Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah

penyebab nomor satu kematian anak di bawah lima tahun (balita) di

seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua

setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Hasil Survei Kesehatan

Rumah menunjukkan angka kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu

penduduk dan pada balita adalah 75 per 100 ribu balita (Depkes RI, 2005).

Di indonesia, diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama,

hal ini di karenakan masih tingginya angka prevensi diare yang

menyebabkan banyak mortalitas terutama pada balita. Angka morbiditas

diare di indonesia sekitar 200-400 kejadian per 1000 penduduk setiap

tahunnya. Sebagai besar 70%-80% anak balita (surdayat, 2009).

Menurut Depkes RI (2009), seluruh insiden diare di Indonesia, 60-

70% di antaranya anak-anak di bawah umur 5 tahun. Setiap anak

mengalami diare rata-rata 1 sampai 2 kali setahun dan secara

keseluruhan,rata-rata mengalami 3 kali episode diare per tahun. Penyakit

diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan

penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian (Bela,

2009). Di indonesia kejadian diare sejak tahun 2011-2014, pada tahun

2011 kejadian diare tertinggi berada di kepulauan Riau dengan jumlah


penderita 1.426 dengan jumlah kematian 2 (14%), Tahun 2012 tertinggi di

Sumatera Selatan dengan jumlah penderita 292 jumlah kematian 8

(2,74%), Tahun 2013 tertinggi di Sulawesi Tengah jumlah penderita 167

jumlah kematian 4 (2,40%), dan pada tahun 2014 kasus diare tertinggi di

NTT dengan jumlah penderita 2.089 jumlah kematian 23 (1,10%)

(Kemenkes RI, 2014)

Prevalensi kasus penyakit diare di Kota Bengkulu pada tahun 2016

mencapai 3.956 penderita, pada tahun 2017 kembali bertambah menjadi

6.202 penderita dan pada tahun 2018 kembali penderita diare sedikit

berkurang menjadi 4.815. Penyakit tersebut biasanya terjadi di wilayah

dengan dengan faktor resiko kesehatan lingkungan yang buruk sebagai

tempat perindukan lalat dan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masih

rendah yang memungkinkan lalat menyebarkan penyakit ke manusia

melalui air dan makanan yang terkontaminasi vektor (Dinkes kota

Bengkulu, 2019).

Diare adalah penyakit yang terjadi ketika perubahan

konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang

dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya,

atau bila buang air besar tiga kali atau lebih dalam waktu 24 jam.

Diare selalu masuk dalam 10 besar masalah kesehatan dan penyakit

yang terjadi pada seluruh puskesmas di Indonesia. Masalah ini disebabkan

oleh ketidak tahuan dan ketidak mampuan masyarakat dalam memelihara

kesehatan lingkungan (Langit, 2016).


Puskesmas pasar ikan merupakan salah satu wilayah yang jumlah

penderita diare paling tinggi di seluruh Puskesmas Kota Bengkulu yaitu

sebanyak 485 penderita diare yang terdat yang terdiri dari 34 penderita

pada usia 26 bulan sampai 1 tahun, 168 penderita pada usis 1 sampai 4

tahun, 123 penderita pada usia 10 sampai 14 tahun dan 108 penderita pada

usia 15 sampai 19 tahun. Pada puskesmas pasar ikan diare menjadi 10

besar penyakit di setiap bulannya (Dinkes Kota Bengkulu 2018).

Anda mungkin juga menyukai