Anda di halaman 1dari 6

PEMERIKSAAN FISIK SENDI BAHU

Pemeriksaan Gerak dasar


Pemeriksaan gerak yang dilakukan meliputi :
a. Gerak aktif, dalam pemeriksaan gerak aktif, pasien diminta untuk menggerakkan secara aktif
bahunya kearah fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, endorotasi, eksorotasi, elevasi, depresi,
protraksi, retraksi dan sirkumduksi. Dalam pemeriksaan ini diperoleh hasil
(1) adanya rasa nyeri pada bahu kiri setiap akhir gerakan pada semua arah gerak baik gerakan
fleksi, ekstensi, endorotasi, eksorotasi,abduksi dan adduksi sendi bahu,
(2) adanya keterbatasan lingkup gerak sendi ke semua arah gerak.
b. Gerak pasif, merupakan pemeriksaan gerak sendi bahu yang dilakukan oleh fisioterapis kearah
fleksi, ekstensi, eksorotasi, endorotasi, sementara pasien dalam keadaan pasif dan rileks abduksi
dan adduksi horizontal dari hasil pemeriksaan ini diperoleh informasi berupa :
(1) adanya rasa nyeri pada setiap akhir gerakan pada semua arah gerak baik gerakan fleksi,
ekstensi, endorotasi, eksorotasi, abduksi dan adduksi sendi bahu,
(2) adanya keterbatasan lingkup gerak sendi ke semua arah gerak,
(3) rasa pada akhir gerakan (end feel) sendibahu ini adalah lunak terulur.
c. Gerak isometris melawan tahanan, pada pemeriksaan gerak ini prinsipnya masih sama seperti
pada pemeriksaan gerak aktif pada sendi bahu ke segala arah hanya saja pada pemeriksaan gerak
ini masih ditambah dengan tahanan secara isometrik oleh dan hasil yang diperoleh adalah :
(1) pasien mampu melakukan gerakan isometric melawan tahanan terapis tanpa timbul adanya
nyeri,
(2) adanya penurunan kekuatan otot penggerak bahu kiri baik fleksor, ekstensor, endorotator,
eksorotator, abductor dan adduktor sendi bahu.

Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk memeriksa hal-hal yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosa ataupun dasar penyusunan problematik, tujuan dan tindakan
fisioterapi, antara lain sebagai berikut :
a. Pemeriksaan derajat nyeri, menggunakan verbale diskriptive scale (VDS) yaitu cara
pengukuran derajat nyeri dengan tujuh nilai yaitu: nilai 1 tidak nyeri, nilai 2 nyeri sangat ringan,
nilai 3 nyeri ringan, nilai 4 nyeri tidak begitu berat, nilai 5 nyeri cukup berat, nilai 6 nyeri berat,
nilai 7 nyeri tak tertahankan.
b. Pemeriksaan lingkup gerak sendi (LGS). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya
keterbatasan lingkup gerak sendi menggunakan alat yang disebut dengan goneometer, dalam
pelaksanaannya banyak hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengukuran diantaranya
letak goneometer yang merupakan aksis dari sendi bahu. Hasil pengukuran ditulis dengan
standar International Standard Orthopedic Measurement (ISOM).
c. Appley strech test.
Eksternal rotasi dan abduksi, pasien diminta menggaruk daerah sekitar angulus medialis scapula
dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada penderita frozen shoulder
akibat capsulitis adhesiva biasanya tidak bisa melakukan gerakan ini. Bila pasien tidak dapat
melakukan karena adanya nyeri maka ada kemungkinan terjadi tendinitis rotator cuff. Pada
pemeriksaan ini didapatkan hasil bahwa tangan pasien tidak mampu menyentuh angulus medialis
scapula kiri dikarenakan adanya rasa nyeri pada daerah bahu kirinya. Selanjutnya, internal rotasi
dan adduksi, pasien diminta untuk menyentuh angulus inferior scapula dengan sisi kontralateral,
bergerak menyilang punggung. Pada penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva
biasanya tidak bisa melakukan gerakan ini. Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil bahwa tangan
pasien tidak mampu menyentuh angulus inferior scapula kiri dikarenakan adanya rasa nyeri pada
daerah bahu kirinya.
d. Joint play movement test
Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan gerakan transalasi (traksi, kompresi, dan gliding)
secara pasif untuk menggambarkan apa yang terjadi di dalam sendi ketika dilakukan gerakan
translasi. Pada frozen shoulder terjadi akibat capsulitis adhesiva, pola keterbatasan gerak sendi
bahu dapat menunjukkan pola yang spesifik, yaitu pola kapsuler saat dilakukan pemeriksaan ini.
Pola kapsuler sendi bahu yaitu gerak eksorotasi paling nyeri dan terbatas kemudian diikuti gerak
abduksi dan endorotasi, atau dengan kata lain gerak eksorotasi lebih nyeri dan terbatas
dibandingkan dengan gerak endorotasi. Bila pada pemeriksaan gerak eksorotasi ditemukan
paling nyeri dan
terbatas kemudian diikuti gerak abduksi dan abduksi lebih terbatas daripada gerak
endorotasi maka tes positif adanya frozen shoulder dan terdapat pola kapsuler. Pada
kasus ini didapatkan hasil positif yaitu gerakan eksorotasi lebih terbatas dari gerak abduksi dan
lebih terbatas dari gerakan endorotasi. Pada frozen shoulder yang diakibatkan capsulitis adhesiva
kualitas gerakan yang terjadi pada saat menggerakkan
bonggol sendi humerus terasa adanya suatu tahanan dari dalam, yang dapat menyebabkan
munculnya rasa nyeri dan keterbatasan LGS pada saat menggerakkan sendi bahu.
e. Drop arm test
tes Drop arm test bertujuan untuk memeriksa adanya kerobekan dari rotator cuff terutama otot
supraspinatus. Dimana pasien disuruh mengabduksikan lengannya dalam posisi lurus secara
penuh, kemudian pasien disuruh menurunkannya secara perlahan-lahan apabila pasien tidak bisa
menurunkan dengan perlahan tapi lengan langsung jatuh berarti tes positif. Pada Pemeriksaan ini
didapatkan hasil negatif karena pasien mampu menurunkan lengannya secara perlahan dan ini
menunjukkan mtidak adanya kerobekan pada otot supraspinatus.
PEMERIKSAAN SPESIFIK
1. Yergason’s test.
Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah tendon otot biceps dapat mempertahankan
kedudukannya di dalam sulkus intertuberkularis atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan
dengn meminta pasien untuk memfleksikan elbow sampai 90 dan supinasi lengan bawah
dan stabilisasi pada thoraks yang berlawanan dengan pronasi lengan bawah. Pasien
diminta untuk melakukan gerakan lateral rotasi lengan melawan tahanan. Hasil positif
jika ada tenderness di dalam sulkus bicipitalis atau tendon ke luar dari sulcus, ini
merupakan indikasi tendinitis bicipitalis.
2. Speed test
Pemeriksa memberikan tahanan pada shoulder pasien yang berada dalam posisi fleksi,
secara bersamaan pasien melakukan gerakan supinasi lengan bawah dan ekstensi elbow.
Tes ini positif apabila ada peningkatan tenderness di dalam sulcus bicipitalis dan ini
merupakan indikasi tendinitis bicipitalis.
3. Drop-arm test / Test Moseley
Tes ini dilakukan untuk mengungkapkan ada tidaknya kerusakan pada otot –otot serta
tendon yang menyusun rotator cuff dari bahu. Pemeriksa mengabduksikan shoulder
pasien sampai 90 dan meminta pasien menurunkan lengannya secara perlahan-lahan atau
timbul nyeri pada saat mencoba melakukan gerakan tersebut. Hasil tes positif indikasi
cidera pada rotator cuff complex.
4. Supraspinatus test
ABD shoulder pasien sampai 90 dalam posisi netral dan pemeriksa memberikan tahanan
dalam posisi tersebut. Medial rotasi shoulder sampai 30, dimana thumb pasien
menghadap ke lantai. Tahanan terhadap ABD diberikan oleh pemeriksa sambil melihat
apakah ada kelemahan atau nyeri, yang menggambarkan hasil tes positif. Jika hasil tes
positif indikasi ada kerobekan / cidera otot atau tendon supraspinatus.
5. Apprehension test untuk dislokasi posterior shoulder
Pemeriksa memfleksikan kedepan shoulder pasien disertai medial rotasi, lalu pemeriksa
menekan kearah posterior elbow pasien Hasil positif indikasi akan terlihat atau tampak
kecemasan pada wajah pasien dan pasien akan mempertahankan gerakan selanjutnya.
6. Apprehension test untuk dislokasi anterior shoulder
Pemeriksa mengabduksikan dan lateral rotasi shoulder pasien secara perlahan. Jika tes
positif indikasi dapat terlihat atau merasakan kecemasan pada wajah pasien dan pasien
akan mempertahankan gerakan selanjutnya
7. Allen Maneuver
Pemeriksa memfleksikan elbow pasien sampai 90, sementara shoulder ekstensi horizontal
dan lateral rotasi, disertai rotasi kepala pasien ke sisi yang berlawanan. Pemeriksa
mempalpasi denyut a.radialis yang biasanya hilang pada saat kepala rotasi ke sisi yang
berlawanan dari lengan yang di tes. Jika tes positif indikasi adanya TOCS.
8. Adson Maneuver
Kepala pasien rotasi ke sisi shoulder yang diperiksa lalu ekstensi kepala pasien sementara
pemeriksa memposisikan shoulder pasien lateral rotasi dan ekstensi. Pemeriksa
melokalisir denyut a.radialis dan pasien diminta untuk menarik napas yang dalam. Jika
denyutnya hilang indikasi tes positif ( TOCS).
9. Apley Scratch test
Pasien diminta menggaruk daerah di sekitar angulus medialis scapula dengan tangan sisi
kontra lateral melewati belakang kepala. Pada pola gerakan tersebut otot-otot abductor
dan eksternal rotasi bahu bekerja. Pada tendonitis supraspinatus, bursitis dan kapsulitis
adhesive bahu apley scratch tes tidak dapat dilakukan oleh pasien karena timbul nyeri
disekitar persendian bahu.
10. Test Roos
Posisi pasien duduk dengan bahu retraksi dan depresi sejauh mungkin, selanjutnya pasien
diminta untuk menutup dan membuka jarinya kuat-kuat secara bergantian. Posisi ini
menyebabkan kompresi didalam berbagai pintu sementara itu perlu adanya penyediaan
darah ekstra karena kerja otot tersebut. Orang sehat biasanya mampu melakukan gerakan
ini dengan mudah selama 3 menit. Sedangkan pasien dengan TOCS sudah merasakan
timbul keluhan dalam waktu 1 menit. Yang paling menyolok pasien merasakan kelelahan
yang berlebihan di dalam membuka jari.
Pemeriksaan Pada Frozen Shoulder
Merupakan istilah untuk semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan
pembatasan lingkup gerakan. Pembatas lingkup gerakan di sendi bahu akibat gangguan
miofasial sering dikelompokkan juga dalam frozen shoulder, sehingga termasuk di
dalamnya Bursiris Akromialis, Tendinitis Supraspinatus, Tendinitis Bisipitalis, yang
tepatnya digolongkan dalam kelompok periarthritis.
• Pembagian Frozen shoulder :
1. Periarthritis
– Tendinitis Supraspintus
– Tendinitis Bisipitalis
– Bursitis Akromialis
2. Kapsulitis Adehesive
– Sama seperti pada penderita periarthritis, yaitu tidak dapat menyisir rambut karena
nyeri dan bagian di depan samping bahu.
– Nyeri pada daerah tersebut terasa jika lengan digerakkan secara aktif, ini berarti
bahwa gerakan aktif dibatasi nyeri.
– Tetapi bila gerakan pasif diperiksa, maka ternyata gerakan tersebut pun terbatas
karena adanya sesuatu yang disebabkan oleh perlengketan.
– Bila diperiksa, maka nyeri yang dirasakan bagian depan dan samping bahu menjalar
ke lipatan siku dan ke permukaan anterior lengan bawah serta ke daerah otot
pectoralis.
Keterbatasan sendi bahu (kaku pada bahu) dikaitkan dengan kapsula adhesive secara
langsung disebabkan oleh :
1. Causa Primer
– Pengerutan / atropi dari hampir seluruh atau sebagian kapsula sendi glenohumeral
pada bagian anterior dan caudal
– Perlengketan antara kapsula sendi jaringan lunak disekitarnya
– Penurunan tingkat elastisitas kapsula sendi
2. Causa Sekunder
– Adanya nyeri saat sendi diupayakan bergerak / digerakkan (mobilisasi)
– Kelemahan otot di sekitar bahu

Anda mungkin juga menyukai