Anda di halaman 1dari 16

LATAR BELAKANG

. Pendidikan Psikologi adalah bidang ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip psikologi


dalam proses belajar dan mengajar. Psikologi adalah suatu ilmu yang berfokus pada
tingkah laku dan pemikran. Psikologi mempelajari tingkah laku manusia dan pemikiran
melalui metode keilmuan yang bergantung pada konsekuansi,akurasi,ketelitian,dan
metode pengukuran objektif. Pendekatan keilmuannya menggunakan prosedur dan
design penelitian yang berusaha menyeleksi secara subyektif,bias, dan faktorandem yang
mungkin mempengaruhi hasil nyata atau kesegnifikanan suatu penelitian

Psikologi olahraga adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam konteks
prestasi atau kompetisi dan pikiran dan perasaan yang berkaitan dengan perilaku.
Psikolog olahraga berkembang sebagai suatu disiplin akademis pada tahun 1970 hal
tersebut dipandang sebagai 2 hal yaitu APPLIED PSYCHOLOGY yang mana prinsip-prinsip
psikologi diterapkan pada olahraga dan aktifitas fisik, sebaai suatu sub displin ilmu
keolahragaan yang membutuhkan pengetahuan tentang sub displin ilmu lainnya ( sport
science), seperti pesikologi latihan,biomekanika dan masih banyak lagi teori dan konsep
beserta pengukurannya. Sub disiplin tersebut berfokus mempelajari olahraga dan
akktifitas fisik sebai suatu cara untuk memahami teori psikologi dan prinsip pesikologi
terapan, berfokus pada observasi,explorasi,dan memprediksi atau meramalkan perilaku
dalam konteks olahraga.

Psikologi olahraga sebagai psikologi terapan. Maksudnya adalah ilmu psikologi yang
diterapkan pada olahraga yang mana isinya tentang untuk mendeskripsikan,menjelaskan
dan memrediksikan prestasi dan penampilan dalam olahraga. Psikologi olahraga
merangkum konsep dan hal penting yang mendasar seperti motifasi,arausol,level,
skillakuisi,umpan balik,reinforcemen,antisipasi,persiapan psikologis,perhatian,tingkah
laku,kesehatan emosi,dan manajemen stress.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian psikologi Pendidikan ?
2. Apa hubungan antara psikologi dengan Pendidikan ?
3. Bagaimana sejarah para tokoh – tokoh psikologi Pendidikan ?
4. Apa kontribusi psikologi Pendidikan bagi teori dan praktek Pendidikan ?
5. Apa saja metode-metode dalam psikologi Pendidikan ?
B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian pengertian psikologi Pendidikan.
2. Mengetahui hubungan psikologi dengan Pendidikan.
3. Mengetahui sejarah para tokoh-tokoh psikologi Pendidikan.
4. Mengetahui kontri bisi psikologi Pendidikan bagi teori dan praktek Pendidikan.
5. Mengetahui metode-metode dalam psikologi Pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian psikologi Pendidikan


Psikologi olahraga adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam konteks prestasi atau
kompetisi dan pikiran dan perasaan yang berkaitan dengan perilaku. Psikolog olahraga
berkembang sebagai suatu disiplin akademis pada tahun 1970 hal tersebut dipandang sebagai 2
hal yaitu APPLIED PSYCHOLOGY yang mana prinsip-prinsip psikologi diterapkan pada olahraga
dan aktifitas fisik, sebaai suatu sub displin ilmu keolahragaan yang membutuhkan pengetahuan
tentang sub displin ilmu lainnya ( sport science), seperti pesikologi latihan,biomekanika dan
masih banyak lagi teori dan konsep beserta pengukurannya. Sub disiplin tersebut berfokus
mempelajari olahraga dan akktifitas fisik sebai suatu cara untuk memahami teori psikologi dan
prinsip pesikologi terapan, berfokus pada observasi,explorasi,dan memprediksi atau meramalkan
perilaku dalam konteks olahraga.

Psikologi olahraga sebagai psikologi terapan. Maksudnya adalah ilmu psikologi yang diterapkan
pada olahraga yang mana isinya tentang untuk mendeskripsikan,menjelaskan dan
memrediksikan prestasi dan penampilan dalam olahraga. Psikologi olahraga merangkum konsep
dan hal penting yang mendasar seperti motifasi,arausol,level, skillakuisi,umpan
balik,reinforcemen,antisipasi,persiapan psikologis,perhatian,tingkah laku,kesehatan emosi,dan
manajemen stress.

B. Hubungan antara psikologi dengan Pendidikan


psikologi dan ilmu pendidikan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Mengapa? Karena
keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin bertujuan
memberikan bimbingan hidup manusia sejak ia lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan
berhasil dengan baik bilamana tidak berdasarkan kepada psikologi perkembangan. Demikian
pula watak dan kepdibadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Karena begitu eratnya
tugas antara psikologi dan ilmu pendidikan, kemudian lahirlah suatu subdisiplin psikologi
pendidikan (educational psychology).

Reber. (1988) menyebut psikologi pendidikan sebagai subdisipllin ilmu psikologi yang berkaitan
dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut:

1. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.

2. Pengembangan dan pembaruan kurikulum.

3. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.

4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi dengan pendayagunaan ranah kognitif.

5. Penyelenggaraan pendidikan keguruan.

Dengan batasan atau pengertian di atas, Rober tampaknya menganggap bahwa psikologi pendidikan
masuk dalam subdisiplin psikologi terapan (applicable). Meskipun demikian, menurut Witherington
(1991:12-13), psikologi pendidikan tidak dapat hanya dianggap sebagai psikologi yang dipraktikkan
saja. Psikologi pendidikan, katanya, adalah studi suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai hak hidup
sendiri. Memang benar bahwa aspek-aspek tertentu dari psikologi pendidikan nyata-nyata bersifat
kefilsafatan, tetapi sebagai suatu ilmu pengetahuan, sebagai sctence, psikologi pendidikan telah
memiliki:

1. Susunan prinsip atau kebenaran dasar tersendiri,

2. Fakta-fakta yang bersifat objektif dan dapat diperiksa kebenarannya,

3. Teknik-teknik yang berguna untuk melakukan penyelidikan atau “research”nya sendiri,


termasuk dalam hal ini adalah alat-alat pengukur dan penilai yang sampai batas-batas
tertentu dapat dipertanggungjawabkan ketepatannya.

Diantara alat-alat pengukur dan alat penilai ini, terhadap tes tentang hasil perkembangan jiwa anak
dan tes tentang hasil belajar anak. Kedua tes ini lazim disusun dengan sangat hati-hati. Di
laboratorium, misalnya, untuk mengetahui ada atau tidaknya kesalahan mekanis dalam kebiasaan
membaca anak-anak, diadakan pemotretan terhadap geraan mata anak-anak pada waktu membaca
dengan mempergunakan ophthalmograph. Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
mengembangkan suara yang menyenangkan dan untuk memperoleh pemilihan kata-kata yang tepat
pada waktu berbicara, diadakan perekaman terhadap latihan-latihan bercakap yang dilakukan.

Jadi, meskipun psikologi pendidikan cenderung dianggap oleh banyak kelangan atau para ahli
psikologi, termasuk ahli psikologi pendidikan sendiri, sebagai subdisiplin psikologi yang bersifat
terapan atau psikis, bukan teoritis, cabang psikologi ini dipandang telah memiliki konsep, teori, dan
metode sendiri, sehingga mestinya tidak lagi dianggap subdisiplin, tetapi disiplin (cabang ilmu) yang
berdiri sendiri.
Sumber: Buku Psikologi Umum. Drs. Alex Sobur, M. Si.
C. Sejarah para tokoh – tokoh psikologi Pendidikan

1. WILLIAM JAMES (1842-1910)

Memberikan serangkaian kuliah bertajuk “ talks to teachers”. Dalam kuliah ini ia mendiskusikan aplikasi
psikologi untuk mendidik anak. Ia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar di
kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah stu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik
yang sedikit lebih tinggi diatas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk
memperluas cakrawala pemikiran anak.

2. John Dewey ( 1859-1952)

Beberapa kajian yang darinya adalah pertama, kita mendapatkan pandangan tentang anak sebagai
pembelajar aktif ( active learning), di mana anak bukan pasif duduk diam menerima pelerajan tetapi juga
aktif agar proses belajar anak akan lebih baik. Pendidikan harus difokuskan pada anak secara
keseluruhan dan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey percaya bahwa
anak seharusnya tidak mendapatkan pelajaran akademik saja,tetapi juga harus mempelajari cara untuk
berfikir dan beradaptasi dengan lingkunga luar sekolah, seperti mampu untuk memecahkan masalah
dengan baik. Ketiga, ia berpendapat bahwa semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang
selayaknya, mulai dari kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, semua golongan etnis, sampai pada
semua lapisan ekonomi-sosial.
3. EL. Thorndike (1874-1949)

Berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang palig penting adalah menanamkan
keahlian penalaran anak. Thorndike sangat ahli dalam melakukan studi belajar dan mengajar secara
ilmiah. Thorndike mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus
berfokus pada pengukuran.

4. Carl R. Rogers

Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang yang menekankan perlunya sikap saling menghargai
dan tanpa prasangka (antara klien dan therapist) dalam membantu individu mengatasi masalah –
masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan
yang di hadapinya dan tgas therapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar.
Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para therapist bukanlah hal yang penting
dalam melakukan treatment kepada klien. Lebih khusus dalam bidang pendidikan, rogers mengutarakan
pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang humanistic, yang meliputi hasrat untk belajar, belajar yang
berarti, belajar tapa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan ( Rumini , dkk.
1993). Adapun penjelasan masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a. Hasrat untuk
belajar Hal ini terbukti engan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan untuk
mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan
humaistik. Di dalam kelas humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan
dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang pentinga dan
berarti tentang dunia di sekitarnya. b. Blajar yang berarti Belajar akan mempunyai arti atau makna
apabila apa yang relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya anak akan belajar dengan cepat
apabila yang di pelajari mempunyai arti baginya. c. Belajar tanpa ancaman Belajar mudah dilakukan dan
hasilnya dapat disimpan dengan baik apabla berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses
belajar akan berjalan lancer manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba
pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kealahan tanpa mendapat kecaman yang
biasanya menyinggung perasaan. d. Belajar atas inisiatif sendiri Belajar akan paling bermakna apabila hal
itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pemikiran si pelajar. Mampu memilih
arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid
untuk “ belajar bagaimana cara belajar” ( to learn how to learn). Tidaklah perlu diragukan bahwa
menguasai dahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih penting daripada memperoleh kecakapan
untuk mencari sumber, merumuskan asalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil. Belajar
atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik pada proses maupun hasil belajar. e. Belajar dan
perubahan Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers ialah bahwa belajar yang paling bermanfaat
ialah belajar tentang proses belajar. Mengenai fakta-fakta dan gagasan-gaagasan yang statis.

5. Wilhelm wundt (1832-1920)

Study wundt tentang emosi dan feelings menghasilkan pembagian kutub-kutub emosi ke dalam tiga
dimensi: a. Pleasant vs unpleasant b. High vs low arousal c. Concentrated vs relaxed attention Teori ini
dikenal sebagai the three dimensional theory namun bersifat kontroversial. Ide tentang abnormalitas
kesadaran dari wundt dibangun melalui diskusi-diskusi dengan para psikiater terkenal masa itu,
kretschmer dan kreapelin. Ide Wundt tentang schizophrenic adalah hilangnya kontrol appersepsi dan
kontrol dalam proses atensi. Fokus studi wundt dapat dilihat melalui dua karya besarnya, principles of
physiological psychology dan voelkerpsychologie. Principles of physiological psychology, dalam karya ini
Wundt memfokuskan dalam hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan, emosi, dan abnormalitas
kesadaran. Hasil eksperimen tentang ingatan akan simple ideas menghasilkan jumlah ide sederhana yang
dapat disimpan dalam ingatan manusia yang bersifat selektif. Konsep penting yang muncul adalah
apperception, suatu bentuk operasi mental yang mensintesiskan elemen mental menjadi satu kesatuan
utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan judgement.

6. Sigmund freud (1856-1939)

Pada tahun 1900, Freud menerbitkan sebuah buku yang menjadi tonggak lahirnya aliran psikologi
psikoanalisa. Buku tersebut berjudul interpretation of dreams yang masih di kenal sampai hari ini. Dalam
buku ini freud memperkenalkan yang disebut “ Unconse Ious Mind” (alam ketidaksadaran). Selama
periode 1901-1905 dia menerbitkan beberapa buku, tiga diantaranya adalah The Psychopathology Of
Everyday Life (1901), Three Essays On Sexuality(1905), Dan Jokes And Their Relation To The Unconscious
(1905). Pada tahun 1905 ia mengejutkan dunia teori perkembangan psikoseksual ( Theory Of
Psychosexual Development) yang mengatakan bahwa seksualitas adalah factor pendorong terkuat untuk
melakukan sesuatu dan bahwa masa balita pun anak-anak mengalami ketretarikan dan kebutuhan
seksual. Beberapa komponen teory freud yang sangat terkenal adalah: a. The Oedipal Complex, dimana
anak menjadi tertarik pada ibunya dan mencoba mengidentifikasi diri seperti sang ayahnya demi
mendapatkan perhatian ibu. b. Konsep Id, Ego, Dan Superego c. Mekanisme pertahanan diri ( Ego
Defense Mechanisms) Istilah psikonalisa yang dikemukakan freud sebenarnya memiliki bebrapa makna
yaitu: 1. Sebagai salah satu teori kepribadian dan psikopatologi, 2. Sebuah metode terapi untuk
gangguan-gangguan kepribadian, dan 3. Suatu teknik untuk menginvestigasi pikian-pikiran dan perasaan-
perasaan individu yang tidak disadari oleh individu itu sendiri.

7. Emil kraepelin (1856-1926)

Jika klarifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat diidentivikasikan maka asal usul dan penyebab
penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti. Kraepelin menjadi terkenal terutama karena
penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Ia membagi psikosis dalam dua
golongan utama yaitu dementia praecox dan psikosis manie-depresif. Dementia praecox merupakan
gejala penyakit awal dari penyakit kejiwaan yang disebut schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai
tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain
menggunakan test psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu test yang
diciptakannya di kenal dengan nama test Kraepelin. Test tersebut banyak digunakan oleh para sarjana
psikologi Indonesia pada era tahun 1980an.

8. Alfred binet (1857-1911)


Hasil karya terbesar Alfred Bined di bidang psikologi adalah apa yang sekarang ini dikenal dengan
Intelligence Quotient atau IQ. Sebagai anggota komisi investigasi masalah-masalah pendidikan di
perancis, Alfred Binet mengembangkan sebuah test untuk mengukur usia mental (The Mental Age atau
MA) anak-anak yang akan masuk sekolah. Usia mental tersebut merujuk pada kemampuan mental anak
pada saat ditest dibandingkan pada anak-anak lain di usia yang berbeda. Dengan kata lain, jika seorang
anak dapat menyelesaikan suatu test atau memberikan respons secara tepat terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang diperuntukkan bagi anak berusia 8 (delapan) tahun maka ia dikatakan telah memiliki
usia mental 8 (delapan) tahun. Test yang dikembangkan oleh binet merupakan test intelegensi yang
pertama, meskipun kemudian konsep usia mental mengalami revisi sebanyak dua kali sebelum dijadikan
dasar dalam test IQ. Tiga tahun setelah Binet wafat, seorang psikolog jerman, Williem Stern,
mengusulkan bahwa dengan membagi usia mental anak dengan usia Kronologocal (Chronological Age
atau CA), maka akan lebih memudahkan untuk memahami apa yang dimaksud “Intelligence Quetiont”.
Rumus ini kemudian direvisi oleh lewis terman dari Stanford University, yang mengembangkan test untuk
orang-orang amerika. Lewis mengalikan formula yang dikembangkan stern dengan angka 100.
Perhitungan statistik inilah yang kemudianmenjadi definisi atau rumus untuk menentukan intellegensi
seseorang: IQ MA/CA*100. Test IQ inilah yang dikemudian hari dinamai Stanford binet intelligence test
yang masih sangat popular sampai dengan hari ini.

9. Henry A. murray (1893-1988)

Henry A.Murray berpendapat bahwa kepribadian akan dapat lebih mudah dipahami dengan cara
menyelidiki alam ketidaksadaran seseorang (Unconscious Mind). Peranan murray di bidang psikologi
adalah dalam bidang diagnose kepribadian dan teory kepribadian. Hasil karya terbesarnya yang sangat
terkenal adalah teknik evaluasi kepribadian dengan metode proyeksi yang disebut dengan “ Thematic
Apperception Test (TAT)”. Test TAT ini terdiri dari beberapa buah gambar yang setiap gambar
mencerminkan suatu situasi dengan suasana tertentu. Gambar-gambar ini satu per satu ditunjukkan
kepada orang yang diperiksa dan orang itu diminta untuk menyampaikan pendapatnya atau kesannya
terhadap gambar tersebut. Secara teoritis dikatakan bahwa orang yang melihat gambar-gambar dalam
test itu akan memproyeksikan isi kepribadianya dalam cerita-ceritanya.

10. Jean piaget (1896-1980)

Piaget adalah seorang tokoh yang amat penting dalam bidang psikologi perkembangan. Teori-teorinya
dalam psikologi perkembangan yang mengutamakan unsure kesadaran (kognitif) masih dianut oleh
banyak oranbg sampai hari ini. Teori-teori, metode-metode dan bidang-bidang penelitian yang
dilakukanpiaget dianggap sangat orisinil, tidak sekedar melanjutkan hal-hal yang sudah terlebih dahulu
ditemukan orang lain. Selama masa jabatannya sebagai professor di bidang psikologi anak, piaget banyak
melakukan penelitian tentang Genetic epistemology ( ilmu pengetahuan tentang genetic). Ketertarikan
piaget untuk menyelidiki peran genetic dan perkembangan anak. Akhirnya menghasilkan suatu maha
karya yang dikenal dengan nama theory of cognitive development (teory perkembangan kognitif). Dalam
teori perkembangan kognitif, piaget mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam
mencapai tingkatan perkembangan proses berfikir formal. Teory ini tidak hanya diterima secara luas
dalam bidang psikologi tetapi juga sangat besar pengaruhnya dibidang pendidikan.
https://wasispribadi.blogspot.com/2012/11/tokoh-tokoh-psikologi-pendidikan-1.html

D. Kontribusi psikologi Pendidikan bagi teori dan praktek Pendidikan

1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama
berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari
berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan
perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan tidak
mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.

Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam
pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik
ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-
karakteristik individu lainnya.

Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode
penyampaiannya.

Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini
adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan
seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
untuk melakukan sesuatu.

Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama
berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2)
pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa

2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran


Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita
mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning,
connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran
lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada
kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses
pembelajaran.

Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang
melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip
dalam belajar, yakni :

1.Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan

2.Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena
dipaksakan oleh orang lain.

3.Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk
mencapai tujuan yang berharga baginya.

4.Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.

5.Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.

6.Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.

7.Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek
emosional, sosial, etis dan sebagainya.

Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.

8.Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan
sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.

9.Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar t.ujuan-tujuan lain.

10Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.

11.Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.

12.Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian

Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa
jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan
perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran
tertentu.

Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi
yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik
untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah
tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti
Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.

Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis,
memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga
pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.

https://psikologi-bidar-rio-ps11.blogspot.com/2012/12/kontribusi-psikologi-terhadap-pendidikan.html

E. metode-metode dalam psikologi Pendidikan

1. Metode Experimental

Yang dimaksud dengan eksperimen dalam ilmu psikologi dapat didefinisikan sebagai
sebuah pengamatan yang dilakukan dengan telitir terhadap gejala-gejala jiwa yang
ditimbulkan secara sengaja. Hal yang dimaksudkan adalah menguji hipotesa
pembuat eksperimen mengenai reaksi individu maupun kelompok di dalam kondisi-
kondisi tertentu. Sehingga tujuan dari contoh metode eksperimen adalah untuk dapat
mengetahui sifat-sifat umum dari gejala kejiwaan. Mulai dari pikiran, kemauan,
perasaan, ingatan, dan lainnya. Kelebihan dari metode eksperimen ini dapat
melakukan pengontrolan dengan ketat kepada faktor-faktor yang memiliki
kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Adapunlangkah-langkah yang digunakan dalam metode penelitian ilmiah ini adalah:

 Adanya masalah atau problem

 Mengumpulkan teori maupun konsep yang berkaitan dengan problem

 Mencari hipotesis

 Diuji dengan cara empiris sesuai dengan data-data yang ada di lapangan

 Menampilkan kesimpulan secara general

Menurut Robert E. Slavin, dalam bukunya yang berjudul Pskologi Pendidikan Teori
dan Praktik, metode eksperimen terbagi menjadi 2, yaitu eksperimen laboraturium
dan eksperimen lapangan acak. Melalui metode eksperimen yang dilakukan, akan
banyak sekali hal-hal dalam pembelajaran yang dapat diteliti dengan baik, hasilnya
dapat memperlancar proses interaksi edukatif saat di dalam kelas.
Aspek-aspek yang dimaksudkan antara lain seperti keefektifan komparatif dalam
metode-metode mengajar yang berbeda satu sama lainnya yang digunakan untuk
dapat mempelajari informasi yang faktual, pengaruh praktek bagian vs praktek
keseluruhan pada belajar ketrampilan, progress sejauh mana transfer belajar
tersebut terjadi, kelas yang optimal, penyusuna kurikulum yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan, baik individu maupun sosial, pengaruh overleaning kepada
ingatan, asas kesiapan saat melakukan tugas dalam proses belajar, dan lainnya.
Studi eksperimen tidak hanya dapat dilakukan di lapangan namun juga dapat
dilakukan dalam suasana kelas.

2. Metode Questionare

Metode ini merupakan rangkaian dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan


topik-topik pada ilmu psikologis, sosial, maupun pendidikan yang mana ditujukan
pada sebuah kelompok individu dengan objek agar mendapatkan data-data dengan
fokus memperhatikan masalah-masalah tertentu dan kadang-kadang juga digunakan
untuk hal-hal yang sifatnya diagnostik ataupun untuk menilai kepribadian.
Keunggulan dari metode ini dalam proses belajar antara lain adalah:

 Tidak memakan banyak biaya

 dengan menggunakan metode ini, akan banyak data yang dapat dikumpulkan
dalam waktu singkat.

3. Metode Klinis

Menurut James Drawer, dalam The Penguin Dictionary of Psychology mengistilahkan


“clinic” sebagai sebuah tempat diagnosa serta pengobatan untuk berbagai gangguan
fisik, kelakuan, dan perkembangan. Sehingga dapat diartikan jika metode klinis
merupakan metode yang digunakan dalam ilmu psikologi untuk menyelidiki secara
teliti sejumlah individu yang mana memiliki gangguan atau kelainan dalam batas
waktu yang cukup lama.

Ada beberapa macam-macam cara yang digunakan dalam metode klinis untuk dapat
menyelesaikan sebuah masalah, antara lain adalah:

 Studi kasus klinis, yang digunakan untuk dapat menyelesaikan masalah selain
masalah kesukaran belajar, gangguan emosional, ataupun masalah kenakalan remaja
yang kemudian dianalisis serta diintepretasikan untuk dapat menemukan penyebab-
penyebab yang memicu permasalahan tersebut.

 Studi kasus perkembangan, digunakan untuk dapat mengetahui bagaimana


perkembangan dari sebuah aspek ke aspek tertentu lainnya. Misalnya saja
bagaimana perkembangan emosi pada anak berusia 6-9 tahun, sehingga nantinya
didapatkan metode pengajaran yang tepat yang tidak akan menimbulkan banyak
kecemasan.

Dalam metode klinis juga menggunakan 2 pendekatan, yaitu:

 Pendekatan longitudinal, yang digunakan dalam jangka waktu yang tertentu


dengan subjek yang sama. Misalnya saja mengamati anak-anak tersebut dalam
waktu 3 tahun dari usia anak6-9 tahun.

 Pendekatan cross-sectional, yang dilakukan dengan menggunakan sampel-


sampel yang mewakilkan dari usia-usia anak yang akan diteliti. Misalnya saja akan
digunakan sekelompok anak-anak berusia 6 tahun untuk dapat mengetahui kondisi
emosi dari anak-anak berusia 6 tahun. Menggunakan sekelompok anak-anak berusia
7 tahun untuk dapat mengetahui kondisi emosional dari anak-anak berusia 7 tahun,
dan seterusnya.

4. Metode Case Study

Metode case study merupakan sebuah catatan mengenai pengalaman seseorang,


mulai dari penyakit yang pernah dialami, lingkungan, pendidikan, perawatan, hingga
fakta-fakta umum yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang berkaitan
dalam sebuah kasus medis. Metode ini dapat memberikan hasil yang baik jika
observasi dan pengambilan data-data dilakukan dengan baik. Dalam melakukan
obeservasi, biasanya akan didata lebih kepada tingkah laku bukannya interpretasi
yang berasal dari kelakuan tersebut.

5. Metode Introspeksi

Metode introspeksi merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan mengamati


ke dalam diri sendiri dan melihat kondisi mental dalam waktu tertentu. Metode ini
digunakan dan dikembangkan di dalam ilmu psikologi yang dilakukan kelompok
strukturaklisme. Kelompok ini mendefinsikan psikologi sebagai sebuah ilmu yang
mempelajari mengenai pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh sadar individu.
Menurut merek, introspeksi digunakan untuk dapat mengetahui proses mental yang
ada di dalam diri seseorang. Mulai dari perasaan, pikiran, dan motif-motif yang ada di
dalam diri seseorang dalam waktu tertentu. Melalui metode ini, individu mengamati
proses mental yang ada, menganalisis dan melaporkan mengenai perasaan yang ada
di dalam dirinya.

6. Metode Ekstropeksi

Metode ekstropeksi merupakan metode yang digunakan untuk mempelajari gejala-


gejala kejiwaan dalam diri seseorang melalui cara mempelajari peristiwa di dalam
jiwa orang lain dan kemudian diteliti secara sistematis. Metode yang dilakukan
secara sengaja dan sistematis yang dilakukan lebih dari satu orang. Arti sengaja
disini merupakan pengamatan dilakukan secara sadar dengan memiliki tujuan yang
jelas. Sedangkan sistematis berarti pengamatan dilakukan dengan terencana dan
menggunakan cara-cara tertentu yang sudah dipersiapkan. Sehingga dnegan kata
lain, pengamatan yang dilakukan dikendalikan dengan cermat dan hati hati lebih dari
satu orang. Itulah mengapa pengamatan ini dikenal sebagai pengamatan yang
objektif.

Melalui metode ini akan didapatkan laporan-laporan tertulis yang menghasilkan


informasi yang lebih objektif, apalagi jika dilakukan oleh orang-orang yang memang
sudah terampil dan terlatih. Studi observasi sudah banyak dilakukan pada hubungan-
hubungan sosial yang ada pada anak-anak dengan kondisi situasi permainan yang
bebas. Penggunaan metode ini dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa kesulitan
belajar pada anak, sehingga didapatkan cara mengatasi anak susah belajar.

7. Metode Proyeksi

Merupakan metode yang mana digunakan pada penelitian pada seorang peserta didik
dengan cara memberikan gambaran-gambaran atau tulisan ataupun bentuk khas
semisal game sehingga nantinya dapat diterjemahkan untuk mengetahui proyeksi
perilaku yang diperlihatkan oleh peserta didik.

8. Metode Genetik

Metode ini juga disebut sebagai metode perkembangan yang mana merupakan teknik
observasi yang dipergunakan untuk dapat meneliti tentang masa pertumbuhan fisik
dan mental seseorang dan kaitannya dengan anaka-naka lainnya serta orang dewasa,
yaitu perkembangan sosialnya. Setelah itu dicatat secara cermat. Pendekatannya
dapat dilakukan dengan menempuh 1-2 pendidikan sekaligus, baik iut cross sectional
dan longitudinal. Perbedaan dari kedua pendekatan ini adalah jika pendekatan cross
sectional digunakan untuk mendapatkan data-data, misalnya saja seperti
pertumbuhan kecerdasan, perasaan anak, hingga gerak anak.

Sedangkan untuk pendekatan longitudinal digunakan seseorang maupun kelompok


mulai dari lahir hingga seterusnya. Sekalipun keduanya akan menghasilkan data-data
yang valid, khususnya yang berkaitan dengan perubahan dalam pertumbuhan pada
umumnya, namun kedua pendekatan ini memiliki kelemahan tersendiri. Terutama
untuk pendekatan longitudinal yang dianggap kurang praktis bahkan terkadang
sangat sulit untuk dilakukan.

9. Metode Tes

Metode lainnya yang digunakan dalam proses belajar adalah metode tes, bahkan
dalam sebuah penelitian yang dilakukan di dunia pendidikan metode ini memang
seringkali digunakan. Dalam metode ini akan diajukan beberapa pertanyaan yang
sudah dirancang untuk harus dijawab oleh peserta didik dan kemudian akan diamati
kondisi psikologisnya. Tes yang dilakukan tentunya dengan menggunakan kaidah-
kaidah tertentu dan biasanya dimanfaatkan untuk kebutuhan yang praktis.

Nah itu tadi beberapa metode-metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar, antara pengajar dan peserta didik. Meskipun satu sama lainnya berbeda,
namun pada dasarnya semua metode tersebut digunakan untuk mendapatkan proses
belajar yang efektif dan efisien. Sehingga tujuan dari proses belajar tersebut dapat
terlaksana dengan baik. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat untuk anda.

https://dosenpsikologi.com/metode-belajar-dalam-psikologi-pendidikan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psikologi olahraga merupakan suatu ilmu psikologi dasar yang diterapkan dibidang olahraga. Ilmu
psikologi olahraga berperan sangat penting dalam menentukan prestasi seorang siswa atau atlet.
Dengan adanya ilmu psikologi olahraga pelatih dapat menerjemahkan tingkah laku siswa atau
atlet binaanya melalui berbagai penelitian yang dibantu oleh psikolog olahraga. Hal ini berguna
untuk memprediksi prestasi yang akan diraih oleh seorang siswa atau atlet. Jika seorang pelatih
atau psikolog olahraga perlu mencari dan membuat solusi dengan cara mengontrol psikologis
siswa atau atletnya dengan berbagai latihan mental.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus
dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih
banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

Daftar Puataka
https://wasispribadi.blogspot.com/2012/11/tokoh-tokoh-psikologi-pendidikan-1.html

https://psikologi-bidar-rio-ps11.blogspot.com/2012/12/kontribusi-psikologi-terhadap-pendidikan.html
https://dosenpsikologi.com/metode-belajar-dalam-psikologi-pendidikan

Sumber: Buku Psikologi Umum. Drs. Alex Sobur, M. Si.

Anda mungkin juga menyukai