Anda di halaman 1dari 4

1

A. Masa Rasulullah saw.


a) Nabi Muhammad saw. mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka. Nabi
mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah
kokohlah persatuan kaum muslimin.
b) Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan
pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
c) Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dalam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa,
yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, baik secara materil maupun moral.
d) Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi
berdasarkan wahyu, yaitu shalat Juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat
berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at.
B. Khulafa Arrasyidin
Misi Pendidikan pada zaman Khulafaur Rasyidin dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Memantapkan dan menguatkan keyakinan dan kepatuhan kepada ajaran Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan cara memahami, menghayati, dan
mengamalkan secara konsisten.
b) Menyediakan sarana, prasarana, dan fasilitas yang memungkinkan terlaksananya ajaran Islam.
c) Menumbuhkan semangat cinta tanah air dan bela negara yang memungkinkan Islam dapat berkembang keseluruh dunia.
d) Melahirkan para kader pemimpin umat, pendidik, dan da’i yang tangguh dalam mewujudkan syi’ar Islam. Upaya ini pada tahap selanjutnya melahirkan para ulama
dari kalangan tabi’in.
C. Umayah
Pada masa ini telah memasuki babak baru, dimana kesetabilan politik telah dirasakan oleh negeri-negeri islam. Oleh karena itu, tidak heran jika perhatian orang-orang
islam sudah mengarah pada masa kebudayaan, ilmu pengetahuan dan peradaban-peradaban baru. Dalam waktu yang sama mereka memberi perhatian besar pada
ilmu bahsa, sastra, dan agama untuk memeliharanya dari pikiran-pikiran luar.
Jadi, pada masa umayyah, dari segi pemikiran pendidikan adalah kelanjutan pemikiran pendidikan pada masa nabi dan masa khulafaurrasyidin. Pemikiran dari luar
sangat terbatas.
Pemikiran pendidikan islam pada masa umayyah tampak dalam bentuk nasehat-nasehat khalifah kepada pendidik anak-anaknya, yang memenuhi buku sastra, yang
menunjukan bagaimana teguhnya mereka berpegang pada tradisi Arab dan Islam. Salah satu nasehat tersebut adalah nasehat Abdul Malik bin Marwan kepada
pendidik anknya, “ hendaklah pendidik mendidik akal, hati, dan jasmani anak-anak.
D. Abbassiyah
a) Tingkat sekolah rendah, yang diberi nama Kuttab Pada permulaan masa Abbasiyah dan abad-abad kemudiannya, bertambah banyak bilangan Kuttab dan para guru
yang mengajar anak-anak. Kuttab biasanya di adakan di luar masjid, tetapi terkadang di adakan puladidalam masjid, karena kekurangan tempat diluar masjid.
Rencana pembelajaran Kuttab umumnya sebagai berikut:
1) Membaca Al-Qur‟an dan menghafalnya
2) Pokok-pokok agama Islam
3) Menulis
4) Kisah (riwayat) orang-orang besar Islam
5) Membaca dan menghafal sya‟ir
2

6) sya‟ir
7) Berhitung
8) Pokok-pokok nahwu dan sharaf.Waktu belajar pada Kuttab
mulai pada pagi hari sabtu dan selesai pada ashar hari kamis, hari jum‟at adalah waktu beristirahat. Selain itu juga ada
waktu untuk beristirahat, sehari pada hari raya Idul Fitri dan tiga hari pada hari raya Idul Adha, terkadang bisa sampai lima hari.
2. Tingkat sekolah menengah, yaitu sambungan pembelajaran dari KuttabRencana pembelajaran tingkat menengah tidak sama di seluruh negara Islam,karena negara
islam pada masa itu telah bercerai antara satu dengan yang lainnya.Umumnya rencana pengajaran itu sebagai berikut:1.
1) Al-Qur‟an
2) Bahasa Arab dan kesastraannya3.
3) Fiqih4.
4) Tafsir5.
5) Hadits6.
6) Nahwu, sharaf, dan balaghoh
E. Turki Utsmani
Sistem pengajaran yang dikebangkan pada Turki Utsmani adalah menghafal matan-matan meskipun murid-murid tidak mengerti maksudnya, seperti
menghafal Matan Al-Jurmiyah, Matan Taqrib, Matan Al-Fiyah, Matan Sultan, dan lain-lain. Murid-murid setelah menghafal matan-matan itu barulah mempelajari
syarahnya. Karena pelajaran itu bertambah berat dan bertambah sulit untuk dihafalkannya. Sistem pengajaran diwilayah ini masih digunakan sampai sekarang. Pada
masa pergerakan yang terakhir, masa pembaharuan pendidikan Islam di Mesir dan Syiria (Tahun 1805 M) telah mulai diadakan perubahan-perubahan di sekolah-
sekolah (Madrasah) sedangkan di Masjid masih mengikuti sistem yang lama.
Dasar-dasar pengajarannya adalah sebagai berikut:
1. Tafsir
2. Hadis
3. Bahasa Arab
4. Bahasa Turki
5. Filsafat
6. Sejarah Kebudayaan Islam
7. Ilmu Bumi

Pengaruh revolusi industri 4.0 dalam pendididkan indonesia


BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Setiap individu menginginkan untuk dapat dipimpin oleh seorang pemimpin yang mampumembimbing dan mengarahkan untuk mencapai tujuan yang lebih baik.
Pemimpin berasaldari kata “pimpin” (dalam bahasa Inggris lead ) berarti bimbing dan tuntun. Dengandemikian di dalamnya ada dua pihak yang terlibat yaitu yang
“dipimpin” dan yang“memimpin”. Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin” (dalam bahasa Inggrisleader ) berarti orang yang menuntun atau yang
membimbing. Secara etimologi pemimpinadalah orang yang mampu mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukantindakan pencapaian tujuan
3

bersama (Surahman, 2015). Pemimpin menurutbusinessdictionary.com adalah Seseorang atau sesuatu yang memegang posisi dominanatau superior dalam
bidangnya, dan mampu melakukan kontrol atau pengaruh tingkat tinggiterhadap orang lain. Dalam artikel yang berjudul Defining Leadership, Bennis dan
Nanus(1985) menggambarkan seorang pemimpin sebagai orang yang melakukan orang untukbertindak, yang mengubah pengikut menjadi pemimpin, dan yang
dapat mengubahpemimpin menjadi agen perubahan. Manz dan Sims (1989) mengatakan pemimpin yangpaling tepat adalah seseorang yang dapat memimpin
orang lain untuk memimpin dirimereka sendiri (Fairholm, 2002). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalahseseorang yang memiliki kemampuan dan
tanggung jawab untuk dapat menuntun,membimbing, mengontrol, dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak menuju sebuahperubahan yang lebih baik.
Seiring perkembangan dan perubahan jaman, terjadi perubahantingkah laku dan perilaku manusia berubah dari masa ke masa (Risdianto, 2019). Hal initurut juga
merubah perkembangan sistem pendidikan di dunia dan di Indonesia padakhususnya (Risdianto, 2019). Sistem pendidikan yang diinginkan adalah sistem
pendidikanyang dapat membawa kearah peradaban manusia yang lebih baik. Untuk mencapai hal initentunya diperlukan sebuah kemampuan seorang pemimpin
yang dapat mewujudkannya.Kita ketahui bahwa perkembangan pendidikan di dunia saat ini tidak lepas dari adanyaperkembangan dari revolusi industri yang terjadi
di dunia, karena secara tidak langsungperubahan tatanan ekonomi turut merubah tatanan pendidikan di suatu negara (Risdianto,2019). Perubahan dunia kini
tengah memasuki era revolusi industri 4.0 di mana teknologiinformasi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia (Dermawan Siahaan, Medriati, &Risdianto,
2019).Sejarah Revolusi industri 4.0 tidak lepas dari tahapan revolusi industri sebelumnya.Revolusi industri dimulai dari 1) Revolusi Industri 1.0 terjadi pada abad ke
18 melaluipenemuan mesin uap, sehingga memungkinkan barang dapat diproduksi secara masal, 2)
2Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke 19-20 melalui penggunaan listrik yang membuatbiaya produksi menjadi murah, 3) Revolusi Industri 3.0 terjadi pada
sekitar tahun 1970anmelalui penggunaan komputerisasi, dan 4) Revolusi Industri 4.0 sendiri terjadi pada sekitartahun 2010an melalui rekayasa intelegensia dan
internet of thing sebagai tulangpunggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin (Prasetyo & Trisyanti, 2018).Revolusi pertama ditandai oleh Kemunculan
mesin uap pada abad ke-18 mampumengakselerasi perekonomian secara drastis dimana dalam jangka waktu dua abad telahmempu meningkatkan penghasilan
perkapita negara-negara di dunia menjadi enam kalilipat. Revolusi industri kedua dikenal sebagai Revolusi Teknologi. Revolusi ini ditandaidengan penggunaan dan
produksi besi dan baja dalam skala besar, meluasnya penggunaantenaga uap, mesin telegraf. Selain itu minyak bumi mulai ditemukan dan digunakan secaraluas dan
periode awal digunakannya listrik. Pada revolusi industri ketiga, industrimanufaktur telah beralih menjadi bisnis digital. Teknologi digital telah menguasai
industrimedia dan ritel. Revolusi industri ketiga mengubah pola relasi dan komunikasi masyarakatkontemporer. Revolusi ini telah mempersingkat jarak dan waktu,
revolusi inimengedepankan sisi real time. Perubahan besar terjadi dalam sektor industri di era revolusiindustri keempat. Revolusi industri 4.0 ini sering juga disebut
sebagai Era Disrupsi, EraInovasi atau juga disebut sebagai Ancaman bagi incumbent (Kasali, 2018). Pada era ini kitabisa melihat bahwa teknologi informasi dan
komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya dihampir lini kehidupan manusia. Pada era ini hampir seluruh model bisnis mengalamiperubahan besar, dari hulu sampai
hilir.Lalu seperti apakah sosok pemimpin yang dibutuhkan di era revolusi industri 4.0 ini?Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam tulisan ini kita akan
mengkaji tentangbagaimana bentuk kepemimpinan seperti apa yang seharusnya dimiliki untukmenyongsong era Revolusi Industri 4.0.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Kepemimpinan Yang diharapkan dalam Dunia pendidikan Indonesia di EraRevolusi Industri 4.0
1.3 Tujuan
Menjelaskan kepemimpinan dalam Dunia Pendidikan Indonesia di Era revolusi Industri 4.0
1.4 Manfaat
Menganalisis potensi tantangan dan peluang kepemimpinan terutama di dunia pendidikandi Era Revolusi 4.0
A. Rumusan pendidikan Islam
Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya, misalnya tentang:
1. Tujuan dan tugas hidup manusia
4

2. Memerhatikan sifat-sifat dasar (nature) manusia


3. Tuntutan masyarakat
4. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam
B. Konsep tentang model dan paradigma pendidikan islam.
1. Dasar pendidikan: pendidikan islam harus mendasarkan teosentris, dengan menjadikan antroposentris sebagai bagian esensial dari konsep teosentris.
2. Tujuan pendidikan; kerja membangun kehidupan duniawiyah melalui pendidikan sebagai perwujudan mengabdi kepadaNya.
3. Konsep manusia; pendidikan islam memandang manusia mempunyai fitrah yang harus dikembangkan, tidak seperti pendidikan sekuler yang memandang manusia
dengan tabularasanya.
4. Nilai; pendidikan islam beorientasi pada Iptek sebagai kebenaran relatif dan Imtaq sebagai kebenaran mutlak.
5. Pendekatan dan metodologi:
Kurikulum pendidikan Islam memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan, kandungan, metode, alat, dan tekniknya.
2. Memiliki keseimbangan antara kandungan kurikulum dari segi ilmu dan seni, kemestian, pengalaman, dan kegiatan pengajaran yang beragam.
3. Memiliki perhatian yang luas dan kandungan yang menyeluruh. Maksudnya ialah aspek pribadi siswa tepat pada sasaran terutama aspek pribadi siswa
yaitu jasmani, akal, dan rohani.
4. Berkecenderungan pada seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan teknik, latihan kejuruan, dan bahasa asing untuk perorangan
maupun bagi mereka yang memiliki kesediaan, bakat, dan keinginan.
5. Keterkaitan kurikulum dengan kesediaan, minat, kemampuan, kebutuhan, dan perbedaan perorangan di antara mereka.[6]

Anda mungkin juga menyukai