbang sampel 0,5 gram (a gr) pada kertas saring kemudian masukkan

kedalam tabung reaksi 50 ml

2. Tambahkan 60 ml larutan ADF kemudian tutup rapat tabung reaksi tersebut

3. Refluks dalam air mendidih selama 1 jam, dengan suhu 70-60oC

4. Panaskan aquadest sampai mendidih untuk membilas

5. siapkan sintered glass yang telah di oven selama ½ jam lalu timbang bobot

kosong (b gram)

Universitas Sumatera Utara


19

6. Saring sampel dengan larutan ADF menggunakan sintered glass yang telah

diketahui beratnya sambil diisap dengan pompa vacum

7. Bilas dengan air mendidih kurang lebih 100 ml sampai busa hilang dan 50 ml

alkohol

8. Ovenkan pada suhu 105o C selama 8 jam atau dibiarkan bermalam

9. Dinginkan dalam desikator lebih kurang ½ jam kemudian timbang (c g)

10. Perhitungan:

Kadar ADF = c-b X 100%


Berat sampel (a)

Penentuan Kadar Hemiselulosa

% Hemiselulosa = % NDF - % ADF (Hadrawi, 2014)

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama yaitu peremajaan

bakteri pendegradasi serat asal pliek u, dengan langkah awal menyiapkan alat dan

bahan, kemudian alat-alat yang akan digunakan dalam meremajakan bakteri

disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan autoklaf, setelah itu ambil

bakteri dengan jarum ose kemudian digoreskan dalam media natrium agar, tutup

cawan petri dengan plastik wrap, diberi label lalu di inkubasikan selama 24 jam

pada suhu ruang, kemudian dibuat larutan nutrisi di dalam erlenmeyer dalam

bentuk medium cair yang terdiri dari aquades, mineral mix 1%, urea 0,5%,

molases 0,5%, dan dedak 2%, kemudian ambil bakteri yang telah tumbuh dan

masukkan ke dalam medium cair sebagai larutan nutrisi pada bakteri, lalu digojog

menggunakan shaker selama 7 hari.

Menurut Yunilas (2016) bahwa isolat dilarutkan dengan aquades sesuai

standar Mc Farland 108, setelah itu isolat bakteri dilarutkan pada media cair

Universitas Sumatera Utara


20

(larutan nutrisi) dengan komposisi aquades, mineral mix 1%, urea 0,5%, molases

0,5%, dan dedak 2%. kemudian diinkubasi pada suhu 37o dalam shaker pada

kecepatan 150 rpm selama 24 jam.

Machmud (2001) menyatakan bahwa Peremajaan dengan cara

memindahkan atau memperbarui biakan mikroba dari biakan lama ke medium

tumbuh yang baru secara berkala, misalnya sebulan atau dua bulan sekali. Teknik

ini merupakan cara paling tradisional yang digunakan peneliti untuk memelihara

koleksi isolat mikroba di laboratorium. Cara ini juga digunakan untuk

penyimpanan dan pemeliharaan isolat mikroba yang belum diketahui cara

penyimpanan jangka panjangnya.

Tahap kedua yaitu fermentasi ampas kelapa dengan menggunakan bakteri

pendegradasi serat asal pliek u yang telah di remajakan dengan tiga level

penggunaan, yaitu 1%, 3%, dan 5%, dengan masing-masing level tiga ulangan

dan dengan masing-masing tiga perlakuan waktu inkubasi (fermentasi) yaitu 3

hari, 6 hari, dan 9 hari. Adapun tahapan dalam fermentasi ampas kelapa yaitu

dimulai dengan mencampurkan ampas kelapa dengan inokulum bakteri

pendegradasi serat asal pliek u. Inkubasi di tempatkan di dalam kantong plastik

dan di inkubasikan pada suhu ruangan selama 3 hari, 6 hari, dan 9 hari. Ampas

kelapa fermentasi dikeringkan dengan menggunakan oven 55oC. setelah kering

masing-masing sampel di giling halus hingga menjadi tepung dan di lakukan

pengujian kadar serat.

Tahap ketiga yaitu analisis Van Soest untuk mengetahui kandungan NDF,

ADF, dan Hemiselulosa pada ampas kelapa yang telah di fermentasi. Metode ini

dikembangkan oleh Van Soest 1963. Kemudian disempurnakan oleh Van Soest

Universitas Sumatera Utara


21

dan Wine 1967 dan Goering dan Van Soest 1970. Tujuan awal metode ini adalah

untuk menentukan jumlah kandungan serat dalam pakan ruminan tetapi kemudian

dapat digunakan juga untuk menentukan kandungan serat baik untuk nonruminant

maupun dalam pangan (Karim, 2014).

Peremajaan isolat bakteri YNH11


(24 jam)

1 liter aquadest, mineral mix 1%, urea 0,5%,


molases 0,5%, dan dedak 2%, suspensi isolat

Inkubasi pada suhu 37o dalam shaker pada


kecepatan 150 rpm selama 7 hari

Fermentasi ampas kelapa


(1%, 3%, 5% inokulum)

Inkubasi (3,6,9 hari)

Analisis kandungan serat (NDF, ADF, dan


Hemiselulosa)

Gambar 1. Tahapan penelitian

Analisis Data

Data yang didapat dan dianalisis dengan rancangan acak lengkap (RAL)

faktorial jika diperoleh data hasil yang sangat nyata atau nyata maka dilanjutkan

dengan uji duncan.

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan NDF (Neutral Detergen Fiber)

Hasil Analisis kandungan NDF (Neutral Detergent Fiber) ampas kelapa

yang telah difermentasi dengan bakteri asal pliek u dimana penelitian dilakukan

dengan 2 faktor, yaitu faktor I adalah berbagai level isolat bakteri asal pliek u (P 1

1%, P 2 3%, dan P 3 5%) dan faktor II adalah lama waktu fermentasi yang berbeda

(W 1 3 hari, W 2 6 hari, dan W 3 9 hari) dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 5. Rataan kandungan NDF (Neutral Detergent Fiber) ampas kelapa


fermentasi berdasarkan interaksi antara level isolat bakteri dan lama
fermentasi
Level Inokulum Lama Fermentasi (%)
Rataan (%)
Bakteri (%) W1 W2 W3
P1 73,33 Bb 69,37 Bb 66,58 Ba 69,76
Bb Bb Ba
P2 73,01 68,37 63,22 68,20
Ab Ab Aa
P3 71,48 66,85 59,35 65,89
Rataan (%) 72,61 68,19 63,05
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi antara level isolat

bakteri dan lama fermentasi yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

kandungan NDF pada ampas kelapa fermentasi. Hal ini menunjukkan adanya

sinergi positif antara berbagai level isolat bakteri dan lama fermentasi dalam

menurunkan kandungan NDF pada ampas kelapa.

Berdasarkan data awal yaitu P 0 (ampas kelapa tanpa perlakuan) yang di

peroleh dari hasil analisis menunjukkan nilai awal kandungan NDF ampas kelapa

adalah 79,39% . Setelah dilakukan uji lanjut terlihat bahwa kadar NDF tertinggi

adalah pada interaksi P 1 W 1 (fermentasi dengan 1% isolat bakteri dan lama

fermentasi 3 hari) yaitu 73,33%, terjadi penurunan kandungan NDF pada ampas

22
Universitas Sumatera Utara
23

kelapa fermentasi sebesar 6,06%. Sedangkan kadar NDF terendah yaitu pada

interaksi P 3 W 3 (fermentasi dengan 5% isolat bakteri dan lama fermentasi 9 hari)

yaitu 59,35%, dimana terjadi penurunan kandungan NDF ampas kelapa

fermentasi sebesar 20,04%.

Berdasarkan hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa interaksi antara level

isolat bakteri terbesar dan waktu fermentasi terlama (P 3 W 3 ) menghasilkan

kandungan NDF yang paling rendah dan penurunan kandungan NDF yang paling

tinggi dibandingkan dengan interaksi lainnya, dan sebaliknya interaksi antara

level isolat bakteri terkecil dan waktu fermentasi tercepat (P 1 W 1 ) menghasilkan

kandungan NDF yang paling tinggi dan penurunan kandungan NDF yang paling

rendah dibandingkan dengan interaksi lainnya. Dimana semakin rendah

kandungan NDF yang di hasilkan maka semakin baik kualitas pakan yang di

dapatkan.

Hal ini dikarenakan isolat bakteri asal pliek u yang diberikan dalam proses

fermentasi dapat merombak dinding sel tanaman menjadi lebih sederhana, maka

dari itu jika semakin banyak bakteri yang diberikan maka akan semakin besar

perombakan yang terjadi. Sebagaimana hasil penelitian Akmal (1994)

menyatakan bahwa menurunnya kandungan NDF dan ADF disebabkan karena

selama berlangsungnya fermentasi terjadi pemutusan ikatan lignoselulosa dan

aktivitas mikroba yang berkembang, serta dipertahankannya kondisi anaerob.

Dengan semakin menurunnya kadar NDF pada ampas kelapa menujukkan

bahwa kualitas nutrisi ampas kelapa fermentasi semakin baik, karena dengan

menurunnya kadar serat maka akan meningkatkan daya cerna terhadap bahan

pakan dan juga akan meningkatkan kandungan nutrisi lainnya, sebagaimana

Universitas Sumatera Utara


24

pernyataan Yunilas (2009) yang menyatakan bahwa dengan menurunnya kadar

NDF menunjukkan telah terjadi pemecahan selulosa dinding sel sehingga pakan

akan menjadi lebih mudah dicerna oleh ternak. Dan juga pernyataan

Utomo (2004) yang menyatakan bahwa menambahkan mikroba dalam proses

fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan asalnya, karena terjadi

perombakan bahan yang komplek menjadi sederhana.

Penambahan mikroba dalam suatu proses fermentasi akan menghasilkan

enzim selulase yang bermanfaat untuk mendegradasi selulosa, sehingga bahan

pakan yang mengandung serat tinggi akan terhidrolisis menjadi senyawa

monosakarida yang sangat penting bagi pertumbuhan mikroorganisme dalam

proses fermentasi sehingga akan menghasilkan glukosa yang dapat menurunkan

kandungan NDF, sebagaimana pernyataan Amini (1998) yang menyatakan bahwa

Glukosa yang dihasilkan dari proses degradasi selulosa menyebabkan

meningkatnya kadar NDS sehingga kadar NDF menurun.

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut diketahui bahwa interaksi P 3 W 3

menghasilkan kadar NDF terendah karena interaksi ini terjadi dengan waktu

fermentasi terlama yaitu 9 hari, artinya semakin lama waktu fermentasi yang

dilakukan maka kadar NDF akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan di dalam

suatu proses fermentasi terjadi pemutusan ikatan lignoselulosa oleh

mikroorganisme dalam fermentasi, semakin lama fermentasi dilakukan maka akan

semakin banyak pemutusan ikatan lignoselulosa yang terjadi. Sebagaimana hasil

penelitian Akmal (1994) menyatakan bahwa menurunnya kandungan NDF dan

ADF disebabkan karena selama berlangsungnya fermentasi terjadi pemutusan

Universitas Sumatera Utara


25

ikatan lignoselulosa dan aktivitas mikroba yang berkembang, serta

dipertahankannya kondisi anaerob.

Pada umumnya komposisi dinding sel suatu tanaman menurun dengan

bertambahnya waktu fermentasi. Hasil penelitian Rusdin (2009) menunjukkan

bahwa kandungan NDF dan ADF jerami padi yang difermentasi selama 15 hari

lebih rendah bila dibandingkan dengan 10 hari.

Kandungan ADF (Acid Detergent Fiber)

Hasil Analisis kandungan ADF (Acid Detergent Fiber) ampas kelapa yang

telah difermentasi dengan bakteri asal pliek u dimana penelitian dilakukan dengan

2 faktor, yaitu faktor I adalah berbagai level isolat bakteri asal pliek u (P 1 1%, P 2

3%, dan P 3 5%) dan faktor II adalah lama waktu fermentasi yang berbeda (W 1 3

hari, W 2 6 hari, dan W 3 9 hari) dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 6. Rataan kandungan ADF (Acid Detergent Fiber) ampas kelapa fermentasi
berdasarkan interaksi antara level isolat bakteri dan lama fermentasi
Level inokulum Lama Fermentasi (%)
Rataan (%)
bakteri (%) W1 W2 W3
P1 51,84 Bb 49,81 Bb 47,79 Ba 49,81
Bb Bb Ba
P2 51,57 49,48 46,39 49,15
Ab Ab Aa
P3 50,05 48,06 43,18 47,10
Rataan (%) 51,15 49,12 45,79
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi antara level isolat

bakteri dan lama fermentasi yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

kandungan ADF pada ampas kelapa fermentasi. Hal ini menunjukkan adanya

sinergi positif antara berbagai level isolat bakteri dan lama fermentasi dalam

menurunkan kandungan ADF pada ampas kelapa.

Universitas Sumatera Utara


26

Berdasarkan data awal yaitu P 0 (ampas kelapa tanpa perlakuan) yang di

peroleh dari hasil analisis menunjukkan nilai awal kandungan ADF ampas kelapa

adalah 54,54% . Setelah dilakukan uji lanjut terlihat bahwa kandungan ADF

tertinggi adalah pada interaksi P 1 W 1 (fermentasi dengan 1% isolat bakteri dan

lama fermentasi 3 hari) yaitu 51,84%, terjadi penurunan kandungan ADF pada

ampas kelapa fermentasi sebesar 2,7%. Sedangkan kandungan ADF terendah

yaitu pada interaksi P 3 W 3 (fermentasi dengan 5% isolat bakteri dan lama

fermentasi 9 hari) yaitu 43,18%, dimana terjadi penurunan kandungan ADF

ampas kelapa fermentasi sebesar 11,36%.

Berdasarkan hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa interaksi antara level

isolat bakteri terbesar dan waktu fermentasi terlama (P 3 W 3 ) menghasilkan

kandungan ADF yang paling rendah dan penurunan kandungan ADF yang paling

tinggi dibandingkan dengan interaksi lainnya, dan sebaliknya interaksi antara

level isolat bakteri terkecil dan waktu fermentasi tercepat (P 1 W 1 ) menghasilkan

kandungan ADF yang paling tinggi dan penurunan kandungan ADF yang paling

rendah dibandingkan dengan interaksi lainnya. Dimana semakin rendah

kandungan ADF yang di hasilkan maka semakin baik kualitas pakan yang di

dapatkan.

Hal ini dikarenakan isolat bakteri asal pliek u yang diberikan dalam proses

fermentasi dapat merombak dinding sel tanaman menjadi lebih sederhana, maka

dari itu jika semakin banyak bakteri yang diberikan maka akan semakin besar

perombakan yang terjadi. Sebagaimana pernyataan Lynch (1987) yang

menyatakan bahwa perombakan dinding sel dan isi sel yang berupa selulosa dan

hemiselulosa dari ikatan lignoselulosa menyebabkan penurunan kandungan ADF

Universitas Sumatera Utara


27

untuk selanjutnya selulosa dan hemiselulosa dikonversi menjadi gula sederhana

untuk digunakan sebagai sumber energi bagi mikroba. Selanjutnya Anam et, al.

(2012) menyatakan bahwa kadar ADF menurun disebabkan oleh terlarutnya

sebagian protein dinding sel dan hemiselulosa dalam larutan deterjen asam

sehingga meningkatkan porsi ADS dan menyebabkan menurunnya kadar ADF.

Disamping itu isolat bakteri asal pliek u ini merupakan bakteri indigenous

dimana bakteri ini merupakan bakteri yang dihasilkan dari substratnya sendiri dan

memiliki kemampuan dalam mendegradasi serat, sebagaimana pernyataan Yunilas

et al. (2013) yang menyatakan bahwa mikroorganisme lokal (indigenous

microorganisme) merupakan mikroba yang dieksploitasi dari substratnya sendiri

yang memiliki kemampuan optimal dalam mendegradasi pakan berserat. Melalui

ekplorasi mikroba indigenous akan dihasilkan multi enzim yang sangat berperan

dalam proses pengolahan pakan. Pengolahan pakan fermentasi menggunakan

mikroba indigenous akan mengoptimalkan kemampuan mikroorganisme rumen

dalam mencerna pakan berserat tinggi. Dan didukung oleh pernyataan Octavia

(2010) yang menyatakan bahwa Bakteri indigenous merupakan bakteri pengurai

serat yang manfaatnya dapat digunakan sebagai pendukung teknologi pertanian di

bidang miokrobiologi.

Interaksi P 3 W 3 menunjukkan interaksi level isolat bakteri terbesar dengan

waktu fermentasi terlama, dimana semakin lama waktu fermentasi yang dilakukan

maka kadar ADF akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan di dalam suatu proses

fermentasi terjadi pemutusan ikatan lignoselulosa oleh mikroorganisme dalam

fermentasi, semakin lama fermentasi dilakukan maka akan semakin banyak

pemutusan ikatan lignoselulosa yang terjadi. Sebagaimana hasil penelitian

Universitas Sumatera Utara


28

Akmal (1994) menyatakan bahwa menurunnya kandungan NDF dan ADF

disebabkan karena selama berlangsungnya fermentasi terjadi pemutusan ikatan

lignoselulosa dan aktivitas mikroba yang berkembang, serta dipertahankannya

kondisi anaerob.

Pada umumnya komposisi dinding sel suatu tanaman menurun dengan

bertambahnya waktu fermentasi. Hasil penelitian Rusdin (2009) menunjukkan

bahwa kandungan NDF dan ADF jerami padi yang difermentasi selama 15 hari

lebih rendah bila dibandingkan dengan 10 hari. Oleh karena itu hasil terbaik dari

interaksi antara level isolat bakteri dan lama fermentasi adalah pada interaksi

P 3 W 3 yaitu interaksi antara level isolat bakteri terbesar dan waktu fermentasi

terlama.

Kandungan Hemiselulosa

Hasil Analisis kandungan ADF (Acid Detergent Fiber) ampas kelapa yang

telah difermentasi dengan bakteri asal pliek u dimana penelitian dilakukan dengan

2 faktor, yaitu faktor I adalah berbagai level isolat bakteri asal pliek u (P 1 1%, P 2

3%, dan P 3 5%) dan faktor II adalah lama waktu fermentasi yang berbeda (W 1 3

hari, W 2 6 hari, dan W 3 9 hari) dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Rataan kandungan Hemiselulosa ampas kelapa fermentasi berdasarkan


interaksi antara isolat bakteri dan lama fermentasi
Level inokulum Lama Fermentasi (%)
Rataan (%)
Bakteri (%) W1 W2 W3
P1 21,49 Ab 19,56 Bb 18,88 Ba 19,98
P2 21,44 Ab 18,89 Ab 17,49 Ba 19,27
Ab Ab Aa
P3 21,43 18,79 16,16 18,79
Rataan (%) 21,45 19,08 17,51
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

Universitas Sumatera Utara


29

Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi antara level isolat

bakteri dan lama fermentasi yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

kandungan hemiselulosa pada ampas kelapa fermentasi. Hal ini menunjukkan

adanya sinergi positif antara berbagai level isolat bakteri dan lama fermentasi

dalam menurunkan kandungan hemiselulosa pada ampas kelapa.

Berdasarkan data awal yaitu P 0 (ampas kelapa tanpa perlakuan) yang di

peroleh dari hasil perhitungan menunjukkan nilai awal kandungan hemiselulosa

ampas kelapa adalah 24,85% . Setelah dilakukan uji lanjut terlihat bahwa kadar

hemiselulosa tertinggi adalah pada interaksi P 1 W 1 (fermentasi dengan 1% isolat

bakteri dan lama fermentasi 3 hari) yaitu 21,49%, terjadi penurunan kandungan

ADF pada ampas kelapa fermentasi sebesar 3,36%. Sedangkan kadar ADF

terendah yaitu pada interaksi P 3 W 3 (fermentasi dengan 5% isolat bakteri dan lama

fermentasi 9 hari) yaitu 16,16%, dimana terjadi penurunan kandungan ADF

ampas kelapa fermentasi sebesar 8,69%.

Berdasarkan hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa interaksi antara level

isolat bakteri terbesar dan waktu fermentasi terlama (P 3 W 3 ) menghasilkan

kandungan hemiselulosa yang paling rendah dan penurunan kandungan

hemiselulosa yang paling tinggi dibandingkan dengan interaksi lainnya, dan

sebaliknya interaksi antara level isolat bakteri terkecil dan waktu fermentasi

tercepat (P 1 W 1 ) menghasilkan kandungan hemiselulosa yang paling tinggi dan

penurunan kandungan hemiselulosa yang paling rendah dibandingkan dengan

interaksi lainnya. Dimana semakin rendah kandungan hemiselulosa yang di

hasilkan maka semakin baik kualitas pakan yang di dapatkan.

Universitas Sumatera Utara


30

Kadar hemiselulosa pada ampas kelapa fermentasi menurun disebabkan

oleh terlarutnya sebagian protein dinding sel dan hemiselulosa dalam larutan

deterjen asam sehingga meningkatkan porsi ADS dan menyebabkan menurunnya

kadar ADF yang juga akan menurunkan kadar hemiselulosa pada bahan pakan

tersebut Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1994) yang menyatakan

bahwa hemiselulosa larut dalam larutan alkali dan terhidrolisis dengan larutan

asam encer. Sutardi (1980) menyatakan bahwa fraksi yang larut dalam pemasakan

deterjen asam sebagian besar terdiri atas hemiselulosa dan sedikit protein dinding

sel.

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut diketahui bahwa interaksi level

isolat bakteri dengan waktu fermentasi tercepat (P 1 W 1 ) menghasilkan kadar

hemiselulosa yang lebih tinggi, dan sebaliknya, artinya semakin lama waktu

fermentasi yang dilakukan maka kadar hemiselulosa akan semakin rendah. Hal ini

dikarenakan didalam proses fermentasi terjadi suatu perombakan serat bahan

makanan yang dilakukan oleh mikroorganisme yang menghasilkan enzim selulase

yang dapat mendegradasi pakan berserat, hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Lamid (2008) yang menyatakan bahwa enzim selulase dapat digunakan sebagai

bahan biokatalis untuk mendegradasi pakan berserat kaya hemiselulosa dan

selulosa.

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Fermentasi ampas kelapa menggunakan bakteri asal pliek u dapat

mendegradasi kandungan serat ampas kelapa, Semakin besar level inokulum

bakteri yang diberikan dan semakin lama waktu fermentasi yang dilakukan akan

semakin menurunkan kadar serat (NDF, ADF dan Hemiselulosa) pada ampas

kelapa. Pada penelitian ini perlakuan fermentasi terbaik terdapat pada interaksi

P 3 W 3 yaitu fermentasi ampas kelapa dengan pemberian 5% inokulum bakteri asal

pliek u dan 9 hari waktu inkubasi.

Saran

Disarankan sebaiknya dilakukan pengolahan pada ampas kelapa sebagai

pakan ternak berupa fermentasi dengan bakteri asal pliek u guna menurunkan

kandungan serat dari ampas kelapa dan dilakukan dengan memberikan level

inoculum terbesar (5%) dan di inkubasi dengan waktu terlama (9 hari), serta

sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat sejauh mana perlakuan

terbaik yang harus dilakukan peternak untuk mendegradasi kadar serat pada

ampas kelapa secara optimal.

31

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Akmal. 1994. Pemanfaatan Wastelage Jerami Padi sebagai Bahan Pakan sapi FH
Jantan. Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Amini, R. 1998. Pengaruh Penggunaan Jerami Padi Fermentasi terhadap Performa


Ternak Sapi Peranakan Ongole. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan I (2): 40-47.

Anam, N.K., Pujaningsih, R. I., dan Prasetiyono, B. W. H. E. Kadar Neutral


Detergent Fiber dan Acid Detergent Fiber Pada Jerami Padi dan Jerami
Jagung yang difermentasi Isi Rumen Kerbau. Animal Agriculture Journal,
Vol. 1. No. 2, 2012, p 352 – 361.

Anas, S., dan Andy. 2010. Kandungan NDF dan ADF Silase Campuran Jerami
Jagung (Zea Mays) dengan Beberapa Level Daun Gamal. Jurnal
Agrisistem 6 (2).

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan V. PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet, dan M. Wooton, 1985. Ilmu pangan.
Universitas Indonesia, Jakarta.

Farizaldi. 2016. Evaluasi Kandungan Nutrisi Ampas Kelapa Terfermentasi dengan


Ragi Lokal dan Lama Fermentasi yang Berbeda. Jambi. Jurnal Volume
18 nomor 1 hal 49-55.

Hadrawi, J. 2014. Kandungan Lignin, Selulosa, dan Hemiselulosa Limbah Baglog


Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) dengan Masa Inkubasi yang
Berbeda Sebagai Bahan Pakan Ternak. Skripsi. Makassar: Universitas
Hasanuddin.

Herdiyantoro, D. 2013. Rancangan Faktorial Rancangan Acak Lengkap


Rancangan Acak Kelompok. Universitas Padjajaran. Bandung.

Hidayati, N., M. C Padaya., S. Suhartini. 2006. Mikrobiologi Nutrisi. ANDI.


Yogyakarta

Indah, P., M. Sobri. 2001. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas
Peternakan Perikanan Universitas Muhamadiyah Malang.

Karim, I. I. 2014. Kandungan ADF, NDF, Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin


Silase Pakan Komplit Berbahan Dasar Jerami Padi dan Beberapa Level
Biomassa Murbei. Fakultas Peternakan. Universitas Hasannudin, Makasar.

32

Universitas Sumatera Utara


33

Kartika, A. A. 2007. Isolasi dan Degradasi Hemiselulosa dari Tongkol Jagung


Secara Enzimatis. Thesis, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Airlangga, Surabaya.

Ketaren, P. 2010. Kebutuhan Gizi Ternak Unggas di Indonesia. Bogor. Balai


Penelitian Ternak, PO Box 221.

Kompiang, I.P., Sinurat, A.P., Kompiang, S., Purwadaria, T., dan Darma, J. 1994.
Nutrition value of protein enriched cassava: Cassapro. J. Ilmu Ternak dan
Veteriner, 4(2): 107-112.

Laelasari dan Purwadaria, T. 2004. Pengkajian nilai gizi hasil fermentasi mutan
aspergillus niger pada subtrat bungkil kelapa dan bungkil inti sawit.
Biodiversitas, 5(2): 48-51.

Lamid, M. 2008. Optimalisasi Potensi Enzim Xilanase Produksi Mikroba Rumen


dalam Biodegradasi Hemiselulosa pada Jerami padi sebagai Strategi
Pemberian Pakan Ruminansia. Disertasi. Pascasarjana Universitas
Brawijaya, Malang.

Lync, J. M. 1982. Utilization of lignocelulosic wastes. The Soc. For Applied


Bacteriology SymP. Series No.16.

Machmud, M. 2001. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Buletin


Agrobio 4(1):24-32. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan.
Bogor.

Mc Donald, P., R. A. Edward, J. F. D. Greenhalg dan C. A. Morgan. 2002. Animal


Nutrition, 6th Edition. Longman Scientific and Technical Co. Published in
The United States with John Willey and Sons inc, New York.

Miskiyah, Ira, M., Winda, H. 2006. Pemanfaatan Ampas Kelapa Limbah


Pengolahan Minyak Kelapa Murni Menjadi Pakan. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian Kampus Peneltian Pertanian, Jl.
Tentara Pelajar No. 12, Bogor.

National Research Council. 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle, 7th Ed.
National Academy Press. Washington, D.C.

Nurliana, Sudarwanto, M., Sudirman, L.I., Sanjaya, A.W. (2009). Prospek


Makanan Tradisional Aceh Sebagai Makanan Kesehatan: Deteksi Awal
Aktivitas Antimikrob Minyak Pliek U dan Ekstrak Kasar dari Pliek U.
Forum Pascasarjana Vol. 32 No. 1 Januari 2009:1-10.

Nurliana. 2009. Prospek Makanan Tradisional Aceh Sebagai Makanan Kesehatan:


Deteksi Awal Aktivitas Antimikrob Minyak Pliek U dan Ekstraksi Kasar
dari Pliek U. Disertasi. Bogor: IPB.

Universitas Sumatera Utara


34

Nursiam, I. 2012. Pendugaan Kadar Neuteral Detergent Fiber dan Acid Detergent
Fiber pada Pakan Berdasarkan Hasil Analisa Proksimat. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Pamungkas, W. 2011. Teknologi Fermentasi, Alternatif Solusi dalam Upaya


Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal. Subang. Loka Riset Pemuliaan dan
Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar Jl. Raya 2 Sukamandi, Subang
41256.

Patthack, N. 1997. Textbook of Feed Processing Technology. Vikas Pub. House


PVT. Ltd., New Delhi.

Perez J., J. Munoz-Dorado, T. de la Rubia and J. Martinez. 2002. Biodegradation


and biological treatments of cellulose, hemicellulose and lignin: an
overview. Int. Microbiol.

Pravitasari, G.A. 2017. Pengaruh Penambahan Fermentasi Ampas Kelapa (Cocos


Nucifera L.) oleh Ragi Tempe sebagai Campuran Pakan Terhadap Bobot,
Rasio Pakan, dan Income Over Feed Cost Ayam Kampung (Gallus Gallus
Domesticus). Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.

Puri, E. 2011. Pengaruh Penambahan Ampas Kelapa Hasil Fermentasi Aspergillus


oryzae dalam Pakan Komersil Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila
(Oriochromius niloticus). Skripsi. Surakarta Jurusan Biologi. FMIPA
Universitas Sebelas Maret.

Putri, M. F., 2010, Tepung Ampas Kelapa pada Umur Panen 11-12 Bulan Sebagai
Bahan Pangan Sumber Kesehatan, Jurnal Kompetensi Teknik, No.2, Vol.1,
97-105.

Raudati, e.,Mahakka dan E. Sahara, 2001. Peningkatan Mutu Daging Biji Buah
Pinang (pendium eduk) sebagai Pakan Ternak Melalui Proses Fermentasi
dengan Penambahan Dedak Halus. Jurnal peternakan dan lingkungan. Vol.
70. Universitas Andalas, Padang.

Rinaldi, R., Wassalwa, M., Hayatillah, R., Amirunnas., A’la, N., Iswadi.
Mikroorganisme Fermentor pada Proses Pembuatan Pilek U. BioWallacea
Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi Januari 2016 Vol. 2 No. 1, p. 13-19 ISSN:
2442-2622. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah Banda Aceh

Rusdin, 2009. Kadar NDF dan ADF Jerami Padi Amoniasi yang Difermentasi
dengan Trichoderma Viride. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Mataram, Mataram

Samosir, A. 1991. Mengamati Jenis Mikroorganisme yang terdapat pada Pliek U


yang telah disimpan Beberapa Bulan Pada Suhu Kamar. Skripsi. Padang:
Universitas Andalas..

Universitas Sumatera Utara


35

Sunarso dan M. Christiyanto. 2009. Manajemen Pakan. Departemen Ilmu


Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Supriyati, T. Pasaribu, H. Hamid dan A. Sinurat. 1999. Fermentasi Bungkil Inti


Sawit Secara Substrat Padat Menggunakan Aspergillus niger. JITV 3(2):
165 – 170.

Sutardi, T. 1983. Landasan Ilmu Nutrisi; Diktat Jilid I. Dept. Ilmu Pakanan
Ternak. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.

Taherzadeh M.J. (1999). Ethanol from Lignocellulose: Physiological Effects of


Inhibitors and Fermentation Strategies. Thesis. Goteborg: Department of
Chemical Reaction Engineering, Chalmers University of Technology

Tillman, A.D., Hartadi, H. Reksohadiprodjo, S, Prawirokusumo, S, dan.


Lebdosukojo, L. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.

Tilman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo & S.


Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Utomo, R. 2004. Review Hasil Hasil Pertanian Pakan Sapi Potong. Wartazoa Vol.
14 No.3. Th 2004. Hal : 116 – 124.

Yamin, M., 2008, Pemanfaatkan Ampas Kelapa dan Ampas Kelapa Fermentasi
Dalam Ransum Terhadap Efesiensi Ransum dan Income Over Feed Cost
Ayam Pedaging, Jurnal Agroland, No.15, Vol.2, 135-139.

Young, R. 1986. Cellulosa Strukture Modification and Hydrolysis. New York.

Yunilas. 2009. Bioteknologi Jerami Padi melalui Fermentasi sebagai Bahan Pakan
Ternak Ruminansia. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Yunilas, Lili Warly, Yetti Marlida., and Irsan Riyanto. 2013. Potency of
Indigenous Bacteria from Oil Palm Waste in Degrades Lignocellulose as
A Sources of Inoculum Fermented to High Fibre Feed. Pakistan Journal of
Nutrition. 12(9) : 851-853.

Yunilas. 2016. Peran Mikroorganisme Indigenous Yl (Moiyl) sebagai Inokulum


Pendegradasi Serat Berbasis Limbah Perkebunan Sawit. Sumedang.
Seminar Nasional Peternakan.

Yunilas, Nurzainah Ginting, dan Hasnudi. 2017. Probiotik Pliek U sebagai


Bioaktivator Pakan Ternak Berbasis Limbah Sawit (Solid). Laporan Akhir
Penelitian Dasar. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


36

Zin, N.B.M., B.M. Yusof, S.N. Oslan, H. Wasoh, J.S. Tan, A.B. Ariff, dan M.
Halim. 2017. Utilization of acid pre-treated coconut dregs as a substrate
for production of detergent compatible lipase by Bacillus stratosphericus.
AMB Ekspress. 7:131

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Lampiran 1. Sterilisasi Alat

Lampiran 2.Pembuatan Nutrient Agar

37

Universitas Sumatera Utara


38

Lampiran 3. Pembuatan Nutrient Broth

Lampiran 4. Memasukkan NA kedalam Cawan Petri dan menggoreskan bakteri

Lampiran 5. Bakteri yang telah tumbuh pada media NA

Universitas Sumatera Utara


39

Lampiran 6. Pemanenan Bakteri dan diberi Nutrient Broth

Lampiran 7. Proses Memfermentasi Ampas kelapa

Lampiran 8. Ampas kelapa fermetasi di ovenkan lalu di grinder

Universitas Sumatera Utara


40

Lampiran 9. Analisis Data

NDF (Neutral Detergent Fiber)

Analisis ragam
Ftabel
Sumber keragaman DB JK KT Fhit. 5% 1%
Perlakuan 8 506.1872963 _ _
Isolat Bakteri (P) 2 68.18865185 34.09432593 2789.535757 3.55 6.01
Lama Fermentasi (W) 2 412.0876741 206.043837 16858.13211 3.55 6.01
Interaksi (P.W) 4 25.91097037 6.477742593 529.9971211 2.93 4.58
Galat 18 0.22 0.012222222
Total 26 506.4072963

Sy = √(KTG/r) 0.063828416

P 2 3
Sy 0.063828416 0.063828416
r a.p.v 2.971 3.117
Rp 0.189634224 0.198953173

Inokulum bakteri Rata-rata 71.48 73.01 73.33 Notasi


P3W1 71.48 0 A
P2W1 73.01 1.53 0 B
P1W1 73.33 1.85 0.32 0 B
Inokulum bakteri Rata-rata 66.85 68.37 69.37 Notasi
P3W2 66.85 0 A
P2W2 68.37 1.52 0 B
P1W2 69.37 2.52 1 0 B
Inokulum bakteri Rata-rata 59.35 63.22 66.58 Notasi
P3W3 59.35 0 A
P2W3 63.22 3.87 0 B
P1W3 66.58 7.23 3.36 0 B

LAMA FERMENTASI
Lama Fermentasi Rata-rata 66.58 69.37 73.33 Notasi
P1W3 66.58 0 a
P1W2 69.37 2.79 0 b
P1W1 73.33 6.75 3.96 0 b
Lama Fermentasi Rata-rata 63.58 68.37 73.01 Notasi
P2W3 63.58 0 a
P2W2 68.37 4.79 0 b
P2W1 73.01 9.43 4.64 0 b

Universitas Sumatera Utara


41

Lama Fermentasi Rata-rata 59.35 66.85 71.48 Notasi


P3W3 59.35 0 a
P3W2 66.85 7.5 0 b
P3W1 71.48 12.13 4.63 0 b

ADF (Acid Detergent Fiber)

Analisis ragam
Ftabel
Sumber keragaman DB JK KT Fhit. 5% 1%
Perlakuan 8 176.2940074 _ _
Isolat Bakteri (P) 2 36.0908963 18.04544815 2206.644475 3.55 6.01
Lama Fermentasi (W) 2 131.9895407 65.99477037 8070.012681 3.55 6.01
Interaksi (P.W) 4 8.21357037 2.053392593 251.0942029 2.93 4.58
Galat 18 0.1424 0.008177778
Total 26 176.4412074

Sy = √(KTG/r) = 0.1651
P 2 3
Sy 0.1651 0.1651
r a.p.v 2.971 3.117
Rp 0.4905121 0.5146167

Inokulum bakteri Rata-rata 50.05 51.57 51.84 Notasi


P3W1 50.05 0 A
P2W1 51.57 1.52 0 B
P1W1 51.84 1.79 0.27 0 B
Inokulum bakteri Rata-rata 48.06 49.48 49.81 Notasi
P3W2 48.06 0 A
P2W2 49.48 1.42 0 B
P1W2 49.81 1.75 0.33 0 B
Inokulum bakteri Rata-rata 43.18 46.39 47.79 Notasi
P3W3 43.18 0 A
P2W3 46.39 3.21 0 B
P1W3 47.79 4.61 1.4 0 B

LAMA FERMENTASI
Lama Fermentasi Rata-rata 47.79 49.81 51.84 Notasi
P1W3 47.79 0 a
P1W2 49.81 2.02 0 b
B
P1W1 51.84 4.05 2.03 0
Lama Fermentasi Rata-rata 46.39 49.48 51.57 Notasi

Universitas Sumatera Utara


42

P2W3 46.39 0 a
P2W2 49.48 3.09 0 b
P2W1 51.57 5.18 2.09 0 b

Lama Fermentasi Rata-rata 43.18 48.06 50.05 Notasi


P3W3 43.18 0 a
P3W2 48.06 4.88 0 b
P3W1 50.05 6.87 1.99 0 b

Hemiselulosa
Ftabel
Sumber keragaman DB JK KT Fhit. 5% 1%
Perlakuan 8 91.9756 _ _
Isolat Bakteri (P) 2 6.618155556 3.309077778 278.2469636 3.55 6.01
Lama Fermentasi
(W) 2 79.75528889 39.87764444 3353.149797 3.55 6.01
Interaksi (P.W) 4 5.602155556 1.400538889 117.7656493 2.93 4.58
Galat 18 0.214066667 0.011892593
Total 26 92.18966667

Sy = √(KTG/r) 0.062961875

P 2 3
Sy 0.062961875 0.062961875
r a.p.v 2.971 3.117
Rp 0.187059731 0.196252164

Inokulum bakteri Rata-rata 21.427 21.437 21.49 Notasi


P3W1 21.427 0 A
P2W1 21.437 0.01 0 A
P1W1 21.49 0.063 0.053 0 A
Inokulum bakteri Rata-rata 18.787 18.887 19.56 Notasi
P3W2 18.787 0 A
P2W2 18.887 0.1 0 A
P1W2 19.56 0.773 0.673 0 B
Inokulum bakteri Rata-rata 16.163 17.487 18.883 Notasi
P3W3 16.163 0 A
P2W3 17.487 1.324 0 B
P1W3 18.883 2.72 1.396 0 B

Universitas Sumatera Utara


43

LAMA FERMENTASI
Lama Fermentasi Rata-rata 18.883 19.56 21.49 Notasi
P1W3 18.883 0 a
P1W2 19.56 0.677 0 b
P1W1 21.49 2.607 1.93 0 b
Isolat bakteri Rata-rata 17.487 18.887 21.437 Notasi
P2W3 17.487 0 a
P2W2 18.887 1.4 0 b
P2W1 21.437 3.95 2.55 0 b
Isolat bakteri Rata-rata 16.163 18.787 21.427 Notasi
P3W3 16.163 0 a
P3W2 18.787 2.624 0 b
P3W1 21.427 5.264 2.64 0 b

Universitas Sumatera Utara


44

Lampiran 10. Hasil Analisis Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai