A. PENDAHULUAN
Benda asing didalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang berasal
dari luar tubuh disebut benda asing eksogen, biasanya masuk melalui hidung atau
mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing eksogen.1
Kasus aspirasi benda asing seringkali ditemukan pada anak, meskipun dapat terjadi
pada segala usia. Penyebab paling sering adalah aspirasi atau tertelannya benda
asing akibat kecerobohan pasien atau orang tuanya.2
Identifikasi dan manajemen benda asing telah menjadi tantangan besar bagi
seorang praktisi medis sejak dahulu kala.3 Diagnosis dini aspirasi benda asing
sangat penting karena keterlambatan dalam penanganan dan pengobatan dapat
memberikan komplikasi yang signifikan.3
Aspirasi benda asing paling sering terjadi pada anak umur kurang dari 3
tahun. Aspirasi bahan makanan merupakan kasus tersering, banyak penulis telah
melaporkan bermacam jenis aspirasi benda asing seperti biji-bijian, jarum, peniti,
kacang, serpihan tulang, paku, mainan, uang logam, gigi, tutup pena, namun penulis
belum nenemukan laporan teraspirasi batu kerikil.1,3 Aspirasi benda asing
memberikan gambaran klinis yang bervariasi, dari gejala yang minimal sampai
keadaan gawat nafas bahkan kematian. Gejala klinis yang timbul tergantung pada
ukuran, lokasi, jenis, bentuk, sifat iritasinya terhadap mukosa, lama benda asing di
jalan nafas, derajat sumbatan serta ada tidaknya komplikasi.3
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan radiologik dan pemeriksaan bronkoskopi Bronkoskopi adalah
merupakan cara yang aman untuk mengeluarkan benda asing di trakeobronkial,
meskipun dalam beberapa kasus harus dilakukan torakotomi. Perkembangan
teknologi bronkoskop dan peralatan penyertanya, ditemukannya forsep yang
1
disertai teleskop (optical forceps) telah mempermudah ekstraksi benda asing
saluran nafas.1,3
2
Gambar 1. Cavum nasi dan faring 4
3
goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia.5
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan
serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru. Hidung
bertanggung jawab terhadap olfaktori atau penghidu karena reseptor olfaksi
terletak dalam mukosa hidung. Fungsi ini berkurang sejalan dengan
pertambahan usia. 4,5
4
Batas- batas cavitas nasi
2. Faring
Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13 cm
yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada larynx pada dasar
tengkorak. Faring meluas dari dasar cranium sampai tepi bawah cartilago
cricoidea di sebelah anterior dan sampai tepi bawah vertebra cervicalis VI di
sebelah posterior. Bagian faring yang terlebar (kira-kira 5 cm) terdapat setinggi
os hyoideum dan bagian paling sempit (kira-kira 1,5 cm) pada ujung bawahnya,
yakni pada peralihan ke esofagus.
Dinding faring terutama dibentuk oleh dua lapis otot-otot faring. Lapisan
otot sirkular di sebelah luar terdiri dari tiga otot konstriktor. Lapisan otot
internal yang terutama teratur longitudinal, terdiri dari muskulus
palatopharyngeus, musculus stylopharingeus, dan musculus
salphingopharingeus. Otot-otot ini mengangkat faring dan laring sewaktu
menelan dan berbicara.4,5,6
5
Bagian dalam Faring dan Fungsinya
6
3. Laring
7
Kartilago Thyroid kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun ( Adam’s Apple )
Kartilago Krikoid satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring
(terletak di bawah kartilago thyroid )
Kartilago Aritenoid digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago
thyroid
Pita suara ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang
menghasilkan bunyi suara; pita suara melekat pada
lumen laring. (Seeley,2004)
4. Trakea
Gambar 4. Trakea 4
8
Trakea merupakan suatu saluran rigid yang memeiliki panjang 11-12 cm
dengan diametel sekitar 2,5 cm. Trakea mulai dari ujung bawah laring setinggi
vertebra cervicalis VI dan berakhir pada angulus sterni setinggi vertebrae
thoraciae V-VI. Trakea terdapat pada bagian oesephagus yang terentang mulai
dari cartilago cricoid masuk ke dalam rongga thorax. Tersusun dari 16 – 20
cincin tulang rawan berbentuk huruf “C” yang terbuka pada bagian
belakangnya. Didalamnya mengandung pseudostratified ciliated columnar
epithelium yang memiliki sel goblet yang mensekresikan mukus. Terdapat juga
cilia yang memicu terjadinya refleks batuk/bersin. Trakea mengalami
percabangan pada carina membentuk bronchus kiri dan kanan. Di sebelah
lateral trakea terdapat arteria carotis communis dan lobus-lobus glandulae
thyroideae. Inferior dari isthmus glandula thyroidea terdapat arcus venosus
jugularis dan vena thyroidea inferior.4,5
5. Bronkus
a. Right principal bronchus
- Lebih pendek, lebar, dan lebih vertical dibanding kiri, panjang ± 2.5cm,
sudut : 22 - 25o dari garis tengah.
- Lebih banyak benda asing masuk ke Bronchus kanan.
b. Left principal bronchus
- Lebih sempit, Lebih panjang, dan lebih horizontal dibanding kanan,
panjang ± 5cm, Sudut : 35 - 36o dari garis tengahBronchus Principalis
Dexter & Sinister Setinggi Corpus Vertebra Th 5.
- Masing-masing principal bronchus bercabang menjadi lobar bronchi (2
kiri, 3 kanan), sesuai lobus paru.
- Masing-masing lobar bronchus akan bercabang menjadi segmental
bronchi, sesuai dengan segmental paru.
9
Gambar 5. Bronkus 7
Gambar 6. Bronkiolus 7
10
Di semua bagian trakea dan bronkus yang tidak terdapat tulang rawan
(kartilago), dindingnya terutama terbentuk oleh otot polos. Dinding bronkiolus
juga hampir seluruhnya merupakan otot polos, kecuali bronkiolus terminalis,
yang disebut bronkiolus respiratorius, yang terutama terdiri dari epitel-epitel
paru. Jaringan fibrosa dan beberapa serabut otot polos. Banyak penyakit
obstruksi paru yang disebabkan oleh penyempitan bronkus yang lebih kecil dan
bronkiolus yang lebih besar, seringkali karena kontraksi yang berlebihan dari
otot polos itu sendiri.7
11
Beberapa serabut saraf parasimpatis yang berasal dari nervus vagus
menembus parenkim paru. Saraf ini mensekresikan asetilkolin dan bila
diaktivasi, akan menyebabkan konstriksi ringan sampai sedang pada
bronkiolus. Bila proses penyakit seperti asma telah menyebabkan beberapa
konstriksi pada bronkiolus, maka adanya perangsangan saraf parasimpatis
berikutnya seringkali memperburuk keadaan. Bila hal ini terjadi, maka
pemberian obat-obatan yang menghambat efek asetilkolin, seperti atropine
kadang-kadang dapat merelaksasikan jalan pernapasan sehingga cukup untuk
mengatasi obstruksi. Kadang-kadang parasimpatis diaktivasi oleh reflex yang
berasal dari paru. Sebagian berawal dari iritasi pada membrane epitel dari jalan
napas itu sendiri, yang dicetuskan oleh gas-gas beracun, debu, asap rokok, atau
infeksi bronchial. Reflex konstriktor bronkiolar juga sering terjadi bila
mikroemboli menyumbat arteri paru yang kecil.4,5,6
12
bersilia, dengan kira-kira 200 silia pada setiap epitel. Silia ini terus menerus
memukul dengan kecepatan 10-20 kali per detik. Dengan demikian, silia dalam
paru memukul kea rah atas, sedangkan silia dalm hidung memukul kea rah
bawah. Pukulan yang terus menerus ini menyebabkan selubung mucus ini
mengalir dengan lambat, pada kecepatan beberapa millimeter per menit, kea rah
faring. Kemudian mucus dan partikel-partikel yang dijeratnya ditelan atau
dibatukkan ke luar.4,5,6
6. Paru-paru
C. PATOFISIOLOGI
Setelah terjadi aspirasi benda asing, benda asing dapat tersangkut pada tiga
tempat, laring, trakea dan bronkus, 80-90 % akan tersangkut di bronkus. Pada
dewasa benda asing cenderung tersangkut pada bronkus utama kanan karena lebih
segaris lurus dengan trakea dan posisi karina yang lebih ke kiri serta ukuran bronkus
kanan yang lebih besar. Sampai umur 15 tahun sudut yang dibentuk bronkus dengan
trakea antara kiri dan kanan hampir sama, sehingga pada anak, frekwensi lokasi
13
tersangkutnya benda asing hampir sama kejadian antara bronkus utama kiri dan
kanan. Lokasi tersangkutnya benda asing juga di pengaruhi posisi saat terjadi
aspirasi.1,3,6
Benda asing yang teraspirasi tanpa menimbulkan obstruksi akut, akan
menimbulkan reaksi tergantung jenisnya, organik atau anorganik. Benda asing
organik menyebabkan reaksi inflamasi mukosa yang lebih berat, dan jaringan
granulasi dapat timbul dalam beberapa jam. Disamping itu beberapa benda organik
seperti kacang-kacangan dan biji-bijian bersifat menyerap air sehingga
mengembang, yang akan menambah sumbatan, obstruksi parsial dapat berubah
menjadi total. Benda organik yang lebih kecil akan bermigrasi ke arah distal dan
menyebabkan inflamasi kronik, sering memerlukan reseksi paru untuk
menanganinya. Aspirasi benda asing anorganik, jika tidak menyebabkan obstruksi,
akan bersifat asimptomatis.1,3,8
Benda asing di bronkus dapat menyebabkan terjadinya tiga tipe obstruksi
yaitu a) obstruksi katup bebas (by pass valve obstruction), benda asing
menyebabkan sumbatan , namun udara pernafasan masih dapat keluar dan masuk,
sehingga tidak menimbulkan atelektasis atau emfisema paru. b) katup penghambat
ekspiratori atau katup satu arah (check valve obstruction), dan c) obstruksi katup
tertutup (stop valve obstruction).3,6
Benda asing yang berada di bronkus dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan perubahan patologik jaringan, sehingga menimbulkan komplikasi
antara lain bronkiektasis, pnemonitis yang berulang, abses paru dan emfisema.
D. FAKTOR PREDISPOSISI
14
- Faktor fisik; kelainan dan penyakit neurologik.
- Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
- Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, ekstraksi
gigi, belum tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.
- Faktor kejiwaan, antara lain; emosi, gangguan psikis.
- Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.
- Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di mulut,
persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa,
makan sambil bermain, memberikan kacang atau permen pada anak
yang gigi molarnya belum tumbuh.
E. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan
anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul "choking" (rasa
tercekik), gejala, tanda, pemeriksaan fisik dengan auskultasi, palpasi dan
pemeriksaan radiologik sebagai pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti benda
asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas
indikasi diagnostik dan terapi.8
1. Anamnesis
Anamnesa yang teliti mengenai riwayat aspirasi dan gejala inisial sangat
penting dalam diagnosis aspirasi benda asing. Kecurigaan adanya benda asing
dan gejala inisial (choking) adalah dua hal yang signifikan berhubungan dengan
kasus aspirasi benda asing.2,8 Pada anak-anak kadang-kadang episode inisial
belum dapat diungkapkan dengan baik oleh anak itu sendiri dan tidak disaksikan
oleh orang tua atau pengasuhnya sehingga gejalanya mirip dengan penyakit
paru yang lain. Gejala yang sering ditemukan pada kasus aspirasi benda asing
yang telah berlangsung lama antara lain batuk, sesak nafas, wheezing, demam
dan stridor. Perlu ditanyakan juga telah berapa lama, bentuk, ukuran dan jenis
benda asing untuk mengetahui simtomatologi dan perencanaan tindakan
bronkoskopi.8
15
2. Gejala Klinis
Pada fase pulmonum, benda asing berada di bronkus dan dapat bergerak
ke perifer. Pada fase ini udara yang masuk ke segmen paru terganggu secara
progresif, dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memanjang disertai denagn
16
mengi. Derajat sumbatan bronkus dan gejala yang ditimbulkannya bervariasi,
tergantung pada bentuk, ukuran, dan sifat benda asing dan dapat timbul
emfisema, atelektasis, drowned lung, serta abses paru.6
3. Pemeriksaan Fisik
F. GEJALA KLINIK
Gejala klinis yang timbul akibat aspirasi benda asing di jalan nafas tergantung pada
ukuran, lokasi, jenis, bentuk, sifat iritasinya terhadap mukosa, lama benda asing di jalan
nafas, derajat sumbatan serta ada tidaknya komplikasi.1,6
Gejala aspirasi benda asing dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu :
a. Fase awal yaitu saat benda asing teraspirasi, batuk-batuk hebat secara
tiba-tiba, rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, wheezing dan
obstruksi nafas, dapat juga disertai adanya sianosis terutama perioral,
kematian pada fase ini sangat tinggi
b. Fase asimptomatik yaitu interval bebas gejala terjadi karena benda
asing tersangkut pada satu tempat, dapat terjadi dari beberapa menit
sampai berbulan-bulan setelah fase pertama. Lama fase ini tergantung
lokasi benda asing, derajat obstruksi yang ditimbulkannya dan jenis
17
benda asing yang teraspirasi serta kecenderungan benda asing untuk
berubah posisi dan
c. Fase komplikasi yaitu telah terjadi komplikasi akibat benda asing,
dapat berupa pneumonia, atelektasis paru, abses dan hemoptisis.
18
3. Benda asing di laring
Benda asing dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau
berada di subglotis.Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan
letak (posisi) benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan
yang gawat biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu
singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara
lain disfonia sampai afonia, apneu dan sianosis. Sumbatan tidak total di laring
dapat menyebabkan gejala suara parau, disfonia sampai afonia, batuk yang
disertai sesak, odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa subyektif dari
benda asing dan dispneu dengan derajat bervariasi. Gejala dan tanda ini jelas
bila benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun
ke trakea, tetapi masih meninggalkan rekasi laring oleh karena edema
laring.1,6,8,9
19
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan
radiologik dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing
yang bersifat radioopak dapat dibuat Ro foto segera setelah kejadian, sedangkan
benda asing radiolusen (seperti kacang-kacangan) dibuatkan Ro foto setelah 24 jam
kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran
radiolusen yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak tanda atelektasis atau
emfisema.3,6,8
- Pemeriksaan radiologis leher dalam posisi tegak untuk penilaian
jaringan lunak leher dan pemeriksaan toraks postero anterior dan lateral
sangat penting pada aspirasi benda asing. Pemeriksaan toraks lateral
dilakukan dengan lengan di belakang punggung, leher dalam fleksi dan
kepala ekstensi untuk melihat keseluruhan jalan napas dari mulut sampai
karina. Karena benda asing di bronkus sering tersumbat di orifisium
bronkus utama atau lobus, pemeriksaan paru sangat membantu
diagnosis.6,8
- Kaur dkk dikutip Fitri dkk melaporkan hasil Rontgen toraks pada
aspirasi benda asing didapatkan gambaran paru normal 32%, kolaps
paru 32%, pergeseran mediastinum 20%, konsolidasi 20%, empisema
16%, dan benda asing radioopak 6%. Giannoni CM mendapatkan hasil
Rontgen toraks normal 10% - 20%, atelektasis 22%, pneumonia 20%,
benda asing radioopak 13%, pada kasus aspirasi benda asing.2
- Video Fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas
secara keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan
inspirasi dan adanya obstruksi parsial. Emfisema obstruktif merupakan
bukti radiologic pada benda asing di saluran napas setelah 24 jam benda
teraspirasi. Gambaran emfisema tampak sebagai pergeseran
mediastinum ke sisi paru yang sehat pada saat ekspirasi (mediastinal
shift) dan pelebaran interkostal.3,6,8
20
- Bronkogram berguna untuk benda asing radiolusen yang berada di
perifer pada pandangan endoskopi, serta perlu untuk menilai
bronkiektasis akibat benda asing yang lama berada di bronkus.6,8
- Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui
adanya gangguan keseimbangan asam basa serta tanda infeksi traktus
trakeobronkial.3,6,8
H. PENATALAKSANAAN
Penanganan aspirasi benda asing dilakukan sesegera mungkin terutama saat
terjadi gagal napas sesuai AHA atau ERC (Gambar 6). Pertama, nilai keefektifan
batuk, bila tidak efektif maka segera nilai tingkat kesadaran anak. Pada anak yang
sadar, bagi yang berusia <1 tahun dapat dilakukan 5 kali back blow diikuti dengan
5 kali kompresi dada, sedangkan pada anak usia >1 tahun dapat dilakukan manuver
Heimlich. Pada anak yang tidak sadar, kriteria ERC dan AHA berbeda, yakni pada
ERC yang pertama dilakukan adalah mengamankan jalan napas, lalu diberikan 5
napas bantuan dan resusitasi jantung paru. Sedangkan menurut AHA, lakukan
resusitasi jantung paru dengan 30 kompresi dan 2 napas bantuan.
Evakuasi benda asing dengan bronkoskopi merupakan pilihan utama.
Bronkoskopi kaku biasanya dilakukan dengan anestesi umum.1 Adanya
bronkoskopi lentur dan virtual mampu menurunkan angka penggunaan
bronkoskopi kaku, serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.1
Komplikasi saat evakuasi benda asing tergantung keterampilan operator, jenis
anestesi, kondisi pasien, dan ketersediaan instrumen. Pencegahan dengan edukasi
orang tua diharapkan dapat menurunkan kejadian aspirasi.
21
Gambar 6. Algoritma penanganan aspirasi benda asing10
1. Obstruksi jalan nafas akibat sumbatan total benda asing di laring atau traktus
trakeobronkial yang harus diatasi pada saat diagnosis aspirasi benda asing
ditegakkan.
2. Aspirasi benda asing organik yang cenderung menyebabkan sumbatan
traktus trakeobronkial dengan cepat karena bersifat higroskopis.
Tindakan baru dilakukan bila persiapan sudah lengkap dan anggota tim
sudah siap. Bronkoskopi dengan bronkoskop kaku merupakan pilihan utama untuk
mengeluarkan benda asing di traktus trakeobronkial terlebih-lebih pada anak-anak
karena dapat mengontrol pernafasan selama tindakan. Keunggulan bronkoskop
kaku diantaranya mempunyai variasi ukuran yang banyak, ujung/bibir skop dapat
digunakan untuk melindungi mukosa dari benda asing yang tajam/ runcing pada saat
ekstraksi, dapat digunakan untuk merubah posisi dan melepaskan benda asing dari
22
jaringan, dan dapat membantu cunam agar dapat memegang benda asing dengan
baik.8 Bronkoskopi kaku dilaksanakan dalam anastesi umum agar anak dapat
dikondisikan dalam keaadaan tidak aktif.12
I. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat disebabkan oleh benda asing itu sendiri atau trauma
tindakan bronkoskopi. Komplikasi akut akibat tersangkutnya benda asing antara
lain sesak nafas, hipoksia, asfiksia sampai henti jantung. Gangguan ventilasi
ditandai dengan adanya sianosis. Komplikasi kronis antara lain pneumonia, dapat
berlanjut dengan pembentukan kavitas dan abses paru, bronkiektasis, fistel
bronkopleura, pembentukan jaringan granulasi atau polip akibat inflamasi pada
mukosa tempat tersangkutnya benda asing. Dapat juga terjadi pneumomediastinum,
pneumotoraks. Keterlambatan diagnosis aspirasi benda asing yang berlangsung
lebih dari 3 hari akan menambah komplikasi seperti emfisema obstruktif,
pergeseran mediastinum, pneumonia dan atelektasis.10
23
DAFTAR PUSTAKA
24