Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Membedakan Berbagai Resiko Dan Hazard K3 Pada Tahap Implementasi
Asuhan Keperawatan”.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam


makalah ini,maka dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis mengharap
kritik dan saran yang membangun sehingga dapat melengkapi kesempurnaan makalah
ini.

Banyak pihak yang telah turut memberikan motivasi dan bantuan serta
bimbingan yang penulis terima selama proses penulisan makalah ini..

Semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan kekuatan dan melimpahkan


segala rahmat dan hidayah-Nya atas segala yang telah kita lakukan.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi penulis khususnya maupun pembaca pada umumnya,amiin.

Mataram, 13 September 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang yang
sangat populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal
dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut
Milyandra (2009) Istilah ‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang
mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti
sebagai suatu pendekatan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain
mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang
mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat
digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya
mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk)
terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang
mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan
risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 ).

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar


bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa
kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban
jiwa yang tidak sedikit jumlanya. Kehilangan sumber daya manusia ini
merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya
sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Setiap tahun di
dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit
akibat kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD.
Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode
2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat
tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian
dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai
peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor
formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia
usaha.(DK3N,2007). Melihat angka-angka tersebut tentu saja bukan suatu hal
yang membanggakan, akan tetapi hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia
usaha dan kita semua untuk bersama-sama mencegah dan mengendalikannya.
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja.

Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi


tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek
hukum K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Melalui peraturan yang
jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat ditegakkan, untuk itu
diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3. Bahkan
ditingkat internasionalpun telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang
mengatur tentang K3 secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, baik yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti
ILO, WHO, maupun tingkat regional. Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan
menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi
terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang.
Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja
sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian
dapat mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum
merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat
dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya industrial.
Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga
kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi
pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya
perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman,
sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas
kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar
peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat
mencegah korban manusia.

Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan


perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya
terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek
perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.

Manajemen risiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak manajemen


tetapi juga komitmen manajemen dan seluruh pihak yang terkait. Pada konsep ini,
bahaya sebagai sumber kecelakaan kerja harus harus teridentifikasi, kemudian
diadakan perhitungan dan prioritas terhadap risiko dari bahaya tersebut dan
terakhir adalah pengontrolan risiko. Ditahap pengontrolan risiko, peran
manajemen sangat penting karena pengontrolan risiko membutuhkan ketersediaan
semua sumber daya yang dimiliki , karena pihak manajemen yang sanggup
memenuhi ketersediaan ini. Semua konsep-konsep utama tersebut semakin
menyadarkan akan pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk
manajemen yang sistematis dan mendasar. Integrasi ini diawali dengan kebijakan
untuk mengelola K3 menerapkan suatu sistem manajemen kesehatan dan
keselamatam kerja. Sesuai dengan isi dalam makalah ini, maka kami mengambil
judul “Konsep Dasar K3, Hazard dan pengendaliannya” untuk makalah ini.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat disimpulkan
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana factor hazard dan resiko di tempat kerja?
2. Bagaimana cara mengendalikan Hazard ?
3. Bagimana Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard ?
4. Bagaimana peran perawat dalam K3?
5. Bagaimana upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap
implementasi asuhan keperawatan?

C. Tujuan Penulisan
Bertitik tolak dari rumusan masalah diatas, rumusan tujuan yang dapat kami
simpulkan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui factor hazard dan resiko di tempat kerja.
2. Untuk mengetahui cara mengendalikan Hazard.
3. Untuk mengetahui Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard.
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam K3.
5. Untuk mengetahui upaya pencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada
tahap implementasi asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Dasar Teori
a. Pengertian K3
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah ilmu terapan yang bersifat multi
disiplin, bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.
Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai
bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada
kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.
Pengertian K3 menurut undang-undang No.1 tahun 1970 (1) adalah upaya dan
pemikiran dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani
manusia pada umumnya dan pekerja pada khususnya serta hasil karya budaya 12
dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila
Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal
2, Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani,
maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun
penyakit umum. Selain pendapat diatas, ada beberapa ahli yang mendefinisikan
tentang kesehatan yaitu Parkins (1938) mendefinisikan bahwa kesehatan adalah
suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai
faktor yang berusaha mempengaruhinya. Hal yang sama diutarakan oleh sedangkan
Pepkin’s (1978)menguraikan bahwa sehat adalah suatu keadaan keseimbangan
yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian,
sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar. Sedangkan menurut White (1977)
menjelaskan bahwa sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu
diperiksa tidak mempunyai keluhan apapun atau tidak ada tanda – tanda suatu
penyakit dan kelainan.Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatain
karena pekerja adalah penggerak atau aset perusahaan konstruksi. Jadi kondisi fisik
harus maksimal dan sehat agar tidak mengganggu proses kerja seperti pernyataan
ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial
yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan
kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh 11kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan
sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
jabatannya.Suma’mur (1976) memberikan definisi kesehatan kerja sebagai :
“Spesialisasidalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan
agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi- tingginya,
baik fisik atau mental maupun sosial dengan kesehatan yang diakibatkan faktor-
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit
umum”.Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani,
rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan
kerja maupun penyakit umum. Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan,
keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan
bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun
1960, Bab I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan
jasmani, rohani, dan kemasyarakatan (Slamet, 2012). Mia (2011) menyatakan
bahwa kesehatan kerja disamping mempelajari faktorfaktor pada pekerjaan yang
dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat kerja (occupational
disease) maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya (work-related
disease) juga berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan
untuk pencegahannya, bahkan berupaya juga dalam meningkatkan kesehatan
(health promotion) pada manusia pekerja tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu
proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta
benda, serta gangguan lingkungan. OHSAS 18001:2007 mendefinisikan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi
atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja
kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja. Dari definisi
keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan
bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu program yang menjamin
keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerjaMangkunegara (2002)
menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusiapada umumnya, hasil
karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri .Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan
satu upaya pelindungan yang diajukan kepada semua potensi yang dapat
menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang
ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber
produksi dapat digunakan secara aman dan efisien (Suma’mur, 2006). Menurut
Ridley (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000), mengartikan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman
baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Sama halnya dengan Jackson (1999),
menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada
kondisikondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan
tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost)
perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang
yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang (Prasetyo,
2009).Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan
Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan
penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan
pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar
terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi
penyediaan APD, perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi.
Dalam K3 juga dikenal istilah Kesehatan Kerja, yaitu : suatu ilmu yang
penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan Penyakit Akibat Kerja meliputi pemeriksaan kesehatan,
pengobatan dan pemberian makan dan minum bergizi.
Istilah lainnya adalah Ergonomy yang merupakan keilmuan dan aplikasinya
dalam hal sistem dan desain kerja, keserasian manusia dan pekerjaannya,
pencegahan kelelahan guna tercapainya pelakasanaan pekerjaan secara baik.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sarana utama untuk mencegah
kecelakaan kerja, baik kecelakaan yang mengakibatkan kerugian yang bersifat
langsung ataupun tidak langsung. Adapun kecelakaan yang bersifat langsung dapat
berupa luka ringan (memar, lecet, pendarahan ringan dan lain-lain) ataupun luka
berat (luka tebuka, putus jari, pendarahan berat dan lain-lain) dan kematian
sedangkan kerugian yang bersifat tidak langsung dapat berupa kerusakan mesin,
proses produksi terhenti, kerusakan pada lingkungan dan biaya yang cukup besar
yang harus dikeluarkan perusahaan akibat dari kecelakaan kerja.

b. Subdisiplin/Cabang Keilmuan
Menurut Joint Committee of OHS dari ILO dan WHO bahwa subkeilmuan besar
dari K3 adalah :
1) Kesehatan Kerja (occupational Health) : kedokteran kerja, toksikologi
industri, epid, kesehatan kerja, promosi kesehatan kerja
2) Keselamatan Kerja (safety) : savety enginering, risk management, public
safetu dll
3) Sub disiplin ilmu dari K3 yang menggunakan kedua keilmuan besar
tersebut adalah ergonomi dan ilmu perilaku.

Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian


sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan
menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu
kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika
kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan
kerja.

c. Tujuan dan Komponen K3


Tujuan K3 adalah untuk mengamankan sistem kerja dan menjaga well being
pekerja agar kegiatan pekerjaan dapat berlangsung dengan baik, memelihara
kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja,
keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh
kondisi lingkungan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kenerja, menjamin
kesehatan dan keselamatan orang lain dalam lingkungan kerja, mengamankan
sumber polutan, menyehatkan lingkungan kerja dan mengefisienkan kegiatan
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.
Komponen K3 yang perlu diperhatikan, yaitu: Karakteristik
pekerjaan/kegiatan (jenis, ruang lingkup, lamanya kegiatan, tingkat kegiatan),
pengorganisasian dan manajemen pekerjaan, bahan dan alat yang digunakan
melaksanakan kegiatan, karakteristik manusia yang melaksanakan kegiatan.

Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu :

1) Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehtan kerja


2) Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja
3) Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Sasaran dari K3 adalah :

1) Menjamin keselamatan operator dan orang lain


2) Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan
3) menjamin proses produksi aman dan lancar.

Tapi dalam pelaksaannya banyak ditemui habatan dalam penerapan K3 dalam dunia
pekerja, hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu :

Dari sisi masyarakat pekerja

1) Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan tunjangan


kesehatan/kesejahtraan)
2) K3 belum menjadi tuntutan pekerja
2. Hazard dan Pengendaliannnya
a. Pengertian Hazard ( Bahaya)
Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang menpunyai
kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan, maupun
manusia (Budiono, 2003).
Menurut Suardi (2005), bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menjadi
penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja dan atau aspek
lainnya dari lingkungan kerja.
Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan cidera (injury)
atau kerusakan (damage) baik manusia, properti dan Setiap kegiatan yang dilakukan
tidak ada satupun yang bebas dari resiko yang ditimbulkan dari bahaya, demikian
pula kegiatan yang dilakukan di industri yang dalam proses produksinya
menggunakan proses kimia. Proses kimia pada industri memberikan potensi bahaya
yang besar, potensi bahaya yang ditimbulkan disebabkan antara lain: penggunaan
bahan baku, tingkat reaktivitas dan toksitas tinggi, reaksi kimia, temperatur tinggi,
tekanan tinggi, dan jumlah dari bahan yang digunakan. Potensi bahaya yang
ditimbulkan diperlukan upaya untuk meminimalkan terhadap risiko yang diterima
apabila terjadi kecelakaan (Baktiyar, 2009). Mengingat potensi bahaya yang besar
pada industri yang menggunakan proses kimia, maka diperlukan upaya
pengendalian, sehingga resiko yang ditimbulkan pada batas-batas yang dapat
diterima melalui Risk Assessment. lingkungan (Baktiyar, 2009)

b. Komponen Bahaya
1) Karakteristik material
2) Bentuk material
3) Hubungan pemajanan dan efek
4) Jalannnya pemajanan dari proses individu
5) Kondisi dan frekuensi penggunaan
6) Tingkah laku pekerja
c. Jenis-Jenis Hazard
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jeni bahaya
maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan
bahaya keselamatan kerja. Bahaya Kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk, kimia,
biologi dan bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan
kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja, pemajanan terjadi pada waktu
lama dan pada konsentrasi rendah, Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada
keselamatan manusia yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak
safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.
Bahaya keselamatan
(Safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera, kebakaran, dan segala kondisi
yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja.

Jenis-jenis safety hazard, antara lain :

1) Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak
yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores,
terbentur, dan lain-lain.
2) Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
3) Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat yang
mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.

Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan manusia.Bahaya


Keselamatan kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, bahaya berkaitan dengan
ergonomi, psikososial, elektrik, berdampak pada keselamatan kerja, misalnya cedera,
kebakaran, ledekan, pemajanan terjadi pada waktu singkat.

1) Hazard fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya listrik,
temperatur ekstrim, kelembaban, kebisingan, kebisingan, radiasi, pencahayaan,
getaran, dan lain-lain.
2) Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan
kimia.Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut, simen,
getah sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptik, aerosol, insektisida, dan lain-lain..
Bahan-bahan kimia tersebut merbahaya dan perlu diambil langkah - langkah
keselamatan apabila mengendalinya.
3) Hazard biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang berada
di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, tanaman, burung, binatang yang dapat
menginfeksi atau memberikan reaksi negative kepada manusia.
4) Hazard psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis
maupun organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi
dampak pada aspek fisik dan mental pekrja. Seperti misalnya pola kerja yang tak
beraturan, waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang melebihi
kapasitas mental, tugas yang tidak berfariasi, suasana lingkungan kerja yang
terpisah atau terlalu ramai dll sebagainya
5) Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain desain
tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat melakukan
aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan yang berulang-ulang
6) Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak
atau bersifat mekanis. Contoh : mesin-mesin pemotong, bahaya getaran.

d. Pengendalian Bahaya
1) Eliminasi/penghilangan
2) Substansi/mengganti material yang lebih aman
3) Minimalisasi/pengurangan jumlah material yang digunakan
4) Enginering/disain/baik pada sumber, pemajanan, pemisahan jarak waktu,
pemisahan lokasi pekerja dengan pekerjaan
5) Administrasi : perubahan proses, rotasi kerja
6) Pelatihan
7) Pemberian alat pelindung diri/ APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk
mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini disarankan hanya
digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya. Dengan
demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif.

3. Faktor Resiko Hazard Di Tempat Kerja


Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya
serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin,
alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya. Istilah hazard atau
potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan
cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja
atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering
disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya,
asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik. Ditempat kerja,
kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh (effendi, Ferry.
2009: 233)

4. Risiko
Kata risiko (Risk) berasal dari bahasa Arab yaitu Rizk yang berarti pemberian.
Menurut kamus Webster, risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian cedera,
keadaan yang merugikan atau perusakan (Risk is Possibility of loss,
injury,disadventage or destruction). MenurutInternational Labour Organization
(ILO), risiko adalah kemungkinan adanya peristiwa atau kecelakaan yang tidak
diharapkan dan dapat terjadi dalam waktu dan keadaan tertentu.
Sumber lain menyatakan bahwa risiko adalah adalah ukuran kemungkinan
kerugian yang timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi, dengan
kata lain risiko adalah probabilitas kerusakan atau kerugian dari hazard yang
melekat pada spesifik individu atau kelompok yang terpapar oleh hazard tersebut.
Risiko merupakan akumulasi dari potensi hazard, konsekuensi yang
diakibatkannya, durasi pemaparan dan probabilitas yang ditimbulkannya. Risiko
merupakan gambaran kuantitatif dari kemungkinan kerugian yang
mempertimbangkan kemungkinan suatu hazard yang akan mengakibatkan suatu
peristiwa tersebut (DOE, USA, 1996). Menurut Kolluru (1996).
Ada 5 macam tipe risiko, yaitu :
a. Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan
konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung terlihat
efeknya. Penyebab risiko keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus
pada keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di tempat kerja.
b. Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan konsekuensi
rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit diketahui serta
lebih berfokus pada kesehatan manusia.
c. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara
populasi, komunitas. Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada dampak
yang ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.
d. Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari
kerugian properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian
asuransi. Fokus risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan
aspek keuangan.
e. Risiko Terhadap Masyarakat
Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat terhadap
kinerja organisasi dan produksi, semua hal pada risiko terhadap masyarakat
terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.
5. Manajemen Risiko
Menurut AS/NZS 4360 : 2004 manajemen risiko adalah suatu kumpulan dari
berbagai tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mengelola risiko – risiko
keselamatan dan kesehatan dalam suatu aktivitas kegiatan.
Manfaat dilakukannya manajemen risiko adalah (AS/NZS 4360 : 2004) :
a. Mengurangi kejadian yang tidak dapat terduga
b. Mencari kesempatan atau peluang
c. Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektifitas
d. Meningkatkan keuntungan ekonomis dan efisiensi
e. Meningkatkan informasi sebagai masukan sebagai proses pengambilan
keputusan
f. Meningkatkan reputasi organisasi atau perusahaan
g. Sebagai komitmen direksi untuk melindungi pekerja
h. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan akuntabilitas, kepercayaan, dan
governance.
i. Meningkatkan kesejahteraan kesehatan personal dan pekerja lainnya.

6. Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik, harus
dapat memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang dilakukan
dengan standar yang digunakan dan dengan tahap-tahap berikutnya.
Manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses.
Manajemen risiko adalah bagian dari proses kegiatan didalam organisasi dan
pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar belakang, manajemen
risiko adalah proses yang berjalan terus menerus. Elemen utama dari proses
manajemen risiko:
a. Penetapan tujuan; Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup
manajemen risiko yang akan dilakukan.
b. Identifkasi risiko; Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.
c. Analisis risiko; Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan
konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada
dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).
d. Evaluasi risiko; Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria
standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat
tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka
risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin
hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.
e. Pengendalian risiko; Melakukan penurunan derajat probabilitas dan
konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa
dengan transfer risiko, dan lain-lain.
f. Monitor dan Review; Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen
risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu
dilakukan.
g. Komunikasi dan konsultasi; Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil
keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen
risiko yang dilakukan.

7. Tahapan proses manajemen risiko (AS/NZS 4360 : 2004), yaitu :


a. Penetapan ruang lingkup
Menetapkan tujuan, kebijakan, strategi penerapan, metode atau cara pelaksanaan
manajemen risiko, serta pencapaian yang ditargetkan oleh perusahaan.
b. Identifikasi risiko
Melakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola, mencari tahu jenis
hazard apa saja yang mungkin menimbulkan risiko, bagaimana dan mengapa
risiko tersebut muncul.
c. Analisis risiko
Melakukan estimasi risiko dengan mengkombinasikan faktor probabilitas atau
likelihood dan konsekuensi, dengan mempertimbangkan upaya pengendalian
risiko yang telah dilakukan.
d. Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam proses analisis risiko dengan
kriteria evaluasi yang digunakan, menentukan apakah suatu risiko dapat
diterima atau tidak.

8. Pengendalian risiko
Melakukan penanganan atau pengendalian terhadap risiko, terutama risiko dengan
tingkat tinggi dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi
a. Monitoring dan review
Melakukan pemantauan dan pengkajian utama terhadap tingkat risiko, serta
efektifitas program, penanganan risiko yang telah dilakukan agar selanjutnya
dapat ditentukan tindakan koreksi dan perbaikan yang perlu dilakukan.
b. Komunikasi dan konsultasi
Melakukan komunikasi dua arah antara pihak manajemen dan pekerja untuk
mendapatkan masukan mengenai implementasi pengelolaan risiko di tempat
kerja guna perbaikan system pengelolaan risiko tersebut.

9. Penerapan Keperawatan Kesehatan Kerja


Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat diperinci sebagai berikut
(Rachman. 1990):
Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat
Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.
a. Fungsi Dan Tugas Perawat Dalam K3
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
adalah sebagai berikut (Effendy, Nasrul. 1998):
- Fungsi perawat
- Mengkaji masalah kesehatan
- Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
- Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
- Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan
- Tugas perawat
- Mengawasi lingkungan pekerja
- Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
- Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
- Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
- Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di
rumah kepada
- pekerja dan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
- Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja
- Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
- Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan
keluarganya
- Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
- Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

10. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap
Implementasi Asuhan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di
harapkan (Gordon, 1994, dalam potter dan perry, 1997 )
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.
Contoh upaya mencegah Hazard dan Risiko Implementasi Keperawatan :
- membantu dalam aktifitas sehari-hari
- konseling
- memberikan asuhan keperawatan langsung.
- Kompensasi untun reaksi yang merugikan.
- Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien utnuk
prosedur.
- Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan menggevaluasi kerja dari anggota
staf lain.
- Tiga prinsip pedoman implementasi asuhan keperawatan :

- Mempertahankan keamanan klien


- Memberikan asuhan yang efektif
- Memberikan asuhan yang seefisien mungkin

11. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Sama Secara Umum


Upaya pencegahan keccelakaan kerja melalui pengendalian bahaya yang di
tempat kerja yaitu dengan pemantauan dan pengendalian kondisi tidak aman di
tempat kerja.
Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan pengawasan
pelatihan dan pendidikan,konseling dan konsultasi,pengembangan sumber daya
atau teknologi terhadap tenaga kerja tentang penerapan k3.
Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui system manajemen prosedur
dan aturan k3, penyediaan sarana dan prasarana k3 dan pendukungnya,
penghargaan dan sanksi terhadap penerapan k3 di tempat kerja.

Terdapat Juga Beberapa Upaya Pencegahan Lain,Antara Lain :

Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna,terdiri dari pelayanan


promotif,prefentif,kuratif dan rehabilitative yang di laksanakan dalam suau system
yang terpadu.
Contoh Kasus

“Seorang perawat RSUD Gunung Jati Positif Difteri”

Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, kota Cirebon, diketahui positf


difteri pasca menangani pasien yang menderita penyakit yang sama.

CIREBON – seorang perawat di RSUD Gunung Jati,kota Cirebon, diketahui


positif difteri pasca menangani pasien difteri. Berdasarkan informasi,
perawat tersebut diduga tertular pasca menangani dan melakukan tindakan
awal pada pasien positif difteri tersebut, perawat terkena diffteri berinisal Ru
dan bertugas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Gunung Jati. Ru
diketahui merupakan perawat pertama difteri yang masuk rumah sakit
tersebut.

Analisa Kasus 1

Hazard yang ada di kasus :

Hazard biologis yaitu perawat tertular penyakit difteri dari pasien pasca
menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri.

Upaya pencegahan kasus 1

Upaya pencegahan dari rumah sakit /tempat kerja

RS menyediakan APD yang lengkap sepeti masker, handskoon, dan scout


dll.

Alasan : meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit / infeksi yang


dapat terjadi terutama saat bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai
perlindungan diri dengan kasus di atas dapat di hindari jika perawat
menggunakan APD lengkap mengingat cara penularan difteri melalui
terpaparnya cairan ke pasien.
Menyediakan sarana untuk mencui tangan atau alkohol gliserin untuk
perawat.

Alasan : cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah
terlanjur terpapar cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak
menularkan. Cuci tangan merupakan tindakan aseptic awalawal sebelum ke
pasien maupun setelah ke pasien.

RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.

Alasan : bila sampah medis dan non medis tercampur dan di kelola dengan
baik akan menimbulkan penyebaran penyakit.

RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan.

Alasan : agar petugas/perawat menjaga konsisten dan tingkat kinerja


petugas/perawat atau timdalam organisasi atau unit kerja, sebagai acuan (
chek list ) dalam pelaksanaan kegiaan tertentu bagi sesama pekerja.
Supervisor dan lain-lain dan SOP merupakan salah satu cara atau parameter
dalam meningkatkan mutu pelayanan.

Upaya pecegahan pada perawat :

Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic seperti


mencuci tangan, memakai APD, dan menggunakan alat kesehatan dalam
keadaan

Alasan : agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani
meskipun pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS.

Perawat mematuhi standar Operatinal Prosedure yang sudah ada RS dan


berhati-hati atau jangan berburu-buru dalam melakukan tindakan.

Alasan : meskipun pasien di ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat
sebaiknya lebih berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan
tindakan ke pasien dan perawat menciptakan dan menjaga keselamatan
tempat kerja supaya dalam tindakan perawat terhindar dari tertularnya
penyakit dari pasien dan pasien juga merasa aman.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu program didasari
pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya
(hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-
kerugian lainya yang mungkin terjadi. Hazardadalah sesuatu yang menimbulkan
kerugian, kerugian ini meliputi pada gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya
waktu kerja, kerusakan pada property, area atau tempat kerja, produk atau
lingkungan, kerugian pada proses produksi ataupun kerusakan – kerusakan lainnya.
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis bahaya maka
jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya
keselamatan kerja
Sedangkan Resiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang timbul
dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi. Menurut Kolluru (1996) ada 5
macam tipe risiko, yaitu: risiko keselamatan, risiko kesehatan, risiko lingkungan dan
ekologi, risiko finansial, danrisiko terhadap masyarakat.

2. Saran
Saat melakukan proses keperawatan, perawat harus benar-benar
memperhatikan hazard dan resiko yang kemungkinan terjadi. Hal ini bertujuan untuk
mencegah dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja, seperti terinfeksi penyakit,
mendapatkan kekerasan fisik/verbal saat mengkaji pasien, dan mendapatkan
informasi yang tidak sesuai dari pasien. Salah satu cara untuk menghindari dan
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, maka disarankan untuk menggunakan APD
yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Risiko Dan Hazard Kasus Pengkajian. Diaksses pada tanggal 2
November 2018. (akses: https://www.scribd.com/doc/312057056/Risiko-
Dan-Hazard-Kasus-Pengkajian)
Anonim. 2015. Asuhan Keperawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Diaksses
pada tanggal 2 November 2018 (akses:
https://www.scribd.com/doc/134878219/Asuhan-Keperawatan-
Kesehatan-Dan-Keselamatan-Kerja-k3
Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatn Pasien Rumah Sakit(patient safety),
2 edn, Bakti Husada,Jakarta

Harrington, J.M.2003. Buku Saku Kesehatan Kerja-Ed. 3. Jakarta: EGC


sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com

Undang-Undang No. 1 Tahun 2007 Tntang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Yahya, A. 2009, Integrasikan Kegiatan Manajemen Risiko. Workshop Keselamatan


Pasien dan Manajemen Risiko Klinis. PERSI:KKP-RS
https://ansharbonassifa.wordpress.com/2013/09/03identifikasi-resiko-keselamatan-
pasin-patient- safety-di-rumah-sakit/amp/

Anda mungkin juga menyukai