Anda di halaman 1dari 15

FOTOMETRI

Ahriani1, Yusriani2, Umrah3, Elis Sultriana4, Muh. Rafli Shadiq Lubis5


Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alaudin Makassar
Email: ahriani101@gmail.com

Abstrak
Telah dilakkukan praktium eksperimen dengan judul Fotometri di Laboratorium Optik,
Jurusan Fisika Fakukultas Sains dan Teknologi. Foto metri adalah pengukuran yang
berhubungan dengan cahaya. Cahaya adalah salah satu radiasi elkektromagnetik yang
memiliki panjang ge.lombang 350-780 nm. Dalam bidang fisika Cahaya diartikan sebagai
salah satu bentuk energi radiasi gelombang elektromagnetik baik dengan panjang
geombang kasat mata maupun tidak kasat mata. Eksperimen ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan jarak pancaran sebagai hukum
kebalikan kuadrat, untuk mengetahui pengaruh ketebalan bahan terhadap intensitas radiasi
relative dan untuk mengetahui cara menentukan koefisien absorpbansi maupun maupun
transmitansi sesuai bahan yang digunakan. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum
ini yaitu sumber cahaya, ligh meter + sensor, mistar (penggaris), mikrometer sekrup, bahan
penghalang (plastic transparan) serta ruang gelap yang dikontrol ukurannya dan intensitas
cahaya mula-mulanya. Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan diperoleh hubungan
anatra jarak kuadrat kebalikan dengan ntensitas yaitu berbanding terbalik, dimana semakin
besar jarak anara sumber cahaya dengan sensor cahaya maan intensitas yang terbaca akan
semakin kecil. Begitupun dengan hubungan antara ketebalan penghalang dengan intensitas
cahaya, di mana semakin tebal penghalang yang digunakan maka intensitas yang terbaca
akan semakin kecil. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa eksperimen ini sesuai
dengan teori hukum kuadrat terbalik yang menyatakan bahwa semakin besar jarak sensor
luxmeter dengan sumber cahaya yang digunakan maka intensitas cahaya yang yang
terbaca juga akan semakin kecil karena sebagian dari cahaya tersebut akan
menyebar dan begitupun sebaliknya.
Kata Kunci: Cahaya, Fotometri, Intensitas cahaya.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cahaya adalah suatu bentuk pancaran tenaga atau energi elektromagnetik
yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita di bumi ini, karena dengan adanya
cahaya kita dapat melihat benda atau sesuatu hal dengan jelas. Dalam kehidupan
sehari-hari kita banyak menemukan berbagai macam sumber cahaya, misalnya
cahaya lampu, lilin, sinar matahari dan sebagainya. Setiap sumber cahaya memiliki
nilai kuat cahaya (intensitas cahaya) yang berbeda-beda. Untuk mengukur nilai kuat
cahaya dari sumbar cahaya, kita dapat menggunakan alat yang dinamakan
1
photometer. Untuk memahami cara mengukur lebih lanjut kita melakukan
percobaan photometer dengan menggunakan alat-alat dan metode-metode yang
telah ditentukan.
Fotometri merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengukuran kuantitas
cahaya. Cahaya yang dimaksud adalah cahaya tampak, dimana cahaya tampak
adalah salah satu jenis gelombang elektromagnetik. Cahaya mempunyai peranan
yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, misalnya cahaya lampu, dimana
iluminansi cahaya bergantung pada jarak terhadap sumber cahaya tersebut. Dalam
suatu percobaan tentang intensitas cahaya yang menyelidiki hubungan iluminansi
cahaya dan jarak dari sumber cahaya dengan menggunakan luxmeter. Selain itu,
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam desain dan
operasionalisasi sarana pendidikan. Ruang kelas adalah salah satu sarana dengan
aktivitas utama baca-tulis, sehingga iluminansi cahaya minimum yang diharapkan
adalah 250 lux, sedangkan standar di negara kita tentang iluminansi cahaya untuk
kelas yaitu 200 - 300 lux.
Berdasarkan uraian diatas, maka hal yang melatarbelakangi dilakukannya
eksperimen fotometri yaitu untuk mengetahui hubungan antara intensitas cahaya
dengan jarak pancaran sebagai hukum kebalikan kuadrat, mengetahui pengaruh
ketebalan bahan terhadap intensitas radiasi relatif dan mengetahui cara menentukan
koefisien transmitansi maupun absorpbansi bahan penghalang yang digunakan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara intensitas cahaya dengan jarak pancaran
sebagai hukum kebalikan kuadrat?
2. Bagaimana pengaruh ketebalan bahan terhadap intensitas radiasi relatif?
3. Bagaimana menentukan koefisien absorpbansi maupun transmitansi sesuai
bahan yang digunakan?

C. Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
2
1. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan jarak
pancaran sebagai hukum kebalikan kuadrat.
2. Untuk mengetahui pengaruh ketebalan bahan terhadap intensitas radiasi
relatif.
3. Untuk mengetahui cara menentukan koefisien absorpbansi maupun
transmitansi sesuai bahan yang digunakan.
D. Manfaat Praktikum
Manfaat pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai hubungan antara
intensitas cahaya dengan jarak pancaran sebagai hukum kebalikan kuadrat.
2. Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai pengaruh ketebalan
bahan terhadap intensitas radiasi relatif.
3. Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai cara menentukan
koefisien absorpbansi maupun maupun transmitansi sesuai bahan yang
digunakan

TINJAUAN PUSTAKA
A. Cahaya
Menurut Saputro, dkk (2013: 25), sumber cahaya memancarkan energi
dalam bentuk gelombang yang merupakan bagian dari kelompok gelombang
elektromagnetik. Gambar 1 menunjukkan sumber cahaya alam dari matahari yang
terdiri dari cahaya tidak tampak dan cahaya tampak.

Gambar 1. Kelompok gelombang elektromagnetik

3
(Sumber: Saputro, dkk, 2013: 2)

Kecepatan rambat V gelombang elektromagnetik di ruang bebas = 3.105 km/det.


Jika frekuensi energinya = f dan panjang gelombangnya λ (lambda), maka berlaku:

𝑉
𝜆=
𝑓 (1)

Keterangan: 𝜆 = panjang gelombang (m)


𝑉 = cepat rambat gelombang (m/s)
𝑓 = frekuensi (Hz)
Panjang gelombang tampak berukuran antara 380 µm sampai dengan 780 µm
seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Panjang gelombang
Panjang Gelombang
Warna
(µm)
Ungu 380 – 420
Biru 420 – 495
Hijau 495 – 566
Kuning 566 – 589
Jingga 589 – 627
Merah 627 – 780
(Sumber: Saputro, dkk 2013: 25)
Cahaya adalah suatu bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat sebagai
gelombang dan partikel. Sifatnya sebagai gelombang dapat dilihat dengan
terjadinya pembiasan dan pemantulan cahaya oleh suatu medium, sedangkan
sifatnya sebagai partikel dapat dilihat dengan terjadinya efek foto listrik. Energi
radiasi terdiri dari sejumlah besar gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang berbeda-beda. Bagian-bagian suatu radiasi dapat dipisah-pisahkan
menjadi spektrum elektromagnetik. Cahaya Tampak hanyalah merupakan bagian
kecil dari seluruh radiasi elektromagnetik. Spektrum cahaya Tampak terdiri dari
komponen-komponen merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu, dimana masing-

4
masing warna mempunyai panjang gelombang yang berbeda. Satuan yang banyak
dipergunakan untuk menyatakan panjang gelombang adalah Angstrom, 1 Å = 10-
10 meter (Triyati, 1985:39).
B. Fotometri
Fotometri merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengukuran kuantitas
cahaya. Cahaya yang dimaksud adalah cahaya tampak, dimana cahaya tampak
adalah salah satu jenis gelombang elektromagnetik. Cahaya mempunyai peranan
yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, misalnya cahaya lampu, dimana
iluminansi cahaya bergantung pada jarak terhadap sumber cahaya tersebut. Dalam
suatu percobaan tentang intensitas cahaya yang menyelidiki hubungan iluminansi
cahaya dan jarak dari sumber cahaya dengan menggunakan luxmeter. Selain itu,
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam desain dan
operasionalisasi sarana pendidikan. Ruang kelas adalah salah satu sarana dengan
aktivitas utama baca-tulis, sehingga iluminansi cahaya minimum yang diharapkan
adalah 250 lux, sedangkan standar di negara kita tentang iluminansi cahaya untuk
kelas yaitu 200 - 300 lux (Zelviani dan Albar, 2018:7)
Fotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur intensitas
pencahayaan atau penyiaran. Prisip dasar potometri adalah pengukuran penyerapan
sinar akibat interaksi yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan
atau zat warna yang di lewatinya. Suatu fotometer adalah kata umum yang meliputi
alat-alat untuk mendeteksi intensitas cahaya hamburan, penyerapan, fluorensi.
Kebanyakan fotometer berdasarkan pada sebuah fotoresistor atau fotodioda.
Masing-masing mengalami perubahan sifat kelistrikan katika di sinari cahaya yang
selanjutnya dapat di deteksi dengan suatu rangkaian elektronik tertentu (Frederick
Bueche. 1994).
Fotometri adalah titrasi untuk mengukur kandungan suatu zat dalam
campuran dengan mengukur absorb. Fotometri merupakan peralatan dasar
dilaboratorium klinik untuk mengukur intensitas atau kekuatan cahaya suatu
larutan. Sebagian besar laboratorium klinik menggunakan alat ini karena alat ini
dapat menentukan kadar suatu bahan didalam cairan tubuh seperti serum atau
plasma. Prinsip dasar fotometri adalah pengukuran penyerapan sinar akibat
5
interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau
zat warna yang dilewatinya (Rahmat. 2010).
C. Besaran Fotometri
Menurut Gabriel (1988:170-171), Terdapat besaran fotometri, diantaranya:
a. Intensitas Cahaya (I)
Intensitas Cahaya (I) adalah jumlah arus cahaya yang dipancarkan dari
sumber cahaya tiap satuan sudut ruang. Satuan intensitas cahaya adalah lilin
Internasional yang didefinisikan sebagai “Satu lilin internasional (Cd=
Kandela) adalah kuat cahaya yang memberikan cahaya sebanyak 1/20 kali
banyaknya cahaya yang dipancarkan oleh 1 cm2platina pada titik lebur”.
b. Fluks cahaya (F)
Fluks cahaya (F) adalah banyaknya daya yang dipancarkan dari sumber
cahaya tiap satuan waktu. Satuan fluks cahaya adalah l umen (Lm) yang
didefinisikan sebagai “Satu lumen adalah arus cahaya dari sumber cahaya
sebanyak 1 kandela dalam 1 steradial. Atau arus cahaya yang dipancarkan dari
sumber cahaya yang menembus bidang seluas 1 m2 dari kulit bola yang berjari-
jari 1 m dimana di pusat bola terdapat 1 lilin Internasional ”.
c. Kuat penerangan (E)
Kuat penerangan (E) adalah jumlah arus cahaya tiap satuan luas. Satuan
penerangan adalah Luks. Satu luks didefinisikan sebagai kuat penerangan
bidang yang tiap 1 m2 bidang tersebut menerima arus cahaya 1 lumen. Jika arus
cahaya (F) menerangi merata suatu bidang seluas A m2, maka kuat penerangan
bidang tersebut:

𝐹
𝐸=
𝐴 (1)
Keterangan: F = arus cahaya (Lumen)
A = luas bidang (m2)
E = kuat penerangan (Luks)
d. Terang Cahaya
Terang Cahaya merupakan besar kuat cahaya tiap 1 cm2 dari luas
permukaan sumber cahaya.
6𝐼
𝑒=
𝐴
(2)
Keterangan : e = terang cahaya (lilin/cm2 atau stilb)
I = kuat cahaya (candela)
A = luas permukaan sumber cahaya (m2)
Menurut Tim Dosen (2019:14), illuminance atau iluminasi biasa juga
disebut intensitas penerangan adalah kepadatan dari suatu berkas cahaya yang
mengenai suatu permukaan, simbolnya sendiri adalah E. Rumus illuminance adalah
:
1
E = r2 (3)
Keterangan: E = illuminance (lux)
I = luminious intensity (cd)
r = jarak (m)
Luminance atau luminasi adalah perbandingan dari luminous intensity (candela)
pada area dari sebuah permukaan. Istilah ini menggambarkan keterangan dari
sebuah permukaan yang diterangi. Satuan untuk luminance adalah cd/m2,
persamaannya adalah :
I (4)
L=
A

Keterangan: L = luminance (cd/m2)


I = luminous intensity cd
A = luas bidang m2
D. Hukum Kuadrat Terbalik
Menurut Adriana, dkk (2015: 5), hukum kuadrat terbalik menyatakan bahwa
penerangan pada sebuah permukan yang tegak lurus cahaya jatuh berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak dari permukaan tersebut ke sumber.

7
Gambar 2. Hukum kuadrat terbalik
(Sumber: Adriana, dkk, 2015: 5)

METODE EKSPERIMEN
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan tanggal 26 Desember 2019 pada pukul
11.00-12.00 WITA di Laboratorium Optik, Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu: sumber cahaya,
ligh meter + sensor, mistar (penggaris), mikrometer sekrup, bahan penghalang
(plastic transparan), dan ruang gelap yang dikontrol ukurannya dan intensitas
cahaya mula-mulanya.
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Kegiatan 1: Percobaan Hukum Kebalikan Kuadrat.
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu merangkai alat dan
bahan tersebut (sesuai arahan dari pembimbing).
b. Menyalakan sumber cahaya dan mengatur sensitivitas light meter.
c. Mengukur intensitas cahaya mula-mula dengan ukuran ruangan yang
digunakan.
d. Mengatur posisi sumber cahaya dengan menarik atau mendorong mistar
hingga ujung kanan tepat berimpit dengan skala 10 cm
e. Mencatat hasil penunjukan yang terbaca pada light meter pada posisi
tersebut.
8
f. Mengulang kembali untuk setiap selang jarak ... cm sampai ... cm
g. Membuat grafik hubungan antara illuminance (lux) sebagai sumbu y terhadap
l/r2 sebagai sebagai sumbu x.
Kegiatan 2: Percobaan Absorpbansi dan Transmitansi.
a. Menyiapkan bahan penghalang (plastik transparan) dengan berbagai
ketebalan, lalu mengukur masing-masing tebalnya dengan micrometer
sekrup.
b. Mengatur jarak antara sensor light meter dengan sumber cahaya sejauh ... cm
(sesuai arahan dari pembimbing).
c. Menempatkan bahan penghalang (plastic transparan) pertama antara sensor
light meter dengan sumber cahaya. Kemudian mencatat hasil penunjukan
yang terbaca pada light meter.
d. Melanjutkan dengan mengukur untuk bahan penghalang yang lain dengan
tebal yang berbeda-beda.
e. Membuat grafik hubungan antara absorpbansi (sumbu y) terhadap ketebalan
(sumbu x) dan transmitansi (sumbu y) terhadap (sumbu x).

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Tabel 2. Hasil pengukuran intensitas cahaya tanpa bahan penghalang
E0 = 0 lux
No r (cm) E (lux)
1 16 375
2 20 224

9
3 24 178
4 28 106
5 32 78
6 36 61
7 40 50

Tabel 3. Hasil Pengukuran intensitas cahaya dengan bahan penghalang


R = 28 cm
E0 = 106
No t (mm) E (lux)
1 0.67 72
2 1.34 58
3 2.01 53
4 2.68 45
5 3.35 38
6 4.02 30
7 4.69 28

B. Analisis Data
Tabel 4. Hukum Kebalikan kuadrat
No r (m) E (lux) I (Cd)
1 0.16 375 9.6
2 0.2 224 8.96
3 0.24 178 10.25
4 0.28 106 8.31
5 0.32 78 7.99
6 0.36 61 7.91
7 0.4 50 8
Rerata 8.72

1. Menghitug luminious intensity (I)


10
𝐼 = 𝐸 × 𝑟2
𝐼 = 375 × 0.162
𝐼 = 375 × 0.0256
I = 9.6 cd

- Menghitung intensitas rerata (Irerata)


(Σi=n I)
Irerata =
n
(9.6 + 8.96 + 10.25 + 8.31 + 7.99 + 7.91 + 8)
Irerata =
7
Irerata = 8.72 cd
Tabel 5. Mengitung absorpbansi dan Transmitansi
r = 28 cm
E0 = 106 lux
No t (m) E (lux)  T
1 0.00067 72 -577.3 0.679
2 0.00134 58 -450 0.547
3 0.00201 53 -344.8 0.500
4 0.00268 45 -319.7 0.425
5 0.00335 38 -306.2 0.358
6 0.00402 30 -314 0.283
7 0.00469 28 -283.8 0.264
Rata-rata -370.8 0.437

2. Menghitug absorbansi ()


E
ln (E )
o
α=
t
72
ln (106)
α=
0.00067
−0.38
α =
0.00042

11
α = 577.3
 Menghitung absorpbansi rerata (rerata)
(Ʃi=n α)
αrerata =
n

−577.3 + (−450) + (−344.8) + (−319.7) + (−306.2) + (−314) + (−283.8)


=
7
−2595.8
= 7

= −370.8

3. menghitung transmitansi (T)


E′
T=
Eo
72
T=
106
T = 0.679
- Menghitung Trerata

(Ʃi=n T)
Trerata =
n
(0.679 + 0.547 + 0.5 + 0.425 + 0.358 + 0.283 + 0.264)
Trerata =
7
Trerata = 0.436

C. Grafik
Grafik 1. Hubungan antara Illuminance (Lux) dengan satu per kuadrat
jarak dari sumber pemancarnya

12
Hubungan antara lux dengan satu per kuadrat
jarak
400
Illuminance (lux) 300
200
100
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Satu per kuadrat jarak (m)

Grafik 2. Hubungan antara Absorpbansi dengan Ketebalan

Hubungan antara ketebalan bahan penghalang


dengan absorbansi
80
Absorpbansi

60
40
20
0
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003 0.0035
Ketebalan (m)

D. Pembahasan
Fotometri adalah bidang kajian ilmu yang mempelajari tentang cahaya.
Prinsip dasar fotometri adalah pengukuran penyerapan sinar akibat interaksi sinar
yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau zat warna yang
dilewatinya. Fotometri sendiri merupakan suatu eksperimen dasar untuk mengukur
intensitas atau kekuatan cahaya suatu larutan. Sehingga, dengan mempelajari
konsep dasar cahaya melalui fotometri dapat membantu pada eksperimen tingkat
lanjut dalam badang Fisika, khususnya dalam bidang optik.
Pada percobaan ini dilakukan 2 kali pengambilan data yaitu pengukuran
intensitas cahaya tanpa bahan penghalang dan pengukuran intensitas cahaya dengan
bahan penghalang. Pada pengukuran dengan bahan penghalang dengan

13
menggunakan jarak r sejauh 0.16 m diperoleh nilai luminasi E yang terbaca di
luxmeter sebesar 375 lux dan pada perhitungan diperoleh nilai intensitas cahaya I
sebesar 9.6 cd. Sedangkan pada pengukuran intensitas caha dengan bahan
penghalang digunakan ketebalan bahan sebesa 0.00067 m diperoleh nilai luminasi
E sebesar 72 lux.
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan diperoleh hubungan anatra
jarak kuadrat kebalikan dengan intensitas yaitu berbanding terbalik, di mana
semakin besar jarak anara sumber cahaya dengan sensor cahaya maan intensitas
yang terbaca akan semakin kecil. Begitupun dengan hubungan antara ketebalan
penghalang dengan intensitas cahaya, di mana semakin tebal penghalang yang
digunakan maka intensitas yang terbaca akan semakin kecil. Data yang diperoleh
tekah ditampilkan dalam bentuk grafik untuk menunjukkan hubungan intensitas
cahaya dengan jarak dan ketebalan absorber. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa eksperimen ini sesuai dengan teori hukum kuadrat terbalik yang menyatakan
bahwa semakin besar jarak sensor luxmeter dengan sumber cahaya yang digunakan
maka intensitas cahaya yang yang terbaca juga akan semakin kecil karena sebagian
dari cahaya ersebut akan menyebar, begitupun sebaliknya.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Hubungan antara intensitas cahaya dengan jarak pancar sebagai hukum
kebalikan kuadrat adalah jika jarak pancar yang digunakan semakin besar maka
intensitas cahaya yang dihasilkan akan semakin kecil. Begitu juga sebaliknya
jika semakin dekat jarak pancar yang digunakan maka intensitas cahaya yang
dihasilkan akan semakin besar. Di mana hubungan antara jarak dengan
intensitas cahaya adalah berbanding terbalik.
2. Pengaruh ketebalan bahan penghalang terhadap intensitas relatif adalah
semakin besar ketebalan bahan penghalang maka intensitas cahaya yang
dihasilkan juga akan semakin kecil begitu pula sebaliknya.

14
3. Koefisien absorbansi dan transmitansi bahan penghalang yang digunakan
adalah absrobansi rerata yang diperoleh adalah -370.8 sedang nilai transmitansi
reratnya adalah 0.436. Dimana semakin tebal bahan penghalang yang
digunakan maka koefisien absorpsinya akan semakin besar dan koefisien
trnasimitansinya akan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa ketebalan
bahan penghalang berbanding lurus dengan koefisien absorpsi dan berbanding
terbalik dengan koefisien transmitansi.
B. Saran
Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya saat melakukan percobaan
cahaya didalam ruang hanya berasal dari sumber cahaya agar tidak mempengaruhi
proses pengambilan data sehingga data yang diperoleh akurat dan bagus.

DAFTAR PUSTAKA
Adriana, Yuanita. Dkk. 2015. Rancang Bangun Alat Ukur Efisiensi Lampu Pijar
Berbasis Mikrokontroler. Jakarta: Universitas Indonesia.

Triyati, Etty. 1985. Spetrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak serta


Aplikasinya dalam Oseanologi. Jakarta: LIPI.

Frederick Bueche dan David L. Wallach. 1994. Technical Physics $th Ed, John
Wiley & Sons, Inc. (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Gabriel, J F. 1988. Fisika Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.


Rahmat. 2010. Penerapan fotometri pdf. (diakses pada tanggal 30 November 2017).
Selviani, Sri dan Albar Ahmad. 2018. Hubungan Intensitas Cahaya dan Jarak
Pancaran Sebagai Hukum Kebalikan Kuadrat. Makassar: UIN Alauddin
Makassar.

Tim Dosen. 2018. Penuntun Praktikum Fisika Eksperimen II. Makassar : UIN
Alauddin Press.

15

Anda mungkin juga menyukai