Anda di halaman 1dari 16

SUPPORTING DEVICE DALAM KEPERAWATAN

Makalah dibuat untuk memenuhi tugas mata etika keperawatan


Dosen Pembimbing : -

Disusun oleh:
Kelompok 11
Kelas 1A1
1. Tekad (P13374201190)
2. Triya
3. Dwi Riski Alvira (P1337420119041)
4. ulfah
5. Widyastuti Ayu Wulandari (P1337420119037)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2019/2020
DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. iv
BAB IPENDAHULUAN ........................................................................................................... 5
1.1.Latar belakang .................................................................................................................. 5
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………………………………2
1.3. Tujuan …………………..…………………………………………………………………………………………………..2
1.4. Manfaat…………………………………………………………………..........…………………………………………….2
BAB IIPEMBAHASAN ............................................................................................................ 7
2.1 Pengertian Supporting Devices ........................................ Error! Bookmark not defined.
2.2 Klasifikasi Supporting Devices................…………………...........……………………………………….3
2.3 Fungsi Klasifikasi Supporting Devices dalam Keperawatan………………………………………….5
2.4 Dampak Negatif Supporting Devices............................………….….………………………………10
2.5 Supporting Devices dalam Segi Hukum, Agama , dan Etika.........................................11

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………12


3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………………..12
3.2. Saran ……………………………………………………………………………………………………………………….12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………….13

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah dengan judul “Supporting Device dalam Keperawatan” telah dibuat oleh :

Kelompok 11 Kelas 1A1

Disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

NAMA DOSEN

NIP :

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu.Makalah yang berjudul “Supporting Device dalam Keperawatan”, disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar yang di bimbing oleh Bpk(nama
dosen)
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini tidak dapat
terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan
terima kasih kepada
1. Yth. Dosen (nama) selaku Dosen Pembimbing di Prodi Keperawatan Semarang
2.Teman-teman kelompok atas segala motivasi dan dorongannya.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dari segi isi maupun bentuk. Oleh karena itu, penyusun memohon sumbang saran dan kritik
konstruktif dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing mata kuliah ilmu
Keperawatan Dasar I untuk kesempurnaan dalam pembuatan makalah yang akan datang.
Akhirnya penyusunan berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita,
khususnya bagi masyarakat luas.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan


setiap klien, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi
yang telah ditetapkan.Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah
bentuk implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik
kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan tujuan, upaya peningkatan kesehatan
dan kesejahteraan guna mempertahankan dan memelihara kesehatan serta
menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain upaya praktek keperawatan berupa
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.
Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung berhubungan
dan berinteraksi dengan klien, dan pada saat interaksi inilah sering timbul beberapa hal
yang tidak diinginkan baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu profesi
keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lain yang didasari oleh ilmu
pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada masyarakat.
Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan ini dapat dilihat apakah seorang
perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek
keperawatan lainnya baik itu pelanggaran yang terkait dengan etika ataupun
pelanggaran terkait dengan masalah hukum.
Dalam etika keperawatan ada 4 masalah dalam bidang kesehatan yang berkaitan
dengan aspek hukum yang selalu aktual dibicarakan dari waktu ke waktu, sehingga
dapat digolongkan ke dalam masalah klasik dalam bidang kedokteran yaitu salah
satunya supproting devices. Sampai kini persoalan yang timbul berkaitan dengan
masalah ini tidak dapat diatasi atau diselesaikan dengan baik, atau dicapainya
kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak. Pada beberapa kasus dan keadaan

5
memang diperlukan sementara di lain pihak tindakan ini tidak dapat diterima,
bertentangan dengan hukum, moral dan agama.
Jika zaman dahulu perawat hanya melakukan aktivitas fungsional tanpa
mengetahui justifikasi dari tindakan yang dilakukan, lain halnya dengan kemajuan ilmu
keperawatan yang berkembang sekarang ini. Perawat mulai meningkatkan kemampuan
untuk berfikir kritis terkait tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien sesuai
dengan kondisi dan penyakit yang diderita oleh pasien tersebut. Salah satu bukti
kemajuan teknologi yang membantu tugas perawat adalah dengan digunakannya
handheld device.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Supporting Devices?


2. Apa sajaklasifikasi Supporting Devices?
3. Apa sajafungsi klasifikasi Supporting Device dalam keperawatan?
4. Apa saja dampak negatif Supporting device ?
5. Bagaimana Supporting Device dalam segi hukum, agama dan etika ?

1.3 Tujuan

Agar Penulis dan Pembaca Mengetahui tentang Supporting Device yang dapat
dilakukan dan sesuai dengan asuhan keperawatan.

1.4 Manfaat

Bermanfat bagi penulis dan pembaca untuk menambah wawasan tentang


Supporting Devices dalam Keperawatan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Supporting Devices


Supporting Devicesadalah perangkat tambahan atau pendukung. Jika di tinjau
dari segi keperawatan, maka dapat kita simpulkan kalau supporting devices itu adalah
perangkat tambahan yang digunakan dalam dunia kesehatan pada para perawat dalam
melakukan praktek.

Peralatan pendukung yang sering digunakan . Adapun peralatan pendukung


yang sering digunakan oleh perawat atau tenaga medis adalah :
a. Cusa (pisau pemotong yang menggunakan gelombang ultrasonografi)
b. Meja operasi
c. Gunting
d. Pisau operasi
e. Bedah minor set
f. Slang-slang pembius
g. Drap (kain steril yang digunakan untuk menutup bagian tubuh yang tidak dioperasi)
h. Plastik steril berkantong yang fungsinya menampung darah yang meleleh dari tubuh
pasien
i. Retractor
j. Penghangat darah dan cairan
k. Lampu operasi, dan lain-lain.

2.2 Klasifikasi Supporting Devices

Adapun klasifikasi Supporting Devices, yaitu:

A. Alat Bantu
Teknologi medis yang canggih merupakan alat atau perkakas untuk para dokter, dan
alat bantu akan mengurangi beban perawat. Kemajuan dalam layanan medis, termasuk

7
alat medis dengan sistem komputerisasi yang canggih, melindungi jiwa banyak orang.
Produk THK memenuhi standar realibilitas tertinggi yang diperlukan untuk alat medis.

B. Peralatan Sinar X
Pemandu LM dan Cincin Roller Lintang kami digunakan untuk pergerakan
reseptor sinar X. Ini memungkinkan mesin sinar X untuk menggerakkan unit transmiter
dan penerima sinar ke arah manapun dan mengambil gambar dari sudut manapun,
tanpa bergantung pada posisi pasien. Saat produk THK digunakan, getaran dan suara
mesin juga dikurangi sehingga menghilangkan kekhawatiran pasien. sinar X yang
mampu melakukan penetrasi kedalam tubuh pasien.

C. Peralatan analisis otomatis hematologikal


Splina Bola dapat menekan getaran di ujung injektor saat dihentikan, dan mur
perubah sekrup geser memungkinkan terciptanya mekanisme pengumpanan dengan
kecepatan tinggi dan sangat mulus.

D. Pemindai CT sinar X medis


Pemindai CT sinar X merupakan perangkat tunggal yang memindai keseluruhan
tubuh pasien dan terdiri dari pemindai CT (Computed Tomography/Tomografi
Komputer) dan peralatan angiografi. Pada perangkat ini, Pemandu LM THK digunakan
di bagian gerakan longitudinal yang menggerakkan pasien yang terbaring di tempat
tidur selama proses pemindaian. Karena pemandu tersebut dapat mengurangi getaran
dan suara selama gerakan sistem, komponen ini dapat menghilangkan kekhawatiran
pasien.

E. Fasilitas mandi dengan penopang kursi roda elektrik


Splina Bola kami digunakan dalam fasilitas mandi dengan pengangkat (lift)
bertenaga listrik. Menggunakan poros splina sebagai batang angkat memungkinkan
desain fasilitas yang kompak.

F. Robot pendukung pembedahan


Selama pengobatan tulang, dokter menggunakan tekanan berat untuk
mengembalikan posisi tulang. Dosis radiasi yang diserap selama radiografi juga

8
menimbulkan masalah. Untuk mengatasi ini, robot pendukung pembedahan telah
dikembangkan. Dengan menggunakan pemandu LM dan aktuator dari THK.

G. Handheld

Handheld adalah suatu alat yang membantu perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada klien, melalui pengumpulan data, berkomunikasi dengan pasien,
berkonsultasi dengan sesama perawat maupun tenaga medis, mencari literatur terkait
interaksi obat dan infus, sampai menganalisis hasil laboratorium. Handheld yang
digunakan dalam keperawatan disebut Personal Digital Assistants (PDAs).

H. Handheld Device

Handheld Device adalah mempermudah perawat untuk mengakses sumber-


sumber klinik, pasien dan sejawat melalui suara serta pesan teks, serta mempermudah
akses ke jaringan informasi sehingga penentuan keputusan secara desentralisasi dapat
dilakukan yang akan meningkatkan otonomi perawat.

I. Wireless Communication

Wireless Communication juga memudahkan perawat untuk memperoleh hasil


pemeriksaan laboratorium pasien atau melakukan perubahan pesanan ke laboratorium,
ketika masih berada di kamar pasien tanpa harus kembali ke ruang perawat terlebih
dahulu

2.3 Fungsi Klasifikasi Supporting Devices dalam Keperawatan


1. Fungsi Sinar X yaitu untuk melihat kondisi tulang serta organ tubuh tanpa
melakukan pembedahan pada tubuh pasien.
2. Fungsi analisis otomatis hematologikal yaitu untuk transportasi vertikal injektor
reagen dalam peralatan tes hematologikal.
3. Fungsi CT sinar X medis yaitu untuk diagnosis sistem sirkulasi.
4. Fungsi penopang kursi roda elektrik yaitudalam fasilitas mandi dengan
pengangkat (lift) bertenaga listrik.

9
5. Fungsi Robot pendukung pembedahan yaiturobot pendukung pembedahan
dapat menjadi alat yang berdaya guna tinggi, dan juga membuat proxide ini
menjadi kompak untuk mendapatkan tingkat akurasi tinggi selama pembedahan,
sehingga mampu mensimulasi gerakan dokter yang dapat diandalkan.
6. Fungsi Handheld yaitu mulai meningkatkan kemampuan untuk berfikir kritis
terkait tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
kondisi dan penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.
7. Fungsi Handheld Deviceyaitu Handheld device digunakan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien melalui kemampuan mengakses informasi,
mempermudah penghitungan, dan memperlancar komunikasi.
8. Fungsi Wireless Communication yaitu untuk memperoleh hasil pemeriksaan
laboratorium pasien atau melakukan perubahan pesanan ke laboratorium.
2.4 Dampak Negatif Supporting Devices
A. Sinar X

Terlepas dari peranan Sinar X dalam menunjang informasi diagnosis klinis, Sinar X
ternyata memiliki sisi yang sangat perlu diperhatikan secara khusus, yaitu berkaitan
dengan efek negatif yang ditimbulkan. Perlu diketahui bahwa Sinar X dengan
karakteristiknya memiliki energi minimal sebesar 1 KeV = 1000 eV. Energi sebesar ini
jika berinteraksi dengan tubuh manusia tentunya dikhawatirkan akan memberikan
dampak negatif. Ada beberapa kemungkinan peristiwa yang dapat terjadi, ketika Sinar
X berinteraksi dengan materi (tubuh manusia) dari sudut pandang mikroskopis, yaitu
hamburan Compton, hamburan Fotolistrik dan hamburan Pair Production. Hamburan
Compton terjadi karena Sinar X berinteraksi dengan elektron yang terletak pada
lintasan terluar, yang selanjutnya elektron ini akan terlempar keluar dari atom.

Efek hamburan Compton umumnya terjadi pada rentang energi sekitar 26 keV
(kilo elektron volt) untuk diagnostik. Hamburan fotolistrik terjadi ketika Sinar X
berinteraksi dengan atom materi dan melemparkan salah satu elektron sehingga
mengakibatkan elektron lainnya, bergerak menuju lintasan yang kehilangan elektron
sambil melepaskan energinya. Hamburan ini juga dapat terjadi pada energi untuk
diagnostik. Sedangkan hamburan pair production jarang sekali terjadi di bidang

10
imaging diagnostik karena membutuhkan energi Sinar X yang sangat besar 1,02 MeV
(mega elektron volt). Walaupun sudut pandang ini hanya dilihat secara mikroskopis,
secara makroskopis dikhawatirkan akan mengganggu kestabilan atom materi dan
menimbulkan kelainan pada sel tubuh manusia.

Ini perlu kehati-hatian dan pemilihan yang tepat dalam penggunaannya di bidang
medis. Walaupun secara empiris pasien yang diberikan Sinar X pada level diagnostik
medis di rumah sakit tidak mengalami gejala ataupun tanda-tanda kerusakan jaringan.
Namun gejala kelainan pada tubuh manusia akan muncul jika diberikan Sinar X secara
berlebihan. Oleh karena itu paparan radiasi medis (diagnostik imaging) yang mengenai
tubuh pasien diharapkan sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan kebutuhan dalam
imaging adalah kualitas citra yang mampu menunjang diagnosis klinis yang diderita
pasien dengan tidak memberikan paparan radiasi yang berlebihan atau tidak dibutuhkan
kepada tubuh pasien.

11
2. CT Scan

Ternyata radiasi alat-alat tersebut dalam waktu lama bisa meningkatkan risiko
terserang penyakit leukemia.Sinar-X adalah suatu radiasi berenergi kuat yang
tergantung pada dosisnya, dapat mengurangi pembelahan sel, merusak materi genetik,
dan menimbulkan defek pada bayi yang belum dilahirkan. Sel-sel yang membelah
cepat adalah paling sensitif terhadap paparan sinar-x. Bayi dalam perut ibu sensitif
terhadap sinar-x karena sel-selnya masih dalam taraf pembelahan dengan cepat, dan
berkembang menjadi jaringan dan organ yang berbeda-beda. Pada dosis tertentu,
paparan sinar-x pada wanita hamil dapat menyebabkan keguguran atau cacat pada janin
yang dikandungnya, termasuk kemungkinan terjadinya kanker pada usia dewasa.

Memang sebagian besar prosedur pemaparan sinar-x menghasilkan radiasi yang


relatif ringan. Namun sebagai langkah jaga-jaga, penggunaan sinar-x pada wanita
hamil kecuali benar-benar perlu,harus dihindari. Wanita yang melalui pemeriksaan
rontgen sebelum mengetahui status kehamilannya harus berbicara kepada
dokternya.CT Scan memang bisa memberikan hasil tes medis secara cepat dan rinci.
Beberapa penyakit pada anak seperti radang paru atau patah tulang juga membutuhkan
alat-alat pemindai kesehatan untuk diagnosis yang lebih akurat.

Tetapi para ahli juga mengingatkan bahaya terselubung yang mungkin timbul. Pada
anak-anak, paparan sinar-X tiga kali atau lebih akan meningkatkan ancaman leukimia.
"Menghindari atau mengurangi paparan radiasi sangat penting," kata Patricia Buffler,
dari Univesitas Berkeleys School of Public Health, Amerika.Dalam penelitiannya, ia
mengamati catatan medis 711 anak berusia maksimal 14 tahun yang didiagnosa
leukimia limfoid akut di California antara tahun 1995-2008. Ia membandingkannya
dengan data anak yang tidak menderita leukimia.

Secara umum peningkatan risiko leukimia pada anak memang tidak terlalu besar.
Dari 100.000 anak, ada 4 yang terkena leukimia. Namun, meski kasus kankernya kecil,
tetap saja risikonya ada. Buffler menjelaskan, radiasi yang terdapat dalam sinar-X
membuat sel-sel dalam tubuh bermutasi dan menciptakan kanker. CT-Scan yang
belakangan ini sangat populer memiliki tingkat radiasi yang lebih tinggi. Pemajanan
medan elektromagnet yang terlalu sering diduga meningkatkan risiko kanker.

8
Demikian studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah New England Journal
of Medicine.

Kesimpulan tersebut didapat berdasarkan survei terhadap 950.000 pasien. Hampir


70 persen pasien pernah mengalami sekurangnya satu kali prosedur pencitraan yang
membuat mereka terpajan. Dalam waktu tiga tahun selanjutnya, diketahui mereka
menderita kanker.

3. Robot Pendukung Pembedahan

Robot laba-laba ini diharapkan dapat berjalan sepanjang lintasan DNA. Dengan
menggunakan alur yang sesuai dengan urutan, robot dapat dibuat untuk berjalan,
berbelok ke kiri atau kanan sesuai alur untaian DNA. Tubuh robot ini terdiri dari
protein yang biasa disebut streptavidin. Melekat padanya kaki tiga 'enzimatik DNA'
untai tunggal yang mengikat dan kaki keempatnya adalah untaian yang membawa laba-
laba ke titik awal."Setelah robot dilepaskan dari pemicu, maka ia akan mengikat
kemudian memotong untaian DNA," ujar Milan Stojanovic selaku ketua tim proyek.
Setelah untaian dipotong, kaki robot mulai meraih jalur dan mencocokan DNA. dengan
ini, robot dipandu ke jalur yang ditetapkan oleh peneliti.
Untuk melihat robot ini bergerak, para peneliti menggunakan mikroskop kekuatan
atom. Robot ini bisa mencatat tanda-tanda penyakit pada permukaan sel, menentukan
sel itu adalah kanker, menghancurkan sel kanker bahkan robot itu bisa memberikan
senyawa untuk membunuhnya. Rupanya 'DNA berjalan' ini sudah dikembangkan sejak
dulu, namun mereka tak pernah mencapai prestasi seperti saat ini. "Robot itu bisa
berjalan hingga 100 nanometer atau sekitar 50 langkah," ungkap Profesor Yan asal
Arizona State University."Ini pertama kalinya sistem mesin nano digunakan untuk
melakukan operasi. Sebuah kemajuan penting dalam evolusi teknologi DNA," kata
Lloyd Smith dari University of Wisconsin, Madison. Hampir 6 miliar poundsterling
diinvestasikan dalam penelitian dan pengembangan produk nano di seluruh dunia.

9
2.5 Supporting Devices dalam Segi Agama , Hukum, dan Etika

7
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Supporting Devicesadalah perangkat tambahan atau pendukung. Jika di tinjau dari


segi keperawatan, maka dapat kita simpulkan kalau supporting devices itu adalah perangkat
tambahan yang digunakan dalam dunia kesehatan pada para perawat dalam melakukan
praktek.

Klasifikasi Supporting Devices terbagi atas Peralatan Sinar X, Peralatan analisis


otomatis hematological, Pemindai CT sinar X medis, Fasilitas mandi dengan penopang kursi
roda elektrik, Robot pendukung pembedahan, Handheld Device, Wireless Communication.
Setiap Klasifikasi Supporting Devices memiliki fungsih masing-masing yang saling
menguntungkan dalam dunia keperawatan. Klasifikasi Supporting Devices juga memiliki
dampak yang negatif.

1.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan-kekurangan baik dari bentuk maupun isinya, maka dari itu penulis menyarankan
kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari
tentang Supporting Devices dan semoga dengan makalah ini para pembaca dapat menambah
cakrawala ilmu pengetahuan.

1
DAFTAR PUSTAKA

http://deasyhudaiva.blogspot.com/2013/11/supporting-device-dalam-keperawatan.html

http://ilhammargito.blogspot.com/2015/02/supporting-device.html

http://materikeperawatankelasc15uit.blogspot.com/2015/10/makalah-isu-etik-dalam-praktik.html

Anda mungkin juga menyukai