BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dunia ini setiap 15 detik, karena akses pada sanitasi masih terlalu rendah.
atau bila buang air besar tiga kali atau lebih dalam waktu 24 jam.
penyebab nomor satu kematian anak di bawah lima tahun (balita) di seluruh
dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA
menunjukkan angka kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu penduduk
dan pada balita adalah 75 per 100 ribu balita (Depkes RI, 2005). Di
indonesia, diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama, hal ini
sekitar 200-400 kejadian per 1000 penduduk setiap tahunnya. Sebagai besar
Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian di Indonesia. Target
adalah 20% dari perkiraan jumlah penderita diare balita (Insidens diare balita
dikali jumlah balita di satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun).
kesehatan. Target cakupan pelayanan penderita diare semua umur (SU) yang
datang ke sarana kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita diare
waktu satu tahun). Tahun 2017 jumlah penderita diare SU yang dilayani di
tahun 2018 ya itu menjadi 4.504.524 penderita atau 62,93% dari perkiraan
diare di sarana kesehatan. Insiden diare semua umur secara nasional adalah
dengan cakupan tertinggi yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat (75,88%), DKI
Kepulauan Riau (18,68%). Terjadi 10 kali KLB Diare pada tahun 2018 yang
Buru masing-masing terjadi 2 kali KLB. Jumlah penderita 756 orang dan
diare sejak tahun 2011-2014, pada tahun 2011 kejadian diare tertinggi berada
jumlah penderita 167 jumlah kematian 4 (2,40%), dan pada tahun 2014 kasus
4
6.202 penderita dan pada tahun 2018 kembali penderita diare sedikit
dengan dengan faktor resiko kesehatan lingkungan yang buruk sebagai tempat
tentang (PHBS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Dinkes Kota Bengkulu,
2019).
peranan penting untuk dapat mencegah kejadian diare. Selain sarana Sanitasi
Dasar, Prilaku Hidup Bersih dan Sehan (PHBS) memiliki hubungan yang erat
buang air besar menjadi cara yang baik dalam memtuskan rantai penularan
dalam mencegah penularan penyakit diare. Oleh karena itu dalam usaha
yang sehat, disertai dengan sarana air bersih yang cukup, sarana pembuangan
sarana air bersih (SAB), jamban keluraga, saluran pembuangan air limbah
5
Masalah kesehatan yang timbul terutama disebabkan oleh sanitasi dasar yang
bersih dan jamban keluarga. Dengan kurangnya penyediaan air bersih dan
2007).
meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air
Data terakhir menunjukan bahwa kualitas air minum yang buruk yang
E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk diperkotaan, dan
sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri
(Setiawan 2007).
faktor perilaku orang tua dan faktor lingkungan yang kotor. Cara penularan
makanan dan minuman yang tercemar atau terkontak dengan tangan penderita
yang kotor pada saat menyentuh makanan atau melalui lalat pada makanan
yang tidap di simpai baik. Makanan basi dan makanan sisi setelah beberapa
hari juga sebagai bagian penularan diare. Dampak dari diare mengakibatkan
terjadinya kekurangan cairan tubuh yang dikenal dengan dehidrasi, tanda dan
gejala yang muncul yaitu berrupa penafasan kusumal, penurunan berat badan
terasa sakit dan terasa nules. Peningkatan frekuensi volume cairan dalam
kotoran semakin tinggi. Kotoran itu ada yang berupa darah atau lendir saja.
Di sekitar anus terasa panas dan seolah-olah ingin buang air saja. Rasa
demam, perut berasa kembung dan mual juga menjadi gejala dari diare stelh
penyebab penyakit diare. Sanitasi yang kurang bagus seperti air yang kotor,
sampah yang berserakan dan lain sebagainya. Semua itu merupakan penyebab
awal timbulnya penyakit diare, karena lingkungan dan sanitasi yang kurang
bersih dan sehat terdapat berbagai macam bakteri dan virus penyebab
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kota Bengkulu.
D. Manfaat Penelitian
1. Akademik
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian