Penggusuran, adalah momok bagi para pedagang kaki lima dimana saja. Di
berbagai tempat peristiwa ini sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Tidak
terkecuali di sebuah pasar kecil yang berada di pinggir jalan besar, tempat
dimana mbok Sumi biasa menjajakan pakaiannya.
ADEGAN 1 :
Pagi hari itu, tidak seperti biasanya pasar kecil yang ada dipinggiran jalan besar
nampak sepi, hanya beberapa pedagang yang datang dan mulai menggelar
dagangannya. Mbok Sumi menata kain dan pakaian di atas selembar alas. Bu
Badriyah pedagang tas kresek baru saja datang dengan senyum yang memelas
menyapa seluruh rekan-rekannya.
Bu Badriyah : Heh, mbok Sum, katanya hari ini mau ada penggusuran, hiya to?
Saya jadi bingung mau jualan apa tidak, gimana ini mbok Sum?
Mbok Sumi : Lho…sampeyan itu, ……….baru datang kok ngasih kabar yang nggak
sedep, saya sendiri ya nggak tau. Udah jualan saja, paling itu hanya isu saja.
Tidak usah digubris.
Mbok Surti : Lha iya to,…. kalau kita nggak jualan, ….dari mana…. kita mau dapat
makan, apalagi anak-anak sudah pada minta uang sekolah. Kemarin saya liat di TV
itu, mau dapat zakat 30 ribu, eh bukannya uang yang didapat, malah nyawanya
yang melayang, kasian betul ya…
Mbok Roro : Betul,…. betul, nanti kalo satpolnya jadi kesini, yaaa.. biar kita lawan
bersama..seenaknya saja nggusuri rakyat jelata macam kita. Sudah jangan takut,
kalo perlu kita demo, ke..mana itu, ke kantor KPU ya.
Mbok Sulis : Ngawur, mbok Roro itu, kalo mau demo ya ke kantor pemerintahaan
sambil kita bawa tulisan-tulisan, spanduk terus kalo ngomong pake itu lo
halo-halo…
Ditengah asiknya pembicaraan mengenai penggusuran diantara pedagang kaki
lima tersebut, muncul seorang yang perlente, berpakaian necis, melontarkan
senyuman yang penuh sensasi kearah para bakul. Tangan kirinyanya menenteng
tas kulit kecil, sedang tangan kanannya memegang handphone merk Novia
keluaran terbaru. Rupanya orang yang bMas Tugino, pegawai kantor kecamatan
yang mendapat tugas untuk melihat dan memonitoring situasi pasar menjelang
eksekusi penggusuran.
Melihat para pedagang yang lagi pada bingung, senyum mas Tugino semakin
mengembang, lalu dalam sekejap, timbul sebuah ide cemerlang yang menurutnya
bisa mendatangkan rejeki, he..he..he…
ADEGAN 2 :
Mas Tugino kemudian mendatangi mbok Sumi yang masih terheran-heran
melihat penampilan machonya. Dengan genitnya Ia menyapa mesra Ibu-ibu
pedagang Kaki lima tersebut.
Mas Tugino : Halo ibu-ibu yang cantik-cantik, yang menor-menor, yang
seksi-seksi dan tentunya.. juga yang….. imut-imut,…. gitu loooh…Dari tadi saya
perhatikan kok adanya ribuuut melulu, kayak mau ada apa gitu,.. oh ya
sebelumnya, he..he.. kenalkan dulu…...saya Mas Tugino, pejabat pemerintah
yang,….. akan …menampung keluh kesah dan curahan hati dari para ibu-ibu
pedagang sekalian. Bagaimana Ibu-ibu?
Mbok Sumi : Betul.. sampean pejabat pemerintahan? Kok… mencurigakan sekali,
datang nggak diundang,…. pulang nggak diantar?.... Mau memanfaatkan
kesempatan dalam kesempitan ya…?
Mas Tugino : Aduh.. Ibu ini, jangan curiga dulu, ..itu tidak baik, saya kesini justru
mau membantu, mau menolong, mau mencarikan jalan keluar..gitu loh..percaya
saja sama saya, saya dengar katanya mau,..mau…. ada penggusuran to…aduh
jangan don’t worry bu…saya ini yang…. akan menyelesaikan masalah tanpa
masalah, gitu aja kok repot…
Mbok Roro : Tapi saya kok masih ndak percaya kalau, kalau sampeyan itu, orang
pemerintahan,.. tampangnya saja…. kayak bokong panci gitu..kok.. ngaku-ngakunya
mau menolong…
Mbok Surti : Lha hiya to, sudah sana pergi saja,.. kami ini lagi sumpek,….. Orang
yang di atas itu,. bisanya…….cuma menindas kaum yang lemah tak berdaya ini,
padahal dulu yang milih merekakan juga kami-kami ini.
Tugino, yang disinyalir bekerja pada pemerintahan kecamatan mencoba
meredam isu penggusuran tersebut. Dengan janji yang semanis madu, Ia
menjamin penggusuran tidak akan terjadi apabila mbok Sumi dan kawan-kawanya
memberikan sejumlah angpao padanya.
. Katanya sih, semua aparat yang ada dikota itu adalah teman akrab yang dapat
disuap-suap gitu loh. Jadi tenang sajalah, tidak ada penggusuran hari ini, entah
besok, hi..hi..hi…. Setelah menerima angpao yang cukup lumayan sekali dari para
bakul, Ia ngeloyor pergi sambil sesekali mengipas-ngipas angpao pada wajahnya
yang penuh jerawat.
. Malang tak dapat ditolak, bagai hantu pocong di siang hari bolong, para satpol
praja p among, eh pamong praja tiba-tiba saja sudah berada dipasar kecil tempat
mbok Sumi menggelar dagangannya. Tanpa ba bi bu, seluruh dagangan yang ada
dipinggir jalan dirampas, ditendang, dibuang. Dengan penuh beringas para satpol
pamongpraja mengobrak-abrik pasar kecil itu. Para bakul dan pedagang berteriak
tak karuan memaki dan mencaci orang-orang yang berseragam gelap dan
bersepatu bot tersebut.
Namun apa daya….Bu Badriyah, mbok Sumi dan lain-lainya tak kuasa melawan,
mereka lantas hanya bisa terduduk lemas, air matanya berlinang, napasnya sesak,
seluruh dagangannya amblas dirampas mahluk-mahluk yang tak punya belas
kasihan. Oh..nasib…
Para pedagang itupun pulang, tanpa membawa uang…
ADEGAN 4 :
Mas Tugino dan dua orang satpol PP, tampak tengah berkumpul sambil tertawa
gembira.
Mas Tugino : Ha..ha..ha..hei broer, hari ini kita dapat angpao besar, kita kaya
raya broer. Ha..ha..ha..Ini bagianmu…Kamu.. dua juta, dan kamu…. juga dua juta,
sisanya ada, ada10 juta, saya 4 juta, yang 6 juta buat bos, gimana okey….
Satpol PP1 : Anu,…... tambah lagi dong bos, kerja kita kan susah, mana mukaku
Kena cakar simbok-simbok tadi..liat nih bos, tangan saya juga kena gigit…saya
takutnya kena infeksi bos…..
Satpol PP2 : Iya bos, kurang ini bos, begini saja,…. bagian pak camat …..kurangi
saja satu juta, jadi…. nanti setornya 5 juta saja, ntar……… biar saya bilang…wah
pak camat, dapatnya cuma segini….gimana bos…oke?
Mas Tugino : Dipikir-pikir, encer juga otak lu. Oke deh, nih saya tambah satu
juta lagi, bagi dua ya….
Sesaat ketika mereka sudah mencapai musyawarah untuk mufakat, dari jauh
tampak pak Camat datang dengan hati yang riang. Ketiga orang itu buru-buru
menyambut pak Camat dengan segala hormat yang dibuat-buat.
Mas Tugino : Selamat sore pak Camat, ini kami sebenarnya mau ke rumah bapak,
eh tak dinyana ketemu disini, ya kebetulan, sekalian saya mau setor pak…Ini pak
ada five million….mohon diterima….
Pak Camat : Ya..ya..bakus… bakus, (maksudnya bagus, bukan salah ketik), kamu
memang anak buah yang dapat diandalkan. Oke saya terima…trus… kamu-kamu
sudah dapat bagian to?
Serempak ketiganya menjawab : He..he..sudah pak Cam, tapi ya cuma untuk bisa
beli rokok. He..he..he..
Pak Camat : Ya itu juga harus disyukuri,iya kan. O ya, besok pasar yang sebelah
terminal itu juga menunggu giliran lo…kamu siap kan. Kalau berhasil ada bonus
besar menanti kalian…gimana..
Satpol PP : Siap pak, beres…..Besok…bapak tinggal terima kabar yang sangat…
menggembirakan dari kami, bukan begitu mas Tug?
Mas Tugino : Betul broer….seperti biasa,… besok saya survey dulu,…. baru kalian
beraksi…he..he..bukan begitu pak Cam?
Pak Camat : Terserah bagaimana baiknya deh, oke saya pulang dulu ya….dari
tadi istri saya miscall terus..selamat bekerja semoga sukses….
Para satpol dan mas Tugino berjalan pulang dengan hati yang berbunga-bunga.
Sampai di pertigaan jalan merekapun berpisah menuju rumah masing-masing.
Namun rupanya sesuatu yang tidak diharapkan sedang menunggu mas Tugino,
ditengah perjalanan Ia dicegat para ibu-ibu pedagang kaki lima yang tadi pagi
baru mengalami penggusuran. Para pedagang itu rupanya sudah mengetahui akal
bulus mas Tugino. Merekapun segera melampiaskan amarah dan dendam kepada
mas Tugino. Mas Tugino babak belur dihajar para ibu-ibu pedagang kaki lima,
uangnya dirampas sebagai ganti rugi dari peristiwa penggusuran yang dialami oleh
para pedagang kaki lima.