PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada Nn ” H
Dengan Gangguan Reproduksi : PUA / Perdarahan Uterus Abnormal di
Ruang Sungkai Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan pada Nn ” H
Dengan Gangguan Reproduksi : PUA / Perdarahan Uterus Abnormal
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Asuhan Keperawatan pada
Nn ” H Dengan Gangguan Reproduksi : PUA / Perdarahan Uterus
Abnormal
c. Mampu merumuskan perencanaan Asuhan Keperawatan pada Nn ” H
Dengan Gangguan Reproduksi : PUA / Perdarahan Uterus Abnormal
d. Mampu melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan pada Nn ” H Dengan
Gangguan Reproduksi : PUA / Perdarahan Uterus Abnormal
e. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada Nn ” H
Dengan Gangguan Reproduksi : PUA / Perdarahan Uterus Abnormal
1.3 MANFAAT
A. BAGI MAHASISWA
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Reproduksi : PUA /
Perdarahan Uterus Abnormal secara nyata di Lapangan.
B. BAGI INSTITUSI PENDIDIKAN
Memberikan Masukan bagi pendidikan tentang bagaimana proses Praktik
Klinik Keperawatan Mahasiswa Program Ners di Rumah Sakit Umum
Daerah Sekayu
C. BAGI RUMAH SAKIT
Memberikan masukan bagi Rumah Sakit tentang upaya peningkatan Mutu
Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Anomali uterus bleeding yaitu perdarahan yang terjadi di luar siklus
menstruasi yang dianggap normal . Perdarahan uterus abnormal dapat
disebabkan oleh factor hormonal. Berbagai komplikasi kehamilan ,
penyakit sistemik, kelainan endometrium (polip) , masalah-masalah
serviks/uterus (leiomyoma)/kanker. Namun pola perdarahan abnormal
seringkali sangat membantu dalam menegakkan diagnose secara individual
(Ralp . C Benson, 2009)
Perdarahan Uterus Abnormal dgigunakan untuk menunjukkan semua
keadaan perdarahan melalui vagina yang abnormal. AUB disini di
defenisikan sebagai perdarahan vagina yang terjadi di dalam siklus < 20
hari / >40 hari, berlangsung > 8 hari mengakibatkan kehilangan darah >80
ml dan anemia. Ini merupakan diagnosis penyingkiran dimana penyakit
local dan sistemik harus disingkirkan . Sekitar 50 % dari pasien ini
sekurang-kurangnya berumur 40 tahun dan 20% yang lain adalah remaja,
kerana merupakan siklus anovulatory lebih sering ditemukan. (Rudolp, A,
2007)
kembali ke
2.2 ETIOLOGI
PUA dapat terjadi pada semua usia dan sebagian besar kasus yang
gejala klinis) metrorhagia (37,1%) dan menorhagia (33,7%).2
Agar kasuskasus PUA dapat ditangani dengan tepat, harus diketahui
etiologi/penyebab pasti yang dapat berupa kelainan organik dan perdarahan
metrium, hiperplasia endometrium dan adneksitis. Selain itu juga pemakaian
3
penggunaan terapi sulih hormon. Modalitas yang sering digunakan untuk
transvaginal dan MRI. Histeroskopi merupakan baku emas untuk mengetahui
keadaan di dalam kavum uteri namun memerlukan prosedur anestesi, invasif
dan mahal.2,3
Di beberapa pusat termasuk di RS Sanglah, pemeriksaan
histopatologis merupakan baku emas untuk diagnosis patologis kavitas uteri.
Sampel untuk pemeriksaan PA dapat diambil melalui kuretasi atau biopsi. Di
samping untuk diagnostik, kuretasi berfungsi juga sebagai terapi perdarahan
uterus. Jika dibandingkan dengan hasil PA setelah histerektomi, akurasi D&C
pemeriksaan lesi intrauteri.2,
Banyaknya kasus yang terjadi dan penegakan etiologi yang harus tepat
menarik perhatian penulis untuk menjabarkan lebih dalam mengenai
perdarahan uterus abnormal
2.3 KLASIFIKASI
Klasifikasi Pendarahan Uterus Abnormal
1. Klasifikasi PUA berdasarkan jenis pendarahan.
a. P e n d a r a h a n u t e r u s a b n o r m a l a k u t didefinisikan
sebagai pendarahan haid y a n g banyak sehingga perlu
dilakukan penanganan segera untuk mencegah kehilangandarah.
b. Pendarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi
untuk pendarahan uterusa b n o r m a l y a n g t e l a h t e r j a d i
lebih dari 6 bulan. Kondisi ini biasanya
t i d a k memerlukan penanganan yang segera seperti PUA akut.
2. Klasifikasi PUA berdasarkan penyebab pendarahan
Klasifikasi utama PUA berdasarkan FIGO dapat
d i l i h a t p a d a b a g a n 2 . S i s t e m klasifikasi ini telah disetujui
oleh dewan eksekutif FIGO sebagai sistem klasifikasi PUA
4
berdasarkan FIGO. Tererdapat 9 kategori utama yang disusun
berdasarkan akronim “ PLAM-COIME “
2.5 PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya PUA masih belum diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa studi y a n g menyimpulkan bahwa
terjadinya PUA tersebut disebabkan adanya kerusakan
d a r i jaringan -jaringan dan pembuluh-pembuluh darah karena kelainan-
kelainan organik (terutamakarena adanya infeksi dan tumor) pada alat-
alat genitalia interna dan tidak berfungsinya jaringan-jaringan tersebut
secara maksimal untuk melakukan proses penghentian perdarahannya.
Secara umum penyebab terjadinya PUA adalah kelainan
organik pada alat-alat genitalia i n t e r n a d a l a m ( s e p e r t i s e r v i k s
uteri, korpus uterus, tuba fallopi, dan ovarium),
k e l a i n a n sistemik atau darah (seperti kelainan faktor pembekuan darah), dan
kelainan fungsional daria l a t - a l a t g e n i t a l i a .
B e b e r a p a k e l a i n a n o rg a n i k p a d a a l a t - a l a t g e n i t a l i a
i n t e r n a y a n g d a p a t menjadi penyebab terjadinya PUA adalah bagian
berikut ini
a. P a d a s e r v i k s u t e r i : p o l i p s e r v i k s u t e r i , e r o s i p o r s i o
u t e r i , u l k u s ( b o r o k ) p o r s i o u t e r i , karsinoma (kanker pada
sel tubuh) uteri.
5
b. Ada korpus uteri: polip endometrium uteri, abortus iminens,
proses berlangsungnyaabortus, abortus inkomplit, kehamilan mola
hidatidosa, khorio-karsinoma, subinvolusi uteri,karsinoma korpus
uteri, sarkoma (kanker pada jaringan lunak tubuh) uteri, dan mioma
uteri.
c. Pada tuba fallopi: kehamilan ektopik terganggu (KET), peradangan
pada tuba fallopi, dantumor tuba fallopi.
d. Pada ovarium: peradangan pada ovarium dan tumor ovarium
6
- Memberikan perlindungan dan nutrisi pada embrio atau janin
sampai matur.
- Mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan.
- Mengendalikan perdarahan dari tempat perlekatan plasenta
melalui kontraksi otot-otot.
3. Tuba fallopi
Disebut juga dengan oviduct, saluran ini terdapat pada setiap
sisi uterus dan membentang dari kornu uteri ke arah dinding lateral
pelvis.
4. Ovarium
Merupakan kelenjar kelamin. Ada 2 buah ovarium yang masing-
masing terdapat pada tiap sisi dan berada di dalam kavum abdomen
di belakang ligamentum latum dekat ujung fibria tuba falopi . Fungsi
ovarium adalah untuk produksi hormone dan ovulasi.
7
Perdarahan siklik (reguler) didahului oleh tanda premenstruasi
(mastalgia, kenaikan berat badan karena meningkatnya cairan tubuh,
perubahan mood, atau kram abdomen ) lebih cenderung bersifat ovulatori.
Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi dengan interval tidak teratur setelah
mengalami amenore berbulan – bulan, kemungkinan bersifat anovulatori.
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG,
FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining
gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)
histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda
dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang
gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah
pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin
terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan kuretase
ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan
uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan
investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase
dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil
dalam uji coba terapeutik
2.9 PENATALAKSANAAN
1. Perdarahan berat pada masa menarche dan perimenopause seringkali
memerlukan estrogen dosis tinggi ( kadang-kadang diberikan intravena)
2. Perdarahan yang ringan : estrogen dosis rendah per oral yang diikuti atau
disertai dengan progestin, bila perdarahan masih belum berhenti perlu
dilakukan D & C
3. PUD seringkali memerlukan terapi dengan estrogen siklis 25 hari dan pada
hari ke 10 – 15 dilanjutkan dengan pemberian progestin
4. Pemberian progestin secara siklis digunakan pada pasien usia muda yang
diperkirakan sudah memiliki kadar estroen endogen cukup untuk
melakukan sensitisasi reseptor progesteron
5. Pada pasien yang lebih ‘tua’ yang tidak memberikan respon terhadap obat
secara memadai dan tidak menghendaki kehamilan lagi dapat dilakukan
tindakan radikal yang permanen:
8
a. Ablasi endometrium
b. Histerektomi
2.10KOMPLIKASI
Infertilitas dari kurangnya ovulasi
– Parah anemia dari perdarahan haid berkepanjangan atau berat
– Penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang
cukup (faktor kemungkinandalam perkembangan kanker endometrium)
A. PENGKAJIAN
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register , dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan klien saat masuk Rumah Sakit
Biasanya klien nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan
pada daerah perut menstruasi yang tidak berhenti , rasa mual dan muntah
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan yang idrasakan klien adalah
nyeri pada daerah abdomen bawah , ada pembengkakan pada daerah
perut , menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah
b) Riwayat kesehatan keluarga : kaji riawayat keluarga dalam kelainan
ginekologi.
9
4. Riwayat kehamilan dan persalinan : dengan kehamilan dan persalinan/
tidak
5. Riawayat menstruasi :kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan
sampai amenorhea , menarche , lama , siklus , jumlah , warna dan bau.
6. Pemeriksaan Fisik : dilakukan mulai dari kepala sampai ektremitas bawah
secara sistematis.
a. Abdomen : nyeri tekan pada abdomen , teraba massa pada
abdomen
b. Ektremitas : nyeri panggul saat beraktivitas , tidak ada kelemahan
c. Eliminasi , urinasi : adanya konstipasi , susah BAK
7. Data Sosial ekonomi : kaji golongan masyarakat dan tingkat umur baik
sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause
8. Data Sosial ekonomi : kaji golongan masyarakat dan tingkat umur , baik
sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
9. Data psikologis : ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita,
dimana ovarium sebagai penghasil ovum , mengingat fungsi dari ovarium
tersebut sementara pada klien dengan perdarahan abnormal pervaginam
hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil.
10. Pola kebiasaan sehari-hari
Biasanya klien mengalami gangguan dalam aktivitas dan tidur karena
merasa nyeri
11. Pemeriksaan penunjang
a. Data laboratorium pemeriksaan darah lengkap (NB , HT,SDP)
b. Pemeriksaan fisik ada tidaknya benjolan dan ukuran benjolan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cera fisik (kerusakan jaringan otot ,
system saraf dan gangguan sirkulasi darah)
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan ;perdarahan ; diuress, keringat berlebihan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut - Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri
- Pain Control
berhubungan secara komprehensif
- Comfort level
10
dengan agen cera Setelah dilakukan termasuk lokasi,
fisik (kerusakan tindakan keperawatan karakteristik, durasi
jaringan otot, selama 1 x 24 jam frekuensi, kualitas dan faktor
Kriteria hasil :
system saraf dan presipitasi
- Klien menyatakan
2. Bantu pasien dan keluarga
gangguan sirkulasi
nyeri berkurang
untuk mencari dan
darah) - Klien tampak tenang
- Ekspresi wajah menemukan dukungan
3. Kontrol lingkungan yang
rileks
- TTV normal : suhu dapat mempengaruhi nyeri
36-37 C , N : 80 seperti suhu ruangan,
-100x/menit , RR = pencahayaan dan kebisingan
4. Ajarkan tentang teknik non
16 – 24 x/menit, TD
farmakologi
= systole : 100-130
5. Berikan anaIgetik untuk
mmhg , Diastole :
mengurangi nyeri
70-80 mmhg 6. Tingkatkan istirahat
7. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
11
urine output sesuai cairan dan hitung intake
dengan usia dan kalori harian
BB, BJ urine 7.Lakukan terapi IV
normal, HT 8.Berikan cairan
normal 9.Dorong masukan oral
- Tekanan darah, 10. Beritahu dokter bila:
nadi, suhu tubuh haluaran urine < 30 ml/jam,
dalam batas haus, takikardia, gelisah, TD
normal di bawah rentang normal,
- Tidak ada tanda urine gelap atau encer gelap.
tanda dehidrasi, 11. Konsultasi dokter bila
Elastisitas turgor manifestasi kelebihan cairan
kulit baik, terjadi.
membran mukosa 12. Pantau: cairan masuk dan
lembab, tidak ada cairan keluar setiap 8 jam.
rasa haus yang
berlebihan
12
tekanan darah, yang mampu dilakukan
nadi dan 6. Bantu untuk memilih
pernapasan aktivitas konsisten yang
- Mampu sesuai dengan kemampuan
melakukan fisik, psikologi dan sosial
aktivitas sehari-
hari (ADLS)
secara mandiri
- Keseimbangan
aktivitas dan
istirahat.
D. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik( Nursalam,2001).Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan berguna untuk memenuhi kebutuhan klien
mencapai tujuan yang diharapkan secara optimal.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
Dokumentasi tindakan keperawatan ini berguna untuk komunikasi antar tim
kesehatan sehingga memungkinkan pemberian tindakan keperawatan yang
berkesinambungan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.
Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang operasional
dengan pengertian :
S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif
oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O :adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan.
13
A :adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan criteria dan standar
yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan klien.
P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis.
Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai Asuhan
Keperawatan Perubahan Uterus Abnormal yaitu :
- Rasa nyeri teratasi
- Resti Kekurangan volume cairan tidak terjadi
- Intoleransi aktivitas teratasi
DAFTAR PUSTAKA
14
Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
15
3.1 SEJARAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
16
batu pertama pembangunan gedung RSUD Sekayu dilakukan oleh
Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI yang pada saat itu
dijabat oleh dr. Suyoga, MPH,.Kemudian diteruskan dengan
penyelesaian pengerjaan fisik bangunan dan pengadaan peralatan.
17
Pada awalnya RSUD Sekayu kelas C hanya memiliki 60 tempat
tidur dengan fasilitas dan jenis pelayanan seperti layaknya RSU Kelas C
lainya, yang mempunyai 4 orang dokter spesialis yaitu; Spesialis
Kebidanan dan Kandungan, Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Bedah,
Spesialis Anak. Namun pada kenyataannya hanya Spesialis Penyakit
Dalam dan Spesialis Anak yang ada, sedangkan dua Spesialis lainnya
adalah Tenaga Kontrak.
B.PERIODE PEMANTAPAN
a. Penetapan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Pada tahun 2007 Pemerintah Daerah KabupatenMusi
Banyuasin membangun gedung baru untuk Rumah Sakit Umum Daerah
Sekayu, hal ini memacu kami untuk melakukan peningkatan sarana dan
fasilitas pelayanan serta peningkatan dan pengembangan sumber daya
manusia kesehatan di rumah sakit yang memenuhi harapan dan
kebutuhan seluruh masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin.
18
Kabupaten Musi Banyuasin ke Badan Layanan Umum Daerah Musi
Banyuasin berdasarkan Surat keputusan Bupati Musi Banyuasin Nomor
: 451 Tahun 2008 pada tanggal 31 Mater 2008, tentang Penetapan
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Musi Banyuasin yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) secara penuh.
19
akreditasi versi baru (akreditasi versi 2012). Ada beberapa tahapan yang
dilalui sebelum dilakukan survei akreditasi meliputi
20
berdasarkan standar pelayanan Rumah Sakit Yang berlaku sehingga
kepuasan pasien meningkat.
Survei Akreditasi bisa menambah semangat seluruh karyawan
dan tenaga medis di RSUD Sekayu supaya dapat memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.Kita harus buktikan bahwa
RSUD Sekayu ini tidak kalah dibandingkan dengan RS Lain dalam
memberikan pelayanan yang terbaik dan berstandar kepada masyarakat
Musi Banyuasin.
d. Menjadi RS Kelas B
Peningkatan kelas Rumah Sakit menjadi tipe B dengan layanan
unggulan Pelayanan critical care and trauma respon centre. Pelayanan
ini didukung dengan pengembangan ruangan IGD, ruang intensif,
Kamar Bedah, pusat sterilisasi. Adapun alat-alat pendukung untuk
pengembangan ruangan tersebut, seperti:
a. Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
c. Fluorescopy dan lain sebagainya
21
1. Pengembangan ruang rawat inap dan ruangan penunjang
lainnya
2. Sebagai pusat rujukan khususnya kabupaten MUBA dan dan
umumnya provinsi Sumsel dan sekitarnya
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan RSUD Sekayu
Pelayanan di RSUD Sekayu Kelas B masih ada yang perlu
ditambah dan diperbaiki berdasarkan hasil visitasi dan akan
segera ditindaklanjuti. Untuk sekarang Unit pelayanan yang ada
di RSUD Sekayu, diantaranya :
A. INSTALASI
1. Instalasi Rawat Jalan :
1) Klinik Penyakit Dalam
2) Klinik Kebidanan dan Kandungan
3) Klinik Anak
4) Klinik Bedah
5) Klinik Gigi & Mulut
6) Klinik Mata
7) Klinik Syaraf
8) Klinik Paru
9) Klinik Jantung
10) Klinik Jiwa
11) Klinik THT
12) Klinik Rehabilitasi Medik
13) Klinik Kulit dan Kelamin
14) Klinik Umum (Medical Check Up)
15) Klinik Psikologis
2. Instalasi Rawat Inap (Kelas VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas
III)
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi
5. Instalasi Laboratorium Patologi Klinik
6. Instalasi Radiologi
7. Instalasi Gizi
8. Instalasi Farmasi
9. Instalasi Bedah Sentral (OK)
10. Instalasi Intensive Care Unit (ICU)
11. Instalasi Neonatus Intensif Care Unit (NICU)
12. Instalasi Kebidanan
13. Instalasi Rehabilitas Medik
14. Instalasi Pemeliharaan Sarana RS (IPSRS)
22
B. UNIT
1. Unit Hemodialisa
2. Unit MCU dan UTD
3. Unit Rekam Medik
4. Unit Sanitasi
5. Unit CSSD
6. Unit Diklat
7. Unit Humas
8. Unit IT
9. Unit Pendapatan dan Pelaporan
23
tinggi, maka RSUD Sekayu akan mengembaNgkan pelayanan
Medical Check Up dengan konsep :
- Pusat pelayanan Medical Check Up yang modern
- One Stop Service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan Medical Check
Up secara komprehensip, dengan pelayanan kesehatan yang
professional dan dilengkapi fasilitas medis yang modern.
b. Center of Excellent Integrated Heart
24
meningkat akan pelayanan bedah minimal invasif tersebut RSUD Sekayu
akan menambah nilai investasi dari beberapa aspek diantaranya adalah
penambahan sarana alat kesehatan, pendidikan dan pelatihan SDM,
penambahan SDM sesuai kompetensi dan renovasi gedung. Setelah
dilakukan analisis kelayakan investasi di dapatkan nilai NPV > 0 dan
IRR > target risiko (16%) hal ini berarti bahwa investasi elayanan bedah
minimal invasif dapat dilaksanakan di RSUD Sekayu
Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas tinggi, maka RSUD Sekayu akan mengembagkan pelayanan
bedah dengan konsep :
- Pusat pelayanan bedah invasif yang modern
- One Stop Service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan Bedah secara
komprehensip, dengan pelayanan kesehatan yang professional dan
dilengkapi fasilitas medis yang modern. Hal ini akan bersinergis
dengan pelayanan diagnosis dan terapis di RSUD Sekayu.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan penambahan alat-alat kesehatan dan pengembangan
pelayanan minimal infasif surgery hingga tahun 2019. Berikut grafik
rencana pengembangan pelayanan bedah minimal invasif:
Dengan terlaksananya perencanaan pengembangan pelayanan tersebut,
maka di harapkan akan mempermudah pemasaran pelayanan bedah
invasif di RSUD Sekayu.
25
Pusat pelayanan hemodialisis yang mengedepankan patient safety
One stop service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan hemodialisis, dengan
pelayanan kesehatan yang profesional dan dilengkapi dengan
fasilitas kesehatan yang modern.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan renovasi gedung dan penambahan sarana prasarana
pelayanan hemodialisis hingga tahun 2019. Berikut road map rencana
pengembangan pelayanan hemodialisis.
26
- Pusat pelayanan kemoterapi yang terstandar, modern, dan aman bagi
pasien serta tenaga kesehatan terkait.
Dengan berpegangan pada hal tersebut diatas, maka diharapkan
dapat memudahkan dalam pemasarannya. Untuk memenuhi harapan
tersebut RSUD Sekayu merancang perencanaan penambahan alat-alat
kesehatan dan pengembangan pelayanan kemoterapi hingga tahun 2019.
Berikut grafik rencana pengembangan
Dengan terlaksananya perencanaan pengembangan pelayanan tersebut,
maka di harapkan akan mempermudah pemasaran pelayanan
kemoterapi di RSUD Sekayu.
C. PENGEMBANGAN BANGUNAN RS
a. BANGUNAN FISIK
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu adalah Rumah Sakit
Pemerintahan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Kelas C dari
tahun 2000 hingga 2017. Pada akhir tahun 2017 RSUD Sekayu
berhasil melakukan peningkatan kelas menjadi Kelas B dengan
tingkat hunian (BOR) sebesar 86,4% pada tahun 2018 dengan
kapasitas tempat tidur 239 Tempat tidur. berdasarkan kajian yang
mendalam kebutuhan tempat tidur RSUD Sekayu harus
ditingkatkan sesuai dengan tingkat kunjungan dan standar kelas
B. Selain itu berdasarkan visitasi dari tim visitasi peningkatan
kelas RSUD Sekayu ke kelas B terdapat beberapa kekurangan
yang perlu segera ditindaklanjuti untuk memenuhi standar
bangunan dan ruangan RS Kelas B.
Rekam
Sejak Tahun 2018 RSUD Sekayu Medik
yang mulanya terdiri
Bank Sumsel
dari gedung A, B, C, D dan GedungBaru masing-masing
Tempat 2 (dua)
Pendaftaran/
lantai Loket dengan gedung Eks
(kulim dan manggaris) bertambah
Triase Pendaftaran
akper dengan uraian sebagai berikut: ICU/ NICU
1. Gedung A Kebidanan (VK dan
Neonatus)
27 Bedah Sentral
Aula
CSSD
Poliklinik
Farmasi Rawat Jalan
IGD
Radiologi
Rehabilitasi Medik
Labor Patologi Klink & UTD
Ruang Humas
Tempat Fotocopy
Poli Tumbuh Kembang Anak
Poli Eksekutif
2. Gedung B
Ruang Perawatan Rawat Inap
o Kelas III diberi nama Ruang Medang
o Kelas II diberi nama Ruang Meranti
o Kelas I diberi nama Ruang Tembesu
o Kelas VIP diberi nama Ruang Petanang
o Rungai Sungkai Kebidanan (II dan III) dan Ruang
Rawat
Gabung Bayi
Ruang Bidang Keperawatan RSUD Sekayu
3. Gedung C
Labor Patologi Anatomi
Ruang IT / Ruang Tim Pengendali Asuransi dan Klaim
(TPA)
Haemodialisa
Kantin
Farmasi Rawat Inap
Gudang Farmasi 1
Ruang Gizi
Sanitasi/ Laundry
4. Gedung D
IPSRS
Maintenance
Ruang Genset
Kamar Jenazah
Instalasi Gas Medis
5. Gedung Baru
Ruang Infeksi Airborne Disease ( Kulim)
Ruang Infeksi Non Airborne Disease ( Manggaris)
6. Gedung Eks Akper
Kantor Administrasi
Gudang Farmasi 2
Ruang Perawatan Leban Ruang Kemoterapi
Gudang Sarana
28
Rumah sakit semakin memantapkan diri dengan melengkapi
fasilitas dan sarana penunjang dalam memberikan pelayanan terbaik
bagi masyarakat. Untuk Kapasitas tempat tidur secara keseluruhan yang
dimiliki RSUD Sekayu sekarang berjumlah 254 TT untuk rawat inap, 9
TT di IGD dan 6 TT untuk VK Kebidanan. Dengan perincian untuk
rawat inap sebagai berikut:
Tabel: 1.1 Kapasitas Tempat Tidur RSUD Sekayu Tahun 2019
29
Menjadi RS Rujukan Regional Berstandar Internasional Tahun
2019
30
dan Farmasi dan Terapi. Setiap Bagian dan Bidang dibantu oleh 2 (dua)
orang pejabat struktural.
Adapun susunan organisasi RSUD Sekayu pada tahun 2019 (01 Oktober
2019) sebagai berikut :
1. Direktur RSUD Sekayu : dr.Makson Parulian Purba, MARS
2. Kepala Bagian Tata Usaha : H. Achmadi, SKM, M.Si
Kasubbag Administrasi dan Umum : Solehatun Robiah, SKM
Kasubbag Diklat dan Litbang : Ns. Efriena Masda Kartianah, S.Kep
Kasubbag Sarana dan Rekam Medik : Yulrizal, SKM
3. Kepala Bidang Keperawatan : Yulisa Rabiati, SH, M.Kes
Kepala Seksi Layanan Rawat : R.A Rita Anggraini, SST
Kepala Seksi Administrasi : Farida Yazid, S.Kep
4. Kepala Bidang Pelayanan : dr. Ira Puspita Mizar Ginting
Kepala Seksi Pelayanan Medis : Novaza Zemilia A, S.ST, M.Kes
Kepala Seksi Penunjang Medis : Fauziah, SKM., M.Kes
5. Kepala Bidang Keuangan dan Program : Elliya, SE
Kepala Seksi Keuangan & Program : Ridati Murdianti, S.Si
Kepala Seksi Akuntansi : Rodes Kurniadi, Amd
Ketua Komite
1) Satuan Pengawas Internal (SPI) : Tika Hadiyanti, Am.F
2) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi : dr, Meili Andriani,
SpAn
3) Komite Medik : dr. Taufik firdaus, SpOG (K)
4) Komite Keperawatan : Ns. Tuty Arly. S.Kep
5) Komite Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien : dr. Nursaenah,
SpS
6) Komite Farmasi dan Terapi : dr. Oyon Istambul, Sp.B
31
9) Instalasi Laboratorium PA : dr. Winta Mayanti, SpPA
10) Instalasi Radiologi : dr. Cheryl , KW
11) Instalasi Farmasi : Dra. Hanifdar, Apt
12) Instalasi Rehabilitasi Medik : dr. Riri Puspa Putri F
13) Instalasi IPSRS : Wahid Zamrudin, Amd
14) Instalasi Gizi : Farida, S.KM
15) Instalasi Humas : Andodi, SKM
16) Intalasi Sanitasi : Leni Gustina
Manajer On Duty
32
1. Fadlawati, SE 4. Andodi,SKM
2. Nurhidayat Afrianto 5. Ifrat
3. Edy sumantri, AMAK 6. Farida Yazid, S.Kep
BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN ” H “ DENGAN GANGGUAN
SISTEM REPRODUKSI ; PUA / PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL
DI RUANGAN SUNGKAI KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SEKAYU
I. Pengkajian
Biodata
1. Identitas pasien
Nama : Nn. H
TTL : Lumpatan , 22 Januari 2005
Alamat : Dusun I lumpatan
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
No.register : 102046
Diagnosa Medis : PUA / Perdarahan Uterus Abnormal
Tanggal Masuk : 29 Januari 2020 jam 09.58 WIB
Tanggal Pengkajian : 29 Januari 2020 jam 16.00 WIB
33
Nama : Tn. H
TTl : Lumpatan , 20 Mei 1984
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien: Ayah kandung
Alamat : Dsn I lumpatan
II. Alasan Masuk RS
Menstruasi terus menerus
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
34
: Klien /pasien perempuan
: Laki-laki meninggal/ Perempuan meninggal
35
04.00. pukul 21.00 sampai
04.00.
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Penampilan umum
Kondisi umum : Ku lemah
Tingkat kesadaran : Compos mentis
TTV :
36
TD = 110/70 mmhg , Nadi = 80x/menit, RR = 20 x/menit, T = 36 0 C
b. Sistem pernapasan :
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat retraksi dinding
dada
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris , Tidak teraba
massa
Perkusi : Sonor
Auskultasi : vesikuler
c. Sistem Kardiovaskuler :
Inspeksi : Iktus Cordis normal terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : bunyi jantung normal (S1 = Lup) , S2 = dup , tidak
ada bunyi jantung tambahan
d. Sistem Pencernaan
Inspeksi : simetris , mukosa bibir kering , asites (-)
Palpasi : tidak teraba massa , distensi Abdomen
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus ( 16 x/menit)
e. Sistem Persyarafan : kejang (-) , status mental baik , refelk patella kiri
(+)/ kanan (+)
f. Sistem panca indera : fungsi penglihatan baik , fungsi pendengaran
baik, fungsi penciuman baik , pengecapan baik
g. Sistem perkemihan : kandung kemih kosong, hematuria (+) , jumlah
urine 1500 ml / 24 jam, hematuria (+)
h. Sistem integument : kulit bersih, turgor kurang elastis, mukosa bibir
kering, striae (-)
i. Sistem endokrin : menstruasi terus menerus , tremor tidak ada , tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid
j. Sistem muskuloskletal : ku lemah, ROM aktif , skala kekuatan 3 3
33
37
k. Sistem Reproduksi : Simetris, kebersihan cukup, menstruasi
(+), 3 x ganti pembalut (60 cc). Pasien tampak lemah , Ekspresi wajah
tampak meringis, Skala nyeri 5 ( sedang), Frekuensi hilang timbul,
Kualitas : seperti ditusuk -tusuk , Durasi : 2-3 menit , Lokasi nyeri :
daerah simpisis fubis
Terapi
Terapi Cara Dosis Golongan Indikasi
pemberian
Kalnex Intravena 3 x 500 Antifibrinolitik Untuk
injeksi mg mencegah
perdarahan
Asam Oral 3 x 500 Analgesik Untuk
38
mefenamat tablet mencegah
Tablet rasa nyeri
Norelut Oral 3 x 1 Hormon Untuk
tablet mengatur
siklus
menstruasi
Asering Intravena 20 TPM Cairan koloid Hidrasi
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
pemeriksaan Normal
29 Januari Hematologi
2020
DARAH
LENGKAP + LED
Hemoglobin 4,9 g/dL 13.4 – 19.9
Lekosit 3,1 10^3/mm^3 9.4 – 34.0
Eritrosit 2,14 10^6/dL 4.80 – 6.90
Trombosit 299 10^3/mm^3 150 – 400
Hematokrit 16,0 ∞ 42.0 – 65.0
MCV 75,0 fL 94.0 –
118.0
MCH 23,0 Pg 31.0 – 37.0
MCHC 30,6 g/L 30.0 – 36.0
Hitung Jenis
Basofil 0 ∞ 0–2
Eosinofil 1 ∞ 0–5
Neurotrofil 39,0 ∞ 40 – 80
Limposit 48 ∞ 0–4
Monosit 11 ∞ 20 – 40
Golongan darah & 0(+) ∞ 5 – 15
Rhesus
Tes Kehamilan
B Hcg test pack Negative
39
ANALISA DATA
40
banyak istirahat dan Suplay O2 turun
tiduran
Kelemahan
DO :
- Pasien tampak Intoleransi aktivitas
lemah
- Pasien bedrest
- Pusing (+)
- Konjungtiva anemis
- Pucat (+)
- Hb = 4,9 g/dl
- Eritrosit = 2,14
- Skala kekuatan otot
3 3
3 3
3. DS : Faktor resiko Resti
Klien mengatakan kekurangan
menstruase terus Gangguan volume
menerus keseimbangan hormone cairan
DO : uterus
- Adanya perdarahan
pervaginam Perdarahan abnormal
- Warna merah segar
seperti hati ayam Kehilangan banyak
- Perdarahan : 3 x cairan dan elektrolit
kali ganti pembalut
( 60 cc) Resti Kekurangan
- Pucat (+) volume cairan
- Mukosa bibir
kering
- Kulit kurang elastis
- Turgor kulit kurang
elastis
- HB = 4,9 gr/dl
41
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
42
INTERVENSI KEPERAWATAN
43
7. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
44
berhubungan - Status Mutrisi : Intake setiap 4 jam.
dengan makanan dan cairan 2. Obs Warna urine.
pengeluaran yang Setelah dilakukan 3. Status umum setiap 8
berlebihan tindakan keperawatan jam.
;perdarahan ; selama 3 x 24 jam 4. Pertahankan catatan
diuress, keringat Kekurangan volume intake dan output
berlebihan cairan dapat teratasi yang akurat
dengan 5. Monitor status hidrasi
Kriteria Hasil : (kelembaban
- Mempertahankan membran mukosa,
urine output sesuai nadi adekuat, tekanan
dengan usia dan BB, darah ortostatik ), jika
BJ urine normal, HT diperlukan
normal 6. Monitor masukan
- Tekanan darah, makanan / cairan dan
nadi, suhu tubuh hitung intake kalori
dalam batas normal harian
- Tidak ada tanda 7. Lakukan terapi IV
tanda dehidrasi, 8. Berikan cairan
Elastisitas turgor 9. Dorong masukan oral
kulit baik, membran 10.Beritahu dokter bila:
mukosa lembab, haluaran urine < 30
tidak ada rasa haus ml/jam, haus,
yang berlebihan takikardia, gelisah,
- TD di bawah rentang
normal, urine gelap
atau encer gelap.
11.Konsultasi dokter bila
manifestasi kelebihan
cairan terjadi
12.Pantau: cairan masuk
45
dan cairan keluar
setiap 8 jam.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
46
Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 102046
Hari : Rabu Tanggal/jam : 29 Januari 2020
jam 16.00 WIB
Nama &
No Jam
Tindakan Keperawatan Respon TTD
DX (WIB)
perawat
1. 16.00 1. Memonitor TTV dan tingkat TTV :
kesadaran klien TD : 110/70 mmhg ,
Nadi : 80x/menit,
RR : 20 x/menit,
T : 36 0 C
47
2. 16.25 1. Mengobservasi adanya Pasien aktivitasnya
pembatasan klien dalam dibantu keluarga
melakukan aktivitas
16.30 2. Mengkaji adanya faktor yang Pasien tampak pucat dan
menyebabkan kelelahan bedrest
16.35 3. Memonitor pasien akan adanya Pasien bedrest dan
kelelahan fisik dan emosi secara tampak sedang
berlebihan beristihrahat
16.40 4. Memonitor pola tidur dan Lamanya tidur 12 jam
lamanya tidur/istirahat pasien
16.45 5. Membantu klien untuk Pasien melakukan
mengidentifikasi aktivitas yang aktivitas di tempat tidur
mampu dilakukan dibantu keluarga
3. 16.25 1. Memonitor Tanda-tanda vital TD : 110/70 mmhg ,
dan tingkat kesadaran pasien Nadi : 80x/menit,
RR : 20 x/menit,
T : 36 0 C
48
tablet (oral)
HB = 4, 9 dl , Tranfusi
PRC 2 kolf
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
49
Nama &
No Jam
Tindakan Keperawatan Respon TTD
DX (WIB)
perawat
1. 16.05 1. Memonitor TTV dan tingkat TTV :
kesadaran klien TD : 110/80 mmhg ,
Nadi : 78x/menit,
RR : 22 x/menit,
T : 36 ,30 C
50
16.30 2. Mengkaji adanya faktor yang Pasien tampak membaik
menyebabkan kelelahan
16.35 3. Memonitor pasien akan adanya Pasien mulai beraktivitas
kelelahan fisik dan emosi secara secara mandiri
berlebihan
16.40 4. Memonitor pola tidur dan Lamanya tidur 12 jam
lamanya tidur/istirahat pasien
16.45 5. Membantu klien untuk Pasien pasien mulai
mengidentifikasi aktivitas yang beraktivitas secara
mampu dilakukan mandiri
3. 16.25 1. Memonitor Tanda-tanda vital TD : 110/80 mmhg ,
dan tingkat kesadaran pasien Nadi : 78x/menit,
RR : 22 x/menit,
T : 36 ,30 C
Kesadaran Compos
Mentis
16.27 2. Memonitor Keadaan umum dan Pasien tampak
Warna urine. membaik , pucat
berkurang , konjungtiva
anemis,
Hematuria (-)
Urine : 1500 cc
16.30 3. Mempertahankan catatan intake - Intake : 2000 cc
dan output yang akurat Output : 2000 ml
16.32 4. Memonitor status hidrasi Mukosa bibir lembab
(kelembaban membran mukosa, ,turgor kulit telastis,
nadi adekuat, tekanan darah pucat (-), konjungtiva
ortostatik ), jika diperlukan tidak anemis, CRT < 3
detik
51
16.36 5. Mengkolaborasikan dengan Kalnek injeksi 3 x 500
dokter pemberian terapi dan mg (IV)
pemeriksaan penunjang Norelut tabelet 3 x 1
tablet (oral)
HB = 4, 9 dl , Tranfusi
PRC 2 kolf
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
52
Nama &
No Jam
Tindakan Keperawatan Respon TTD
DX (WIB)
perawat
1. 16.05 1. Memonitor TTV dan tingkat TTV :
kesadaran klien TD : 110/70 mmhg ,
Nadi : 82 x/menit,
RR : 20 x/menit,
T : 36 0 C
16.10 2. Melakukan pengkajian nyeri - Pasien tampak
membaik
secara komprehensif termasuk
- Pasien tidak meringis
lokasi, karakteristik, durasi lagi
- Skala nyeri 3 ( ringan)
frekuensi, kualitas dan faktor
- Frekuensi hilang
presipitasi timbul
- Durasi : 10 detik
- Lokasi nyeri : daerah
simpisis fubis
53
16.40 4. Memonitor pola tidur dan Lamanya tidur 14 jam
lamanya tidur/istirahat pasien
16.45 5. Membantu klien untuk Pasien pasien mulai
mengidentifikasi aktivitas yang beraktivitas secara
mampu dilakukan mandiri
3. 16.25 1. Memonitor Keadaan umum dan Pasien membaik dan
Warna urine. tampak lebih segar
Urine : 2000 cc
16.27 2. Mempertahankan catatan intake - Intake : 2500 cc
dan output yang akurat - Output : 2000 ml
16.30 3. Memonitor status hidrasi Mukosa bibir lembab,
(kelembaban membran mukosa, turgor elastis, pucat (-),
nadi adekuat, tekanan darah CRT < 3 detik
ortostatik ), jika diperlukan
16.32 4. Mengkolaborasikan dengan Kalnek injeksi 3 x 500
dokter pemberian terapi dan mg (IV)
pemeriksaan penunjang Norelut tabelet 3 x 1
tablet (oral)
- HB = 12 gr/ dl ,
CATATAN PERKEMBANGAN
54
- Pasien tampak membaik
- Ekspresi wajah meringis sesekali
- Skala nyeri 4 ( sedang)
- Frekuensi hilang timbul
- Kualitas : seperti ditusuk -tusuk
- Durasi : 60 detik
- Lokasi nyeri : daerah simpisis fubis
- TTV :
TD : 110/80 mmhg ,
Nadi : 78x/menit,
RR : 22 x/menit,
T : 36 ,30 C
Kesadaran Compos Mentis
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : intervensi diteruskan
2. 16. 10 S:
Pasien mengatakan sudah mulai dapat
beraktivitas dan tidak pusing lagi
O:
- Ku membaik
- Klien tampak mulai beraktivitas secara
mandiri
- Pusing (-)
- Konjungtiva tidak anemis
- Pucat (-)
- Pucat (+)
- Skala kekuatan otot
4 4
4 4
A : intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P : intervensi diteruskan
3. 16.15 S:
Pasien mengatakan darah menstruasi
berkurang
DO :
- Perdarahan sedikit
- Bercak darah
- Warna merah kecoklatan
- Perdarahan : 1 x kali ganti pembalut
55
- Pucat (-)
- Mukosa bibir lembab
- Turgor Kulit elastis
- Akral hangat
- CRT < 3 detik
A : Resti kekurangan volume cairan teratasi
sebagian
P : intervensi diteruskan
CATATAN PERKEMBANGAN
56
- Pasien tampak lebih segar
- Ekspresi wajah tidak meringis
- Skala nyeri 3 (ringan)
- Frekuensi hilang
- Durasi : 10 detik
- Lokasi nyeri : daerah simpisis fubis
- TTV :
TD : 110/80 mmhg ,
Nadi : 78x/menit,
RR : 22 x/menit,
T : 36 ,30 C
Kesadaran Compos Mentis
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi diteruskan
2. 16. 15 S:
Pasien mengatakan sudah mulai beraktivitas
dan tidak pusing lagi
O:
- Ku membaik
- Klien tampak beraktivitas secara mandiri
- Pusing (-)
- Konjungtiva tidak anemis
- Pucat (-)
- Skala kekuatan otot
4 4
4 4
A : intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P : intervensi diteruskan
3. 16.20 S:
Pasien mengatakan darah menstruasi
berkurang
O:
- Perdarahan sedikit
- Bercak darah
- Warna merah kecoklatan
- Perdarahan : 1 x kali ganti pembalut
- Pucat (-)
- Mukosa bibir lembab
- Turgor Kulit elastis
57
- Akral hangat
- CRT < 3 detik
A : Resti kekurangan volume cairan teratasi
sebagian
P : intervensi diteruskan
CATATAN PERKEMBANGAN
58
- Ku baik
- Skala nyeri 0 ( tidak ada)
- TTV :
TD : 110/80 mmhg ,
Nadi : 80x/menit,
RR : 20 x/menit,
T : 36 ,40 C
Kesadaran Compos Mentis
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan dan pasien di
pulangkan
2. 10. 10 S:
Pasien mengatakan dapat beraktivitas mandiri
O:
- Ku baik
- Klien tampak beraktivitas secara mandiri
- Skala kekuatan otot
5 5
5 5
A : intoleransi aktivitas teratasi
P : intervensi dihentikan dan pasien
dipulangkan
3. 10.15 S:
Pasien mengatakan darah menstruasi berhenti
O:
- Perdarahan tidak ada
- Mukosa bibir lembab
- Turgor Kulit elastis
- Akral hangat
- CRT < 3 detik
A : Resti kekurangan volume cairan teratasi
P : intervensi dihentikan dan pasien
dipulangkan
59
BAB IV
PEMBAHASAN
60
Penulis melakukan pengkajian pada hari Senin tanggal 29 Januari 2020
pada pukul 16.00 WIB diSungkai Kebidanan RSUD Sekayu. Pada bab
pembahasan ini kelompok akan melakukan penjelasan tentang Asuhan
Keperawatan pada Nn. H dengan Gangguan Reproduksi ; PUA / Perdarahan
Uterus Abnormal di Ruang Sungkai Kebidanan RSUD Sekayu. Kelompok akan
menjelaskan tentang perbandingan hasil penatalaksanaan dengan teori serta
dilakukan penekanan mekanisme apa yang sama dan apa yang berbeda.
Dari teori diatas,terdapat kesesuaian antara teori dan praktek. Ini
didukung oleh data pasien yang menunjukkan pada Pasien dengan Gangguan
Reproduksi ; PUA / Perdarahan Uterus Abnormal kelompok menetapkan 3 (tiga)
diagnosa untuk mengatasi masalah yang klien rasakan yaitu yang pertama Nyeri
akut berhubungan dengan agen cera fisik (kerusakan jaringan otot , system saraf
dan gangguan sirkulasi darah) Kedua : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan . Dan
Ketiga Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan ;perdarahan ; diuress, keringat berlebihan
Diagnosa Prioritas utama yang kelompok ambil adalah pertama Nyeri
akut berhubungan dengan agen cera fisik (kerusakan jaringan otot , system saraf
dan gangguan sirkulasi darah) Kedua : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan . Dan
Ketiga Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan ;perdarahan ; diuress, keringat berlebihan
Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2018, pertama pertama Nyeri akut
berhubungan dengan agen cera fisik (kerusakan jaringan otot , system saraf dan
gangguan sirkulasi darah) Kedua : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan . Dan
Ketiga Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan ;perdarahan ; diuress, keringat berlebihan.Hal ini ditemukan pada
pasien Nn.H dan membuktikan ada kesesuaian antara teori dan kenyataan
dilapangan .
61
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada pasien dengan
Gangguan system reproduksi ; PUA / Perdarahan Uterus Abnormal yaitu :
1. Perdarahan Uterus Abnormal dgigunakan untuk menunjukkan semua
keadaan perdarahan melalui vagina yang abnormal. AUB disini di
defenisikan sebagai perdarahan vagina yang terjadi di dalam siklus < 20
hari / >40 hari, berlangsung > 8 hari mengakibatkan kehilangan darah >80
ml dan anemia. Ini merupakan diagnosis penyingkiran dimana penyakit
local dan sistemik harus disingkirkan . Sekitar 50 % dari pasien ini
sekurang-kurangnya berumur 40 tahun dan 20% yang lain adalah remaja,
kerana merupakan siklus anovulatory lebih sering ditemukan.
2. Klasifikasi Pendarahan Uterus Abnormal
Klasifikasi PUA berdasarkan jenis pendarahan.
1) P e n d a r a h a n u t e r u s a b n o r m a l a k u t didefinisikan
sebagai pendarahan haid y a n g banyak sehingga perlu
dilakukan penanganan segera untuk mencegah kehilangandarah.
Pendarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi
untuk pendarahan uterusa b n o r m a l y a n g t e l a h t e r j a d i
lebih dari 6 bulan. Kondisi ini biasanya
t i d a k memerlukan penanganan yang segera seperti PUA akut.
2) Klasifikasi PUA berdasarkan penyebab pendarahan
Klasifikasi utama PUA berdasarkan FIGO dapat
d i l i h a t p a d a b a g a n 2 . S i s t e m klasifikasi ini telah disetujui
oleh dewan eksekutif FIGO sebagai sistem klasifikasi PUA
berdasarkan FIGO. Tererdapat 9 kategori utama yang disusun
berdasarkan akronim “ PLAM-COIME “
62
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cera fisik (kerusakan
jaringan otot , system saraf dan gangguan sirkulasi darah)
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan .
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran yang berlebihan ;perdarahan ; diuress, keringat
berlebihan
4. Asuhan keperawatan pada Nn. H dengan gangguan sistem reproduksi
:PUA /Perdarahan uterus abnormal : dilakukan dari tanggal 29 Januari -01
Februari 2020 dan pada tanggal 01 Februari 2020 pasien di pulangkan.
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang Askep pada pasien Nn.
H dengan gangguan sistem reproduksi :PUA /Perdarahan uterus
abnormal :baik dari pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis
maupun pencegahan serta penerapan asuhan keperawatannya.
2. Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang Askep pasien
Nn. H dengan gangguan sistem reproduksi :PUA /Perdarahan uterus abnormal
Ilmu yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
3. Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk
lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
Perdarahan uterus abnormal
63
64