Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemikiran terhadap politik Islam berkembang sangat luas, tidak lain karena

berbagai peristiwa penting dimulai sejak zaman Rasulullah hijrah ke Madinah. Di

sana berbagai hubungan sosial dijabarkan oleh Rasulullah, baik menyangkut

kehidupan internal umat muslimin ataupun hubungan antara agama dan suku lain
dalam membangun Madinah. Di madinah terdapat sebuah konstitusi yang menjamin

sebuah perbedaan di antara kaum yabg beragam, agama yang berbeda di sana yaitu

Piagam Madinah.
Masalah Khilafah Islamiyah tidak lagi menjadi isu baru di kalangan umat
manusia. Terutama di negara yang berbentuk plural, misalnya Indonesia. Banyak
masyarakat yang ingin menerapkan konsep Khilafah dan memandang bahwa hanya
dengan khilafah negara menjadi negara yang makmur. Mereka mengatasnamakan
jihad untuk gerakan-gerakannya mewujudkan khilafah di Indonesia ini. Bahwa
seorang muslim diwajibkan untuk berjuang menegakkan agama Allah di bumi yang
juga milik Allah ini. Oleh karena itu, bagaimanakah konsep-konsep khilafah yang
dimaksud, dan masih bisakah khilafah itu diterapkan?
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Bagaimana pengertian Khilafah Islamiyah?
2. Bagaimana Khilafah Islamiyah menurut HT & HTI?
3. Apa dalil-dalil HT & HTI yang dijadikan sebagai landasan tegaknya khilafah
islamiyah!
4. Apakah mungkin konsep Khilafah Islamiyah bisa diterapkan saat ini?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Khilafah Islamiyah

Khilafah berasal dari Bahasa Arab khalafa – yakhlifu – khilāfatan, yang

berarti menggantikan atau menjadi khilafah. Khalafa juga bisa diartikan dengan

kekuasaan atau pemerintahan.


Khilafah Islamiyah sering kali didefinisikan sebagai sistem hukum yang

mengarahkan kualitas hidup dalam masyarakat politik dan organisasi politik menuju

pengejawantahan nilai-nilai Islam.1

Hisbut Tahrir medefinisikan Khilafah Islamiyah sebagai eksistensi politik

praktis yang menerapkan Islam, serta menyebarkannya ke seluruh dunia dengan

dakwah dan jihad.2

Dalam buku “Islam dan Masalah Kenegaraan”, Ahmad Syafii Maarif

menjelaskan bahwa al-Qur'an tidak pernah menyebut-nyebut Negara Islam. Begitu

pula yang dikemukakan oleh Nurcholish Madjid, dia menyimpulkan bahwa tidak ada

Negara Islam.3 Namun mereka tetap bercita-cita mendirikan negara dengan


ketentuan-ketentuan dari agama Islam.

1
Membongkar Proyek Khilafah Ala Hisbut Tahrir di Indonesia (Yogyakarta: LKiS, 2012), h.
18, dikutip dari Qamaruddin Khan, The Political Thought of Ibn Taimiyyah (Islambad: Islamic
Research Institute, t.t.), h. 102.

2
Membongkar Proyek Khilafah, h. 18, dikutip dari Hizb al-Tahrīr, Manhaj Hizb al-Tahrīr fī
al-Tagyīr (T.tp.: Hizb al-Tahrīr, 1989), h. 2.

3
M. Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman (Yogyakarta: UII
Press, 2000), h. 83.

2
Pemimpin dari suatu khilafah yaitu seorang khalifah. Dimana khalifah ini

akan memimpin seluruh dunia Islam.

Khilafah merupakan sebuah pemerintahan Islam yang tidak dibatasi oleh

teritorial sehingga pemerintahan Islam meliputi beraneka ragama suku, bangsa, dan

agama. Menurut Ibnu Khaldun khilafah merupakan kepemimpinan umum bagi

seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakan hukum-hukum syariat Islam dan

memikul dakwah Islam keseluruh dunia.4


Dalam Khazanah pemikiran politik Islam terdapat dua istilah yang memiliki

satu makna, yakni Al Khilafah dan Al Imamah.5 Kata Al Khilafah banyak digunakan

dalam kitab tarikh, sedangkan kata Imamah banyak digunakan dalam kitab fiqh dan

aqidah. Al Juwaini memberi beberapa contoh fungsi yang dijalankan oleh Khilafah,

yakni: menjaga wilayah Islam, mengurusi urusan rakyat, melaksanakan dakwah baik

menggunakan hujjah maupun senjata, mencegah munculnya berbagai penyimpangan

dan kedholiman, memberi keadilan bagi orang-orang yang terdholimi, mengambil

hak dari orang-orang yang menolak untuk menyerahkannya dan membayarkannya

kepada orang-orang yang berhak menerimannya.6

B. Khilafah Islamiah Dalam Pandangan HT (Hizbut Tahrir) & HTI (Hizbut Tahrir
Indonesia)

Dalam konsepsi Hizbut Tahrir, ada beberapa krisis umat Islam yang

membangkitkan gerakannya dalam percaturan dunia politik. Pertama adanya upaya

4
Suyuit Pulungan, Fiqh Siyasah (Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran). Cet. ke-5. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 2002.
5
Khilafah merupakan sinonim dari Imamah, lihat: Ibnu Kholdun, al muqoddimah, h. 151; M.
Dhiyauddin Rais, An Nadhoriyatus Siyasiyyah, h. 18; M Yusuf Musa, Nidhomul Hukmi fil Islam, h.
20.
6
Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah (doktrin dan Pemikiran Politik Islam).
Jakarta: Erlangga. 2008.

3
sebagian umat Islam untuk mengkompromikan beberapa filsafat: Yunani, Cina dan

Persia dengan ajaran Islam, meskipun terdapat perbedaan yang sangat mendasar.

Kedua adanya manipulasi ajaran Islam berupa ide-ide atau hukum yang sebenarnya

tidak berasal dari ajaran Islam. Ketiga adanya serangan politis oleh negara-negara
Barat yang ingin menjajah dan menguasai negara Islam.

Dari beberapa data yang menjadi alasan bagi Hizbut Tahrir untuk mengambil
konklusi, bahwa yang menjadi persoalan fundamen yang di hadapi oleh umat Islam

sejak runtuhnya Khilafah Islamiyyah adalah bagaimana upaya menerapkan sistem

Khilafah dan mengangkat seorang Khalifah yang dibaiat oleh umat Islam untuk

menjalankan pemerintahan yang berlandaskan pada aqidah dan syari’at Islam yaitu
al-Qur’an dan sunnah Rasul.7

Dalam tinjauan filsafat politik, sistem pemerintahan Islam merupakan

antitesis dari demokrasi Barat. Yang demikian karena landasan filosofis demokrasi

Barat adalah kedaulatan rakyat. Dalam pemerintahan demokrasi kekuasaan mutlak

legeslasi mengenai penentuan nilai serta norma perilaku berada ditangan rakyat.

Membuat undang-undang merupakan hak prerogatif mereka, oleh karena itu legeslasi

harus sejalan dengan keinginan rakyat, betapapun kurang baik ditinjau dari segi moral

dan keagamaan. Jika rakyat tidak menyukai aturan hukum tertentu dan meminta agar

dilakukan abrogasi, betapapun adil serta benarnya undang-undang tersebut, maka itu

tetap tidak bisa diterima. Ini tidak akan terjadi dalam khilafah Islam. Dalam

pandangan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) konsepsi agama Islam menolak filsafat

7
Abu Fuad dan Abu Raihan, (ed), Strategi Dakwah Hizbut Tahrir., h. 13.

4
kedaulatan rakyat dan menyandarkan kekuasaan politik pada landasan-landasan
teokrasi dan kekhalifahan manusia.8

Setelah itu menyatukan negeri Islam menjadi satu kekuasaan yaitu, kekuasaan

Khalifah untuk mengemban umat Islam seluruh dunia. Cita-cita Hizbut Tahrir ini

mendapat respon cukup baik oleh sebagian kecil umat Islam. Mereka mendudukung

ide yang demikian, karena melihat kemunduran umat Islam dalam berbagai aspek
kehidupan. Gerakan ini dimungkinkan akan mengeluarkan krisis umat dengan
menjadikan hukum Islam sebagai asas Pemerintahan.

 Sejarah berdirinya Hizbut Tahrir (HT) & Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

Sebelum melangkah lebih lanjut mengenai eksistensi Hizbut Tahrir Indonesia

(HTI), alangkah baiknya jika mengenal Hizbut Tahrir yang berkembang di sejumlah

Negara Arab dan merupakan gerakan yang beskala trasnasional yang berpusat di
Jerusalem Jordania.9

Hizbut Tahrir muncul atas reaksi beberapa orang Islam terhadap dekadensi

pemerintahan umat Islam dijenjang percaturan politik dunia. Pada awalnya Hizbut

Tahrir hanya komunitas kecil yang terdiri dari beberapa ulama yang menjadi figur

primus interperest adalah, Taqiyyuddin an-Nabhani. Gerakan ini mencoba untuk

melakukan berbagai studi, penelitian maupun kajian tentang kahidupan umat Islam

pada masa lampau maupun masa kini. Studi ini dilakukan karena ingin mengetahui

apa yang menjadi penyebab dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh

8
Abu A’la al-Maududi, Sistem Politik Islam alih Bahasa: Adnan Syamini, (Jakarta: Media
Dakwah, 1985), h. 158.
9
Haidar Nasir, Gerakan Islam Syari’ah, (Jakarta: PSAP Muhammadiyam, 2007), h. 406.

5
umat Islam pada saat itu. Sebagian muslim yang tergabung dalam gerakan ini juga

melakukan studi terhadap realita kehidupan umat Islam yang berada di negeri Islam

yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Studi ini juga ingin mengukur

interaksi antara rakyat dan pemerintah atas peraturan dan undang-undang yang
berlaku. Kemudian peran tersebut disandarkan pada hukum-hukum syara’.10

Setelah melakukan berbagai studi tentang permasalahan yang dihadapi oleh


umat Islam pasca runtuhnya Khilafah Islamiyyah. Gerakan ini menyimpulkan bahwa

yang menjadi masalah bagi umat Islam adalah, bagaimana upaya penerapan ajaran

dan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, serta


mengemban risalah Islam keseluruh dunia melalui dakwah dan jihad.

Dalam pandangan Hizbut Tahrir, Islam bukan hanya sekedar identitas kultural

dan ritual, akan tetapi ideologi yang mencakup siyāsah wā daulah. Gerakan ini

menyatakan bahwa, falsafah kebangkitan yang sesungguhnya berawal dari adanya

sebuah ideologi (mabda’) yang menggabungkan pikiran (fikrah) dan metode

(thariqoh) Islam.11 Gerakan ini tersebar diberbagai Negara Islam, yang bercita-cita

menegakkan Syari’at Islam dan mendirikan Khilafah Islamiyyah yang bersifat

transnasional. Suatu cita-cita besar untuk memimpin segala umat. Ini tidak jauh

berbeda dengan cita-cita Zionis Yahudi Israel yang mencita-citakan memimpin umat
manusia.

10
Abu Fuad dan Abu Raihan, (Ed), Strategi Dakwah Hizbut Tahrir ,terj. Nurkhalis (Bogor:
PT. Thariqul Izzah, 2002), h. 19.
11
Abu Fuad dan Abu Raihan, (Ed), Strategi Dakwah Hizbut Tahrir ,terj. Nurkhalis, h. 19.

6
Sebagaimana Hizbut Tahrir di Jordania dan Negara Islam yang lain. Di

Indonesia juga lahir gerakan yang sama. Kelahiran Hizbut Tahrir Indonesia ini tidak

begitu jelas, tetapi ideolgi dan embrio gerakan ini lahir setelah Taqiyuddian datang ke

negeri yang berpenduduk muslim terbesar pada tahun 1972.12 Masuknya Taqiyuddin

ke Indonesia ini bukan menjadi dasar tahun lahirnya HTI, sebab belum ada gerakan

yang menunjukkan itu. Kemungkinan besar, Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada

tahun 1983 bersamaan dengan datangnya Abdurrahman al-Baghdadi. Pada era 80-an
ini saja belum terkontruksi sebagaimana Hizbut Tahrir Indonesia sekarang, karena
tekanan pemerintahan Orba yang terlalu kuat untuk dilawan.

C. Asas Hizbut Tahrir

Baik Hizbut Tahrir ataupun Hizbut Tahrir Indonesia terinspirasi oleh beberapa
ayat al-Qur’an sebagaimana yang dikutip oleh Haidar Nasir:

َ‫َو َمن لَّ ْم َي ْح ُكم ِب َمآأَنزَ َل هللاُ فَأ ُ ْولَئِ َك ُه ُم ْال َكافِ ُرون‬

Terjemahnya:

“Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah
maka mereka itu adalah orang-orang kafir.”13

َّ ‫َو َمن لَّ ْم يَ ْح ُكم بِ َمآأَنزَ َل هللاُ فَأ ُ ْولَئِ َك ُه ُم‬


َ‫الظا ِل ُمون‬
12
Abe Gebril, Maftuh dkk. Negara Tuhan: The Tematic Encyclopedia, (Jakarta: SR. Ins
Publising, 2004), h. 694.
13
Teks Ayat ini berbicara tentang perselisihan antara orang-orang Yahudi dan Islam untuk
berhukum kepada Hukum Allah. Orang Yahudi tahu bahwa, kitabn Tauratya adalah hukum Allah yang
menerangi mereka, namun mereka menginkarinya setelah diputuskan dengan hukum itu maka mereka
adalah termasuk orang-orang yang ingkar terhadap kitab Tuaratnya, QS.Al-Maidah, 5: 44.

7
Terjemahnya:

“Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang


diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang zalim.14“

َ‫َو َمن لَّ ْم يَ ْح ُكم بِ َمآأَنزَ َل هللاُ فَأ ُ ْولَئِ َك ُه ُم ْالفَا ِسقُون‬

Terjemahnya:

“Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang


diturunkan Allah maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.”15

َ‫ص ِدقًا ِل َما بَيْنَ يَدَ ْي ِه ِمن‬


َ ‫ق ُم‬ ِ ‫اب ِب ْال َح‬َ َ ‫َوأَنزَ ْلنَآ ِإلَي َْك ْال ِكت‬
‫اح ُكم بَ ْينَ ُه ْم ِب َمآأَنزَ َل هللاُ َولَتَتَّبِ ْع‬ ْ َ‫ب َو ُم َهي ِْمنًا َعلَ ْي ِه ف‬ ِ ‫ْال ِكتَا‬
ً‫ق ِل ُّك ٍّل َج َع ْلنَا ِمن ُك ْم ِش ْر َعة‬ ِ ‫أ َ ْه َوآ َء ُه ْم َع َّما َجآ َء َك ِمنَ ْال َح‬
‫احدَة ً َولَ ِكن ِليَ ْبلُ َو ُك ْم فِي‬ ِ ‫َو ِم ْن َها ًجا َولَ ْو شَآ َء هللاُ لَ َج َعلَ ُك ْم أ ُ َّمةً َو‬
‫ت ِإلَى هللاِ َم ْر ِجعُ ُك ْم َج ِميعًا فَيُن َِبئ ُ ُكم‬ ِ ‫َمآ َءاتَا ُك ْم فَا ْست َ ِبقُوا ْال َخي َْرا‬
‫ِب َما ُكنت ُ ْم فِي ِه ت َ ْخت َ ِلفُون‬

14
Ayat ini berbicara tentang hukum Qisas dalam Taurat yang ditetapkan untuk orang Yahudi.
Justifikasi hukum ini juga berlaku dan diteagskan lagi dalam Al-Qur’an, sehingga kedua kamunitas
Islam dan Yahudi diwajibkan untuk berhukum kepada Hukum Allah. Al-Qur’an, 5: 45.
15
Ayat ini menuding kepada orang Nasrani untuk berhukum kepada kitab Injil hingga turun
al-Qur’an. Bagi mereka yang tidak melakukannya maka mereka itulah orang-orang yang fasik. Al-
Qur’an, 5: 47.

8
Terjemahnya:

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa


kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

Beberapa ayat inilah menginspirasikan Hizbut Tahrir dan Hizbut Tahrir


Indonesia untuk menetapkan ideolgi teokrasi, tiada hukum melainkan Hukum Allah.

D. Penerapan Khilafah Islamiyah

Konsep khilafah itu tidak dapat diterapkan di zaman sekarang ini. Abdul

Moqshit Ghazali berpendapat:16

1. Dasar teologis tentang adanya khilafah, dalam al-Qur'an dan hadits tidak ada

yang menjelaskan tentang khilafah yang mendetail. Atau dengan kata lain,

mereka menafsirkan al-Qur'an hanya permukaannya saja tanpa melihat pada

esensi sebenarnya yang dimaksudkan.

2. Fakta historis, ketika Nabi Muhammad dengan Yahudi dan orang musyrik

membentuk kesepakatan politik (piagam madinah) tidak menyertakan negara

syariah, itu sebagai bukti pada kisah yang pertama nabi tidak mempunyai

niatan untuk mendirikian negara.

16
Ainur Rofiq Al-Amin, Membongkar Proyek Khilafah Ala Hizbut Tahrir di Indonesia.

9
3. Khilafah lahir sebelum lahir konsep negara bahasa. Sehingga jika diterapkan

sekarang, maka tidak bisa atau tidak cocok.

4. Susah diterapkan, karena tidak mudah menyatukan umat Islam di seluruh

dunia.

5. Menurut mereka yang tidak setuju dengan khilafah, penerapan khilafah itu

hanyalah mimpi-mimpi kosong. Dimana masyarakat sekarang sudah modern.

Selain itu, jika dibandingkan dengan demokrasi modern sekarang ini, konsep
tersebut lebih rumit dan kompleks daripada khilafah. Bahkan jika menerapkan

konsep khilafah, maka akan terjadi kemunduran.

6. Novriantoni Kahar mengemukakan bahwa kelemahan utama mereka yang

mendukung khilafah yaitu kealpaan terhadap teknis khilafah itu sendiri.

Apakah seorang khalifah itu yang ma’shum atau yang bagaimana. Atau

bagaimana juga tentang sistem khilafah. Apakah berbentuk monarchi,

demokrasi, atau bagaimana, sedangkan sejarah tidak mencatat tentang hal itu.

7. Apalagi jika ingin menerapkan konsep khilafah tersebut di Indonesia. Yang

notaben-nya, Indonesia adalah negara majemuk, negara dengan pluralitas.

Yang tidak mungkin bisa diterapkan khilafah itu. Bisa dibayangkan saat
benar-benar menerapkannya, apa yang akan terjadi terhadap Indonesia dan

masyarakatnya. Bukan tidak mungkin akan terjadi perpecahan.

Pada tahun 1925 'Ali Abdur Raziq (Pemikir Mesir) menerbitkan risalah yang

berjudul al-Islâm Wa ushûl al-Hukm, dikatakan bahwa Islam (al-Qur'ân) tidak

mempunyai kaitan apapun dengan sistem pemerintahan kekhalifahan, termasuk

dengan khulafâur râsyidîn bahwa aktivitas mereka bukan sebuah sistem politik

10
keagamaan, tetapi sebuah sistem duniawi. Islam tidak menetapkan rezim

pemerintahan tertentu, tidak pula mendesak kepada kaum muslimin tentang sistem

pemerintahan tertentu lewat mana mereka harus diperintah, tetapi Islam telah

memberikan kebebasan mutlak untuk mengorganisasi negara sesuai dengan kondisi

intelektual, sosial, dan ekonomi serta mempertimbangkan perkembangan sosial dan

tuntutan zaman. Bahkan ia menolak keras pendapat yang mengatakan bahwa Nabi

pernah mendirikan suatu negara di Madinah. Menurutnya, Nabi adalah utusan Allah,
bukan seorang kepala negara atau pemimpin politik.17

Dari pandangannya dapat disimpulkan, masyarakat Islam bukanlah

masyarakat politik. Akan tetapi selalu ada peluang bagi masyarakat untuk

mewujudkan bentuk pemerintahan Islam yang sesuai dengan konteks budaya. Ia

sebenarnya tidak bermaksud mengatakan bahwa Islam tidak menganjurkan

pembentukan suatu negara. Sebaliknya, Islam memandang penting kekuasaan politik.

Tetapi hal ini tidak berarti pembentukan negara merupakan salah satu ajaran dasar

Islam. Dengan lain ungkapan, kekuasaan politik diperlukan umat Islam, tetapi bukan

karena tuntutan agama, melainkan tuntutan situasi sosial dan politik itu sendiri.

Untuk zaman sekarang ini, konsep khilafah tidak dapat diterapkan. Karena
pluralnya masyarakat dunia khususnya di Indonesia, terlebih siapa yang pantas

menjadi khalifah atau imamah yang akan memimpin negara. Sosok Rasulullah di

zaman sekarang tidak ada, atau jika ada, mereka tidak akan memilih kehidupan

politik yang penuh dengan tipu daya seperti sekarang ini.


Selain itu, konsep khilafah juga bukan merupakan suatu syariat yang harus

ditegakkan oleh setiap muslim. Akan tetapi khilafah merupakan suatu hasil

17
Qomaruddin Khan, Tentang Teori Politik Islam, alih bahasa: Taufiq Adu Amal, (Bandung:
Pustaka, 1987), h. 37..

11
interpretasi manusia terhadap syariat (fiqh). Sedangkan fiqh sendiri itu bersifat

historis, relatif, temporal dan lokalistik. Sehingga fiqh disana, disini, dulu, sekarang,

besok mempunyai banyak kemungkinan dihasilkan fiqh yang berbeda-beda.

Mengkritik terhadap dasar mereka yang ingin mendirikan khilafah yaitu QS.

al-Maidah: 44. Asbabun nuzul ayat tersebut, diriwayatkan oleh Abu Hurairah

singkatnya: Rasulullah ditanya oleh orang yahudi tentang hukuman bagi laki-laki dan

perempuan yang berzina. Rasulullah bertanya balik: hukuman apa yang kau temukan

dalam Taurat tentang zina muhson? Dijawab: wajahnya ditandai hitam, diarak di atas

khimar dan dicambuk. Ada pemuda yahudi yang diam saja. Melihat itu Rasulullah

menegaskan kembali penyumpahannya. Pemuda itu berkata: Jika engkau

menyumpahi kami maka kami temukan dalam Taurat hukumannya adalah rajam.

Nabi bertanya: apa yang menyebabkan kalian mengurangi perintah Allah itu? Dia

menjawab: ada kerabat dari kerajaan yang berzina kemudian raja menunda

pelaksanaan rajam. Kemudian ada tokoh masyarakat yang berzina juga. Ketika akan

dirajam masyarakat menolak dengan menyatakan: kami tidak akan merajam tokoh

kami jika engkau tidak merajam keluargamu itu. Maka mereka kompromi dengan

hukuman tersebut. Nabi bersabda: sesungguhnya aku menghukum (perzinahan)

dengan hukuman yang ada dalam Taurat. Nabi pun memerintahkan kedua pelaku zina

itu dirajam.

Jadi sebenarnya hakikat dari turunnya ayat tersebut adalah persoalan

menegakkan keadilan. Bukan pada kewajiban memakai hukum Allah dalam konteks

negara.

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Konsep khilafah adalah sebuah produk ijtihad manusia (fiqh), dimana fiqh itu

bisa berubah-ubah sesuai dengan keadaan. Dan konsep khilafah sendiri kurang cocok

dengan realita kehidupan sekarang ini. Dimana masyarakat mempunyai agama yang

berbeda-beda. Khilafah bukan merupakan suatu hal yang diwajibkan bagi setiap umat
Islam. Masalah jihad, bagaimana mungkin berjihad yang pada akhirnya menyebabkan

perpecahan atau bahkan tumpah darah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Amin, Ainur Rofiq. Membongkar Proyek Khilafah Ala Hizbut Tahrir di Indonesia.
Yogyakarta: LKis, 2012.
Amiruddin, M. Hasbi. Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman. Yogyakarta: UII Press,
2000.
Fuad, Abu dan Raihan Abu, (ed), Starategi Dakwah Hizbut Tahrir, terj. Nurkhalis, Bogor: PT.
Thariqul Izzah, 2002.
Ibnu Syarif, Mujar dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah (doktrin dan Pemikiran Politik Islam).
Jakarta: Erlangga. 2008.
Khan, Qomaruddin, Tentang Teori Politik Islam, alih bahasa: Taufiq Adua Amal, Bandung:
Pustaka,1987.
Khan, Qomaruddin, Tentang Teori Politik Islam, alih bahasa: Taufiq Adua Amal, Bandung:
Pustaka,1987.
Al-Maududi, Abul A’la, Teori Politik Islam, alih Bahasa: Adnan Syamini, Jakarta: Media
Dakwah, 1985.
Nasir, Haidar. Gerakan Islam Syari’ah, Jakarta: PSAP Muhammadiyam, 2007.
Saifuddin. Khilafah Vis-a-vis Nation State Telaah atas Pemikiran HTI. Yogyakarta: Mahameru,
2012.
Pulungan, Suyuti, Fiqh Siyasah (Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran). Cet. ke-5. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2002.

14

Anda mungkin juga menyukai