Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) menjado masalah sering dialami
oleh perempuan usia produktif. SEperempat dilaporkan mengeluh
menorrhagia , sementara 21 % mengeluh siklus yang lebih singkat, 17 %
mengeluh perdarahan intermenstrual dan 6 % mengeluh perdarahan paska
koitus . Isu-isu ini berdampak pribadi , medis dan ekonomi yang signifikan
(zinger , 2008). Wanita pada suatu saat dalam kehidupan mereka akan
mengalami keadaan dimana siklus menstruasi mereka akan terganggu. Sekitar
30 % wanita dating kepusat pelayanan kesehatan dengan keluhan perdarahan
uterus abnormal selama masa reproduktif mereka. (signh et al 2013)
Penyebab terjadinya perdarahan uterus abnormal mencakup spektrum
yang luas dari berbagai penyakit. Salah satu metode diagnostic yang penting
adalah kuretase endometrium. Metode tersebut memberikan informasi
mengenai keadaan spesifik maupun tidak spesifik dari infeksi maupun
keganasan. Evaluasi histologis juga dapat menyoroti temuan incidental
penyebab organic seperti polip atau keganasan, jika dalam pemeriksaan tidak
ditermukan penyebab organic dari keadaan perdarahan uterus abnormal diatas
(sarwar et Al – Haque , 2005). Pada penanganannya hasil penelitian sampel
hasil kuretase tersebut cukup sulit di interpretasikan oleh dokter yang
kompeten sekalipun. (Parmar, 2013)
Untuk itu penulis tertarik melakukan studi kasus dalam menyusun
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Nn. H dengan
Gangguan Reproduksi : Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) di Ruangan
Sungkai Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu”.

1
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada Nn ” H
Dengan Gangguan Reproduksi : PUA / Perdarahan Uterus Abnormal di
Ruang Sungkai Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan pada Nn ” H
Dengan Gangguan Reproduksi : PUA / Perdarahan Uterus Abnormal
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Asuhan Keperawatan pada
Nn ” H Dengan Gangguan Reproduksi : PUA / Perdarahan Uterus
Abnormal
c. Mampu merumuskan perencanaan Asuhan Keperawatan pada Nn ” H
Dengan Gangguan Reproduksi : PUA / Perdarahan Uterus Abnormal
d. Mampu melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan pada Nn ” H Dengan
Gangguan Reproduksi : PUA / Perdarahan Uterus Abnormal
e. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada Nn ” H
Dengan Gangguan Reproduksi : PUA / Perdarahan Uterus Abnormal

1.3 MANFAAT
A. BAGI MAHASISWA
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Reproduksi : PUA /
Perdarahan Uterus Abnormal secara nyata di Lapangan.
B. BAGI INSTITUSI PENDIDIKAN
Memberikan Masukan bagi pendidikan tentang bagaimana proses Praktik
Klinik Keperawatan Mahasiswa Program Ners di Rumah Sakit Umum
Daerah Sekayu
C. BAGI RUMAH SAKIT
Memberikan masukan bagi Rumah Sakit tentang upaya peningkatan Mutu
Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
 Anomali uterus bleeding yaitu perdarahan yang terjadi di luar siklus
menstruasi yang dianggap normal . Perdarahan uterus abnormal dapat
disebabkan oleh factor hormonal. Berbagai komplikasi kehamilan ,
penyakit sistemik, kelainan endometrium (polip) , masalah-masalah
serviks/uterus (leiomyoma)/kanker. Namun pola perdarahan abnormal
seringkali sangat membantu dalam menegakkan diagnose secara individual
(Ralp . C Benson, 2009)
 Perdarahan Uterus Abnormal dgigunakan untuk menunjukkan semua
keadaan perdarahan melalui vagina yang abnormal. AUB disini di
defenisikan sebagai perdarahan vagina yang terjadi di dalam siklus < 20
hari / >40 hari, berlangsung > 8 hari mengakibatkan kehilangan darah >80
ml dan anemia. Ini merupakan diagnosis penyingkiran dimana penyakit
local dan sistemik harus disingkirkan . Sekitar 50 % dari pasien ini
sekurang-kurangnya berumur 40 tahun dan 20% yang lain adalah remaja,
kerana merupakan siklus anovulatory lebih sering ditemukan. (Rudolp, A,
2007)
kembali ke
2.2 ETIOLOGI
PUA dapat terjadi pada semua usia dan sebagian besar   kasus yang

dirujuk   ke   bagian   Ginekologi   adalah   dengan   diagnosis   klinis   (sebenarnya

gejala klinis) metrorhagia (37,1%)  dan menorhagia (33,7%).2
Agar kasus­kasus PUA dapat ditangani dengan tepat, harus diketahui

etiologi/penyebab pasti yang dapat berupa kelainan organik dan perdarahan

uterus   disfungsional.   Kelainan   organik   yang   paling   sering   adalah   mioma

uterus   terutama   mioma   submukosum,   endometriosis,   polip,   kanker   endo­

metrium, hiperplasia endometrium dan adneksitis. Selain itu juga pemakaian

alat   kontrasepsi,   trombositopenia   dan   gangguan   pembekuan   darah   serta

3
penggunaan   terapi   sulih   hormon.   Modalitas   yang   sering   digunakan   untuk

diagnosis   etiologi   perdarahan   uterus   adalah   histeroskopi,   kuretase   yang

dilanjutkan   dengan   pemeriksaan   histopatologis   (PA),   biopsi,   serta   USG

transvaginal dan MRI. Histeroskopi merupakan baku emas untuk mengetahui

keadaan di dalam kavum uteri namun memerlukan prosedur anestesi, invasif

dan mahal.2,3 
Di   beberapa   pusat   termasuk   di   RS   Sanglah,   pemeriksaan

histopatologis merupakan baku emas untuk diagnosis patologis kavitas uteri.

Sampel untuk pemeriksaan PA dapat diambil melalui kuretasi atau biopsi. Di

samping untuk diagnostik, kuretasi berfungsi juga sebagai terapi perdarahan

uterus. Jika dibandingkan dengan hasil PA setelah histerektomi, akurasi D&C

PA   mencapai   90%,   sehingga   D&C   PA   baik   dipakai   sebagai   baku   emas

pemeriksaan lesi intrauteri.2,
Banyaknya kasus yang terjadi dan penegakan etiologi yang harus tepat
menarik perhatian penulis untuk menjabarkan lebih dalam mengenai
perdarahan uterus abnormal

2.3 KLASIFIKASI
Klasifikasi Pendarahan Uterus Abnormal
1. Klasifikasi PUA berdasarkan jenis pendarahan.
a. P e n d a r a h a n u t e r u s a b n o r m a l a k u t didefinisikan
sebagai pendarahan haid y a n g banyak sehingga perlu
dilakukan penanganan segera untuk mencegah kehilangandarah.
b. Pendarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi
untuk pendarahan uterusa b n o r m a l y a n g t e l a h t e r j a d i
lebih dari 6 bulan. Kondisi ini biasanya
t i d a k memerlukan penanganan yang segera seperti PUA akut.
2. Klasifikasi PUA berdasarkan penyebab pendarahan
Klasifikasi utama PUA berdasarkan FIGO dapat
d i l i h a t p a d a b a g a n 2 . S i s t e m klasifikasi ini telah disetujui
oleh dewan eksekutif FIGO sebagai sistem klasifikasi PUA

4
berdasarkan FIGO. Tererdapat 9 kategori utama yang disusun
berdasarkan akronim “ PLAM-COIME “

2.4 Tanda dan Gejala (fisiologi nifas)


Perdarahan Rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus
menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit- sedikit dan terus menerus atau
banyak dan berulang . Pada siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat
spontan, teratur dan lebih bisa diramalkan serta seringkali disertai rasa tidak
nyaman sednagkan pada anovulasi merupakan kebalikannya (Rudolp ,
Abraham, 2006) . Selain itu gejala yang dapat timbul diantaranya seperti
mood ayunan, kekeringan atau kelembtan vagina serta juga dapat
menimbulkan rasa Lelah yang berlebih (stork susan , 2006)

2.5 PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya PUA masih belum diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa studi y a n g menyimpulkan bahwa
terjadinya PUA tersebut disebabkan adanya kerusakan
d a r i jaringan -jaringan dan pembuluh-pembuluh darah karena kelainan-
kelainan organik (terutamakarena adanya infeksi dan tumor) pada alat-
alat genitalia interna dan tidak berfungsinya jaringan-jaringan tersebut
secara maksimal untuk melakukan proses penghentian perdarahannya.
Secara umum penyebab terjadinya PUA adalah kelainan
organik pada alat-alat genitalia i n t e r n a d a l a m ( s e p e r t i s e r v i k s
uteri, korpus uterus, tuba fallopi, dan ovarium),
k e l a i n a n sistemik atau darah (seperti kelainan faktor pembekuan darah), dan
kelainan fungsional daria l a t - a l a t g e n i t a l i a .
B e b e r a p a k e l a i n a n o rg a n i k p a d a a l a t - a l a t g e n i t a l i a
i n t e r n a y a n g d a p a t menjadi penyebab terjadinya PUA adalah bagian
berikut ini

a. P a d a s e r v i k s u t e r i : p o l i p s e r v i k s u t e r i , e r o s i p o r s i o
u t e r i , u l k u s ( b o r o k ) p o r s i o u t e r i , karsinoma (kanker pada
sel tubuh) uteri.

5
b. Ada korpus uteri: polip endometrium uteri, abortus iminens,
proses berlangsungnyaabortus, abortus inkomplit, kehamilan mola
hidatidosa, khorio-karsinoma, subinvolusi uteri,karsinoma korpus
uteri, sarkoma (kanker pada jaringan lunak tubuh) uteri, dan mioma
uteri.
c. Pada tuba fallopi: kehamilan ektopik terganggu (KET), peradangan
pada tuba fallopi, dantumor tuba fallopi.
d. Pada ovarium: peradangan pada ovarium dan tumor ovarium

2.6 Anatomi dan Fisiologi sistem Reproduksi


a. Fisiologi Sistem reproduksi
1. Vagina
Merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke
atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior
vagina memiliki panjang 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm.
Fungsi vagina :
- Lintasan bagi spermatozoa
- Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat
persalinan
- Saluran keluar darah haid
2. Uterus
Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam. Terdiri
darifundus uteri,korpus uteri dan serviks uteri. Korpus uteri
merupakan bagian uterus terbesar dan sebagai tempat janin
berkembang. Uterus terdiri dari :
- Fundus uteri
- Korpus uteri
Fungsi uterus adalah :
- Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang suadah di
buahi untuk menanamkan diri.
- Jika korpus luteum tidak berdegenerasi, yaitu jika korpus
lutemdipertahankan oleh kehamilan, maka estrogen akan terus
diproduksisehingga kadar nya tetap berada di atas
nilai ambangperdarahan haid dan amenorea merupakan salah satu
tanda pertama untuk kehamilan.

6
- Memberikan perlindungan dan nutrisi pada embrio atau janin
sampai matur.
- Mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan.
- Mengendalikan perdarahan dari tempat perlekatan plasenta
melalui kontraksi otot-otot.
3. Tuba fallopi
Disebut juga dengan oviduct, saluran ini terdapat pada setiap
sisi uterus dan membentang dari kornu uteri ke arah dinding lateral
pelvis.
4. Ovarium
Merupakan kelenjar kelamin. Ada 2 buah ovarium yang masing-
masing terdapat pada tiap sisi dan berada di dalam kavum abdomen
di belakang ligamentum latum dekat ujung fibria tuba falopi . Fungsi
ovarium adalah untuk produksi hormone dan ovulasi.

b. Anatomi system reproduksi

2.7 PATHWAY (TERLAMPIR)

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah biopsi
endometrium (pada wanita yang sudah menikah), laboratorium darah dan
hemostasis, USG, serta radio immuno assay
Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan
dalam pemeriksaan pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik
menunjukkan adanya penyakit sistemik, maka penyelidikan lebih jauh
mungkin diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan pelvis harus diperiksa
dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan.

7
Perdarahan siklik (reguler) didahului oleh tanda premenstruasi
(mastalgia, kenaikan berat badan karena meningkatnya cairan tubuh,
perubahan mood, atau kram abdomen ) lebih cenderung bersifat ovulatori.
Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi dengan interval tidak teratur setelah
mengalami amenore berbulan – bulan, kemungkinan bersifat anovulatori.
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG,
FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining
gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)
histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda
dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang
gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah
pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin
terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan kuretase
ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan
uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan
investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase
dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil
dalam uji coba terapeutik
2.9 PENATALAKSANAAN
1. Perdarahan berat pada masa menarche dan perimenopause seringkali
memerlukan estrogen dosis tinggi ( kadang-kadang diberikan intravena)
2. Perdarahan yang ringan : estrogen dosis rendah per oral yang diikuti atau
disertai dengan progestin, bila perdarahan masih belum berhenti perlu
dilakukan D & C
3. PUD seringkali memerlukan terapi dengan estrogen siklis 25 hari dan pada
hari ke 10 – 15 dilanjutkan dengan pemberian progestin
4. Pemberian progestin secara siklis digunakan pada pasien usia muda yang
diperkirakan sudah memiliki kadar estroen endogen cukup untuk
melakukan sensitisasi reseptor progesteron
5. Pada pasien yang lebih ‘tua’ yang tidak memberikan respon terhadap obat
secara memadai dan tidak menghendaki kehamilan lagi dapat dilakukan
tindakan radikal yang permanen:

8
a. Ablasi endometrium
b. Histerektomi

2.10KOMPLIKASI
Infertilitas dari kurangnya ovulasi
– Parah anemia dari perdarahan haid berkepanjangan atau berat
– Penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang
cukup (faktor kemungkinandalam perkembangan kanker endometrium)

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI ; PERDARAHAN UTERUS
ABNORMAL (PUA)

A. PENGKAJIAN
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register , dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan klien saat masuk Rumah Sakit
Biasanya klien nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan
pada daerah perut menstruasi yang tidak berhenti , rasa mual dan muntah
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan yang idrasakan klien adalah
nyeri pada daerah abdomen bawah , ada pembengkakan pada daerah
perut , menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah
b) Riwayat kesehatan keluarga : kaji riawayat keluarga dalam kelainan
ginekologi.

9
4. Riwayat kehamilan dan persalinan : dengan kehamilan dan persalinan/
tidak
5. Riawayat menstruasi :kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan
sampai amenorhea , menarche , lama , siklus , jumlah , warna dan bau.
6. Pemeriksaan Fisik : dilakukan mulai dari kepala sampai ektremitas bawah
secara sistematis.
a. Abdomen : nyeri tekan pada abdomen , teraba massa pada
abdomen
b. Ektremitas : nyeri panggul saat beraktivitas , tidak ada kelemahan
c. Eliminasi , urinasi : adanya konstipasi , susah BAK
7. Data Sosial ekonomi : kaji golongan masyarakat dan tingkat umur baik
sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause
8. Data Sosial ekonomi : kaji golongan masyarakat dan tingkat umur , baik
sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
9. Data psikologis : ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita,
dimana ovarium sebagai penghasil ovum , mengingat fungsi dari ovarium
tersebut sementara pada klien dengan perdarahan abnormal pervaginam
hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil.
10. Pola kebiasaan sehari-hari
Biasanya klien mengalami gangguan dalam aktivitas dan tidur karena
merasa nyeri
11. Pemeriksaan penunjang
a. Data laboratorium  pemeriksaan darah lengkap (NB , HT,SDP)
b. Pemeriksaan fisik  ada tidaknya benjolan dan ukuran benjolan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cera fisik (kerusakan jaringan otot ,
system saraf dan gangguan sirkulasi darah)
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan ;perdarahan ; diuress, keringat berlebihan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut - Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri
- Pain Control
berhubungan secara komprehensif
- Comfort level

10
dengan agen cera Setelah dilakukan termasuk lokasi,
fisik (kerusakan tindakan keperawatan karakteristik, durasi
jaringan otot, selama 1 x 24 jam frekuensi, kualitas dan faktor
Kriteria hasil :
system saraf dan presipitasi
- Klien menyatakan
2. Bantu pasien dan keluarga
gangguan sirkulasi
nyeri berkurang
untuk mencari dan
darah) - Klien tampak tenang
- Ekspresi wajah menemukan dukungan
3. Kontrol lingkungan yang
rileks
- TTV normal : suhu dapat mempengaruhi nyeri
36-37 C , N : 80 seperti suhu ruangan,
-100x/menit , RR = pencahayaan dan kebisingan
4. Ajarkan tentang teknik non
16 – 24 x/menit, TD
farmakologi
= systole : 100-130
5. Berikan anaIgetik untuk
mmhg , Diastole :
mengurangi nyeri
70-80 mmhg 6. Tingkatkan istirahat
7. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil

2. Resiko kekurangan NOC: NIC :


volume cairan 1. Balance cairan Fluid management
2. Hidrasi
berhubungan 1.Obs Tanda-tanda vital setiap
3. Status Mutrisi :
dengan 4 jam.
Intake makanan
pengeluaran yang 2.Obs Warna urine.
dan cairan
berlebihan 3.Status umum setiap 8 jam.
Setelah dilakukan
;perdarahan ; 4.Pertahankan catatan intake
tindakan keperawatan
diuress, keringat dan output yang akurat
selama ....x 24 jam
berlebihan 5.Monitor status hidrasi
Kekurangan volume
( kelembaban membran
cairan dapat teratasi
mukosa, nadi adekuat,
dengan
tekanan darah ortostatik ),
Kriteria Hasil :
jika diperlukan
- Mempertahankan
6.Monitor masukan makanan /

11
urine output sesuai cairan dan hitung intake
dengan usia dan kalori harian
BB, BJ urine 7.Lakukan terapi IV
normal, HT 8.Berikan cairan
normal 9.Dorong masukan oral
- Tekanan darah, 10. Beritahu dokter bila:
nadi, suhu tubuh haluaran urine < 30 ml/jam,
dalam batas haus, takikardia, gelisah, TD
normal di bawah rentang normal,
- Tidak ada tanda urine gelap atau encer gelap.
tanda dehidrasi, 11. Konsultasi dokter bila
Elastisitas turgor manifestasi kelebihan cairan
kulit baik, terjadi.
membran mukosa 12. Pantau: cairan masuk dan
lembab, tidak ada cairan keluar setiap 8 jam.
rasa haus yang
berlebihan

3. Intoleransi aktivitas  Self care : ADLs 1. Observasi adanya


berhubungan  Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam
dengan  Konservasi energy melakukan aktivitas
kesimbangan Setelah dilakukan 2. Kaji adanya faktor yang
anatara kebutuhan tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan
dan suplai oksigen selama 2 x 24 jam 3. Monitor pasien akan
aktivitas klien adanya kelelahan fisik dan
terpenuhi emosi secara berlebihan
Kriteria hasil : 4. Monitor pola tidur dan
- Berpartisipasi lamanya tidur/istirahat
dalam aktivitas pasien
fisik tanpa disertai 5. Bantu klien untuk
peningkatan mengidentifikasi aktivitas

12
tekanan darah, yang mampu dilakukan
nadi dan 6. Bantu untuk memilih
pernapasan aktivitas konsisten yang
- Mampu sesuai dengan kemampuan
melakukan fisik, psikologi dan sosial
aktivitas sehari-
hari (ADLS)
secara mandiri
- Keseimbangan
aktivitas dan
istirahat.

D. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik( Nursalam,2001).Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan berguna untuk memenuhi kebutuhan klien
mencapai tujuan yang diharapkan secara optimal.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
Dokumentasi tindakan keperawatan ini berguna untuk komunikasi antar tim
kesehatan sehingga memungkinkan pemberian tindakan keperawatan yang
berkesinambungan.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.
Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang operasional
dengan pengertian :
S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif
oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O :adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan.

13
A :adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan criteria dan standar
yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan klien.
P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis.
Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai Asuhan
Keperawatan Perubahan Uterus Abnormal yaitu :
- Rasa nyeri teratasi
- Resti Kekurangan volume cairan tidak terjadi
- Intoleransi aktivitas teratasi

DAFTAR PUSTAKA

14
Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi


VIII, Philadelphia, Lippincot Company, USA

Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi :


Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC,
Jakarta.

Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-


2002,Philadelphia,USA.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC).


United States of America: Mosby.

Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America: Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU

15
3.1 SEJARAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU

3.1.1 PERKEMBANGAN SEBELUM TAHUN 2000

RSUD Sekayu dibangun pada zaman Belanda yaitu tepatnya


pada tahun 1937 yang berlokasi di Jalan dr. Slamet Imam Santoso
Sekayu. Kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit pada waktu itu
terfokus pada rawat jalan dan rawat inap dengan kapasitas 10 tempat
tidur. Dokter pertama yang bertugas di RSUD Sekayu adalah dr. Slamet
Imam Santoso.

Pada tahun 1963 bersamaan dengan kepindahan Ibu kota


Kabupaten Musi Banyuasin dari Palembang ke Sekayu, RSUD Sekayu
sedikit mengalami perkembangan dengan perubahan tipe menjadi
Rumah Sakit Tipe D dengan kapasitas 42 tempat tidur.

Pada tahun 1970 dilakukan renovasi gedung RSUD Sekayu


dengan penambahan gedung perawatan bertingkat. Gambaran RSUD
Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin kelas D sebagai berikut : RSUD
Sekayu memiliki luas 2500 m2 dengan luas bangunan 1105 m2, terletak
di pinggir Sungai Musi dan sering mengalami kebanjiran akibatnya
rumah sakit terkesan kumuh dan tidak terawat, lokasi yang berada di
lingkungan rumah penduduk serta area lahan terbatas sehingga tidak
memungkinkan untuk dikembangkan.

Pada tahun 1996 Pemerintah Daerah merencanakan realokasi/


pemindahan gedung RSUD Sekayu ke lokasi baru yang terletak di jalan
Kolonel Wahid Udin Lingkungan I Kayuara. Untuk merealisasikan
rencana tersebut ± 6,7ha. Kemudian dilakukan proses penimbunan
terhadap lahan yang merupakan lahan persawahan/daerah rawa-rawa
hingga menjadi lahan bebas banjir.

Pada tanggal 6 Mei 1997 dilakukan pembanguan fisik tahap I


dan II. Pembangunan gedung secara resmi ditandai dengan peletakan

16
batu pertama pembangunan gedung RSUD Sekayu dilakukan oleh
Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI yang pada saat itu
dijabat oleh dr. Suyoga, MPH,.Kemudian diteruskan dengan
penyelesaian pengerjaan fisik bangunan dan pengadaan peralatan.

Tepat pada tanggal 23 Maret 1999 kegiatan operasional RSUD


Sekayu pindah dari rumah sakit lama ke lokasi baru yang berada di
jalan kol. Wahid Udin Lingkungan I Kelurahan Kayuara Kabupaten
Musi Banyuasin dengan kapasitas 60 tempat tidur. Fasilitas dan saran
kegiatan pelayanan dilengkapi.

Pada tanggal 10 Februari 2000 ditetapkan menjadi kelas Type C


dengan Surat Keputusan Bupati MUBA Nomor:058/SK/IV/2000,
dengan 60 TT, 4 dokter spesialis (Anak, Kebidanan dan Kandungan,
Penyakit Dalam dan Bedah).

3.1.2 PERKEMBANGAN RSUD SEKAYU


A. PERIODE PERSIAPAN
Pada tahun 2007 dilakukan pembangunan gedung baru RSUD
Sekayu dan mulai operasional Rawat Jalan (Tahap Awal) pada Bulan
Maret 2008. Gedung baru dengan penambahan gedung perawatan
bertingkat, dengan kapasitas 150 (seratus lima puluh) tempat tidur.
RSUD Sekayu menjadi pusat rujukan 25 unit Puskesmas, 103 Pustu,
142 Polindes serta 22 unit Puskesmas Keliling.

RSUD Sekayu Kelas C yang berlokasi di Jalan Kolonel Wahid


Udin Lingkungan I Kecamatan Kayuara Kabupaten Musi Banyuasin
berbatasan dengan:

Sebelah Utara berbatas : Gedung SMP 6 Unggul Sekayu Kab. Muba


Sebelah Selatan berbatas : Gedung AKPER Kab. Musi Banyuasin
Sebelah Barat berbatas : Tanah penduduk (area persawahan)
Sebelah Timur berbatas : Jalan raya (Jalan Kol. Wahid Udin)

17
Pada awalnya RSUD Sekayu kelas C hanya memiliki 60 tempat
tidur dengan fasilitas dan jenis pelayanan seperti layaknya RSU Kelas C
lainya, yang mempunyai 4 orang dokter spesialis yaitu; Spesialis
Kebidanan dan Kandungan, Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Bedah,
Spesialis Anak. Namun pada kenyataannya hanya Spesialis Penyakit
Dalam dan Spesialis Anak yang ada, sedangkan dua Spesialis lainnya
adalah Tenaga Kontrak.

Banyak hal substansi dan finansial yang dihadapi RSUD Sekayu


pada masa ini, antara lain jumlah tenaga perawatan yang kurang,
gedung baru yang belum rampung sehingga diperlukan adaptasi dalam
hal pemantauan dan pemeliharaannya.

Persiapan pelayanan fisik gedung baru disertai pula pelaksanaan


kegiatan-kegiatan perubahan kelembagaan RSUD Sekayu menuju
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan segala substansi yang
mendukung.

B.PERIODE PEMANTAPAN
a. Penetapan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Pada tahun 2007 Pemerintah Daerah KabupatenMusi
Banyuasin membangun gedung baru untuk Rumah Sakit Umum Daerah
Sekayu, hal ini memacu kami untuk melakukan peningkatan sarana dan
fasilitas pelayanan serta peningkatan dan pengembangan sumber daya
manusia kesehatan di rumah sakit yang memenuhi harapan dan
kebutuhan seluruh masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin.

Seiring dengan upaya mewujudkan visi dan misi Kabupaten


Musi Banyuasin, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005,
tanggal 13 Juni 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (BLU), Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu mengalami
perubahan status institusi dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

18
Kabupaten Musi Banyuasin ke Badan Layanan Umum Daerah Musi
Banyuasin berdasarkan Surat keputusan Bupati Musi Banyuasin Nomor
: 451 Tahun 2008 pada tanggal 31 Mater 2008, tentang Penetapan
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Musi Banyuasin yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) secara penuh.

b. Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit


Seiring peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap pelayanan di Rumah
sakit. Masyarakat sebagai customer / pelanggan menuntut adanya
kepuasan terhadap pelayanan di Rumah Sakit. RSUD Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin merupakan Rumah Sakit Milik Pemerintah
Daerah Kabupaten Musi Banyuasin berdiri sejak tahun 1937.
Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit di indonesia perlu terus
ditingkatkan sehingga dapat sejajar dengan mutu layanan rumah sakit di
negara-negara maju lainnya.
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan tersebut, setiap 3
(tiga) tahun sekali rumah sakit wajib mengikuti akreditasi rumah sakit
sesuai ketentuan undang-undang rs nomor 44 tahun 2009, pasal 40 yang
menerangkan bahwa “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga)
tahun sekali “.
Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan yang diberikan kepada
rumah sakit oleh pemerintah melalui badan yang berwenang
(KARS/Komisi Akreditasi Rumah Sakit) karena Rumah Sakit telah
memenuhi standar pelayanan yang ditentukan.
Akreditasi RSUD Sekayu versi lama telah berlangsung sejak
tahun 2002 dan telah diperbaharui pada tahun 2012.
Pada tahun 2014 dibawah kepimpinan direktur dr. H. Azmi
Dariusmansyah, MARS , RSUD Sekayu mulai melakukan persiapan

19
akreditasi versi baru (akreditasi versi 2012). Ada beberapa tahapan yang
dilalui sebelum dilakukan survei akreditasi meliputi

1) Kegiatan Workshop akreditasi oleh tim KARS Pusat dilaksanakan


tanggal 11-12 Agustus 2014
2) Kegiatan Bimbingan akreditasi oleh tim KARS Pusat dilaksanakan
tanggal 6 - 28 November 2015
3) Kegiatan Survei akreditasi oleh tim KARS Pusat dilaksanakan
tanggal 11-13 Oktober 2016. Pada tanggal 1 Desember 2016 ,
Berdasarkan surat dari KARS PUSAT NOMOR 2757
/KARS/XII/2016 menyatakan Hasil Survei RSUD Sekayu dari 15
Bab yang dilakukan survei , 4 bab mencapai > 60 % dan < 80 % :
TINGKAT MADYA atau dapat mengajukan remedial untuk Bab
sebagai berikut:

1. SKP / Sasaran Keselamatan Pasien


2. PPK / Pendidikan pasien dan keluarga
3. KPS / kualifikasi pendidikan dan staf
4. TKP / Tata kelola kepemimpinan dan pengarahan
Pada Tahun 2017, ada perubahan kepemimpinan Direktur RSUD
Sekayu yaitu Bapak dr. Makson Parulian Purba MARS . Dibawah
kepemimpinan dr. Makson Parulian Purba MARS, RSUD Sekayu
melakukan Kegiatan survei ulang akreditasi oleh tim KARS Pusat
untuk mendapatkan Tingkat paripurna yang dilaksanakan 12 Mei
2017. Hasil survei ulang akreditasi tersebut telah keluar dan RSUD
Sekayu mendapatkan Tingkat Paripurna (bintang lima) dikeluarkan
pada 26 Mei 2017 berlaku hingga 10 Oktober 2019
Survei / Penilaian Akreditasi bertujuan untuk mengetahui
apakah pelayanan Rumah sakit telah memenuhi standar Akreditasi .
Survei Akreditasi Baru di RSUD Sekayu ini menjadi tolak Ukur
perubahan pola pikir dan budaya RSUD sekayu dari yang berorientasi
kepada provider menjadi berorientasi kepada pasien. Dan juga adanya
komitmen pihak RSUD Sekayu untuk meningkatkan mutu pelayanan

20
berdasarkan standar pelayanan Rumah Sakit Yang berlaku sehingga
kepuasan pasien meningkat.
Survei Akreditasi bisa menambah semangat seluruh karyawan
dan tenaga medis di RSUD Sekayu supaya dapat memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.Kita harus buktikan bahwa
RSUD Sekayu ini tidak kalah dibandingkan dengan RS Lain dalam
memberikan pelayanan yang terbaik dan berstandar kepada masyarakat
Musi Banyuasin.

c. Sertifikasi Internasional (ISO) IGD dan Farmasi RSUD Sekayu


Percepatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu terus
dilakukan. Pada Rabu 18 Oktober 2017 dilakukan assesment awal
mengenai sertifikasi Mutu Pelayanan ISO 9001:2015 oleh konsultan
ISO dari PT Asia Cipta Manajemen yang sudah terakreditas The United
Kingdom Accreditation Service (UKAS), yang di sampaikan oleh Muh
Fidi Andri Putra MM dan Winda Saraswati SE. Dengan komitmen
yaitu untuk meningkatkan mutu kinerja Sumber Daya Manusia (SDM)
di RSUD Sekayu. Untuk mencapai type B tentu melalui proses, salah
satunya adalah sertifikasi internasional. Sertifikasi internasional ini ada
dua bagian yakni pelayanan dan non pelayanan. Untuk tahap awal yang
sedang kita jalani ini adalah pelayanan IGD dan Farmasi, guna
mengukur system manajemen yang ada di IGD dan Farmasi.

d. Menjadi RS Kelas B
Peningkatan kelas Rumah Sakit menjadi tipe B dengan layanan
unggulan Pelayanan critical care and trauma respon centre. Pelayanan
ini didukung dengan pengembangan ruangan IGD, ruang intensif,
Kamar Bedah, pusat sterilisasi. Adapun alat-alat pendukung untuk
pengembangan ruangan tersebut, seperti:
a. Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
c. Fluorescopy dan lain sebagainya

21
1. Pengembangan ruang rawat inap dan ruangan penunjang
lainnya
2. Sebagai pusat rujukan khususnya kabupaten MUBA dan dan
umumnya provinsi Sumsel dan sekitarnya
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan RSUD Sekayu
Pelayanan di RSUD Sekayu Kelas B masih ada yang perlu
ditambah dan diperbaiki berdasarkan hasil visitasi dan akan
segera ditindaklanjuti. Untuk sekarang Unit pelayanan yang ada
di RSUD Sekayu, diantaranya :
A. INSTALASI
1. Instalasi Rawat Jalan :
1) Klinik Penyakit Dalam
2) Klinik Kebidanan dan Kandungan
3) Klinik Anak
4) Klinik Bedah
5) Klinik Gigi & Mulut
6) Klinik Mata
7) Klinik Syaraf
8) Klinik Paru
9) Klinik Jantung
10) Klinik Jiwa
11) Klinik THT
12) Klinik Rehabilitasi Medik
13) Klinik Kulit dan Kelamin
14) Klinik Umum (Medical Check Up)
15) Klinik Psikologis
2. Instalasi Rawat Inap (Kelas VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas
III)
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi
5. Instalasi Laboratorium Patologi Klinik
6. Instalasi Radiologi
7. Instalasi Gizi
8. Instalasi Farmasi
9. Instalasi Bedah Sentral (OK)
10. Instalasi Intensive Care Unit (ICU)
11. Instalasi Neonatus Intensif Care Unit (NICU)
12. Instalasi Kebidanan
13. Instalasi Rehabilitas Medik
14. Instalasi Pemeliharaan Sarana RS (IPSRS)

22
B. UNIT
1. Unit Hemodialisa
2. Unit MCU dan UTD
3. Unit Rekam Medik
4. Unit Sanitasi
5. Unit CSSD
6. Unit Diklat
7. Unit Humas
8. Unit IT
9. Unit Pendapatan dan Pelaporan

e. Menjadi Rujukan Regional di Sumatera Selatan

Berbagai persiapan untuk mewujudkan target menjadi Rumah Sakit


Rujukan terus dilakukan seperti memperoleh akreditasi paripurna,
meningkatkan keahlian dan wawasan tenaga medis/nonmedis,
menggandeng dokter-dokter spesialis, serta menjalin kerja sama
dengan berbagai pihak untuk memberikan pelayanan kesehatan
terbaik kepada masyarakat. Hingga RSUD Sekayu mampu mencapai
Misinya untuk menjadi RS Rujukan Regional tersebut yang ditetapkan
oleh gubernur melalui Peraturan Gubernur Sumsel Nomor 67 Tahun
2018 yang mengampu 4 kabupaten yaitu Kabupaten Musi Rawas,
Musi Rawas Utara, Pali dan Banyuasin. Dengan layanan unggulan
spesialistiknya RSUD Sekayu telah mengembangkan 5 layanan
unggulan yang melibatkan tenaga spesialistik yang mumpuni di
bidangnya masing-masing, diantaranya:
a. Center of Excellent Medical Check Up
Dengan pengembangan pelayanan ini, diharapkan RSUD
Sekayu dapat memenuhi harapan masyarakat atau perusahaan akan
pelayanan Medical Check Up secara menyeluruh karena RSUD
Sekayu mempunyai SDM yang handal dan dilengkapi dengan
peralatan dan fasilitas lainnya yang menunjang pelayanan Medical
Check Up, sehingga nantinya dapat menjadi pusat pelayanan
Medical Check Up di Provinsi Sumatera Selatan. Dalam upaya
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas

23
tinggi, maka RSUD Sekayu akan mengembaNgkan pelayanan
Medical Check Up dengan konsep :
- Pusat pelayanan Medical Check Up yang modern
- One Stop Service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan Medical Check
Up secara komprehensip, dengan pelayanan kesehatan yang
professional dan dilengkapi fasilitas medis yang modern.
b. Center of Excellent Integrated Heart

Kateterisasi Jantung & Angiografi (CATH LAB) untuk


menentukan Diagnostik penyakit jantung dan pembuluh darah dan untuk
selanjutnya dilakukan Intervensi Non Bedah sesuai indikasi secara
invasive melalui pembuluh darah dengan menggunakan kateter atau
elektroda.
Berdasarkan analisa Angka kejadian morbiditas maupun mortalitas
akibat Sindrom Koroner Akut (SKA) masih sangat tinggi, dan
merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di Indonesia, bahkan
dunia. Penanganan kasus SKA di RSUD Sekayu yang tidak adekuat
selama ini sering berakibat pada komplikasi di kemudian hari, tak jarang
pasien datang dengan kondisi dilated cardiomyopathy yang kualitas
hidupnya akan sangat menurun. Sebagai RS tipe B dan sebagai RS
rujukan regional yang mengampu rujukan dari 4 kabupaten di sekitarnya.
Potensi-potensi ini dapat dikembangkan pula ke layanan kateterisasi
jantung, hingga RSUD Sekayu menjadi pusat layanan jantung terpadu
tingkat regional, bahkan provinsi. Untuk mewujudkan pusat pelayanan
tersebut dibuat roadmap dalam rangka persiapan pelayanan dengan
metode KSO.

c. Menjadi Center of Excellent Minimal Invasif Surgery Tahun 2019

Pelaksanaan pelayanan bedah minimal invasif yang sudah berjalan


sejak Oktober 2017. Dikarenakan permintaan pelayanan yang semakin

24
meningkat akan pelayanan bedah minimal invasif tersebut RSUD Sekayu
akan menambah nilai investasi dari beberapa aspek diantaranya adalah
penambahan sarana alat kesehatan, pendidikan dan pelatihan SDM,
penambahan SDM sesuai kompetensi dan renovasi gedung. Setelah
dilakukan analisis kelayakan investasi di dapatkan nilai NPV > 0 dan
IRR > target risiko (16%) hal ini berarti bahwa investasi elayanan bedah
minimal invasif dapat dilaksanakan di RSUD Sekayu
Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas tinggi, maka RSUD Sekayu akan mengembagkan pelayanan
bedah dengan konsep :
- Pusat pelayanan bedah invasif yang modern
- One Stop Service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan Bedah secara
komprehensip, dengan pelayanan kesehatan yang professional dan
dilengkapi fasilitas medis yang modern. Hal ini akan bersinergis
dengan pelayanan diagnosis dan terapis di RSUD Sekayu.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan penambahan alat-alat kesehatan dan pengembangan
pelayanan minimal infasif surgery hingga tahun 2019. Berikut grafik
rencana pengembangan pelayanan bedah minimal invasif:
Dengan terlaksananya perencanaan pengembangan pelayanan tersebut,
maka di harapkan akan mempermudah pemasaran pelayanan bedah
invasif di RSUD Sekayu.

d. Menjadi Center of Excellent Haemodialisa Tahun 2019


RSDU Sekayu sebelumnya memang sudah memilik pelayanan
Hemodialisa namun Unit Pelayanan Hemodialisa RSUD Sekayu layak
untuk dikembangkan menjadi center excellent. Dalam upaya memenuhi
kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, maka
RSUD Sekayu akan mengembangkan pelayanan hemodialisis dengan
konsep :

25
 Pusat pelayanan hemodialisis yang mengedepankan patient safety
 One stop service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan hemodialisis, dengan
pelayanan kesehatan yang profesional dan dilengkapi dengan
fasilitas kesehatan yang modern.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan renovasi gedung dan penambahan sarana prasarana
pelayanan hemodialisis hingga tahun 2019. Berikut road map rencana
pengembangan pelayanan hemodialisis.

e. Menjadi Center of Excellent Chemo Therapy Tahun 2019

Jumlah masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan


kemoterapi di Kabupaten Musi Banyuasin cenderung mengalami
peningkatan, serta belum adanya pelayanan kemoterapi pada kabupaten-
kabupaten sekitar Musi Banyuasin, sehingga dengan adanya fasilitas
center excellent chemotherapy di RSUD Sekayu ini, kami optimis dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin.
Harapannya dengan adanya center excellent chemotherapy akan
mempercepat dan mempemudah pasien mendapatkan pelayanan
kemoterapi.
Berdasarkan pengamatan pada beberapa rumah sakit daerah yang
ada di Sumatera Selatan dan analisa SWOT, tingkat pelayanan
kemoterapi semakin meningkat dan dalam upaya memenuhi kebutuhan
akan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, maka RSUD Sekayu
akan mengembangkan pelayanan kemoterapi dengan konsep sebagai
berikut:
- Penyelenggaraan Peyelenggaraan Pelayanan Kanker sesuai dengan
panduan yang bertujuan menjamin hak pelayanan kanker bagi
seluruh masyarakat Indonesia dan mencakup kegiatan promotif,
reventif, kuratif, dan rehabilitatif.

26
- Pusat pelayanan kemoterapi yang terstandar, modern, dan aman bagi
pasien serta tenaga kesehatan terkait.
Dengan berpegangan pada hal tersebut diatas, maka diharapkan
dapat memudahkan dalam pemasarannya. Untuk memenuhi harapan
tersebut RSUD Sekayu merancang perencanaan penambahan alat-alat
kesehatan dan pengembangan pelayanan kemoterapi hingga tahun 2019.
Berikut grafik rencana pengembangan
Dengan terlaksananya perencanaan pengembangan pelayanan tersebut,
maka di harapkan akan mempermudah pemasaran pelayanan
kemoterapi di RSUD Sekayu.

C. PENGEMBANGAN BANGUNAN RS

a. BANGUNAN FISIK
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu adalah Rumah Sakit
Pemerintahan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Kelas C dari
tahun 2000 hingga 2017. Pada akhir tahun 2017 RSUD Sekayu
berhasil melakukan peningkatan kelas menjadi Kelas B dengan
tingkat hunian (BOR) sebesar 86,4% pada tahun 2018 dengan
kapasitas tempat tidur 239 Tempat tidur. berdasarkan kajian yang
mendalam kebutuhan tempat tidur RSUD Sekayu harus
ditingkatkan sesuai dengan tingkat kunjungan dan standar kelas
B. Selain itu berdasarkan visitasi dari tim visitasi peningkatan
kelas RSUD Sekayu ke kelas B terdapat beberapa kekurangan
yang perlu segera ditindaklanjuti untuk memenuhi standar
bangunan dan ruangan RS Kelas B.
 Rekam
Sejak Tahun 2018 RSUD Sekayu Medik
yang mulanya terdiri
 Bank Sumsel
dari gedung A, B, C, D dan GedungBaru masing-masing
Tempat 2 (dua)
Pendaftaran/
lantai Loket dengan gedung Eks
(kulim dan manggaris) bertambah
 Triase Pendaftaran
akper dengan uraian sebagai berikut: ICU/ NICU
1. Gedung A  Kebidanan (VK dan
Neonatus)
27  Bedah Sentral
 Aula
 CSSD
 Poliklinik
 Farmasi Rawat Jalan
 IGD
 Radiologi
 Rehabilitasi Medik
 Labor Patologi Klink & UTD
 Ruang Humas
 Tempat Fotocopy
 Poli Tumbuh Kembang Anak
 Poli Eksekutif
2. Gedung B
 Ruang Perawatan Rawat Inap
o Kelas III diberi nama Ruang Medang
o Kelas II diberi nama Ruang Meranti
o Kelas I diberi nama Ruang Tembesu
o Kelas VIP diberi nama Ruang Petanang
o Rungai Sungkai Kebidanan (II dan III) dan Ruang
Rawat
Gabung Bayi
Ruang Bidang Keperawatan RSUD Sekayu
3. Gedung C
 Labor Patologi Anatomi
 Ruang IT / Ruang Tim Pengendali Asuransi dan Klaim
(TPA)
 Haemodialisa
 Kantin
 Farmasi Rawat Inap
 Gudang Farmasi 1
 Ruang Gizi
 Sanitasi/ Laundry
4. Gedung D
 IPSRS
 Maintenance
 Ruang Genset
 Kamar Jenazah
 Instalasi Gas Medis
5. Gedung Baru
 Ruang Infeksi Airborne Disease ( Kulim)
 Ruang Infeksi Non Airborne Disease ( Manggaris)
6. Gedung Eks Akper
 Kantor Administrasi
 Gudang Farmasi 2
 Ruang Perawatan Leban  Ruang Kemoterapi
 Gudang Sarana

28
Rumah sakit semakin memantapkan diri dengan melengkapi
fasilitas dan sarana penunjang dalam memberikan pelayanan terbaik
bagi masyarakat. Untuk Kapasitas tempat tidur secara keseluruhan yang
dimiliki RSUD Sekayu sekarang berjumlah 254 TT untuk rawat inap, 9
TT di IGD dan 6 TT untuk VK Kebidanan. Dengan perincian untuk
rawat inap sebagai berikut:
Tabel: 1.1 Kapasitas Tempat Tidur RSUD Sekayu Tahun 2019

NO. URAIAN JUMLAH


1 Kelas utama VIP (Ruang Petang) 10
2 Kelas I (Ruang Tembesu) 20
Kelas II (Ruang Meranti dan Sungka
3 40
(1 kamar, 4 TT)
Kelas III (32 TT Sungkai, 30 TT
4 Manggaris, 29 TT Kulim, 40 TT 143
Medang dan 12 TT Leban)
5 ICU 4
6 NICU 4
7 Tempat tidur bayi 33
254 Tempat
TOTAL
Tidur

VISI MISI RSUD SEKAYU

VISI sesuai SK Direktur RSUD Sekayu Nomor 800/171/RS/2018:


MEWUJUDKAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
MUSI BANYUASIN SEBAGAI RUMAH SAKIT KELAS
DUNIA DALAM RANGKA MENDUKUNG PERWUJUDAN
MUBA MAJU BERJAYA 2022

VISI Percepatan RSUD Sekayu sesuai Edaran Nomor 800/245/RS/IV/


2018:

29
Menjadi RS Rujukan Regional Berstandar Internasional Tahun
2019

MISI sesuai SK Direktur RSUD Sekayu Nomor 800/171/RS/2018:


1. Melakukan Penataan SDM melalui peningkatan Hard Competency dan
Soft Competency (The Right Man In the Right Place at The Righ Time)
2. Terwujudnya Akreditasi Paripurna dan Rumah Sakit Kelas B
3. Terwujudnya RSUD Sekayu sebagai Rujukan Regional bertaraf
Internasional melalui unggulan pelayanan Center Of excellence medical
check up tahun 2019, Center Of excellence integrated heart care tahun
2019, Center Of excellence minimal invasif surgery tahun 2019, Center Of
excellence hemodialisa tahun 2019 Center Of excellence chemo therapy
tahun 2019
4. Terwujudnya RSUD Sekayu berstandar Akreditasi Joint Comission
Internasional

STRUKTUR DAN SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT


Struktur Organisasi dan tata kerja RSUD Sekayu sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Tahun 2008 telah ditetapkan oleh Bupati Musi
Banyuasin dalam Surat Keputusan Bupati Musi Banyuasin Nomor 40
Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Rumah Sakit
Umum Daerah Sekayu. RSUD Sekayu dipimpin oleh seorang kepala
dengan sebutan Direktur yang secara teknis medis berkoordinasi dengan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin dan secara teknis
operasional kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Musi
Banyuasin.
Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSUD Sekayu untuk sekarang
masih mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin
dimana ada 1 (satu) Kepala Bagian dan 3 Kepala Bidang yang membantu
Direktur dalam menyelenggarakan operasional RSUD Sekayu ini. Selain
itu dibantu juga dengan Komite Medik, Keperawatan, Mutu, PMKP, IPCN

30
dan Farmasi dan Terapi. Setiap Bagian dan Bidang dibantu oleh 2 (dua)
orang pejabat struktural.
Adapun susunan organisasi RSUD Sekayu pada tahun 2019 (01 Oktober
2019) sebagai berikut :
1. Direktur RSUD Sekayu : dr.Makson Parulian Purba, MARS
2. Kepala Bagian Tata Usaha : H. Achmadi, SKM, M.Si
 Kasubbag Administrasi dan Umum : Solehatun Robiah, SKM
 Kasubbag Diklat dan Litbang : Ns. Efriena Masda Kartianah, S.Kep
 Kasubbag Sarana dan Rekam Medik : Yulrizal, SKM
3. Kepala Bidang Keperawatan : Yulisa Rabiati, SH, M.Kes
 Kepala Seksi Layanan Rawat : R.A Rita Anggraini, SST
 Kepala Seksi Administrasi : Farida Yazid, S.Kep
4. Kepala Bidang Pelayanan : dr. Ira Puspita Mizar Ginting
 Kepala Seksi Pelayanan Medis : Novaza Zemilia A, S.ST, M.Kes
 Kepala Seksi Penunjang Medis : Fauziah, SKM., M.Kes
5. Kepala Bidang Keuangan dan Program : Elliya, SE
 Kepala Seksi Keuangan & Program : Ridati Murdianti, S.Si
 Kepala Seksi Akuntansi : Rodes Kurniadi, Amd

Ketua Komite
1) Satuan Pengawas Internal (SPI) : Tika Hadiyanti, Am.F
2) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi : dr, Meili Andriani,
SpAn
3) Komite Medik : dr. Taufik firdaus, SpOG (K)
4) Komite Keperawatan : Ns. Tuty Arly. S.Kep
5) Komite Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien : dr. Nursaenah,
SpS
6) Komite Farmasi dan Terapi : dr. Oyon Istambul, Sp.B

Kepala Instalasi (SK Direktur Nomor: 800/345/RS/2019):


1) Instalasi Rawat Jalan : dr. Alicia Agustine, Sp.B
2) Instalasi Rawat Inap : dr. Febri Rahmayani, SpPD
3) Instalasi Kebidanan : dr. Dasawarsa, Sp. OG
4) Instalasi Gawat Darurat : dr. Hendra Cipta, SpB
5) Instalasi Bedah Sentral : dr. Renny Junitasari, Sp. OG
6) Instalasi ICU : dr. Meili Andriani, Sp.An
7) Instalasi NICU : dr. Deisy Elfrina Lubis, Sp.A
8) Instalasi Laboratorium PK : dr. Jeffry Nugraha, Sp.PK

31
9) Instalasi Laboratorium PA : dr. Winta Mayanti, SpPA
10) Instalasi Radiologi : dr. Cheryl , KW
11) Instalasi Farmasi : Dra. Hanifdar, Apt
12) Instalasi Rehabilitasi Medik : dr. Riri Puspa Putri F
13) Instalasi IPSRS : Wahid Zamrudin, Amd
14) Instalasi Gizi : Farida, S.KM
15) Instalasi Humas : Andodi, SKM
16) Intalasi Sanitasi : Leni Gustina

Kepala Ruang (SK Direktur Nomor: 800/196/RS/2019):


1. Kepala Ruang ICU : Ns. Serawati, S.Kep
2. Kepala Ruang NICU : Ns. Mia Mutia, S.Kep
3. Kepala Ruang OK : Ns Andi Perdana P, S.Kep
4. Kepala Ruang Farmasi : Tenti Rosita, S.Farm. Apt
5. Kepala Ruang Fisioterapi : Sri Suryani, S.Ft
6. Kepala Ruang IGD : Ardiansyah,Am.Kep
7. Kepala Ruang Laboratorium : Edi Sumantri, AMAK
8. Kepala Ruang Radiologi : Nurhidayat Arifianto, SKM
9. Kepala Ruang Sungkai : Rimayanti, SST
10. Kepala Ruang Medang : Ns. Aryadi, S.Kep
11. Kepala Ruang Meranti : Novis Ningsih,Am.Kep
12. Kepala Ruang Manggaris : Ns.Ema Jaya, S.Kep
13. Kepala Ruang Kulim : Haza Septarina, Am.Kep
14. Kepala Ruang Petanang/Tembesu : Hernita, Am.Kep
15. Kepala Ruang Rawat Jalan : Nirwana,Am.Keb
16. Kepala Ruang VK Kebidanan :R.A.Nurhidayah
Oktaria, Am.Keb,SKM
17. Kepala Ruang Neonatus : Siti Fenta Juliantika, Am.Keb
18. Kepala Ruang PA : Vera Wati
19. Kepala Ruang Gizi : Egi Puspita, Amg
20. Kepala Ruang IPSRS : Hermawati

Kepala Unit (SK Direktur Nomor: 800/344/RS/2019):


1. Kepala Unit MCU : dr. Afif Alfisyah
2. Kepala Unit Poli Eksekutif : dr. Syaukat
3. Kepala Unit Transfusi Darah : dr. Melani
4. Kepala Unit Hemodialisa :dr. Syahpri Dasa Wangsa, SpPD
5. Kepala Unit Ruang Rekam Medik : Iin Dahlia, SKM
6. Kepala Unit CSSD : Leni Maryani, Am.Kep
7. Kepala Unit Diklat : Marni Eliza, Am.Kep
8. Kepala Unit IT : Sri Gustina, S.Kom
9. Kepala Unit Pendapatan dan Pelaporan: M. Fajridin Asnur

Manajer On Duty

32
1. Fadlawati, SE 4. Andodi,SKM
2. Nurhidayat Afrianto 5. Ifrat
3. Edy sumantri, AMAK 6. Farida Yazid, S.Kep

BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN ” H “ DENGAN GANGGUAN
SISTEM REPRODUKSI ; PUA / PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL
DI RUANGAN SUNGKAI KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SEKAYU

I. Pengkajian
Biodata
1. Identitas pasien
Nama : Nn. H
TTL : Lumpatan , 22 Januari 2005
Alamat : Dusun I lumpatan
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
No.register : 102046
Diagnosa Medis : PUA / Perdarahan Uterus Abnormal
Tanggal Masuk : 29 Januari 2020 jam 09.58 WIB
Tanggal Pengkajian : 29 Januari 2020 jam 16.00 WIB

2. Identitas penanggung jawab

33
Nama : Tn. H
TTl : Lumpatan , 20 Mei 1984
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien: Ayah kandung
Alamat : Dsn I lumpatan
II. Alasan Masuk RS
Menstruasi terus menerus

III. Keluhan Utama saat dikaji


Menstruasi terus menerus

IV. Riwayat Kesehatan sekarang


+ lebih 2 hari sebelum MRS pasien mengeluh menstruasi terus menerus R/
keluar darah segar (+) sehari ganti R / keluar gumpalan seperti hati ayam , R /
nyeri simfisis (+), pusing (+), pingsan (+), TTV : TD = 110/70 mmhg , Nadi =
80x/menit, RR = 20 x/menit, T = 36 0 C

V. Riwayat Kesehatan Dahulu : Tidak ada

VI. Riwayat Kesehatan Keluarga : tidak ada yang menderita penyakit

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan

34
: Klien /pasien perempuan
: Laki-laki meninggal/ Perempuan meninggal

VII. Riwayat Obtetri Ginekologi


1. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat menstruasi
1) Menrchea : 14 tahun
2) Lamanya haid : 28 hari
3) Siklus : 7 hari
4) Banyaknya: 3 x ganti pembalut
5) Sifat darah (warna , bau , cair / gumpalan , dismenor) : R/ keluar
darah segar (+) sehari ganti R / keluar gumpalan seperti hati ayam
6) HPHT : 8 Desember 2019
7) Taksiran persalinan :-
b. Riwayat Perkawinan : Pasien belum menikah
c. Riwayat Kontrasepsi : Pasien belum menikah
d. Riwayat Obstetri : Pasien belum menikah

VIII. Data Biologis


1. Aktivitas kehidupan sehari-hari / ADL
No ADL (Activity Sebelum Sakit Setelah Sakit
Daily Living)
1. Nutrisi dan Nafsu makan baik Nafsu makan baik
Cairan Porsi makan yang diberikan Porsi makan yang
dihabiskan ( 1 porsi) diberikan dihabiskan
Minum : 1500 cc / hari ( 1 porsi)
Minum : 1500 cc /
hari

2. Istihrahat dan Pasien mengatakan tidur ± 8 Pasien mengatakan


kenyamanan jam dari pukul 21.00 sampai tidur ± 8 jam dari

35
04.00. pukul 21.00 sampai
04.00.

3. Eliminasi Pasien mengatakan BAB rutin Pasien mengatakan


sehari sekali dengan BAB rutin sehari
konsentrasi lunak, warna sekali dengan
kuning, bau khas. Tidak konsentrasi lunak,
mengalami kontipasi dan tidak warna kuning, bau
mengalami kontipasi. BAK khas. Tidak
warna jernih, bau khas, tidak mengalami kontipasi
nyeri. dan tidak mengalami
kontipasi. BAK
bercampur darah
menstruasi ( 1200
cc/24 jam) , nyeri
daerah simfisis,
output cairan : 2000
cc

4. Mobilisasi Pasien mengatakan aktivitas Pasien mengatakan


dan Latihan setiap hari tanpa ada gangguan Pusing saat
dan bekerja sebagai ibu ruamah beraktivitas dan
tangga. mata berkunang-
kunang banyak
istirahat dan tiduran

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Penampilan umum
Kondisi umum : Ku lemah
Tingkat kesadaran : Compos mentis
TTV :

36
TD = 110/70 mmhg , Nadi = 80x/menit, RR = 20 x/menit, T = 36 0 C
b. Sistem pernapasan :
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat retraksi dinding
dada
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris , Tidak teraba
massa
Perkusi : Sonor
Auskultasi : vesikuler
c. Sistem Kardiovaskuler :
Inspeksi : Iktus Cordis normal terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : bunyi jantung normal (S1 = Lup) , S2 = dup , tidak
ada bunyi jantung tambahan
d. Sistem Pencernaan
Inspeksi : simetris , mukosa bibir kering , asites (-)
Palpasi : tidak teraba massa , distensi Abdomen
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus ( 16 x/menit)
e. Sistem Persyarafan : kejang (-) , status mental baik , refelk patella kiri
(+)/ kanan (+)
f. Sistem panca indera : fungsi penglihatan baik , fungsi pendengaran
baik, fungsi penciuman baik , pengecapan baik
g. Sistem perkemihan : kandung kemih kosong, hematuria (+) , jumlah
urine 1500 ml / 24 jam, hematuria (+)
h. Sistem integument : kulit bersih, turgor kurang elastis, mukosa bibir
kering, striae (-)
i. Sistem endokrin : menstruasi terus menerus , tremor tidak ada , tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid
j. Sistem muskuloskletal : ku lemah, ROM aktif , skala kekuatan 3 3
33

37
k. Sistem Reproduksi : Simetris, kebersihan cukup, menstruasi
(+), 3 x ganti pembalut (60 cc). Pasien tampak lemah , Ekspresi wajah
tampak meringis, Skala nyeri 5 ( sedang), Frekuensi hilang timbul,
Kualitas : seperti ditusuk -tusuk , Durasi : 2-3 menit , Lokasi nyeri :
daerah simpisis fubis

Data Psikologis spiritual


1. Psikososial
a. Pola pikir dan persepsi
Pasien mengatakan tidak tahun tentang penyakitnya
b. Persepsi diri
Pasien berharap penyakitnya dapat disembuhkan
c. Konsep diri
Pasien mengetahui dirinya berjenis kelamin perempuan
d. Hubungan Komunikasi
Klien menggunakan Bahasa daearah saat berkomunikasi
e. Kebiasaan seksual
Klien belum menikah.
f. Spiritual / Keyakinan
Pasien beragama Islam, melakukan ibadah secara teratur, dan
berikhtiar kepada Tuhan-nya mengenai kesehatan dirinya dan
kandugannya saat ini.

Terapi
Terapi Cara Dosis Golongan Indikasi
pemberian
Kalnex Intravena 3 x 500 Antifibrinolitik Untuk
injeksi mg mencegah
perdarahan
Asam Oral 3 x 500 Analgesik Untuk

38
mefenamat tablet mencegah
Tablet rasa nyeri
Norelut Oral 3 x 1 Hormon Untuk
tablet mengatur
siklus
menstruasi
Asering Intravena 20 TPM Cairan koloid Hidrasi

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
pemeriksaan Normal
29 Januari Hematologi
2020
DARAH
LENGKAP + LED
Hemoglobin 4,9 g/dL 13.4 – 19.9
Lekosit 3,1 10^3/mm^3 9.4 – 34.0
Eritrosit 2,14 10^6/dL 4.80 – 6.90
Trombosit 299 10^3/mm^3 150 – 400
Hematokrit 16,0 ∞ 42.0 – 65.0
MCV 75,0 fL 94.0 –
118.0
MCH 23,0 Pg 31.0 – 37.0
MCHC 30,6 g/L 30.0 – 36.0
Hitung Jenis
Basofil 0 ∞ 0–2
Eosinofil 1 ∞ 0–5
Neurotrofil 39,0 ∞ 40 – 80
Limposit 48 ∞ 0–4
Monosit 11 ∞ 20 – 40
Golongan darah & 0(+) ∞ 5 – 15
Rhesus
Tes Kehamilan
B Hcg test pack Negative

39
ANALISA DATA

Nama Pasien : Nn.H Diagnosa Medis : PUA


Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 102046
Hari : Rabu Tanggal/jam : 29 Januari 2020 jam 16.00 WIB
Nama dan
Masalah
No Data Etiologi paraf
keperawatan
perawat
1. DS :
Klien mengatakan Faktor resiko Nyeri Akut
nyeri daerah kandung
kemih Agen Cedera Fisik
DO :
- Pasien tampak Gangguan
lemah keseimbangan hormone
- Ekspresi wajah uterus
tampak meringis
- Skala nyeri 5 Perdarahan abnormal
( sedang)
- Frekuensi hilang Perpindahan cairan ke
timbul intra sel
- Kualitas : seperti
ditusuk -tusuk Merangsang reseptor
- Durasi : 2-3 menit nyeri di SSP
- Lokasi nyeri :
daerah simpisis Mengeluarkan mediator
fubis nyeri ; prostaglandin,
- TTV : bradikin dan histamin
TD = 110/70 mmhg ,
Nyeri Akut
Nadi = 80x/menit,
RR = 20 x/menit,
T = 36 0 C

2. DS : Sekresi eritropoitis Intoleransi


Pasien mengatakan turun aktivitas
Pusing saat
Produksi HB turun
beraktivitas dan mata
Oksihemoglobin turun
berkunang-kunang

40
banyak istirahat dan Suplay O2 turun
tiduran
Kelemahan
DO :
- Pasien tampak Intoleransi aktivitas
lemah
- Pasien bedrest
- Pusing (+)
- Konjungtiva anemis
- Pucat (+)
- Hb = 4,9 g/dl
- Eritrosit = 2,14
- Skala kekuatan otot
3 3
3 3
3. DS : Faktor resiko Resti
Klien mengatakan kekurangan
menstruase terus Gangguan volume
menerus keseimbangan hormone cairan
DO : uterus
- Adanya perdarahan
pervaginam Perdarahan abnormal
- Warna merah segar
seperti hati ayam Kehilangan banyak
- Perdarahan : 3 x cairan dan elektrolit
kali ganti pembalut
( 60 cc) Resti Kekurangan
- Pucat (+) volume cairan
- Mukosa bibir
kering
- Kulit kurang elastis
- Turgor kulit kurang
elastis
- HB = 4,9 gr/dl

41
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nn.H Diagnosa Medis : PUA


Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 102046
Hari : Rabu Tanggal/jam : 29 Januari 2020
jam 16.00 WIB
1. Nyeri Akut
2. Intoleransi aktivitas
3. Resti Kekurangan volume cairan

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


Nama Pasien : Nn.H Diagnosa Medis : PUA
Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 102046
Hari : Rabu Tanggal/jam : 29 Januari 2020
jam 16.00 WIB
1. Nyeri Akut
2. Intoleransi aktivitas
3. Resti Kekurangan volume cairan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nn.H Diagnosa Medis : PUA


Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 102046
Hari : Rabu Tanggal/jam : 29 Januari 2020
jam 16.00 WIB
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cera fisik (kerusakan jaringan otot ,
system saraf dan gangguan sirkulasi darah)
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan ;perdarahan ; diuress, keringat berlebihan

42
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nn.H Diagnosa Medis : PUA


Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 102046
Hari : Rabu Tanggal/jam : 29 Januari 2020
jam 16.00 WIB
Nama &
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) TTD
Keperawatan
perawat
1. Nyeri akut - Pain Level 1. Lakukan pengkajian
- Pain Control
berhubungan nyeri secara
- Comfort level
dengan agen cera Setelah dilakukan komprehensif termasuk
fisik (kerusakan tindakan keperawatan lokasi, karakteristik,
jaringan otot, selama 3 x 24 jam durasi frekuensi,
Kriteria hasil :
system saraf dan kualitas dan faktor
- Klien menyatakan
gangguan presipitasi
nyeri berkurang
2. Bantu pasien dan
sirkulasi darah) - Klien tampak tenang
- Ekspresi wajah rileks keluarga untuk
- TTV normal : suhu
mencari dan
36-37 C , N : 80
menemukan dukungan
-100x/menit , RR = 16 3. Kontrol lingkungan
– 24 x/menit, TD = yang dapat
systole : 100-130 mempengaruhi nyeri
mmhg , Diastole : 70- seperti suhu ruangan,
80 mmhg pencahayaan dan
kebisingan
4. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
5. Berikan anaIgetik
untuk mengurangi
nyeri
6. Tingkatkan istirahat

43
7. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

2. Intoleransi  Self care : ADLs 1. Observasi adanya


aktivitas  Toleransi aktivitas pembatasan klien
berhubungan  Konservasi energy dalam melakukan
dengan Setelah dilakukan aktivitas
kesimbangan tindakan keperawatan 2. Kaji adanya faktor
anatara kebutuhan selama 2 x 24 jam yang menyebabkan
dan suplai aktivitas klien terpenuhi kelelahan
oksigen Kriteria hasil : 3. Monitor pasien akan

- Berpartisipasi adanya kelelahan

dalam aktivitas fisik fisik dan emosi secara

tanpa disertai berlebihan

peningkatan 4. Monitor pola tidur

tekanan darah, nadi dan lamanya

dan pernapasan tidur/istirahat pasien

- Mampu melakukan 5. Bantu klien untuk


aktivitas sehari-hari mengidentifikasi
(ADLS) secara aktivitas yang mampu
mandiri dilakukan
- Keseimbangan 6. Bantu untuk memilih
aktivitas dan aktivitas konsisten
istirahat. yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial

3. Resiko NOC: NIC :


kekurangan - Balance cairan Fluid management
- Hidrasi
volume cairan 1. Obs Tanda-tanda vital

44
berhubungan - Status Mutrisi : Intake setiap 4 jam.
dengan makanan dan cairan 2. Obs Warna urine.
pengeluaran yang Setelah dilakukan 3. Status umum setiap 8
berlebihan tindakan keperawatan jam.
;perdarahan ; selama 3 x 24 jam 4. Pertahankan catatan
diuress, keringat Kekurangan volume intake dan output
berlebihan cairan dapat teratasi yang akurat
dengan 5. Monitor status hidrasi
Kriteria Hasil : (kelembaban
- Mempertahankan membran mukosa,
urine output sesuai nadi adekuat, tekanan
dengan usia dan BB, darah ortostatik ), jika
BJ urine normal, HT diperlukan
normal 6. Monitor masukan
- Tekanan darah, makanan / cairan dan
nadi, suhu tubuh hitung intake kalori
dalam batas normal harian
- Tidak ada tanda 7. Lakukan terapi IV
tanda dehidrasi, 8. Berikan cairan
Elastisitas turgor 9. Dorong masukan oral
kulit baik, membran 10.Beritahu dokter bila:
mukosa lembab, haluaran urine < 30
tidak ada rasa haus ml/jam, haus,
yang berlebihan takikardia, gelisah,
- TD di bawah rentang
normal, urine gelap
atau encer gelap.
11.Konsultasi dokter bila
manifestasi kelebihan
cairan terjadi
12.Pantau: cairan masuk

45
dan cairan keluar
setiap 8 jam.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nn.H Diagnosa Medis : PUA

46
Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 102046
Hari : Rabu Tanggal/jam : 29 Januari 2020
jam 16.00 WIB
Nama &
No Jam
Tindakan Keperawatan Respon TTD
DX (WIB)
perawat
1. 16.00 1. Memonitor TTV dan tingkat TTV :
kesadaran klien TD : 110/70 mmhg ,
Nadi : 80x/menit,
RR : 20 x/menit,
T : 36 0 C

16.10 2. Melakukan pengkajian nyeri - Pasien tampak lemah


- Ekspresi wajah
secara komprehensif termasuk
tampak meringis
lokasi, karakteristik, durasi - Skala nyeri 5
( sedang)
frekuensi, kualitas dan faktor
- Frekuensi hilang
presipitasi timbul
- Kualitas : seperti
ditusuk -tusuk
- Durasi : 2-3 menit
- Lokasi nyeri : daerah
simpisis fubis

16.12 3. Membantu pasien untuk Posisi yang nyaman


mengatur posisi yang nyaman miring kiri

16.15 4. Mengajarkan tentang teknik non Perawat mengajarkan


farmakologi pasien teknik distraksi
dan relaksasi untuk
mengurangi nyeri
16.20 5. Melakukan kolaborasi dengan Asam mefenamat 3 x
dokter dalam pemberian obat 500 mg via oral
analagesik

47
2. 16.25 1. Mengobservasi adanya Pasien aktivitasnya
pembatasan klien dalam dibantu keluarga
melakukan aktivitas
16.30 2. Mengkaji adanya faktor yang Pasien tampak pucat dan
menyebabkan kelelahan bedrest
16.35 3. Memonitor pasien akan adanya Pasien bedrest dan
kelelahan fisik dan emosi secara tampak sedang
berlebihan beristihrahat
16.40 4. Memonitor pola tidur dan Lamanya tidur 12 jam
lamanya tidur/istirahat pasien
16.45 5. Membantu klien untuk Pasien melakukan
mengidentifikasi aktivitas yang aktivitas di tempat tidur
mampu dilakukan dibantu keluarga
3. 16.25 1. Memonitor Tanda-tanda vital TD : 110/70 mmhg ,
dan tingkat kesadaran pasien Nadi : 80x/menit,
RR : 20 x/menit,
T : 36 0 C

16.27 2. Memonitor Keadaan umum dan Pasien tampak lemah ,


Warna urine. pucat (+) , konjungtiva
anemis, ku lemah,
anemia (+)
Hematuria (+)
Urine : 1500 cc
16.30 3. Mempertahankan catatan intake - Intake : 1500 cc
dan output yang akurat Output : 2000 cc
16.32 4. Memonitor status hidrasi - Mukosa bibir kering
(kelembaban membran mukosa, ,turgor kulit tidak
nadi adekuat, tekanan darah elastis, pucat (+),
ortostatik ), jika diperlukan konjungtiva anemis
16.36 5. Mengkolaborasikan dengan Kalnek injeksi 3 x 500
dokter pemberian terapi dan mg (IV)
pemeriksaan penunjang Norelut tabelet 3 x 1

48
tablet (oral)
HB = 4, 9 dl , Tranfusi
PRC 2 kolf

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nn.H Diagnosa Medis : PUA


Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 102046
Hari : Rabu Tanggal/jam : 30 Januari 2020
jam 16.00 WIB

49
Nama &
No Jam
Tindakan Keperawatan Respon TTD
DX (WIB)
perawat
1. 16.05 1. Memonitor TTV dan tingkat TTV :
kesadaran klien TD : 110/80 mmhg ,
Nadi : 78x/menit,
RR : 22 x/menit,
T : 36 ,30 C

16.10 2. Melakukan pengkajian nyeri - Pasien tampak


membaik
secara komprehensif termasuk
- Ekspresi wajah
lokasi, karakteristik, durasi meringis sesekali
- Skala nyeri 4
frekuensi, kualitas dan faktor
( sedang)
presipitasi - Frekuensi hilang
timbul
- Kualitas : seperti
ditusuk -tusuk
- Durasi : 60 detik
- Lokasi nyeri : daerah
simpisis fubis

16.12 3. Membantu pasien untuk Posisi yang nyaman semi


mengatur posisi yang nyaman fowler

16.15 4. Mengajarkan tentang teknik non Perawat mengajarkan


farmakologi pasien teknik distraksi
dan relaksasi untuk
mengurangi nyeri
16.20 5. Melakukan kolaborasi dengan Asam mefenamat 3 x
dokter dalam pemberian obat 500 mg via oral
analagesik
2. 16.25 1. Mengobservasi adanya Pasien mulai beraktivitas
pembatasan klien dalam secara mandiri
melakukan aktivitas

50
16.30 2. Mengkaji adanya faktor yang Pasien tampak membaik
menyebabkan kelelahan
16.35 3. Memonitor pasien akan adanya Pasien mulai beraktivitas
kelelahan fisik dan emosi secara secara mandiri
berlebihan
16.40 4. Memonitor pola tidur dan Lamanya tidur 12 jam
lamanya tidur/istirahat pasien
16.45 5. Membantu klien untuk Pasien pasien mulai
mengidentifikasi aktivitas yang beraktivitas secara
mampu dilakukan mandiri
3. 16.25 1. Memonitor Tanda-tanda vital TD : 110/80 mmhg ,
dan tingkat kesadaran pasien Nadi : 78x/menit,
RR : 22 x/menit,
T : 36 ,30 C
Kesadaran Compos
Mentis
16.27 2. Memonitor Keadaan umum dan Pasien tampak
Warna urine. membaik , pucat
berkurang , konjungtiva
anemis,
Hematuria (-)
Urine : 1500 cc
16.30 3. Mempertahankan catatan intake - Intake : 2000 cc
dan output yang akurat Output : 2000 ml
16.32 4. Memonitor status hidrasi Mukosa bibir lembab
(kelembaban membran mukosa, ,turgor kulit telastis,
nadi adekuat, tekanan darah pucat (-), konjungtiva
ortostatik ), jika diperlukan tidak anemis, CRT < 3
detik

51
16.36 5. Mengkolaborasikan dengan Kalnek injeksi 3 x 500
dokter pemberian terapi dan mg (IV)
pemeriksaan penunjang Norelut tabelet 3 x 1
tablet (oral)
HB = 4, 9 dl , Tranfusi
PRC 2 kolf

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nn.H Diagnosa Medis : PUA


Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 102046
Hari : Rabu Tanggal/jam : 31 Januari 2020
jam 16.00 WIB

52
Nama &
No Jam
Tindakan Keperawatan Respon TTD
DX (WIB)
perawat
1. 16.05 1. Memonitor TTV dan tingkat TTV :
kesadaran klien TD : 110/70 mmhg ,
Nadi : 82 x/menit,
RR : 20 x/menit,
T : 36 0 C
16.10 2. Melakukan pengkajian nyeri - Pasien tampak
membaik
secara komprehensif termasuk
- Pasien tidak meringis
lokasi, karakteristik, durasi lagi
- Skala nyeri 3 ( ringan)
frekuensi, kualitas dan faktor
- Frekuensi hilang
presipitasi timbul
- Durasi : 10 detik
- Lokasi nyeri : daerah
simpisis fubis

16.12 3. Membantu pasien untuk Posisi yang nyaman semi


mengatur posisi yang nyaman fowler

16.15 4. Mengajarkan tentang teknik non Perawat mengajarkan


farmakologi pasien teknik distraksi
dan relaksasi untuk
mengurangi nyeri
16.20 5. Melakukan kolaborasi dengan Asam mefenamat 3 x
dokter dalam pemberian obat 500 mg via oral
analagesik
2. 16.25 1. Mengobservasi adanya Pasien sudah bisa
pembatasan klien dalam beraktivitas secara
melakukan aktivitas mandiri
16.30 2. Mengkaji adanya faktor yang Ku membaik
menyebabkan kelelahan
16.35 3. Memonitor pasien akan adanya Pasien beraktivitas secara
kelelahan fisik dan emosi secara mandiri
berlebihan

53
16.40 4. Memonitor pola tidur dan Lamanya tidur 14 jam
lamanya tidur/istirahat pasien
16.45 5. Membantu klien untuk Pasien pasien mulai
mengidentifikasi aktivitas yang beraktivitas secara
mampu dilakukan mandiri
3. 16.25 1. Memonitor Keadaan umum dan Pasien membaik dan
Warna urine. tampak lebih segar
Urine : 2000 cc
16.27 2. Mempertahankan catatan intake - Intake : 2500 cc
dan output yang akurat - Output : 2000 ml
16.30 3. Memonitor status hidrasi Mukosa bibir lembab,
(kelembaban membran mukosa, turgor elastis, pucat (-),
nadi adekuat, tekanan darah CRT < 3 detik
ortostatik ), jika diperlukan
16.32 4. Mengkolaborasikan dengan Kalnek injeksi 3 x 500
dokter pemberian terapi dan mg (IV)
pemeriksaan penunjang Norelut tabelet 3 x 1
tablet (oral)
- HB = 12 gr/ dl ,

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Nn.H Diagnosa Medis : PUA


Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 102046
Hari : Rabu Tanggal/jam : 30 Januari 2020
jam 16.00 WIB
Nama &
No Jam
Catatan Perkembangan TTD
DX (WIB)
perawat
1. 16.00 wib S :
Klien mengatakan nyeri daerah kandung
kemih berkurang
O:

54
- Pasien tampak membaik
- Ekspresi wajah meringis sesekali
- Skala nyeri 4 ( sedang)
- Frekuensi hilang timbul
- Kualitas : seperti ditusuk -tusuk
- Durasi : 60 detik
- Lokasi nyeri : daerah simpisis fubis
- TTV :
TD : 110/80 mmhg ,
Nadi : 78x/menit,
RR : 22 x/menit,
T : 36 ,30 C
Kesadaran Compos Mentis
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : intervensi diteruskan

2. 16. 10 S:
Pasien mengatakan sudah mulai dapat
beraktivitas dan tidak pusing lagi
O:
- Ku membaik
- Klien tampak mulai beraktivitas secara
mandiri
- Pusing (-)
- Konjungtiva tidak anemis
- Pucat (-)
- Pucat (+)
- Skala kekuatan otot
4 4
4 4
A : intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P : intervensi diteruskan

3. 16.15 S:
Pasien mengatakan darah menstruasi
berkurang
DO :
- Perdarahan sedikit
- Bercak darah
- Warna merah kecoklatan
- Perdarahan : 1 x kali ganti pembalut

55
- Pucat (-)
- Mukosa bibir lembab
- Turgor Kulit elastis
- Akral hangat
- CRT < 3 detik
A : Resti kekurangan volume cairan teratasi
sebagian
P : intervensi diteruskan

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Nn.H Diagnosa Medis : PUA


Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 102046
Hari : Rabu Tanggal/jam : 31 Januari 2020
jam 16.00 WIB
Nama &
No Jam
Catatan Perkembangan TTD
DX (WIB)
perawat
1. 16.00 wib S :
Klien mengatakan tidak nyeri lagi daerah
kandung kemih
O:

56
- Pasien tampak lebih segar
- Ekspresi wajah tidak meringis
- Skala nyeri 3 (ringan)
- Frekuensi hilang
- Durasi : 10 detik
- Lokasi nyeri : daerah simpisis fubis
- TTV :
TD : 110/80 mmhg ,
Nadi : 78x/menit,
RR : 22 x/menit,
T : 36 ,30 C
Kesadaran Compos Mentis
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi diteruskan

2. 16. 15 S:
Pasien mengatakan sudah mulai beraktivitas
dan tidak pusing lagi
O:
- Ku membaik
- Klien tampak beraktivitas secara mandiri
- Pusing (-)
- Konjungtiva tidak anemis
- Pucat (-)
- Skala kekuatan otot
4 4
4 4
A : intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P : intervensi diteruskan

3. 16.20 S:
Pasien mengatakan darah menstruasi
berkurang
O:
- Perdarahan sedikit
- Bercak darah
- Warna merah kecoklatan
- Perdarahan : 1 x kali ganti pembalut
- Pucat (-)
- Mukosa bibir lembab
- Turgor Kulit elastis

57
- Akral hangat
- CRT < 3 detik
A : Resti kekurangan volume cairan teratasi
sebagian
P : intervensi diteruskan

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Nn.H Diagnosa Medis : PUA


Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 102046
Hari : Rabu Tanggal/jam : 01 Februari 2020
jam 10.00 WIB
Nama &
No Jam
Catatan Perkembangan TTD
DX (WIB)
perawat
1. 10.00 wib S :
Klien mengatakan tidak nyeri lagi daerah
kandung kemih
O:

58
- Ku baik
- Skala nyeri 0 ( tidak ada)
- TTV :
TD : 110/80 mmhg ,
Nadi : 80x/menit,
RR : 20 x/menit,
T : 36 ,40 C
Kesadaran Compos Mentis
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan dan pasien di
pulangkan

2. 10. 10 S:
Pasien mengatakan dapat beraktivitas mandiri
O:
- Ku baik
- Klien tampak beraktivitas secara mandiri
- Skala kekuatan otot
5 5
5 5
A : intoleransi aktivitas teratasi
P : intervensi dihentikan dan pasien
dipulangkan
3. 10.15 S:
Pasien mengatakan darah menstruasi berhenti
O:
- Perdarahan tidak ada
- Mukosa bibir lembab
- Turgor Kulit elastis
- Akral hangat
- CRT < 3 detik
A : Resti kekurangan volume cairan teratasi
P : intervensi dihentikan dan pasien
dipulangkan

59
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan melakukan pembahasan tentang


kesenjangan antara tinjauan teori dan praktik pada kasus Asuhan Keperawatan
pada Nn.H dengan Gangguan Reproduksi ; PUA / Perdarahan Uterus Abnormal di
Ruang Sungkai Kebidanan RSUD Sekayu. Pembahasan ini terdiri dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. kelompok akan membahas secara
lengkap dari pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan pada tanggal 29 Januari
– 1 Februari 2020

60
Penulis melakukan pengkajian pada hari Senin tanggal 29 Januari 2020
pada pukul 16.00 WIB diSungkai Kebidanan RSUD Sekayu. Pada bab
pembahasan ini kelompok akan melakukan penjelasan tentang Asuhan
Keperawatan pada Nn. H dengan Gangguan Reproduksi ; PUA / Perdarahan
Uterus Abnormal di Ruang Sungkai Kebidanan RSUD Sekayu. Kelompok akan
menjelaskan tentang perbandingan hasil penatalaksanaan dengan teori serta
dilakukan penekanan mekanisme apa yang sama dan apa yang berbeda.
Dari teori diatas,terdapat kesesuaian antara teori dan praktek. Ini
didukung oleh data pasien yang menunjukkan pada Pasien dengan Gangguan
Reproduksi ; PUA / Perdarahan Uterus Abnormal kelompok menetapkan 3 (tiga)
diagnosa untuk mengatasi masalah yang klien rasakan yaitu yang pertama Nyeri
akut berhubungan dengan agen cera fisik (kerusakan jaringan otot , system saraf
dan gangguan sirkulasi darah) Kedua : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan . Dan
Ketiga Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan ;perdarahan ; diuress, keringat berlebihan
Diagnosa Prioritas utama yang kelompok ambil adalah pertama Nyeri
akut berhubungan dengan agen cera fisik (kerusakan jaringan otot , system saraf
dan gangguan sirkulasi darah) Kedua : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan . Dan
Ketiga Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan ;perdarahan ; diuress, keringat berlebihan
Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2018, pertama pertama Nyeri akut
berhubungan dengan agen cera fisik (kerusakan jaringan otot , system saraf dan
gangguan sirkulasi darah) Kedua : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan . Dan
Ketiga Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan ;perdarahan ; diuress, keringat berlebihan.Hal ini ditemukan pada
pasien Nn.H dan membuktikan ada kesesuaian antara teori dan kenyataan
dilapangan .

61
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada pasien dengan
Gangguan system reproduksi ; PUA / Perdarahan Uterus Abnormal yaitu :
1. Perdarahan Uterus Abnormal dgigunakan untuk menunjukkan semua
keadaan perdarahan melalui vagina yang abnormal. AUB disini di
defenisikan sebagai perdarahan vagina yang terjadi di dalam siklus < 20
hari / >40 hari, berlangsung > 8 hari mengakibatkan kehilangan darah >80
ml dan anemia. Ini merupakan diagnosis penyingkiran dimana penyakit
local dan sistemik harus disingkirkan . Sekitar 50 % dari pasien ini
sekurang-kurangnya berumur 40 tahun dan 20% yang lain adalah remaja,
kerana merupakan siklus anovulatory lebih sering ditemukan.
2. Klasifikasi Pendarahan Uterus Abnormal
Klasifikasi PUA berdasarkan jenis pendarahan.
1) P e n d a r a h a n u t e r u s a b n o r m a l a k u t didefinisikan
sebagai pendarahan haid y a n g banyak sehingga perlu
dilakukan penanganan segera untuk mencegah kehilangandarah.
Pendarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi
untuk pendarahan uterusa b n o r m a l y a n g t e l a h t e r j a d i
lebih dari 6 bulan. Kondisi ini biasanya
t i d a k memerlukan penanganan yang segera seperti PUA akut.
2) Klasifikasi PUA berdasarkan penyebab pendarahan
Klasifikasi utama PUA berdasarkan FIGO dapat
d i l i h a t p a d a b a g a n 2 . S i s t e m klasifikasi ini telah disetujui
oleh dewan eksekutif FIGO sebagai sistem klasifikasi PUA
berdasarkan FIGO. Tererdapat 9 kategori utama yang disusun
berdasarkan akronim “ PLAM-COIME “

3. Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada pasien Nn. H dengan


gangguan sistem reproduksi :PUA /Perdarahan uterus abnormal :

62
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cera fisik (kerusakan
jaringan otot , system saraf dan gangguan sirkulasi darah)
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan .
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran yang berlebihan ;perdarahan ; diuress, keringat
berlebihan
4. Asuhan keperawatan pada Nn. H dengan gangguan sistem reproduksi
:PUA /Perdarahan uterus abnormal : dilakukan dari tanggal 29 Januari -01
Februari 2020 dan pada tanggal 01 Februari 2020 pasien di pulangkan.

5.2 Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang Askep pada pasien Nn.
H dengan gangguan sistem reproduksi :PUA /Perdarahan uterus
abnormal :baik dari pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis
maupun pencegahan serta penerapan asuhan keperawatannya.
2. Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang Askep pasien
Nn. H dengan gangguan sistem reproduksi :PUA /Perdarahan uterus abnormal
Ilmu yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
3. Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk
lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
Perdarahan uterus abnormal

63
64

Anda mungkin juga menyukai