Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MENEJEMEN TERNAK PERAH

“Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Brucellosis pada Sapi Perah”

Disusun Oleh:

Kelas E

Kelompok 4

Mustika Rachmawati 200110120241

Muhammad Yunus 200110120243

Arief Mangandar 200110120245

Dhita Mardiah Utami 200110120246

Dwicki Octarianda 200110120247

Muhammad Ikram 200110120248

Mohammad Firdaus 200110120249

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADAJAJARAN

SUMEDANG

2014
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat-Nya kami masih

diberikan nikmat sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah

ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari penulis

maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama

pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat
tentang “Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Brucellosis” makalah ini dibuat

untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Ternak Perah. Semoga makalah ini

dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini

memiliki kelebihan dan kekurangan. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis

harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Terima kasih.

Sumedang, Oktober 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ii

I PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………...… 1

1.2. Identifikasi Masalah …………………………………………………... 2

1.3. Maksud dan Tujuan …………………………………………………… 2

II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3

2.1. Penyebab Brucellosis pada Sapi Perah ………………………………... 3

2.2. Pencegahan Brucellosis pada Sapi Perah ……………………………... 4

2.3. Penanggulangan Brucellosis pada Sapi Perah ………………………… 5

III KESIMPULAN………………………………………………………………… 6

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………... 7


I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Brucellosis merupakan penyakit ternak yang menjadi problem

nasional baik untuk kesehatan masyarakat maupun persoalan ekonomi peternak.

Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme yang termasuk dalam genus Brucella,

dengan infeksi yang tersifat pada hewan maupun manusia. Di Indonesia


kecenderungan meningkatnya populasi dan lebih seringnya mutasi sapi perah menjadi

penyebab utama meningkatnya kasus brucellosis. Penyakit bruselosis telah

dimasukkan dalam daftar penyakit menular yang harus dicegah dan diberantas sejak

tahun1959.

Brucellosis dikategorikan sebagai penyakit zoonosis. Setiap spesies Brucella

mempunyai hewan target sebagai reservoir, yaitu Brucella abortus pada sapi, B.

ovis pada domba, B. melitensis pada kambing, B. suis pada babi, B. neotomae dan B.

canis pada anjing. Brucellosis pada hewan betina yang terinfeksi biasanya

asimptomatik, sedangkan pada hewan bunting dapat menyebabkan plasentitis yang

berakibat terjadinya abortus pada kebuntingan bulan ke-5 sampai ke-9 . Jika tidak
terjadi abortus, kuman Brucella dapatdieksresikan ke plasenta, cairan fetus dan

leleran vagina. Kelenjar susu dan kelenjar getah bening juga dapat terinfeksi dan

mikroorganisme ini diekskresikan ke susu. Infeksi pada hewan terjadi secara persisten

seumur hidup, dimana kuman Brucella dapat ditemukan di dalam darah, urin, susu

dan semen. Pada manusia, spesies Brucella yang pathogen adalah B. melitensis, B .

abortus, B. suis dan B. canis. Tingkat morbiditas penyakit tergantung dari spesies

Brucella yang menginfeksi. Penularan brucellosis ke manusia melalui kontak dengan


hewan yang terinfeksi atau melalui konsumsi makanan dan susu asal hewan penderita

brucellosis.

1.2. Identifikasi Masalah

 Apa penyebab terjadinya penyakit brucellosis pada sapi perah.

 Bagaimana pencegahan penyakit brucellosis pada sapi perah.

 Bagaimana upaya penanggulagan penyakit brucellosis pada sapi perah.

1.3. Maksud dan Tujuan

 Mengetahui penyebab penyakit brucellosis pada sapi perah.

 Mengetahui cara pencegahan penyakit brucellosis pada sapi perah.

 Mengetahui upaya penanggulangan penyakit brucellosis pada sapi perah.


II

PEMBAHASAN

2.1. Penyebab Brucellosis pada Sapi Perah

Brucellosis adalah penyakit ternak menular yang secara primer

menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder berbagai jenis ternak lainnya

serta manusia. Pada sapi penyakit ini dikenal sebagai penyakit Kluron atau
pemyakit Bang. Sedangkan pada manusia menyebabkan demam yang bersifat

undulans dan disebut Demam Malta. Jasad renik penyebab è Micrococcus

melitensis yang selanjutnya disebut pula Brucella melitensis.

Bakteri Brucella untuk pertama kalinya ditemukan oleh Bruce (1887)

pada manusia dan dikenal sebagai Micrococcus miletensi. Kemudian Bang

dan Stribolt (1897) mengisolasi jasad renik yang serupa dari sapi yang

menderita kluron menular. Jasad renik tersebut diberi nama Bacillus abortus

bovis. Bakteri Brucella bersifat gram negatif, berbentuk batang halus,

mempunyai ukuran 0,2 - 0,5 mikron dan lebar 0,4 - 0,8 mikron, tidak

bergerak, tidak berspora dan aerobik. Brucella merupakan parasit intraseluler


dan dapat diwarnai dengan metode Stamp atau Koster. Brucellosis yang

menimbulkan masalah pada ternak terutama disebabkan oleh 3 spesies, yaitu

Brucella melitensis, yang menyerang pada kambing, Brucella abortus, yang

menyerang pada sapi dan Brucella suis, yang menyerang pada babi dan sapi.

Brucella memiliki 2 macam antigen, antigen M dan antigen a. Brucella

melitensis memiliki lebih banyak antigen M dibandingkan antigen A,

sedangkan Brucella abortus dan Brucella suis sebaliknya. Daya pengebalan


akibat infeksi Brucella adalah rendah karena antibodi tidak begitu berperan.

Kerugian ekonomi yang diakubatkan oleh brucellosis sangat besar, walaupun

mortalitasnya kecil, kerugian tersebut antara lain:

- anak ternak yang dilahirkan lemah, kemudian mati

- terjadi gangguan alat-alat reproduksi yang mengakibatkan kemajiran temporee

atau permanen.

- turunnya produksi air susu.


Brucellosis merupakan penyakit beresiko sangat tinggi, oleh karena itu

alat-alat yang telah tercemar bakteri brucella sebaiknya tak bersentuhan

langsung dengan manusia. Sebab penyakit ini dapat menular dari ternak ke

manusia dan sulit diobati, sehingga brucellosis merupakan zoonosis yang

penting. Tetapi manusia dapat mengkonsumsi daging dari ternak-ternak yang

tertular sebab tidak berbahaya apabila tindakan sanitasi minimum dipatuhi dan

dagingnya dimasak. Demikian pula dengan air susu dapat pula dikonsumsi

tetapi harus dimasak atau dipasteurisasi terlebih dahulu. Kuman Brucella di

luar tubuh induk semang dapat bertahan hidup pada berbagai kondisi

lingkungan dalam waktu tertentu. Kemampuan daya tahan hidup kuman


Brucella pada tanah kering adalah selama 4 hari di luar suhu kamar, pada

tanah yang lembab dapat bertahan hidup selama 66 hari dan pada tanah becek

bertahan hidup selama 151-185 hari. Kuman Brucella juga dapat bertahan

hidup selama 2 hari dalam kotoran atau limbah kandang bagian bawah dengan

suhu yang relative tinggi . Pada air minum ternak, kuman dapat bertahan

selama 5 - 114 hari dan pada air limbah selama 30 - 150 hari.

Klasifikasi kuman Brucella :


· Kingdom : Bacteria

· Filum : Proteobacteria

· Class : Alphaproteobacteria

· Ordo : Rhizobiales

· Famili : Brucellaceae

· Genus : Brucella

· Spesies : Brucella Abortus, brucella melitensis, brucella canis

2.2. Pencegahan Brucellosis pada Sapi Perah

Pencegahan brucellosis dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti

memperhatikan lalu lintas ternak untuk daerah yang bebas. Usaha-usaha pencegahan

terutama ditujukan kepada vaksinasi dan tindakan sanitasi yang bisa dilakukan yaitu:

1. Sisa-sisa abortusan yang bersifat infeksius dihapushamakan. Fetus dan

plasenta harus dibakar dan vagina apabila mengeluarkan cairan harus diirigasi

selama 1 minggu

2. Bahanbahan yang biasa dipakai didesinfeksi dengan desinfektan, yaitu :


phenol, kresol, amonium kwarterner, biocid dan lisol

3. Hindarkan perkawinan antara pejantan dengan betina yang mengalami kluron.

Apabila seekor ternak pejantan mengawini ternak betina tersebut, maka penis

dan preputium dicuci dengan cairan pencuci hama

4. Anak-anak ternak yang lahir dari induk yang menderita brucellosis sebaiknya

diberi susu dari ternak lain yang bebas brucellosis


5. Kandang-kandang ternak penderita dan peralatannya harus dicuci dan

dihapushamakan serta ternak pengganti jangan segera dimasukkan.

6. Ternak pengganti yang tidak punya sertifikat bebas brucellosis dapat

dimasukkan bila setelah diuji serologis negatif. Sedangkan yang mempunyai

sertifikat bebas brucellosis dilakukan uji serologis dalam selang waktu 60

sampai 120 hari setelah dimasukkan dalam kelompok ternak.

2.3. Penanggulangan Brucellosis pada Sapi Perah

Pengobatan brucellosis harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya

komplikasi dan relapsis. Pada hewan penyakit brucellosis sampai saat ini belum

ada obat yang cukup efektif. Namun pada pengobatan kasus brucellosis

penggunaan lebih dari satu antibiotik yang diperlukan selama beberapa minggu,

hal ini dikarenakan bakteri berada di dalam sel. Pengobatan dilakukan dengan

pemberian antibiotik seperti doksisiklin, streptomisin dan rifampisin setiap hari

selama minimal 6 minggu. Pada orang dewasa dan anak di atas umur 8 tahun,

antibiotika yang diberikan adalah doksisiklin dan rifampisin selama 6 - 8 minggu,

sedangkan untuk anak di bawah 8 tahun sebaiknya diberikan rifampisin dan


trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX) selama 6 minggu. Penderita

brucellosis dengan spondilitis direkomendasikan antibiotika doksisiklin dan

rifampisin dikombinasikan dengan aminoglikosida (gentamisin) selama 2 - 3

minggu kemudian diikuti dengan rifampisin dan doksisiklin selama 6 minggu.

Brucellosis dengan komplikasi endocarditis atau meningoenchepalitis

memerlukan pengobatan dengan kombinasi antibiotika rifampisin, tetrasiklin dan

aminoglikosida serta penambahan corticosteroid untuk mengurangi proses


peradangan. Sedangkan, brucellosis dengan komplikasi endocarditis memerlukan

pengobatan yang lebih agresif yaitu dengan kombinasi aminoglikosida dengan

doksisiklin, rifampisin dan TMP-SMX selama 4 minggu diikuti sekurang-

kuranganya kombinasi 2 - 3 jenis antibiotika selama 8 - 12 minggu. Pada wanita

hamil penderita brucellosis, antibiotika pilihan yang harus diberikan adalah

kombinasi TMP-SMX. Percobaan telah menunjukan bahwa cotrimoxazol dan

rifampisin adalah obat yang aman untuk digunakan dalam pengobatan terhadap
wanita hamil yang menderita brucellosis.
III

KESIMPULAN

- Penyebab penyakit brucellosis pada sapi adalah bakteri Brucella abortus.

- Pencegahan penyakit brucellosis dapat dilakukan denngan memperhatikan

biosecurity dan sanitasi pada saat proses tatalaksana di dalam peternakan sapi

perah
- Penganggulangan brucellosis pada sapi perah dapat diberikan pemberian

antibiotik seperti doksisiklin, streptomisin dan rifampisin setiap hari selama

minimal 6 minggu. Dan pada manusia antibiotika yang diberikan adalah

doksisiklin dan rifampisin selama 6 - 8 minggu


DAFTAR PUSTAKA

BRUCELLOSIS FACT SHEET. 2003. Brucellosis. Centre for Food Security and
Public Health. pp. 1-7.

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 1980. Pedoman pengendalian


penyakit hewan menular. Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal
Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta

Dudi, Dedi R, dan Tidi D. 206. Evaluasi potensi genetik sapi perah Fries Holand (FH)
di Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari Kabupaten Sumedang. Jurnal
Ilmu Ternak.Vol.6 No. 1

SETIAWAN, E.D. 1991. Brucelllosis pada sapi. Wartazoa, Vol 2. No.1-2.

Soejoedono R R. 2004. Zoonosis. Laboratorium Kesmavet FKH IPB. Bogor

Sutjipto. 1995. Penanganan Penyakit Brucellosis pada Sapi. Erlangga. Jakart

Anda mungkin juga menyukai