Makalah SPI (Agung)
Makalah SPI (Agung)
Disususn Oleh :
Agung Maulana S.
Agus Setiawan
Zulfian Muslim
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL – HIDAYAH BOGOR
Alamat : JL. Raya Dramaga No.29, RT. 03/RW. 02, Margajaya, Kec. Bogor Barat,
Kota Bogor, Jawa Barat 16116
DAFTAR ISI
I
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun
masa depan. Berkaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan
islam pada masa lampau. Namun, kadang kita sebagai umat islam malas untuk melihat
sejarah. Sehingga kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi
kesalahan yang pernah ada dimasa lalu. Disinilah sejarah berfungsi sebagai cerminan
bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari untuk merancang
serta merencanakan matang-matang untuk masa depan yang lebih cemerlang tanpa
tergoyahkan dengan kekuatan apa pun.
Dari sejarah, kita berbicara pada masa Rasulullah, Dimana setelah Nabi wafat
sebagai pemimpin umat islam, Abu Bakar as-sidiq sebagai khalifah untuk
menggantikan Rasulullah pada saat itu,.Khalifah adalah pemimpin yang diangkat
setelah Nabi wafat untuk menggantikan Nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagi
pemimpin agama dan pemerintahan. Pelaksanaan pendidikan islam pada masa khalifah
Abu Bakar ini adalah sama dengan pendidikan islam yang dilaksanakan pada masa Nabi
baik materi maupun lembaga pendidikannya.
Pendidikan Islam bukan sekedar “transfer of knowledge” at aupun “transfer
oftraining“, tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi keimanan
dan kesalehan, suatu sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan. Pendidikan
Islam suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang
sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam.
Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan,
akhlaq, ibadah, kesehatan dan lain sebagainya.
1. Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib
disembah adalah Allah.
2. Pendidikan akhlaq, seperti adab masuk rumah orang,sopan santun
bertetangga,bergaul dalam masyarakat.
3. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat puasa dan haji
Di samping itu, Abu Bakar dikenal mahir dalam ilmu nasab (pengetahuan
mengenai silsilah keturunan). la menguasai dengan baik berbagai nasab kabilah dan
suku-suku arab, bahkan ia juga dapat mengetahui ketinggian dan kerendahan masing-
masing dalam bangsa arab.
Dari kisah keteladanan Abu Bakar terhadap Rasulullah, salah satunya yang dapat
diambil pelajaran adalah ketika Abu Bakar menggantikan rasulullah setelah Rasul wafat
untuk memberi makan yahudi buta yang selalu mecela Rasulullah, dari kisah ini dapat
diambil hikmah bahwa kezaliman dibalas dengan kebaikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan pada masa Abu Bakar?
2. Bagaimana keteladanan Abu Bakar terhadap Rasulullah?
II
BAB II PEMBAHASAN
1
semangat ukhuwah Islamiah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar mendapat penghargaan
yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan
membaiatnya.
Sebagai pemimpin umat islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut khalifah
Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah
saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan
beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal
dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persolan dalam negeri terutama
tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang mau tunduk lagi kepada
pemerintah Madinah. Mereka menganggap, bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi
Muhammad, dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu, mereka menentang
Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat
membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini
dengan apa yang disebut Perang Riddah ( perang melawan kemurtadan ). Khalid bin
AL-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam perang Riddah ini.[1]
Masa khulafaurrasydin sering di sebut pula masa sahabat-sahabat besar yang
berlangsung dari tahun 11-40H yang di dalamnya terdapat orang khalifah yaitu: Abu
Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.Sahabat-sahabat
bertebaran ke berbagai daerah dan di sana mereka menjadi pemimpin sekaligus menjadi
pendidik muslim di tempat masing-masing sehingga pendidikan tidak berpusat di
madrasah saja. Selanjutnya praktek pengelolaan pendidikan pada masa ini dapat
dijelasskan sebagai berikut:
B. Prinsip-Prinsip Pendidikan
1. Pendidikan di arahkan pada mengajarkan isi Al-Qur’an
2. Pendidikan diajarkan dengan menggunakan dialek daerah masing-masing,
sehingga sering timbul perselisihan dalam bacaan Al-Qur’an.
C. Sumber Pendidikan
Sumber pendidikan diambil dari Al-Qur’an, Hadits, Alam sekitar (millu) dan
ijtihad dalam bentuk ijma’ dan Qiyas.
D. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan pada masa khulafaurrasyidin tidak berbeda dengan masa
Nabi saw yaitu:
1. Kuttab sebagai lembaga pendidikan rendah yang di dalamnya mengajarkan
kepada anak-aanak dalam hal baca dan tulis dan sedikit pengetahuan-pengetahuan
agama.
2. Masjid sebagai pusat pendidikan umat islam yang telah mukallaf pada masa
permulaan islam belum terdapat sekolah formil, seperti yang ada pada masa
sekarang.
2
E. Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Abu Bakar As-Sidiq
1. Visi, Misi Dan Tujuan Pendidikan
Visi pendidikan pada masa khalifaur Rasyidin secara ekplisit sulit di jumpai.
Namun dari berbagai fakta dan data yang di temui, visi pendidikan pada masa
Khulafaur Rasyidin masih belum berbeda dengan visi pendidikan pada zaman
Rasulullah saw.
Visi pada zaman khalifah Abu Bakar Sidiq dapat di kemukakan sebagai berikut:
a) Memantapkan dan menguatkan keyakinan dan dan kepatuhan kepada ajaran Islam
yang di bawa oleh Nabi Muhammad saw dengan cara memahami, menghayati,
dan mengamalkan secara konsisten. Usaha ini di perkuat dengan sikap tegas yang
di tujukan oleh Abu Bakar yang memerangi orang-orang yang ingkar atau murtad
terhadap ajaran islam seperti tidak mau membayar zakat, dan mengaku sebagai
Nabi.
b) Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas yang memungkinkan terlaksananya
ajaran agama. Usaha ini di lakukan oleh khulafaurrasyidin dengan mengumpulkan
Al-Qur’an yang berserakan
c) Menumbuhkan semangat cinta tanah air dan bela negara yang memungkinkan
Islam dapat berkembang di seluruh dunia. Upaya ini dilakukan antara lain dengan
memperluas wilayah dakwah islam selain ke jazirah Arabia juga ke Irak, dan ke
Syiria
d) Melahirkan para kader pemimpin umat, pendidik dan da’i yang tangguh dalam
mewujudkan syi’ar islam, upaya yang di lakukan antara lain seperti halaqoh
kajian terhadap Al-Qur’an, Al-Hdits, hukum Islam,dan fatwa. Upaya ini pada
tahap selanjutnya melahirkan para ulama dari kalangan tabi’in.
Lahirnya visi, misi, dan tujuan pendidikan di zaman khulafaurrasyidin seperti itu
tidak terlepas dari situasi sosial dan politik yang terjadi di wilayah kekuasaan islam
pada saat itu, khususnya di Mekah dan Madinah. Sebagaimana diketahui bahwa pada
zaman khulafaurrasyidin pusat pemerintahan berada di Madinah, yang penduduknya
terdiri dari latar belakang agama, sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan, dan
lainnya yang berbeda.
Keadaan masyarakat Madinah yang demikian itulah yang mempengaruhi lahirnya
visi, misi, dan tujuan pendidikan sebagaimana tersebut di atas. Namun demikian, latar
belakang tersebut hanya berperan sebagai pemicu lahirnya visi, misi, dan tujuan
tersebut. Adapun ketika visi, misi dan tujuan tersebut lahir di maksudkan untuk
seluruh umat manusia.
2. Metode Pembelajaran
Adapun metode yang di gunakan dalam mengajar selain dengan bentuk halaqah.
Yakni guru duduk di sebelah ruangan masjid kemudian di kelilingi oleh para siswa.
Menyampaikan ajaran kata demi kata dengan artinya kemudian menjelaskan
kandungannya, sementara para siswa menyimak, mencatat, dan mengulanginya apa
yang di kemukakan oleh guru.
3
Az-Zarnuji menuliskan, didalam kitabnya ta’lim-muata’alimmenasehatkan agar
pelajra tidak memilih sendiri mata pelajaran yang akan dipelajarinya, yang terlebih
baik ialah menyerahkan hal itu kepada guru yang telah banyak pengalaman untuk
memilihnya yang sesuai dengan si murid.
ِإ ََّّل ا أبتِغَا َء َوجأ ِه َر ِب ِه. َو َما ِْل َ َح ٍد ِع أندَهُ ِم أن نِ أع َم ٍة تُجأ زَ ٰى. الَّذِي يُؤأ تِي َمالَهُ يَت َزَ َّك ٰى.سيُ َجنَّبُ َها أاْلَتأقَى
َ َو
ض ٰى
َ ف َي أر
َ س أوَ َ َول.أاْل َ أعلَ ٰى
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, Yang
menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, Padahal tidak ada
seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, Tetapi (dia
memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi.
Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan” (QS. Al Lail: 17-21)
Para ulama, di antaranya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di ketika
menafsirkan ayat ini beliau berkata, sebab turun ayat ini adalah berkaitan dengan Abu
Bakar ash-Shiddiq (Tafsir as-Sa’di, Hal: 886).
Keempat, orang-orang musyrik menyifati Abu Bakar sebagaimana Khadijah
menyifati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Bakar adalah salah seorang
sahabat yang diperintahkan Rasulullah untuk berhijrah ke negeri Habasyah. Meskipun
Abu Bakar lebih senang berada di sisi Rasulullah, namun Rasulullah mengkhawatirkan
keselematan Abu Bakar karena kabilahnya termasuk kabilah yang lemah, tidak mampu
melindunginya dari ancaman orang-orang kafir Quraisy.
4
Dalam perjalanan menuju Habasyah, saat sampai di suatu wilayah yang bernama
Barku al-Ghumad, Abu Bakar berjumpa dengan seseorang yang dikenal dengan Ibnu
Dughnah yang kemudian menanyakan perihal tentangnya. Lalu Ibnu Dughnah
mengajaka Abu Bakar kembali ke Mekah dan ia berkata kepada kafir Quraisy, “Apakah
kalian mengusir orang yang suka menghilangkan beban orang-orang miskin,
menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu, dan
selalu menolong di jalan kebenaran?” (Riwayat Bukhari). Sifat yang sama seperti sifat
yang dikatakan Ummul Mukminin Khadijah tatkala menenangkan Rasulullah tatkala
pertama kali menerima wahyu.
Oleh karena itu, tidak heran sampai-sampai Umar bin al-Khattab menyifati
keimanan Abu Bakar dengan permisalan yang sangat luar biasa. Umar mengatakan,
“Seandainya ditimbang iman Abu Bakar dengan iman seluruh penduduk bumi, niscaya
lebih berat iman Abu Bakar.” (as-Sunnah, Jilid 1 hal. 378).
5
2. Berjiwa tenang.
Ketika Rasulullah meninggal dunia, semua orang begitu sedih karena merasa
kehilangan orang yang sangat dicintai. Bahkan Umar bin Khattab sangat marah dan
menghunuskan pedang ketika ada orang yang memberi kabar bahwa Rasululllah
meninggal. Namun tidak demikian dengan Abu Bakar, dia menampakkan
kepasrahannya, dia menerima dengan ikhlas atas meninggalnya Rasulullah.
3. Suka bermusyawarah
Sebagai seorang pemimpin Abu Bakar jauh dari sifat otoriter. Dia selalu
memutuskan persoalan yang dihadapi umat Islam dengan jalan musyawarah. Hal ini
bisa dilihat ketika Abu Bakar jatuh sakit dan merasa ajalnya sudah dekat. Dia
memanggil para tokoh Islam dari berbagai suku untuk diajak musyawarah menentukan
siapa pengganti khalifah setelah dia meninggal. Meskipun pada akhirnya Abu Bakar
menunjuk sendiri Umar bin Khattab sebagai penggantinya namun dia tetap
menawarkannya kepada para sahabat yang lain.
4. Setia
Saat Rasulullah berturut-turut ditinggal wafat oleh orang-orang yang
disayanginya, Abu Bakar adalah orang yang pandai menghibur Rasulullah. Abu Bakar
juga selalu mendampingi dakwah Rasulullah, baik dalam keadaan bahagia maupun
bahaya. Ketika Nabi mendapatkan perlawanan dari kaum kafir Quraisy, Abu Bakar
selalu membela Rasulullah, bahkan beberapa kali Abu Bakar berhasil menghentikan
perbuatan orang kafir Quraisy yang akan membunuh Rasulullah. Kesetiaan Abu Bakar
terhadap Rasulullah juga dibuktikan ketika Abu Bakar mendampingi Rasulullah saat
hijrah ke Madinah. Padahal kejaran kaum kafir Quraisy adalah bahaya yang
mengancam ketika itu, namun Abu Bakar telah membuktikan kesetiaannya untuk
menemani Rasulullah sampai di Madinah.
6
Abu Bakar kepada Rasulullah membuatnya lebih mengutamakan Rasulullah daripada
harta, anak, istri, bahkan dirinya sendiri.
Kedua, Menangis Saat Membaca Alquran.Abu Bakar adalah seorang laki-laki
yang amat lembut hatinya sehingga tatkala membaca Alquran, matanya senantiasa
berurai air mata. Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit menjelang
wafatnya, beliau memerintahkan Abu Bakar agar mengimami kaum muslimin. Lalu
Aisyah mengomentari hal itu, “Sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang yang sangat
lembut, apabila ia membaca Alquran, ia tak mampu menahan tangisnya”. Aisyah
khawatir kalau hal itu mengganggu para jamaah. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam tetap memerintahkan agar Abu Bakar mengimami kaum muslimin. Karena
bacaan Alqurannya pula, orang-orang kafir Quraisy mengeluh kepada Ibnu Dhughnah
orang yang menjamin Abu Bakar- agar ia meminta Abu Bakar membaca Alquran di
dalam rumahnya saja, tidak di halaman rumah, apalagi di tempat-tempat umum. Mereka
khawatir istri-istri dan anak-anak mereka terpengaruh dengan lantunan ayat suci yang
dibaca oleh Abu Bakar.
Ketiga, Berhati-Hati Terhadap Harta Yang Haram Atau Syubhat.Dikisahkan pula
dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata: “Abu Bakar ash-Shiddiq memiliki budak laki-
laki yang senantiasa mengeluarkan kharraj (setoran untuk majikan) padanya. Abu Bakar
biasa makan dari kharraj itu. Pada suatu hari ia datang dengan sesuatu, yang akhirnya
Abu Bakar makan darinya. Tiba-tiba sang budak berkata, ‘Apakah Anda tahu dari mana
makanan ini?’. Abu Bakar bertanya, ‘Dari mana?’ Ia menjawab, ‘Dulu pada masa
jahiliyah aku pernah menjadi dukun yang menyembuhkan orang. Padahal bukannya aku
pandai berdukun, namun aku hanya menipunya. Lalu si pasien itu menemuiku dan
memberi imbalan buatku. Yang Anda makan saat ini adalah hasil dari upah itu.
Akhirnya Abu Bakar memasukkan tangannya ke dalam mulutnya hingga keluarlah
semua yang ia makan.” (HR.Bukhari).
Hadits dari Anas bin Malik. Ada seseorang yang bertanya pada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk
menghadapinya?”Orang tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk
menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah.
Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata,
َأَ أنتَ َم َع َم أن أَحأ بَبأت
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Anas mengatakan, “Kami tidaklah pernah merasa gembira
sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau
cintai).”Anas pun mengatakan, “Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena
kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
(HR. Bukhari).
7
I. Peralihan Kepemimpinan dari Rasulullah Saw. kepada Abu Bakar
Abu Bakar adalah orang yang paling dekat dengan Nabi dan selalu menemani
Nabi baik di waktu senang atau susah seperti ketika menemani Nabi hijrah, dan selalu
menjadi orang yang pertama kali mempercayai apa yang telah diberitakan Rasulullah
seperti ketika Isra' Mi'raj. Selain itu ia juga adalah salah satu sahabat yang pandai,
cerdas, sabar, rendah hati, ikhlas, dan dermawan s'ehingga setelah Nabi wafat, sahabat
baik Muhajirin dan Ansar membaiat Abu Bakar untuk menjadi khalifah.
Adapun alasan dipilihnya Abu Bakar sebagai khalifah adalah sebagai berikut
1. Abu Bakar lebih tua, otomatis lebih senior.
2. Beliau selalu dekat dengan Rasulullah sehingga mengetahui bagaimana cara
memimpin umat dan negara.
3. Abu Bakar seorang yang dermawan, maka kekayaan yang dimiliki oleh Abu Bakar
dipergunakan untuk perjuangan Islam.
4. Abu Bakar disegani orang-orang kafir Quraisy, karena beliau tegas, keras, tetapi
baik hati.
5. Otaknya cerdas dan mau bekerja keras untuk umat Islam.
Dari masa Rasulullah dan Abu Bakar banyak sekali kejadian yang dapat dijadika
pelajaran, salah satunya kisah ketika Abu Bakar menggantikan Rasulullah memberi
makan dan menyuapi orang yahudi buta. Berikut salah satu kisah keteladanan Abu
Bakar terhadap Nabi Muhammad saw,
“Di sudut pasar madinah al-munawarah seorang pengemis yahudi buta, hari demi
hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "wahai saudaraku jangan
dekati muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila
kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya".
Setiap pagi Rasulullah saw mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa
berkata sepatah kata pun Rasulullah saw menyuapi makanan yang dibawanya kepada
pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang
bernama muhammad.
Rasulullah saw melakukannya setiap hari hingga menjelang beliau saw wafat.
Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan
setiap pagi kepada pengemis yahudi buta itu. Suatu hari Abu Bakar r.a berkunjung ke
rumah anaknya aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah
kekasihku yang belum aku kerjakan", aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya,
"wahai ayahanda engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun
yang belum ayahanda lakukan kecuali satu sunnah saja".
"apakah itu?", tanya Abu Bakar r.a.
Setiap pagi Rasulullah saw selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan
makanan untuk seorang pengemis yahudi buta yang berada di sana", kata aisyah r.ha.
Keesokan harinya Abu Bakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk
diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar r.a mendatangi pengemis itu dan
memberikan makanan itu kepada nya. ketika Abu Bakar r.a. mulai menyuapinya, si
8
pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abu Bakar r.a menjawab, "aku
orang yang biasa". "bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si
pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan
tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu
menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya
setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan
perkataannya. Abu Bakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil
berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku
adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada lagi. ia adalah
Muhammad Rasulullah saw. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar r.a. ia
pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu
menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku
dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia. Pengemis yahudi buta tersebut
akhirnya bersyahadat dihadapan Abu Bakar r.a.”
Nah inilah kisah keteladanan Abu Bakar, dari kisah di atas kita bisa mengambil
hikmah, bahwa setiap perbuatan yg kurang menyenangkan yg kita dapatkan dari orang
lain bukan menjadi alasan bagi kita untuk memusuhi orang tersebut, allah swt
berfirman, secara singkatnya begini, berdakwalah kejalan tuhanmu dengan hikmah dan
nasehat yg baik dan lawanlah mereka yg tidak menyukaimu dengan cara yg baik pula.
Terlepas dari apa martabat hadist dari kisah pengemis yahudi buta dan Nabi muhammad
ini cerita ini hanya sekedar cerita, tujuan dari sebuah cerita adalah untuk di ambil
hikmahnya tidak ada lainnya. Walaupun kisah ini kita dapat dari cerita umat terdahulu.
Selagi sesuai dengan prinsip keuniversalan islam kita bisa menuliskan cerita itu agar di
ambil hikmahnya.
9
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Abu Bakar Al-Sidiq menjadi khalifah melalui pproses pemilihan oleh sejumlah
tokoh Muhajirin dan Anshar yang berkumpul di balai kota Bani Sa’idah,
Madinah.setelah mereka bermusyawarah cukup alot karena masing-masing pihak
menginginkan jabatan khalifah maka akhirnya dengan semangat ukhwah Islamiyah
yang tinggi, Abu Bakar terpilih sebagai khalifah.
Pola pendidikan pada masa Khulafah Abu Bakar Sidiq tidak jauh berbeda dengan
masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran ajaran Islam yang
bersumber pada Alquran dan Hadist Nabi.
Kurikulum yang di gunakan pada zaman Abu Bakar, selain berisi materi pelajaran
yang berkaitan dengan pendidikan keagamaan, isi Al-Qur’an, Al-Hadits, hukum islam,
kemasyarakatan, ketatanegaraan, pertahanan, keamanan, dan kesejahteraan. Pesrta
didiknya di zaman Khalifaurrasyidin terdiri dari masyarakat yang tinggal di Meekah
dan Madinah.Yang menjadi pendidik di zaman khulafaurrasyidin antara lain adalah
Abdullah bin Umar, Abu Hurairah, Ibn Abbas, Siti Aisyah, Anas bin Malik, Zaid bin
Tsabit, Abu Dzar Al-Ghifari. Adapun metode yang di gunakan dalam mengajar selain
dengan bentuk halaqah, dan lembaga pendidikannya yaitu di mesjid, suffah, kuttab dan
rumah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Zuhairi, dkk. 1997. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Abudin, Nata. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Media Group Grafindo.
Yunus, Muhammad. 1989. Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta: PT. Hida Karya
Agung.
Saltut, Syekh Muhammad. 1985. Aqidah dan Syari’at Islam. Jakarta
http://thoriqulmubtadi.blogspot.co.id/2013/11/sistem-pendidikan-pada-masa-
khalifah.html
http://kisahmuslim.com/4515-meneladani-abu-bakar-ash-shiddiq-radhiallahu-
anhu.html
11