Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Membedakan Berbagai Resiko Dan Hazard K3 Pada Tahap Implementasi
Asuhan Keperawatan”.
Banyak pihak yang telah turut memberikan motivasi dan bantuan serta
bimbingan yang penulis terima selama proses penulisan makalah ini..
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi penulis khususnya maupun pembaca pada umumnya,amiin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan
Bertitik tolak dari rumusan masalah diatas, rumusan tujuan yang dapat kami
simpulkan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui factor hazard dan resiko di tempat kerja.
2. Untuk mengetahui cara mengendalikan Hazard.
3. Untuk mengetahui Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard.
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam K3.
5. Untuk mengetahui upaya pencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada
tahap implementasi asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Dasar Teori
a. Pengertian K3
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah ilmu terapan yang bersifat multi
disiplin, bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.
Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai
bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada
kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.
Pengertian K3 menurut undang-undang No.1 tahun 1970 (1) adalah upaya dan
pemikiran dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani
manusia pada umumnya dan pekerja pada khususnya serta hasil karya budaya 12
dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila
Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal
2, Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani,
maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun
penyakit umum. Selain pendapat diatas, ada beberapa ahli yang mendefinisikan
tentang kesehatan yaitu Parkins (1938) mendefinisikan bahwa kesehatan adalah
suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai
faktor yang berusaha mempengaruhinya. Hal yang sama diutarakan oleh sedangkan
Pepkin’s (1978)menguraikan bahwa sehat adalah suatu keadaan keseimbangan
yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian,
sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar. Sedangkan menurut White (1977)
menjelaskan bahwa sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu
diperiksa tidak mempunyai keluhan apapun atau tidak ada tanda – tanda suatu
penyakit dan kelainan.Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatain
karena pekerja adalah penggerak atau aset perusahaan konstruksi. Jadi kondisi fisik
harus maksimal dan sehat agar tidak mengganggu proses kerja seperti pernyataan
ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial
yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan
kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh 11kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan
sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
jabatannya.Suma’mur (1976) memberikan definisi kesehatan kerja sebagai :
“Spesialisasidalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan
agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi- tingginya,
baik fisik atau mental maupun sosial dengan kesehatan yang diakibatkan faktor-
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit
umum”.Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani,
rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan
kerja maupun penyakit umum. Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan,
keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan
bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun
1960, Bab I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan
jasmani, rohani, dan kemasyarakatan (Slamet, 2012). Mia (2011) menyatakan
bahwa kesehatan kerja disamping mempelajari faktorfaktor pada pekerjaan yang
dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat kerja (occupational
disease) maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya (work-related
disease) juga berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan
untuk pencegahannya, bahkan berupaya juga dalam meningkatkan kesehatan
(health promotion) pada manusia pekerja tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu
proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta
benda, serta gangguan lingkungan. OHSAS 18001:2007 mendefinisikan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi
atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja
kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja. Dari definisi
keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan
bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu program yang menjamin
keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerjaMangkunegara (2002)
menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusiapada umumnya, hasil
karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri .Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan
satu upaya pelindungan yang diajukan kepada semua potensi yang dapat
menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang
ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber
produksi dapat digunakan secara aman dan efisien (Suma’mur, 2006). Menurut
Ridley (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000), mengartikan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman
baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Sama halnya dengan Jackson (1999),
menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada
kondisikondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan
tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost)
perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang
yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang (Prasetyo,
2009).Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan
Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan
penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan
pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar
terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi
penyediaan APD, perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi.
Dalam K3 juga dikenal istilah Kesehatan Kerja, yaitu : suatu ilmu yang
penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan Penyakit Akibat Kerja meliputi pemeriksaan kesehatan,
pengobatan dan pemberian makan dan minum bergizi.
Istilah lainnya adalah Ergonomy yang merupakan keilmuan dan aplikasinya
dalam hal sistem dan desain kerja, keserasian manusia dan pekerjaannya,
pencegahan kelelahan guna tercapainya pelakasanaan pekerjaan secara baik.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sarana utama untuk mencegah
kecelakaan kerja, baik kecelakaan yang mengakibatkan kerugian yang bersifat
langsung ataupun tidak langsung. Adapun kecelakaan yang bersifat langsung dapat
berupa luka ringan (memar, lecet, pendarahan ringan dan lain-lain) ataupun luka
berat (luka tebuka, putus jari, pendarahan berat dan lain-lain) dan kematian
sedangkan kerugian yang bersifat tidak langsung dapat berupa kerusakan mesin,
proses produksi terhenti, kerusakan pada lingkungan dan biaya yang cukup besar
yang harus dikeluarkan perusahaan akibat dari kecelakaan kerja.
b. Subdisiplin/Cabang Keilmuan
Menurut Joint Committee of OHS dari ILO dan WHO bahwa subkeilmuan besar
dari K3 adalah :
1) Kesehatan Kerja (occupational Health) : kedokteran kerja, toksikologi
industri, epid, kesehatan kerja, promosi kesehatan kerja
2) Keselamatan Kerja (safety) : savety enginering, risk management, public
safetu dll
3) Sub disiplin ilmu dari K3 yang menggunakan kedua keilmuan besar
tersebut adalah ergonomi dan ilmu perilaku.
Tapi dalam pelaksaannya banyak ditemui habatan dalam penerapan K3 dalam dunia
pekerja, hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu :
b. Komponen Bahaya
1) Karakteristik material
2) Bentuk material
3) Hubungan pemajanan dan efek
4) Jalannnya pemajanan dari proses individu
5) Kondisi dan frekuensi penggunaan
6) Tingkah laku pekerja
c. Jenis-Jenis Hazard
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jeni bahaya
maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan
bahaya keselamatan kerja. Bahaya Kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk, kimia,
biologi dan bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan
kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja, pemajanan terjadi pada waktu
lama dan pada konsentrasi rendah, Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada
keselamatan manusia yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak
safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.
Bahaya keselamatan
(Safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera, kebakaran, dan segala kondisi
yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja.
1) Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak
yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores,
terbentur, dan lain-lain.
2) Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
3) Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat yang
mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.
1) Hazard fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya listrik,
temperatur ekstrim, kelembaban, kebisingan, kebisingan, radiasi, pencahayaan,
getaran, dan lain-lain.
2) Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan
kimia.Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut, simen,
getah sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptik, aerosol, insektisida, dan lain-lain..
Bahan-bahan kimia tersebut merbahaya dan perlu diambil langkah - langkah
keselamatan apabila mengendalinya.
3) Hazard biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang berada
di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, tanaman, burung, binatang yang dapat
menginfeksi atau memberikan reaksi negative kepada manusia.
4) Hazard psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis
maupun organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi
dampak pada aspek fisik dan mental pekrja. Seperti misalnya pola kerja yang tak
beraturan, waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang melebihi
kapasitas mental, tugas yang tidak berfariasi, suasana lingkungan kerja yang
terpisah atau terlalu ramai dll sebagainya
5) Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain desain
tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat melakukan
aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan yang berulang-ulang
6) Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak
atau bersifat mekanis. Contoh : mesin-mesin pemotong, bahaya getaran.
d. Pengendalian Bahaya
1) Eliminasi/penghilangan
2) Substansi/mengganti material yang lebih aman
3) Minimalisasi/pengurangan jumlah material yang digunakan
4) Enginering/disain/baik pada sumber, pemajanan, pemisahan jarak waktu,
pemisahan lokasi pekerja dengan pekerjaan
5) Administrasi : perubahan proses, rotasi kerja
6) Pelatihan
7) Pemberian alat pelindung diri/ APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk
mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini disarankan hanya
digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya. Dengan
demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif.
4. Risiko
Kata risiko (Risk) berasal dari bahasa Arab yaitu Rizk yang berarti pemberian.
Menurut kamus Webster, risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian cedera,
keadaan yang merugikan atau perusakan (Risk is Possibility of loss,
injury,disadventage or destruction). MenurutInternational Labour Organization
(ILO), risiko adalah kemungkinan adanya peristiwa atau kecelakaan yang tidak
diharapkan dan dapat terjadi dalam waktu dan keadaan tertentu.
Sumber lain menyatakan bahwa risiko adalah adalah ukuran kemungkinan
kerugian yang timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi, dengan
kata lain risiko adalah probabilitas kerusakan atau kerugian dari hazard yang
melekat pada spesifik individu atau kelompok yang terpapar oleh hazard tersebut.
Risiko merupakan akumulasi dari potensi hazard, konsekuensi yang
diakibatkannya, durasi pemaparan dan probabilitas yang ditimbulkannya. Risiko
merupakan gambaran kuantitatif dari kemungkinan kerugian yang
mempertimbangkan kemungkinan suatu hazard yang akan mengakibatkan suatu
peristiwa tersebut (DOE, USA, 1996). Menurut Kolluru (1996).
Ada 5 macam tipe risiko, yaitu :
a. Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan
konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung terlihat
efeknya. Penyebab risiko keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus
pada keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di tempat kerja.
b. Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan konsekuensi
rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit diketahui serta
lebih berfokus pada kesehatan manusia.
c. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara
populasi, komunitas. Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada dampak
yang ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.
d. Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari
kerugian properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian
asuransi. Fokus risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan
aspek keuangan.
e. Risiko Terhadap Masyarakat
Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat terhadap
kinerja organisasi dan produksi, semua hal pada risiko terhadap masyarakat
terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.
5. Manajemen Risiko
Menurut AS/NZS 4360 : 2004 manajemen risiko adalah suatu kumpulan dari
berbagai tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mengelola risiko – risiko
keselamatan dan kesehatan dalam suatu aktivitas kegiatan.
Manfaat dilakukannya manajemen risiko adalah (AS/NZS 4360 : 2004) :
a. Mengurangi kejadian yang tidak dapat terduga
b. Mencari kesempatan atau peluang
c. Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektifitas
d. Meningkatkan keuntungan ekonomis dan efisiensi
e. Meningkatkan informasi sebagai masukan sebagai proses pengambilan
keputusan
f. Meningkatkan reputasi organisasi atau perusahaan
g. Sebagai komitmen direksi untuk melindungi pekerja
h. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan akuntabilitas, kepercayaan, dan
governance.
i. Meningkatkan kesejahteraan kesehatan personal dan pekerja lainnya.
6. Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik, harus
dapat memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang dilakukan
dengan standar yang digunakan dan dengan tahap-tahap berikutnya.
Manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses.
Manajemen risiko adalah bagian dari proses kegiatan didalam organisasi dan
pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar belakang, manajemen
risiko adalah proses yang berjalan terus menerus. Elemen utama dari proses
manajemen risiko:
a. Penetapan tujuan; Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup
manajemen risiko yang akan dilakukan.
b. Identifkasi risiko; Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.
c. Analisis risiko; Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan
konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada
dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).
d. Evaluasi risiko; Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria
standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat
tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka
risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin
hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.
e. Pengendalian risiko; Melakukan penurunan derajat probabilitas dan
konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa
dengan transfer risiko, dan lain-lain.
f. Monitor dan Review; Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen
risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu
dilakukan.
g. Komunikasi dan konsultasi; Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil
keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen
risiko yang dilakukan.
8. Pengendalian risiko
Melakukan penanganan atau pengendalian terhadap risiko, terutama risiko dengan
tingkat tinggi dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi
a. Monitoring dan review
Melakukan pemantauan dan pengkajian utama terhadap tingkat risiko, serta
efektifitas program, penanganan risiko yang telah dilakukan agar selanjutnya
dapat ditentukan tindakan koreksi dan perbaikan yang perlu dilakukan.
b. Komunikasi dan konsultasi
Melakukan komunikasi dua arah antara pihak manajemen dan pekerja untuk
mendapatkan masukan mengenai implementasi pengelolaan risiko di tempat
kerja guna perbaikan system pengelolaan risiko tersebut.
10. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap
Implementasi Asuhan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di
harapkan (Gordon, 1994, dalam potter dan perry, 1997 )
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.
Contoh upaya mencegah Hazard dan Risiko Implementasi Keperawatan :
- membantu dalam aktifitas sehari-hari
- konseling
- memberikan asuhan keperawatan langsung.
- Kompensasi untun reaksi yang merugikan.
- Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien utnuk
prosedur.
- Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan menggevaluasi kerja dari anggota
staf lain.
- Tiga prinsip pedoman implementasi asuhan keperawatan :
Analisa Kasus 1
Hazard biologis yaitu perawat tertular penyakit difteri dari pasien pasca
menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri.
Alasan : cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah
terlanjur terpapar cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak
menularkan. Cuci tangan merupakan tindakan aseptic awalawal sebelum ke
pasien maupun setelah ke pasien.
Alasan : bila sampah medis dan non medis tercampur dan di kelola dengan
baik akan menimbulkan penyebaran penyakit.
Alasan : agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani
meskipun pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS.
Alasan : meskipun pasien di ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat
sebaiknya lebih berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan
tindakan ke pasien dan perawat menciptakan dan menjaga keselamatan
tempat kerja supaya dalam tindakan perawat terhindar dari tertularnya
penyakit dari pasien dan pasien juga merasa aman.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu program didasari
pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya
(hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-
kerugian lainya yang mungkin terjadi. Hazardadalah sesuatu yang menimbulkan
kerugian, kerugian ini meliputi pada gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya
waktu kerja, kerusakan pada property, area atau tempat kerja, produk atau
lingkungan, kerugian pada proses produksi ataupun kerusakan – kerusakan lainnya.
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis bahaya maka
jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya
keselamatan kerja
Sedangkan Resiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang timbul
dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi. Menurut Kolluru (1996) ada 5
macam tipe risiko, yaitu: risiko keselamatan, risiko kesehatan, risiko lingkungan dan
ekologi, risiko finansial, danrisiko terhadap masyarakat.
2. Saran
Saat melakukan proses keperawatan, perawat harus benar-benar
memperhatikan hazard dan resiko yang kemungkinan terjadi. Hal ini bertujuan untuk
mencegah dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja, seperti terinfeksi penyakit,
mendapatkan kekerasan fisik/verbal saat mengkaji pasien, dan mendapatkan
informasi yang tidak sesuai dari pasien. Salah satu cara untuk menghindari dan
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, maka disarankan untuk menggunakan APD
yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Risiko Dan Hazard Kasus Pengkajian. Diaksses pada tanggal 2
November 2018. (akses: https://www.scribd.com/doc/312057056/Risiko-
Dan-Hazard-Kasus-Pengkajian)
Anonim. 2015. Asuhan Keperawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Diaksses
pada tanggal 2 November 2018 (akses:
https://www.scribd.com/doc/134878219/Asuhan-Keperawatan-
Kesehatan-Dan-Keselamatan-Kerja-k3
Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatn Pasien Rumah Sakit(patient safety),
2 edn, Bakti Husada,Jakarta