Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MICRO TEACHING

Tentang

Keterampilan Mengajar

Disusun Oleh

Kelompok 2

Ridho Safrullah 17129075

Mia Nofriana 17129057

Gustis Anabella Putri 17129108

Jihan Salsabila Rizra 17129223

Seksi 17 BB 05

Dosen Pengampu

Dr. Taufina, S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur sebagai ucapan terima kasih kehadirat Allah SWT., karena dengan zat-
Nya yang Maha Rahman dan Maha Rahim, Kami sebagai penyusun diberikan kesempatan
untuk dapat menyelesaikan Makalah Micro Teaching ini dengan tepat waktu.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Keterampilan Mengajar. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Padang, 10 Februari 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................……………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah .............…………………………………………………………. 2
C. Tujuan ..........................…….………………………………………………………. 2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Memberikan Penguatan ...…………………………………………… 3
B. Keterampilan Menjelaskan …………………………………………………………. 6
C. Keterampilan Bertanya …….……………………………………………………….. 10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................………………………………………….... 14
B. Saran ..................................…………………………………………………………. 14

DAFTAR RUJUKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin
menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai substansi bidang
studi yang diajarkan, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan
penunjang untuk keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Mengajar adalah satu pekerjaan profesional yang menuntut kemampuan yang
kompleks untuk dapat melakukannya. Sebagaimana halnya pekerjaan profesional yang lain,
pekerjaan seorang guru menuntut keahlian tersendiri sehingga tidak setiap orang mampu
melakukan pekerjaan tersebut sebagaimana mestinya. Ada seperangkat kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang guru. Perangkat kemampuan tersebut disebut kompetensi guru.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
seorang guru dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian, dan
sosial.
Kompetensi pedagogis berkenaan dengan kemampuan mengelola pembelajaran dalam
rangka mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dmiliki peserta didik. Salah satu
kemampuan yang dituntut dari kompetensi ini adalah kemampuan melaksanakan
pembelajaran yang mendidik. Agar dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan
baik, di samping menguasai berbagai kemampuan, guru dipersyaratkan untuk menguasai
keterampilan dasar mengajar, yang merupakan salah satu aspek penting dalam kompetensi
guru.
Keterampilan dasar mengajar merupakan satu keterampilan yang menuntut latihan
yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini
memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif.
Keterampilan dasar mengajar bersifat generik, yang berarti bahwa keterampilan ini perlu
dikuasi oleh semua guru, baik guru TK, SD, SMP, SMA maupun dosen di perguruan tinggi.
Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar secara utuh
dan terintegrasi, guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin
menjadi seorang guru yang profesional, jadi di samping harus menguasai substansi bidang
studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan
penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterampilan memberikan penguatan?
2. Bagaimana keterampilan menjelaskan?
3. Bagaimana keterampilan bertanya?

C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana keterampilan memberikan penguatan
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana keterampilan menjelaskan
3. Untuk mendeskripsikan bagaimana keterampilan bertanya

BAB II
PEMBAHASAN

A. Keterampilan Memberikan Penguatan


Guru merupakan seseorang yang menjadi teladan bagi para siswa ketika di
sekolah. Dalam pembelajaran, seorang guru selain mempunyai kompetensi dalam
mengajar, juga harus memiliki banyak ketrampilan.
Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan
tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil
akhir dengan kepastian yang maksimal, tetapi dengan pengeluaran energi dan waktu yang
minimum. Pada hakikatnya manusia sangat membutuhkan ketrampilan dalam kehidupan
sehari-hari karena dengan ketrampilan, manusia dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dan
dapat mengatasi masalah dalam hidupnya (Saputra, 2000 : 40).
Seorang guru dituntut untuk memiliki keterampilan dalam pembelajaran.
Ketrampilan memberikan suatu penguatan misalnya. Secara psikologis seorang setiap
siswa mengharapkan adanya penghargaan terhadap suatu usaha yang telah dilakukannya.
Melalui penghargaan, siswa akan merasakan bahwa hasil perbuatannya tersrbut dihargai,
oleh karena itu akan menjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat
baik ketika berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga.

1. Pengertian dan Tujuan Penguatan


Penguatan merupakan respon yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan
seseorang yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya
perilaku atau perbuatan yang dianggap baik tersebut (Winataputra, 2004 : 55). Menurut
Wartono, penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Dalam rangka pengelolaan kelas,
dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Dalam kegiatan pembelajaran,
penguatan mempunyai peran penting dalam meningkatkan keefektifan kegiatan
pembelajaran. Pujian atau respon positif seorang guru terhadap perilaku siswa yang
positif akan membuat siswa merasa senang karena dianggap mempunyai kemampuan.
Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan memberi penguatan adalah sebagai berikut:
a) meningkatkan perhatian siswa,
b) membangkitkan dan memelihara motivasi siswa,
c) memudahkan siswa belajar,
d) mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa,
e) memunculkan rasa percaya diri pada siswa,
f) mendorong perilaku yang positif pada siswa, dan
g) menjaga kelas yang kondusif.

2. Komponen Keterampilan Memberikan Penguatan


Menurut Saputra (2000 : 50) penguatan pada dasarnya dapat diberikan dalam dua
jenis yaitu penguatan verbal dan penguatan nonverbal.
a. Penguatan Verbal. Penguatan verbal paling mudah digunakan dalam kegitan
pembelajaran dalam bentuk komentar, pujian, dukungan, pengakuan, atau
dorongan yang diharapkan dapat meningkatkan tingkah laku dan penampilan
siswa yang positif. Contoh: 1) Kata-kata: bagus, baik, luarbiasa, yak, betul. 2)
Kalimat: Pekerjaanmu rapi sekali; Wah, tulisanmu rapi dan bagus; Anak-anak
yang lain perlu meniru sikap Dono
b. Penguatan Non-verbal. Penguatan nonverbal dapat ditunjukkan dengan berbagai
cara sebagai berikut:
a) Mimik dan gerakan badan. Mimik dan gerakan badan seperti senyuman,
anggukan, tepukan tangan, atau acungan ibu jari dapat
mengkomunikasikan kepuasan guru terhadap siswa, yang tentu saja
merupakan penguatan yang sangat berarti bagi siswa.
b) Gerak mendekati. Gerak mendekati dapat ditunjukkan guru dengan cara
melangkah mendekati siswa, berdiri di samping siswa atau kelompok
siswa, bahkan dalam situasi tertentu duduk bersama siswa atau kelompok
siswa. Tujuan dari mendekati adalah memberikan perhatian.
c) Sentuhan. Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu, atau pundak siswa,
menjabat tangan siswa atau mengangkat tangan siswa yang menang, jika
dilakukan dengan tepat, dapat merupakan penguatan yang efektif bagi
siswa. Namun, jenis penguatan ini harus dipergunakan dengan penuh
kehati-hatian dengan memperhatikan umur, jenis kelamin, serta latar
belakang siswa.
d) Kegiatan yang menyenangkan. Pada dasarnya, siswa akan menjadi senang
jika diberikan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang menjadi
kegemarannya atau sesuatu yang memungkinkan dia berprestasi. Oleh
karena itu, kegiatan yang disenangi siswa dapat digunakan sebagai
penguatan.
e) Pemberian simbol atau benda. Simbol dapat berupa tanda cek (V),
komentar tertulis pada buku siswa, berbagai tanda dengan warna tertentu
misalnya merah, kuning, hijau, atau biru.
f) Penguatan tak penuh. Penguatan tak penuh diberikan untuk jawaban siswa
yang hanya sebagian benar, sedangakan bagian lainnya masih perlu
diperbaiki oleh siswa yang lain.
3. Prinsip Penguatan
Menurut Saputra (2000 : 64) agar penguatan yang diberikan guru dapat berfungsi
secara efektif, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pemberian penguatan
sebagai berikut:
a. Kehangatan dan keantusiaasan. Penguatan yang diberikan guru haruslah disertai
dengan kehangatan dan keantusiasan. Kehangatan dan keantusiasan dapat
ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya dengan muka/wajah berseri disertai
senyuman, suara yang riang penuh perhatian, atau sikap yang member kesan
bahwa penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh.
b. Kebermaknaan. Penguatan yang diberikan guru haruslah bermakna bagi siswa.
Artinya, siswa memang merasa terdorong untuk meningkatkan penampilannya.
c. Menghindari respon negatif. Respon negatif seperti kata-kata kasar, cercaan,
hukuman, atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh untuk menghancurkan
iklim kelas yang kondusif maupun kepribadian siswa sendiri. Oleh karena itu,
guru hendaknya menghindari segala jenis respon negatif tersebut.

Di samping ketiga prinsip tersebut di atas, dalam memberikan penguatan, guru


hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Sasaran penguatan. Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas.
Misalnya, memberikan penguatan kepada siswa tertentu. Setiap penguatan yang
diberikan oleh guru harus jelas sasarannya, apakah ditujukan kepada pribadi
tertentu, kepada kelompok kecil siswa atau kepada seluruh siswa.
b. Penguatan harus diberikan segera. Hal ini bertujuan agar dampak positif yang
diharapkan tidak menurun bahkan hilang, penguatan haruslah diberikan segera
setelah siswa menunjukkan respom yang diharapkan. Dengan perkataan lain, tidak
ada waktu tunggu antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang
diberikan.
c. Variasi dalam penggunaan. Pemberian penguatan haruslah dilakukan dengan
variasi yang kaya hingga dampaknya cukup tinggi bagi siswa yang menerimanya.
Penguatan verbal dengan kata-kata yang sama, misalnya: bagus, bagus, bagus,
akan kehilangan makna, hingga tak berarti apa-apa bagi siswa.
Demikian juga penguatan dalam bentuk mimic dan gerakan badan yang diberikan
secara terus-menerus akan membosankan dan tidak berdampak apa-apa. Oleh karena itu,
guru hendaknya berusaha mencari variasi baru dalam member penguatan.

B. Keterampilan Menjelaskan
1. Pengertian Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan adalah “mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda,
keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum, prinsip, konsep, kaidah
dan aturan yang berlaku.” Dalam menjelaskan berarti guru menggambarkan sebuah
materi dengan cara bertutur kata (ucapan) yang bertujuan untuk memberikan pemahaman
kepada siswa.
Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah keterampilan menyajikan
informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya
hubungan anatara satu bagian dengan bagian lainnya, misalnya antara sebab dan akibat,
definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui (Saud, 2012 : 65).
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan
yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan
merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seorang guru. Interaksi di
dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan, baik seorang guru sendiri,
guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa.
Keterampilan menjelaskan ini berhubungan dengan:
a. Penyampaian sesuatu ide/pendapat ataupun pemikiran (dalam hal ini, bahan
pelajaran) dalam bentuk kata-kata.
b. Pengorganisasian dalam menyampaiakan ide tersebut:
c. Sistematika penyampaian
d. Hubungan antar hal terkandung dalam ide itu.
e. Upaya untuk secara sadar menumbuhkan pengertian ataupun pemahaman pada
diri siswa.

Hal yang perlu dipersiapkan sebelumnya di antaranya adalah pengkajian ide atau
bahan yang disajikan (biasanya topik), pengkajian hubungan yang mungkin ada di antara
hal-hal yang terkandung dalam ide tersebut, serta kemungkinan pengambilan ikhtisar
atau generalisasinya.

2. Tujuan Keterampilan Menjelaskan


Menurut Saud (2012 : 77) tujuan utama keterampilan menjelaskan sebagai berikut:
1. Membimbing murid memahami materi yang dipelajari
2. Melibatkan murid untuk berpikir untuk memecahkan masalah
3. Untuk memberikan balikan pada murid mengenai tingkat pemahamannya dan
untuk mengatasi kesalahpahaman mereka
4. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran serta
menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah
5. Menolong siswa untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-
prinsip umum secara objektif dan bernalar.

3. Komponen Keterampilan Menjelaskan


Menurut Saud (2012 : 80) keterampilan menjelaskan terdapat komponen-
komponen yang harus diperhatikan. Komponen-komponen tersebut diantaranya yaitu
komponen merencanakan dan penyanjian suatu penjelasan :
a. Komponen merencanakan
Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik, terutama
yang berkenaan dengan isi pesan dan menerima pesan.
1) Isi pesan (materi)
Isi pesan (materi) meliputi:
i. Analisis masalah secara keseluruhan, dalam hal ini termasuk
mengidentifikasikan unsur-unsur apa yang akan dihubungkan dalam
penjelasan tersebut.
ii. Penemuan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dikaitkan
tersebut.
iii. Penggunaan hukum atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang
telah ditentukan.

2) Penerima Pesan
Merencakan suatu penjelasan harus mempertimbangkan penerima pesan.
Penjelasan yang disampaikan tersebut sangat tergantung pada kesiapan anak yang
mendengarkannya. Hal ini berkaitan erat dengan jenis kelamin, usia, kemampuan,
latar belakang, sosial, dan lingkungan belajar. Oleh karena itu, dalam
merencanakan suatu penejelasan harus selalu mempertimbangkan faktor tersebut.

b. Komponen penyajian
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Kejelasan
Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh siswa dan menghindari pengucapan istilah-istilah lain yang tidak
dapat dimengerti oleh siswa.
2) Penggunaan contoh ilustrasi
Dalam memberikan penjelasan sebaiknya menggunakan contoh-contoh
yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
3) Pemberian tekanan
Dalam memberikan penjelasan, guru harus mengarahkan perhatian siswa
agar terpusat pada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak penting.
Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan, seperti “yang
terpenting”, “perhatikan baik-baik konsep ini” atau “perhatikan yang ini agak
susah”.
4) Penggunaan balikan
Guru hendaknya memberi kesempatan pada siswa untuk menunjukkan
pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertiannya ketika penjelasan itu diberikan.
Berdasarkan balikan itu guru perlu melakukan penyesuaian dalam penyajiannya,
misalnya kecepatannya, memberi contoh tambahan atau mengulangi kembali hal-
hal yang penting. Balikan tentang sikap siswa dapat dijaring bersamaan dengan
pertanyaan yang bertujuan menjaring balikan tentang pemahaman mereka.

4. Prinsip-prinsip Keterampilan Menjelaskan


Dalam keterampilan menjelaskan ada pokok bahasan penting yang menjadi dasar
atau prinsip. Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam menjelaskan. Menurut
Mulyasa (2007 : 22) ada 5 prinsip dalam menjelaskan, adalah sebagai berikut:
1. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun
diakhir pembelajaran.
2. Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar
dan kompetensi dasar.

3. Penjelasan dapat dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau
menjelaskan materi standar yang sudah direncanakan untuk membentuk
kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.

4. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna bagi
peserta didik.

5. Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat
kemampuan peserta didik

Adapun prinsip-prinsip menurut Saud (2012 : 33) sebagai berikut:


1. Penjelasan dapat diberikan pada awal, di tengah, ataupun di akhir jam pelajaran,
tergantung pada keperluannya. Penjelasan itu dapat juga diselingi dengan tujuan
pembelajaran.
2. Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran.
3. Guru dapat memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari siswa ataupun
yang direncanakan oleh guru sebelumnya.
4. Materi penjelasan harus bermakna bagi siswa.
5. Penjelasan harus sesuai dengan kemampuan dan karateristik siswa.

5. Tahapan-tahapan dalam Keterampilan Menjelaskan


`Menurut Saputri (2014 : 89) terdapat lima tahap dalam keterampilan
menjelaskan, yaitu:
a. Menyampaikan informasi
Secara sederhana menyampaikan informasi adalah memberi tahu. Dalam
konteks pembelajaran, menyampaikan informasi adalah memberitahu peserta didik
tentang definisi-definisi atau pengertian-pengertian dasar tentang materi
pembelajaran.

1. Menerangkan
Pada tahap ini guru menguraikan istilah-istilah asing yang belum dikenal
peserta didik.
2. Menjelaskan
Langkah inti adalah penjelasan. Penjelasan dimaksudkan untuk menunjukkan
“mengapa”, “bagaimana”, dan “untuk apa”. Pola penjelasan ini berupaya
membuktikan hubungan antara dua hal atau lebih yang saling mempengaruhi, bahkan
menunjukkan sebab-akibat.
3. Pemberian contoh
Untuk menyampaikan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dijelaskan, berilah contoh konkret secara nyata.
4. Latihan
Langkah terakhir di dalam penjelasan adalah latihan. Latihan peserta didik
dengan mencari hubungan sebab-akibat pada fenomena atau peristiwa yang lain.

6. Kelebihan Penerapan Keterampilan Menjelaskan


Kelebihan penerapan keterampilan menjelaskan menurut Saputri (2014 : 94)
diantaranya sebagai berikut:
1. Lebih mudah dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam menemukan,
mengorganisasi, dan menilai informasi yang diterima.
2. Lebih mudah dalam memancing meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk
dan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas informasi yang
lengkap dan relevan.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan ide-ide dan mengemukakan ide-ide
tersebut.
4. Dapat mengatasi masalah pembelajaran yang diikuti oleh jumlah peserta didik yang
besar.
5. Merupakan cara yang lebih mudah saat guru akan memulai mengenalkan materi.
6. Dapat meningkatkan analisis guru terhadap teori yang sedang disampaikan dan guru
menjadi benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam.

7. Kelemahan Penerapan Keterampilan Menjelaskan


Kelemahan penerapan keterampilan menjelaskan menurut Saputri (2014 : 105)
diantaranya sebagai berikut:
1. Bila menjelaskan dilakukan terlalu lama, peserta didik cenderung menjadi
kaarkteristik auditif (mendengar) dan akhirnya menjadi siswa yang pasif.
2. Apabila selalu digunakan dan terlalu lama maka perjalanan akan terkesan
membosankan.
3. Bila menjelaskan dilakukan terlalu lama, kesempatan untuk berdiskusi menjadi terlalu
sedikit bahkan habis untuk menjelaskan.

C. Keterampilan bertanya
Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya
merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon
yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil
pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan
berpikir (Usman, 2010 : 74)

Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab


pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan
dampak positif terhadap siswa, yaitu:

1. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar,


2. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang
sedang dihadai atau dibicarakan,
3. Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir itu sendiri
sesungguhnya adalah bertanya,
4. Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa
agar dapat menentukan jawaban yang baik,
5. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Keterampilan dan kelancaran bertanya dari calon guru maupun dari guru itu perlu
dilatih dan ditingkatkan, baik isi pertanyaannya maupun teknik bertanya (Usman, 2010 :
76)

1. Dasar-dasar pertanyaan yang baik


Adapun dasar-dasar pertanyaan yang baik menurut Usman (2010 : 80) yakni
sebagai berikut :
a. Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa
b. Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan
c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu
d. Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berfikir sebelum menjawab
pertanyaan
e. Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata
f. Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa
untuk menjawab atau bertanya
g. Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban
yang benar

2. Jenis-jenis pertanyaan yang baik


Adapun jenis-jenis pertanyaan yang baik menurut Usman (2010 : 82) yakni
sebagai berikut :
a. Jenis pertanyaan menurut maksudnya
1) Pertanyaan permintaan (compliance question),
2) Pertanyaan retoris (rhetorical question)
3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question,) dan
4) Pertanyaan menggali (probing question).
b. Jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom
1) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowlagde question),
2) Pertanyaan pemahaman (conprehention question),
3) Pertanyaan penerapan (application question),
4) Pertanyaan sintetis (synthesis question), dan
5) Pertanyaan evaluasi (evaluation question).

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan


Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam keterampilan bertanya menurut Usman
(2010 : 85) yakni sebagai berikut :
a. Kehangatan dan keantusiasan
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar,
guru perlu menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan pertanyaan
maupun ketika menerima jawaban siswa. Sikap dan cara guru termasuk suara,
ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada-tidaknya
kehangatan dan keantusiasannya.
b. Kebiasaan yang perlu dihindari
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar,
guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan
maupun ketika menerima jawaban siswa. Guru harus menghindari kebiasaan
seperti :
1. Menjawab pertanyaan sendiri,
2. Mengulang jawaban siswa,
3. Mengulang pertanyaan sendiri,
4. Mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak,
5. Menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya, dan
6. Mengajukan pertanyaan ganda.

4. Jenis Keterampilan Bertanya


Menurut Usman (2010 : 85) ada beberapa jenis keterampilan bertanya, yakni
sebagai berikut :
a. Keterampilan bertanya dasar
Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar
yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-
komponen yang di maksud adalah: Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan
singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindah giliran, penyebaran,
pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.
b. Keterampilan bertanya lanjut
Keterampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan
bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan
berpikir siswa, memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar dapat
berinisiatif sendiri. Keterampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan
penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua
komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan
bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah :
Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan
urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya
interaksi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penguatan merupakan respon yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan
seseorang yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya
perilaku atau perbuatan yang dianggap baik.
2. Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah keterampilan menyajikan
informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya
hubungan anatara satu bagian dengan bagian lainnya, misalnya antara sebab dan
akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.
3. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang
dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal
yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang
mendorong kemampuan berpikir.

B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini, pembaca dapat menambah ilmu
tentang “Keterampilan Mengajar”. Selain itu, penulis juga berharap atas kritikan dari
pembaca yang sifatnya membangun untuk melengkapi kekurangan yang terdapat pada
makalah ini.
DAFTAR RUJUKAN

Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Saud, U.S. (2012). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Saputra, A. M. (2000). Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdikbud.

Saputri, E.N. (2014). Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang

(SDIDTK). KTI: Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Usman, M.U. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Wartono. (2003). Keterampilan Dasar Mengajar. Malang: Universitas Kanjuruhan

Winataputra, U. S. (2004). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai