Anda di halaman 1dari 25

PELAYANAN PALIATIF

DENGAN PENDEKATAN
INTERDISIPLINER
PENDAHULUAN
 Pelayanan kesehatan yang paripurna tidak
hanya yang dilakukan di rumah sakit, tetapi
juga meliputi perawatan pra-rumah sakit,
selama di rumah sakit, dan purna rumah
sakit.
 Tujuannya mencakup aspek promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif, yang tujuan
utamanya mempertahankan kemampuan
individu untuk mandiri secara optimal
selama mungkin
 Pada kasus yang oleh tim dokter dinyatakan
sulit sembuh atau tidak ada harapan lagi,
bahkan mungkin hampir meninggal dunia
atau yang dikenal pasien stadium terminal
(PST), tentunya dibutuhkan pelayanan yang
spesial.
Lanjutan ……
 Perawatan paliatif adalah
perawatan kesehatan terpadu
yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan
multidisiplin yang terintegrasi.

 Meski pada akhirnya pasien


meninggal, yang terpenting
sebelum meninggal dia sudah siap
secara psikologis dan spiritual,
serta tidak stres menghadapi
penyakit yang dideritanya.
 Di Indonesia perawatan paliatif baru
dimulai pada tanggal 19 Februari
1992 di RS Dr. Soetomo (Surabaya),
disusul RS Cipto Mangunkusumo
(Jakarta), RS Kanker Dharmais
(Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo
(Makassar), RS Dr. Sardjito
(Yogyakarta), dan RS Sanglah
(Denpasar).
 Di RS Dr. Soetomo perawatan paliatif
dilakukan oleh Pusat Pengembangan
Paliatif dan Bebas Nyeri. Pelayanan
yang diberikan meliputi rawat jalan,
rawat inap (konsultatif), rawat
rumah, day care, dan respite care.
Definisi

Perawatan palliative telah


mengalami beberapa evolusi.
menurut WHO pada 1990
perawatan palliative adalah
perawatan total dan aktif dari
untuk penderita yang
penyakitnya tidak lagi
responsive terhadap pengobatan
kuratif
 Perawatan paliatif adalah pendekatan
yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan peniadaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang
tertib serta penanganan nyeri dan
masalah-masalah lain, fisik,
psikososial dan spiritual (sumber
referensi WHO, 2002).
 PerawataanPaliatif yang diberikan
oleh WHO pada tahun 2005 bahwa
perawatan paliatif adalah sistem
perawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup,
dengan cara meringankan nyeri
dan penderitaan lain, memberikan
dukungan spiritual dan psikososial
mulai saat diagnosa ditegakkan
sampai akhir hayat dan dukungan
terhadap keluarga yang
kehilangan/berduka
PRINSIP PERAWATAN PALIATAIF

 Perawatan paliatif adalah bentuk


perawatan medis dan kenyamanan
pasien yang mengontrol intensitas
penyakit atau memperlambat
kemajuannya, apakah ada atau
tidak ada harapan untuk sembuh.
Perawatan paliatif tidak bertujuan
untuk menyediakan obat dan juga
tidak sebaliknya perkembangan
penyakit.
TUJUAN
 Tujuannya untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang
umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support
kepada keluarganya.

 Tujuan utama perawatan paliatif


bukan untuk menyembuhkan
penyakit. Dan yang ditangani bukan
hanya penderita, tetapi juga
keluarganya.
LINGKUP KEGIATAN PERAWATAN PALIATIF

1. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi


• Penatalaksanaan nyeri.
• Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
• Asuhan keperawatan
• Dukungan psikologis
• Dukungan sosial
• Dukungan kultural dan spiritual
• Dukungan persiapan dan selama masa
dukacita (bereavement).

2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat


inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat
rumah.
Tempat Melakukan Perawatan Paliatif

 Rumah sakit : Untuk pasien yang harus


mendapatkan perawatan yang memerlukan
pengawasan ketat, tindakan khusus atau
peralatan khusus.
 Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan
pelayanan rawat jalan.
 Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien
yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan khusus atau peralatan khusus, tetapi
belum dapat dirawat di rumah karena masih
memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
 Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak
memerlukan pengawasan ketat, tindakan
khusus atau peralatan khusus atau
ketrampilan perawatan yang tidak mungkin
dilakukan oleh keluarga.
Organisasi perawatan paliatif, menurut
tempat pelayanan/sarana kesehatan
 Kelompok Perawatan Paliatif
dibentuk di tingkat puskesmas.
 Unit Perawatan Paliatif dibentuk di
rumah sakit kelas D, kelas C dan
kelas B non pendidikan.
 Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk
di Rumah sakit kelas B Pendidikan
dan kelas A.
 Tata kerja organisasi perawatan
paliatif bersifat koordinatif dan
melibatkan semua unsur terkait.
TANTANGAN PERAWATAN PALIATIF

 Perawatan paliatif merupakan


tanggungjawab multidisiplin dan
multiagency. Tim perwatan paliatif
meliputi tenaga profesional dari
yang umum sampai spesialis dan
dapat berasal dari rumah sakit,
komunitas, hospice, atau tempat
perawatan lainnya seperti home
care keperawatan.
 Bentuk tim multidisiplin dapat terdiri
dari dokter, perawat, terapis, apoteker,
ahli gizi, sosial woker serta tokoh
spiritual. Bentuk kerjasama multidisiplin
yang sudah dikenalkan merupakan
salah satu elemen kunci dari
kesuksesan perawatan. Tujuan adanya
model multidisiplin adalah untuk
memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan kualitas pasien dan
keluarga.
ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM
PERAWATAN PALIATIF
 Persetujuan tindakan medis/informed
consent untuk pasien paliatif.
 Pasien harus memahami pengertian,
tujuan dan pelaksanaan perawatan
paliatif melalui komunikasi yang intensif
dan berkesinambungan antara tim
perawatan paliatif dengan pasien dan
keluarganya.
 Pelaksanaan informed consent atau
persetujuan tindakan kedokteran pada
dasarnya dilakukan sebagaimana telah
diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
Lanjutan ….

 Meskipun pada umumnya hanya tindakan


kedokteran (medis) yang membutuhkan
informed consent, tetapi pada perawatan
paliatif sebaiknya setiap tindakan yang
berisiko dilakukan informed consent.

 Baik penerima informasi maupun pemberi


persetujuan diutamakan pasien sendiri
apabila ia masih kompeten, dengan saksi
anggota keluarga terdekatnya. Waktu
yang cukup agar diberikan kepada pasien
untuk berkomunikasi dengan keluarga
terdekatnya. Dalam hal pasien telah tidak
kompeten, maka keluarga terdekatnya
melakukannya atas nama pasien.
Lanjutan ….
 Tim perawatan paliatif sebaiknya
mengusahakan untuk memperoleh
pesan atau pernyataan pasien pada
saat ia sedang kompeten tentang apa
yang harus atau boleh atau tidak
boleh dilakukan terhadapnya apabila
kompetensinya kemudian menurun
(advanced directive).

 Pada keadaan darurat, untuk


kepentingan terbaik pasien, tim
perawatan paliatif dapat melakukan
tindakan kedokteran yang diperlukan,
dan informasi dapat diberikan pada
kesempatan pertama.
Resusitasi/Tidak resusitasi pada
pasien paliatif
 Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya
tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien
yang kompeten atau oleh Tim Perawatan
paliatif.
 Informasi tentang hal ini sebaiknya telah
diinformasikan pada saat pasien memasuki
atau memulai perawatan paliatif.
 Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak
menghendaki resusitasi, sepanjang informasi
adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat
keputusan telah dipahaminya. Keputusan
tersebut dapat diberikan dalam bentuk pesan
(advanced directive) atau dalam informed
consent menjelang ia kehilangan
kompetensinya.
Lanjutan …..
 Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak
boleh membuat keputusan tidak resusitasi,
kecuali telah dipesankan dalam advanced
directive tertulis. Namun demikian, dalam
keadaan tertentu dan atas pertimbangan
tertentu yang layak dan patut, permintaan
tertulis oleh seluruh anggota keluarga
terdekat dapat dimintakan penetapan
pengadilan untuk pengesahannya.
 Tim perawatan paliatif dapat membuat
keputusan untuk tidak melakukan resusitasi
sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini,
yaitu apabila pasien berada dalam tahap
terminal dan tindakan resusitasi diketahui
tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki
kualitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah
pada saat tersebut.
Perawatan Pasien Paliatif Di ICU/PICU

 Pada dasarnya perawatan paliatif


pasien di ICU mengikuti ketentuan-
ketentuan umum yang berlaku
sebagaimana diuraikan di atas.
 Dalam menghadapi tahap terminal,
Tim perawatan paliatif harus
mengikuti pedoman penentuan
kematian batang otak dan
penghentian peralatan life-
supporting.
Masalah medikolegal lainnya pada
perawatan pasien paliatif
 Tim Perawatan Paliatif bekerja
berdasarkan kewenangan yang diberikan
oleh Pimpinan Rumah Sakit, termasuk
pada saat melakukan perawatan di
rumah pasien.
 Pada dasarnya tindakan yang bersifat
kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga
medis, tetapi dengan pertimbangan yang
memperhatikan keselamatan pasien
tindakan-tindakan tertentu dapat
didelegasikan kepada tenaga kesehatan
non medis yang terlatih. Komunikasi
antara pelaksana dengan pembuat
kebijakan harus dipelihara.
Standar Asuhan Keperwatan :
• Standard I Perawat mengumpulkan data kesehatan
klien
• Standard II Dalam menetapkan diagnosa
keperawatan, perawat melakukan analisa terhadap
data yangtelah terkumpul
• Standard III Perawat mengidentifikasi hasil yang
diharapkan baik dari klien maupun lingkungannya
• Standard IV Perawat mengembangkan rencana
asuhan keperawatan dengan menetapkan intervensi
yangakan dilakukan untuk mencapai hasil yang
diharapkan
• Standard VPerawat melaksanakan rencana
intervensi yang telah di tetapkan dalam perencanaan
• Standard VIPerawat melakukan evaluasi terhadap
kemajuan klien yang mengarah ke pencapaian hasil
yangdiharapkan.
Standar Kinerja Profesional
(Profesional Performance)
o Standard I Kualitas asuhan keperawatan,
perawat melakukan evaluasi terhadap kualitas
dan efektifitaspraktik keperawatan secara
sistematis
 Standard II Performance Appraisal, perawat
melakukan evaluasi diri sendiri terhadap praktik
keperawatanyang dilakukannya dihubungkan
dengan standar praktik professional, hasil
penelitian ilmiahdan peraturan yang berlaku
 Standard III Pendidikan, perawat berupaya
untuk selalu meningklatkan pengetahuan dan
kemampuandirinya dalam praktik keperawatan
 Standard IV Kesejawatan, perawat berinteraksi
dan berperan aktif dalam pengembangan
professionalismsesama perawat dan praktisi
kesehatan lainnya sebagai sejawat
 Standard V Etika, putusan dan tindakan
perawat terhadap klien berdasarkan
pada landasan etika profesi
 Standar VI Kolaborasi, dalam
melaksanakan asuhan keperawatan,
perawat berkolaborasi dengan
klien,keluarga dan praktisi kesehatan
lain.
 Standar VII Penelitian, dalam
praktiknya, perawat menerapkan hasil
penelitian
 Standard VIII Pemanfaatan sumber,
perawat membantu klien atau keluarga
untuk memahami resiko,keuntungan dan
biaya perencanaan dan pelaksanaan
asuhan keperawatan.
SIMPULAN
 Perawatan paliatif adalah pendekatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan pasien dan keluarganya dalam
menghadapi masalah-masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang
mengancam jiwa, dengan mencegah dan
meringankan penderitaan melalui identifikasi
awal dan penilaian serta terapi dan masalah
lain-fisik, psikososial, dan spiritual.
 Tata kerja organisasi perawatan paliatif harus
bersifat koodinatif dan melibatkan semua
unsur terkait dengan mengedepankan tim
kerja yang kuat, membentuk jaringan yang
luas, berinovasi tinggi, dan layanan sepenuh
hati.

Anda mungkin juga menyukai