Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Kelompok III :
1. Siti Fathonah ( 715.3.1.0792 )
2. Didit Adhitya Nugroho ( 715.3.1.0799 )
3. Ahmad Baydawi ( 715.3.1.0811 )
4. Daftria Okta Susana ( 715.3.1.0821 )
5. Ahmad Fahrul Futon ( 715.3.1.0827 )

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keputusan (decision) adalah suatu pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua
atau lebih kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan
pilihan, ada perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa
keputusan adalah pilihan nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang
tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah
pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan Wilson lebih melihat
pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir dari
suatu proses yang lebih dinamis, yang diberilabel pengambilan keputusan.
Dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seriaktifitas yang berkaitan dan
tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana.
Manajemen membutuhkan Informasi sebagai dasar pengambilan
keputusan mereka. Sistem Informasi mempunyai peranan yang penting dalam
menyediakan Informasi untuk manajemen setiap tingkatan. Tiap-tiap
kegiatan dan keputusan manajemen yang berbeda membutuhkan informasi
yang berbeda. Oleh karena itu,untuk dapat menyediakan informasi yang
relevan dan berguna bagi manajemen,maka pengembangan Sistem Informasi
harus memahami terlebih dahulu kegiatanyang dilakukan oleh manajemen dan
tipe keputusannya.
Pengambilan keputusan adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan
pilihan. Keputusan ini di ambil setelah melalui beberapa perhitungan dan
pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang
mungkin akan dilalui pleh pembuat keputusan.
Untuk memahami lebih jauh lagi mengenai pengambilan keputusan dan
pola pengambilan keputusan maka akan dijelaskan dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan ?
2. Apa saja dasar-dasar pengambilan keputusan ?
3. Apa fungsi dan tujuan pengambilan keputusan ?
4. Apa saja model dan prinsip-prinsip pengambilan keputusan ?
5. Apa saja tipe dan jenis-jenis pengambilan keputusan ?
6. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan ?
7. Bagaimana proses dan pemasalahan yang dihadapi dalam
pengambilan keputusan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengambilan keputusan
2. Untuk mengetahui dasar-dasar pengambilan keputusan
3. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan pengambilan keputusan
4. Untuk mengetahui model dan prinsip-prinsip pengambilan keputusan
5. Untuk mengetahui tipe dan jenis-jenis pengambilan keputusan
6. Untuk mengetahui fakror-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan
7. Untuk mengetahui proses dan pemasalahan yang dihadapi dalam
pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan
tugas utama dari seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decision
making) diproses oleh pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnya
keputusan (decision). Defenisi-defenisi Pengambilan Keputusan Menurut
Beberapa Ahli :
a. G. R. Terry
Pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai “pemilihan alternatif
kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”.
b. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif
mengenai sesuatu cara bertindak—adalah inti dari perencanaan. Suatu
rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber
yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
c. Theo Haiman
Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan, suatu
pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan ini kita melihat keputusan sebagai
suatu cara bertindak yang dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling
efektif, berarti penempatan untuk mencapai sasaran dan pemecahan masalah.
d. Drs. H. Malayu S.P Hasibuan
Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang
terbaik dari sejumlah alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada
masa yang akan datang.
e. Chester I. Barnard
Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan
dalam gambaran proses keputusan ini secara relative dan dapat dikatakan
bahwa pengertian tingkah laku organisasi lebih penting dari pada kepentingan
f. perorangan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan adalah proses pemilihan alternatif solusi untuk masalah. Secara
umum pengambilan keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah
dengan memilih alternatif solusi yang ada.
2.2 Dasar-dasar Pengambilan Keputusan.
George R. Terry menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan
yang berlaku :
1. Institusi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat
subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain.
Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu
a) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk
memutuskan.
b) Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu
yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada
umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan
kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya
karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan
pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga
hal-hal yang lain sering diabaikan.
2. Pengalaman
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam
menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat
bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk
memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.
3. Fakta
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup
itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk
mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
4. Wewenang
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial.
Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering
melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau
kurang jelas.
5. Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah –
masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat
objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila
kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat
yang di akui saat itu.
2.3 Fungsi Dan Tujuan Pengambilan Keputusan
Fungsi Pengambilan Keputusan
Individual atau kelompok baik secara institusional ataupun organisasional,
sifatnya futuristik.
1. Tujuan Pengambilan Keputusan
a. Tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan
dengan masalah lain)
b. Tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat
kontradiktif ataupun tidak kontradiktif.
2.4 Model Pengambilan Keputusan
1. Model Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Kepastian (Certainty).
Menggambarkan bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) hanya
mempunyai satu hasil (pay off tunggal). Model ini disebut juga Model
Kepastian/ Deterministik.
2. Model Pengambilan Keputusan dalam kondisi Berisiko (Risk).
Menggambarkan bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan)
mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan masing-masing
kemungkinan hasil probabilitasnya dapat diperhitungakan atau dapat
diketahui. Model Keputusan dengan Risiko ini disebut juga Model
Stokastik.
3. Model Pengambilan Keputusan dengan Ketidakpastian (Uncertainty).
Menggambarkan bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan)
mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan masing-masing
kemungkinan hasil probabilitasnya tidak dapat diketahui/ditentukan.
Model Keputusan dengan kondisi seperti ini adalah situasi yang paling
sulit untuk pengambilan keputusan. (Kondisi yang penuh ketidakpastian
ini relevan dengan apa yang dipelajari dalam Game Theory).
2.5 Prinsip-Prinsip Pengambilan Keputusan
Ada baiknya sebelum anda mengambil keputusan mengacu pada prinsip-
prinsip berikut ini :
1. Autonomy
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda melakukan eksploitasi
terhadap orang lain dan mempengaruhi kebebasan mereka? Setiap
keputusan yang anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang.
Oleh karena itu, anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap
proses pengambilan keputusan anda.
2. Non-malfeasance
Apakah keputusan anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan,
nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak
sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan
keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi
beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.
3. Beneficence
Apakah keputusan yang anda ambil benar-benar membawa manfaat?
Manfaat yang anda ambil melalui keputusan harus dapat menjadi solusi
bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
4. Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan dan
termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan
keadilan yang sempurna, namun tentunya kita selalu berusaha untuk
menciptakan keadilan yang ideal. Dimana memperlakukan tiap orang
dengan sejajar.
5. Fidelity
Fidelity berkaitan dengan kesesuaian keputusan dengan definisi peran
yang kita mainkan. Seringkali ini melibatkan ‘looking at the bigger
picture’ atau melihat secara keseluruhan dan memahami peran anda
dengan baik.
2.6 Tipe Pengambilan Keputusan
( Saraswati I, Tarigan L.H, 2002)
1. Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena ketidak
sanggupan atau merasa tidak sanggup.
2. Pengambilan keputusan intuitif, sifatnya segera, langsung diputuskan,
karena keputusan tersebut dirasakan paling tepat.
3. Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena segera dilaksanakan.
4. Pengambilan keputusan yang reaktif. Sering kali dilakukan dalam situasi
marah dan tergesa-gesa.
5. Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang lain
yang bertanggung jawab.
6. Pengambilan keputusan secara berhati-hati, dipikirkan baik-baik,
mempertimbangkan berbagai pilihan.
2.7 Jenis-jenis Keputusan
Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu keputusan
yang direncanakan/ diprogram dan keputusan yang tidak direncanakan/ tidak
terprogram.
1. Keputusan yang diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan
dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur
tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan
baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya
agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang
diprogram misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan
Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo,
1997).
2. Keputusan yang tidak diprogram
Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur
dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur
tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum
pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting.
Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena
kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak
diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan
(Wijono,1999).
Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus
dan proses pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik
pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak
diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak diprogram
biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya
dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono, 1999). Gillies (1996),
menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan kreatif
yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi
dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.
a) Tujuan analisis keputusan (Decision Analysis):
Mengidentifikasi apa yg harus dikerjakan, mengembangkan kriteria
khusus untuk mencapai tujuan, mengevaluasi alternatif yg tersedia yg
berhubungan dg kriteria & mengidentifikasi risiko yg melekat pd keputusan tsb.
b) Keputusan dalam Uncertainty (ketidakpastian)
Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan suasana
keputusan dimana probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui (tak
diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian pengambil keputusan sadar akan
hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam peristiwa, namun pengambil
keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas peristiwa.
c) Keputusan dalam situasi risk (dengan probability):
Tahap-tahap: Diawali dengan mengidentifikasikan bermacam-macam
tindakan yang tersedia dan layak; Peristiwa-peristiwa yang mungkin dan
probabilitas terjadinya harus dapat diduga dan Pay off untuk suatu tindakan dan
peristiwa tertentu ditentukan.Persoalan inventori sederhana dalam keadaan ada
resiko,Kriteria nilai harapan (expected value) yang telah digunakan di atas juga
diterapkan untuk memecahkan persoalan inventori sederhana.
Pengambilan keputusan dalam suasana konflik (game theory):
Adalah memusatkan analisis keputusan dalam suasana konflik dimana
pengambil keputusan menghadapi berbagai peristiwa yang aktif untuk bersaing
dengan pengambil keputusan lainnya, yang rasional, tanggap dan bertujuan
memenangkan persaingan/ kompetisi.
 Jenis-jenis Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan kajian
berlalu,tanpa berbuat apa-apa.
2. Pengambilan keputusan intuitif bersifat segera, terasa sebagai keputusan
yang paling tepat dalam langsung diputuskan.
3. Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis: sesuatu yang
harus segera dilaksanakan.
4. Pengambilan keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan hal itu untuk
saya, karenanya saya akan melakukan itu untukmu” sering kali dilakukan
dalam situasi marah atau tergesa-gesa.
5. Pengambilan keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada orang lain,
memberikan orang lain yang bertanggung jawab.
6. Pengambilan keputusan secara berhati-hati: dipikirkan baik-baik,
mempertimbangkan berbagai pilihan.
2.8 Faktor – factor yang Mempengaruhi dalam Pengambilan Keputusan
1. Fisik
Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan fisik (tidak berat dan tidak
memforsir tenaga).
Menghindari tingkah laku yg menimbulkan ketidaksenangan dan memilih tingkah
laku yg menimbulkan kesenangan.
2. Emosional
Biasa terjadi pada kaum perempuan. Sikap subjektivitas akan mempengaruhi
keputusan yang diambil.
3. Rasional
Biasa didasarkan pada pengetahuan (orang terpelajar dan intelektual).
Orang mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan kepada keterampilan individu dan kemampuan melaksanakannya
(untuk menilai potensi diri dan kepercayaan diri)
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan social. Hubungan antara satu orang dan
orang lain mempengaruhi tindakan individu.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup social, ekonomi dan politik. Lingkungan bisa
mendukung maupun mengkritik.
D. Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan merupakan tahap- tahap yang harus
dilalui atau digunakan untuk membuat keputusan. Tahap- tahap ini merupakan
kerangka dasar, sehingga setiap tahap dapat dikembangkan lagi menjadi
beberapa sub tahap (disebut langkah) yang lebih khusus/ spesifik dan lebih
operasional(Hasan, 2002: 22).
Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap yaitu
sebagai berikut.
1. Penemuan masalah
Tahap ini merupakan tahap di mana masalah harus didefinisikan dengan jelas
sehingga perbadaan antara masalah satu dan bukan masalah (misalnya isu)
menjadi jelas.
2. Pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap di mana masalah yang sudah ada atau sudah jelas
itu kemudian diselesaikan. Langkah- langkah yang diambil adalah sebagai
berikut.
1. Identifikasi alternatif- alternatif keputusan untuk memecahkan masalah.
2. Perhitungan mengenai faktor- faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya
atau diluar jangkauan manusia, identifikasi peristiwa- peristiwa di masa
datang (state of nature).
3. Pembuatan alat (sarana) untuk mengevaluasi atau mengukur hasil, biasanya
berbentuk tabel hasil (pay of table).
4. Pemilihan dan penggunaan model pengambilan keputusan.
5. Pengambilan keputusan
Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan atau
kondisi yang ada, seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi tidak pasti dan
kondisi konflik.
Banyak para ahli yang berpendapat mengenai proses pengambilan suatu
keputusan, namun pada intinya proses pengambilan keputusan dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi masalah
Suatu organisasi apabila menghadapi permasalahan lebih dulu harus dibuat
jelas apakah itu memang masalah (problem) atau sekedar isu (issue) belaka. Yang
dimaksud dengan masalah disini adalah persoalan yang harus dipecahkan
sedangkan isu adalah persoalan yang perlu dibicarakan (tidak harus dipecahkan)
2. Menganalisis masalah
Untuk mengetahui penyebab timbulnya masalah, lebih dahulu harus diperoleh
data dan informasinya. Dengan kata lain, lebih dulu harus didapat datanya. Data
tersebut kemudian diolah menjadi informasi tentang penyebab timbulnya masalah.
Disini fungsi unit pengolah data sangat penting sebab kemungkinan juga akan ada
informasi yang masuk yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
3. Membuat beberapa alternatif pemecahan masalah
Untuk dapat membuat alternatif-alternatif pemecahan masalah, maka lebih
dahulu harus diketahui penyebab timbulnya masalah. Selanjutnya dibuatlah
beberapa alternative pemecahannya. Dalam pembuatan beberapa alternative, maka
masing-masing alternatif harus ditunjukkan kekurangan dan kelebihannya.
4. Penilaian dan pemilihan alternatif
Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi
terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah
alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan
dengan tujuan yang ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan atau
keinginan. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau
tujuan yang hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan
model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah dikembangkan.
5. Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut
kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering
kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan
dengan benar. Keberhasilan penerapan keputusan yang diambil oleh pimpinan
bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi komitmen dari
bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang penting.
Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun
baiknya suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka
keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan
berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan
penerapan operasionalnya.
6. Evaluasi dan Pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja
menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem
pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari
keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur dapat
mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut. Jika
keputusan tersebut kurang berhasil, di mana permasalahan masih ada, maka
pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan
tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari proses pengambilan keputusan perlu
dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam penetapan sasaran tujuan
Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah
digariskan. Oleh karena itu analisis proses pengambilan keputusan pada
hakikatnya sama saja dengan proses kebijakan.
Diakui oleh banyak pihak, bahwa pengambilan keputusan yang benar- benar tepat
itu memeng sulit. Namun sekedar pedoman umum cara pengambilan keputusan.
2.10 Permasalahan yang dihadapi dalam Pengambilan Keputusan
Kegiatan yang dilakukan oleh setiap organisasi itu diharapkan dapat
berjalan dengan lancar, tanpa mengalami suatu hambatan apapun. Tetapi dalam
prakteknya selalu ada saja masalah atau kendala yang dihadapi sehingga tujuan
tidak selalu dapat dicapai dengan mulus.
Oleh karena itu yang pertama-tama dilakukan dalam proses pengambilan
keputusan adalah mengadakan identifikasi masalahnya lebih dahulu. Apabila
dihubungkan dengan kebijakan dalam pengambilan keputusan dalam suatu
organisasi maka masalah yang dihadapi itu merupakan nilai-nilai, kebutuhan-
kebutuhan yang belum sempat terealisasi namun apabila dapat diidentifikasikan
akan dapat dilaksanakan dengan baik melalui tindakan pengambil keputusan.
Masalah adalah sesuatu yang perlu dipecahkan, yang kerap kali
membutuhkan beberapa alternatif untuk kemudian dipilih satu yang sekiranya
paling tepat untuk masalah tersebut. Dalam menghadapi masalah, hendaknya
merici terlebih dahulu permasalahannya dengan cermat. Dari masalah yang dirinci
kemudian disusun manalah yang bulat dan menyeluruh. Dunn memberikan
memberikan pendapat bahwa penyusunan masalah secara bulat melalui tiga
tahap. Pertama, mengadakan konseptualisasi permasalahannya .
Kedua, mengadakan spesifikasi permasalahan dan ketiga berusaha memehami
permasalahan secara keseluruhan.
Quade mengemukakan langkah-langkah apa yang sekiranya perlu
dilakukan dalam menangani masalah:
(1) Mengusahakan keterangan dan penjelasan yang lebih lanjut tentang
masalah itu sendiri;
(2) Identifikasi sasaran dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan;
(3) Mengukur tingkat keberhasilannya;
(4) Menentukan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan;
(5) Memperhatikan sektor lingkungan;
(6) Meneliti satu per satu alternatif pemecahan masalah sehingga masing-
masing dikrtahui kelemahan dan keunggulannya;
(7) Merumuskan model mana saja yang dimungkinkan untuk pemecahan
masalah;
(8) Mengumpulkan data untuk pengukuran dan pemilihan alternatif yang
paling tepat untuk pemecahan masalah;
(9) Mengadakan perbandingan antara model yang satu dengan model yang
lain;
(10) Mengetes hasil analisis untuk lebih meyakinkan;
(11)Mempertimbangkan juga apakah terdapat juga segi-segi
ketidakefisienan yang terjadi,
(12) mengadakan ringkasan bilamana perlu menyertakan juga saran-
sarannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengambilan keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah
dengan memilih alternatif solusi yang ada. Dasar pengambilan keputusan itu
bermacam- macam tergantung dari permasalahannya. Dalam pengambilan
keputusana terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya : fisik,
emosional, rasional, praktikal, interpersonal dan struktural . Secara garis besarnya
proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap yaitu penemuan masalah,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam pengambilan keputusan harus lebih bijak dengan
memperhatikan pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara
pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Diska, Emma.2013.Teori Pengambilan Keputusan.Diakses pada tanggal 6
Oktober 2018.http://emmadiska.blogspot.com/2013/05/teori-
pengambilan-keputusan.html
Setiawan, Arman. 2016. Makalah Pengambilan Keputusan. Diakses pada tanggal
8 Oktober 2018. http://armansetiawan-
itsme.blogspot.com/2016/03/makalah-pengambilan-keputusan.html
Syamsi, I. 1989. Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta: Bina
Aksara.
Syamsi, I. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
https://www.coursehero.com/file/13655611/Makalah-Pengambilan-Keputusan/

Anda mungkin juga menyukai