Anda di halaman 1dari 52

HALAMAN JUDUL

PENERAPAN TERAPI POSISI LATERAL KANAN TERHADAP


KUALITAS TIDUR PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN KASUS CONGESTIVE HEART FAILURE
(CHF) DI RUANGAN INTERNA II RSUD POSO

PROPOSAL STUDI KASUS

Oleh :

FIRSYA DITA MAULINDA LIPUTO


NIM : P00220217013

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


J U R U S A N K E P E R A W A T A N
PRODI D-III KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III

Keperawatan Poso.

Nama : Firsya Dita Maulinda Liputo

Nim : P00220217013

Poso, Januari 2020


Pembimbing I

Dewi Nurviana Suharto, S.Kep.Ns.M.Kep.Sp.Kep.MB


NIP. 19851110201002003

Poso, Januari 2020


Pembimbing II

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM
NIP. 197307271997031002

Menyetujui
Ketua Program Studi Keperawatan

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM
NIP. 197307271997031002

ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Penguji Poltekkes
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso.
Senin pada tanggal .

Nama : Firsya Dita Maulinda Liputo


NIM : P00220217013

Poso, Januari 2020


Penguji 1

Nirva Rantesigi, S.Kep, Ns, MM


NIP. 197104271990022001
Penguji 2

I Made Nursana, S.Kep, Ns, M.Kes


NIP. 197106231995031002
Penguji 3

Dafrosia Darmi Manggasa, S.Kep, Ns, M.Biomed


NIP. 198106082005012003

Mengetahui Menyetujui
Direktur Poltekkes Kemenkes Palu Ketua Jurusan Keperawatan

Nasrul SKM,M.KES Selvi Alfrida Mangundap,S.Kp.M,Si


NIP. 196804051988021001 NIP. 196604191989032002

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan

hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Studi Kasus ini

dengan judul “Penerapan Terapi Posisi Lateral Kanan Terhadap Kualitas Tidur

pada Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kasus Congestive Heart Failure (CHF)

di RSUD Poso”. Yang diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh

ujian akhir pendidikan program studi Diploma III Keperawatan, di Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan Program Studi

Keperawatan Poso.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

Kepada kedua Orang Tua yang selalu mendo’akan dan memberikan bantuan

serta dorongan baik secara moril dan material sehingga penulis dapat

menyelesaikan Penyusunan Proposal Studi Kasus ini.

1. Nasrul, SKM,M.Kes, Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

Palu.

2. Selvi Alfrida Mangundap, S.Kp.M.Si, Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu.

3. Agusrianto, S.Kep.Ns.MM. Ketua Program Studi Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu.

4. Ni Made Ridla Nilasanti, S.Kep.Ns.M.Biomed Pembimbing akademik yang

telah banyak memberikan dukungan serta dukungan kepada penulis.

5. Dewi Nurviana Suharto, S.Kep.Ns.M.Kep.Sp.Kep.MB Pembimbing utama

yang telah banyak meluangkan waktunya dan dengan penuh kesabaran dalam

iv
memberikan arahan, dorongan dan semangat sehingga Proposal Studi Kasus

ini dapat terselesaikan.

6. Agusrianto, S.Kep.Ns.MM Pembimbing pendamping yang mendampingi dan

mengarahkan penulis sehingga Proposal Studi Kasus ini dapat terselesaikan.

7. Dosen Keperawatan dan Staf Tata Usaha Program Studi Keperawatan Poso

yang selama ini telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

8. Keluarga tercinta yang senantiasa membantu dan memberikan semangat.

9. Teman-teman sesama mahasiswa tingkat 3 yang selalu ada membantu penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Studi Kasus ini.

10. Sahabat-sahabatku Aliansi Jomblo Fathimah, Ranti, Opi, Vira RRC, Dila,

Deboy, Nur, Tia, Resky, Dian, Ela dan Ifa yang selalu ada saat suka dan duka,

selalu membuat tertawa saat penulis merasa tertekan dengan begitu banyak

rintangan yang dihadapi, serta selalu memberikan dukungan dan masukan.

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan

yang dimiliki penulis maka Proposal Studi Kasus ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

diharapkan penulis untuk dijadikan sebagai perbaikan dalam penyusunan hasil

penelitian.

Poso, 5 Januari 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan Studi Kasus ................................................................................................. 5
D. Manfaat Studi Kasus ............................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7
A. Tinjauan Tentang Congestive Heart Failure (CHF) ............................................... 7
B. Tinjauan Tentang Tidur ........................................................................................ 16
C. Tinjauan Tentang Posisi Lateral kanan ................................................................. 23
D. Tinjauan Tentang Asuhan Keperawatan CHF ...................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 37
A. Jenis Penelitian...................................................................................................... 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 37
C. Subyek Studi Kasus .............................................................................................. 37
D. Fokus Studi ........................................................................................................... 37
E. Definisi Operasional ............................................................................................. 37
F. Pengumpulan Data ................................................................................................ 38
G. Analisa Data .......................................................................................................... 38
H. Etika Penelitian...................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 42

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pengambilan Data Awal


Lampiran 2 : Informed Consent
Lampiran 3 : Penjelasan Sebelum Penelitian
Lampiran 4 : Pernyataan Keaslian Tulisan
Lampiran 5 : Format Pengkajian Asuhan Keperawatan
Lampiran 6 : SOP Penerapan Terapi Posisi Lateral Kanan
Lampiran 7 : Kuesioner PSQI

vii
viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart

Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang

penyakit ini diprediksi akan terus bertambah jumlah penderitanya. Karena

CHF merupakan penyakit yang kompleks, disamping CHF adalah suatu

keadaan yang progresif dengan prognosis yang buruk (Irnizarifka, 2011).

Menurut WHO tahun 2016, tercatat sebanyak 17,5 juta orang di dunia

mengalami gangguan kardiovaskular. Gagal jantung berkontribusi terhadap

287.000 kematian per tahun. Sedangkan untuk penyakit CHF di Indonesia pada

tahun 2018 prevalensi menunjukan sebesar (1,5%), hal ini meningkat jika

dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar (0,13%). Prevalensi CHF

berdasarkan diagnosis dokter tertinggi di Kalimantan Utara yaitu sebesar

(2,2%), disusul Gorontalo dan Yogyakarta yaitu sebesar (2,0%). Sedangkan

Sulawesi tengah menduduki peringkat ketiga dengan prevalensi sebesar (1,9%)

(RISKESDAS, 2018). Berdasarkan pengambilan data awal pada pasien rawat

inap di RSUD Poso tepatnya diruang Interna II, pada tahun 2018 jumlah pasien

CHF sebanyak 50 orang, sedangkan pada tahun 2019 mengalami peningkatan

sebanyak 54 orang (Rekam medik RSUD Poso, 2019).

Dari hasil penelitian Santos (2012) menemukan bahwa lima gejala yang

sering dialami oleh pasien gagal jantung yaitu dispnea (82,2%), kelelahan

(84,9%), mulut kering (74,1%), mengantuk di siang hari (67,9%) dan sulit untuk

tidur (64,2%).

1
Kesulitan tidur pada penderita CHF adalah masalah umum yang

seringkali terjadi. Hal ini dikarenakan penyakit CHF adalah penyakit

sindroma klinis yang ditandai dengan dispnea, dispnea juga dirasakan saat

berbaring (ortopnea) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi

jantung. Dispnea mengakibatkan pasien sering terbangun di malam hari dan

harus duduk atau berdiri untuk meringankan sesak. Hal ini berdampak pada

terganggunya istirahat dan tidur pasien. Gejala yang paling umum terjadi

yaitu rasa mengantuk sepanjang hari dan kesulitan tidur. Tidur merupakan

suatu kegiatan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan merupakan suatu

kebutuhan dasar bagi manusia, dimana pada saat istirahat dan tidur tubuh

melakukan pemulihan dan mengumpulkan stamina kembali dari aktivitas

yang telah dilakukan selama terjaga sehingga dapat kembali ke kondisi yang

lebih optimal (Guyton & Hall, 2014). Selama tidur tingkat metabolisme

menurun dan tubuh merevitalisasi fungsi fisik dan psikologis (Zisapel,

2011).

Salah satu masalah yang muncul akibat dari terganggunya tidur yaitu

menurunnya kualitas tidur. Kualitas tidur merupakan suatu keadaan

seseorang dapat dengan mudah untuk memulai tidur (latensi tidur) dan

untuk mempertahankan tidur, komponen dari kualitas tidur dapat

digambarkan dengan lama waktu tidur dan keluhan – keluhan yang

dirasakan diwaktu tidur dan saat bangun tidur (Potter & Perry, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Shiow (2012) dari 101 pasien gagal jantung

81% memiliki kualitas tidur yang buruk. Menurut Santos (2012), dari 400

2
pasien gagal jantung yang diteliti, terdapat 68,5 % memiliki kualitas tidur

yang buruk.

Penderita gagal jantung yang mengalami kualitas tidur yang buruk

akan semakin memperparah kondisi penderitanya. Jantung yang sudah

mengalami gangguan jika disertai dengan kualitas tidur yang buruk akan

menyebabkan kerja jantung semakin berat, proses revitalisasi fisik dan

psikologis menurun sehingga memperparah penyakit yang diderita dan

tentu akan memperpanjang hari rawatan pada pasien dan berakhir dengan

bertambahnya angka morbiditas. Oleh karena itu dibutuhkan intervensi

dalam penanganannya, apalagi komponen kualitas tidur yang sering dialami

penderita gagal jantung adalah latensi tidur yang panjang atau kesulitan

untuk memulai tidur, berlanjut durasi tidur yang pendek dan berefek tidur

yang tidak efisien, dimana dalam hal ini sangat dibutuhkan peran perawat

sebagai pemberi asuhan keperawatan terutama dalam pemberian

kenyamanan bagi pasien menjelang tidur (Lauderdale, 2006).

Berdasarkan Nursing Intervention Classification dalam pemberian

asuhan keperawatan ada beberapa intervensi yang bisa dilakukan yaitu

seperti pijat, sentuhan afektif dan positioning (tindakan pemberian posisi

tubuh untuk meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan pasien). Posisi

dalam tidur pada pasien gagal jantung juga sangat penting, menurut hasil

penelitian Febtrina (2014) posisi istirahat lateral kanan merupakan salah

satu intervensi keperawatan yang dapat digunakan untuk mempertahankan

status hemodinamik (denyut jantung, laju pernafasan, tekanan darah

diastolik, tekanan darah sistolik, saturasi oksigen dan tekanan darah arteri

3
rata-rata) pasien gagal jantung dan didapatkan bahwa pasien gagal jantung

pada posisi istirahat lateral kanan merasakan kenyamanan tingkat sedang.

Selain itu posisi lateral kanan juga dapat meningkatkan saraf vagal

(parasimpatis) dan menurunkan saraf simpatik (Gordon, 2011; Jain, 2013).

Pasien gagal jantung mengalami beban kerja jantung yang berat

dengan pemberian posisi lateral kanan dapat mengurangi beban kerja

jantung pada pasien gagal jantung dan status hemodinamik (denyut jantung,

laju pernafasan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, saturasi

oksigen dan tekanan arteri rata-rata) dapat dipertahankan, selain itu dengan

posisi lateral kanan juga dapat mengurangi sleep apnea yang sering dialami

pasien gagal jantung dimana mengganggu kualitas tidur (Gordon, 2011).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti,

didapatkan bahwa penanganan masalah gangguan tidur pada pasien CHF di

RSUD Poso masih belum berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan

kurangnya peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif. Peneliti melihat sebagian besar pasien CHF yang mengalami

gangguan tidur belum diberikan intervensi keperawatan mandiri dengan

baik seperti pemberian posisi untuk meningkatkan kualitas tidur.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk

mengangkat judul proposal studi kasus tentang “Penerapan Terapi Posisi

Lateral Kanan terhadap Kualitas Tidur pada Asuhan Keperawatan Pasien

dengan Kasus Congnestive Heart Failure (CHF) di ruangan Interna II

RSUD Poso”.

4
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Studi Kasus ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimana Penerapan Terapi Posisi Lateral Kanan terhadap Kualitas Tidur

pada Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kasus Congnestive Heart Failure

(CHF) di ruangan Interna II RSUD Poso”?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan Penerapan Terapi Posisi Lateral Kanan

terhadap Kualitas Tidur pada Asuhan Keperawatan Pasien dengan

Kasus Congnestive Heart Failure (CHF) di ruangan Interna II RSUD

Poso.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif

pada pasien dengan kasus Congnestive Heart Failure (CHF) di

ruangan Interna II RSUD Poso.

b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat pada kasus

Congnestive Heart Failure (CHF) di ruangan Interna II RSUD Poso.

c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan untuk mengatasi

masalah pada pasien dengan kasus Congnestive Heart Failure

(CHF) di ruangan Interna II RSUD Poso.

d. Dapat melakukan pelaksanaan keperawatan peningkatan tidur

dengan penerapan Terapi Posisi Lateral Kanan terhadap Kualitas

Tidur pada Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kasus Congnestive

Heart Failure (CHF) di ruangan Interna II RSUD Poso.

5
e. Dapat melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan pada

kasus Congnestive Heart Failure (CHF) di ruangan Interna II RSUD

Poso.

D. Manfaat Studi Kasus

Manfaat penulisan proposal studi kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

perawat di rumah sakit terkait dengan intervensi keperawatan mandiri

yang sederhana dan mudah untuk diaplikasikan kepada pasien untuk

mengatasi masalah gangguan tidur.

2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait

dengan intervensi keperawatan mandiri berdasarkan evidence based

terkini dan dapat diaplikasikan dalam rangka memberikan informasi

kepada mahasiswa yang akan turun praktik, serta dapat menjadi

tambahan bacaan di perpustakaan Prodi Keperawatan Poso.

3. Manfaat bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengalaman dan

pengetahuan penulis tentang penyakit Congestive Heart Failure (CHF)

khususnya dalam menerapkan intervensi keperawatan mandiri sebagai

terapi modalitas keperawatan yang telah efektif dapat mengatasi

masalah gangguan tidur pada pasien CHF.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Congestive Heart Failure (CHF)

1. Pengertian

CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam

jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap

oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang

berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai

peninggian tekanan pengisian ventikel kiri (Smeltzer & Bare, 2013).

Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan

terjadinya pengurungan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan

kontraktilitas miokardial (disfungsi sisitolik). (Sudoyo Aru dkk, 2009)

Gagal ventrikel kiri dan atau kanan dari jantung mengakibatkan

ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongestif

pulmonal dan sistemik. Karenanya diagnostik dan terapeutik berlanjut.

Gagal Jantung Kongestif selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas

dan mortilitas. (Donges E Marilynn dkk, 2011).

2. Etiologi

a. Kelainan otot jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang

mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup

7
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif

atau inflamasi.

b. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium

karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia

dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium

(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal

jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif

berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara

langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas

menurun.

c. Hipertensi sistemik atau pulmunal (peningkatan after load)

meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya

mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung.

d. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan

dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak

serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

e. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung.

Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang

masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidakmampuan

jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif

konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load.

8
f. Faktor sistemik

Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan

dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal

: demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat

menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau

metabolik abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas

jantung (Padila, 2012).

Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi

dalam 4 kelainan fungsional :

1) Timbul sesak pada saat aktivitas fisik berat

2) Timbul sesak pada saat aktivitas fisik sedang

3) Timbul sesak pada saat aktivitas fisik ringan

4) Timbul sesak pada saat aktivitas fisik sangat ringan / istirahat

(Padila, 2012)

3. Tanda dan Gejala

a. Gagal jantung kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri

tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis

yang terjadi yaitu :

1) Dispnea, terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan

mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnea. Beberapa

pasien dapat mengalami ortopnea pada malam hari yang dinamakan

Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND).

9
2) Mudah lelah, terjadi karena curah jantung yang kurang yang

menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta

menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena

meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas.

3) Insomnia, terjadi karena distress pernafasan dan batuk.

b. Gagal jantung kanan

1) Kongestif jaringan perifer

2) Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema

pitting, penambahan BB.

3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen

terjadi akibat pembesaran vena hepar.

4) Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena

dalam rongga abdomen.

5) Nokturia.

6) Kelemahan

(Padila, 2012).

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mendasari CHF meliputi gangguan kemampuan

kontraktilitas jantung, menyebabkan curah jantung lebih rendah dari

normal. Frekuensi jantung dipengaruhi fungsi sistem saraf otonom. Bila

curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi

jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi

ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka

10
volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk

mempertahankan curah jantung (Smletzer, 2013).

Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan

kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah

jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup, jumlah darah

yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu :

preload, contactility, afterload (Smletzer, 2001).

Preload sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang

menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding

langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan

serabut jantung (Smletzer, 2013).

Contactility mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang

terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut

jantung dan kadar kalsium (Smletzer, 2013).

Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus

dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang

ditimbulkan oleh tekanan arteriol. Pada CHF, jika satu atau lebih dari ketiga

faktor tersebut terganggu, hasilnya curah jantung berkurang (Smletzer,

2013).

Peningkatan kerja jantung yang berlebih akan mengakibatkan

mekanisme perkembangan hipertrofi otot jantung dan remodeling yang

dapat menyebabkan perubahan struktur (massa otot, dilatasi cember) dan

fungsi (gangguan fungsi sistolik dan diastolik) (Herman, 2013).

11
5. Pathway CHF

Disfungsi Miokard Beban Tekanan Berlebihan Peningkatan Kebutuhan


Metabolisme

Kontraktilitas Beban sistol

Prealod

Hambatan pengosongan
ventrikel

Penurunan Curah
Jantung

Beban jantung
meningkat

Gagal Jantung Kongestif

12
Gagal pompa Gagal pompa
ventrikel kiri ventrikel kanan

tekanan diastole
meningkat
tekanan
ventrikel dan
suplai darah ke renal flow atrium kiri
jaringan menurun bendungan
atrium kanan

tekanan vena
RAA
pulmonalis
meningkat bendungan
metabolisme Ketidakefektifan
vena sistemik
anaerob Perfusi Jaringan
Perifer tekanan kapiler
aldosteron paru
meningkat
asidosis
metabolik lien hepar

splenomegali hepatomegali

13
penimbunan
laktat & ATP edema paru
menurun ADH
meningkat proses difusi dan
ventilasi
fatique terganggu
retensi Na + H2O
Intoleransi
dispnea
Aktivitas
oedema

Kelebihan Ketidakefektifan ortopnea


Volume Cairan Pola Nafas

Gangguan Pola
Tidur

Sumber : (Padila, 2012)

14
6. Komplikasi CHF

a. Kerusakan atau kegagalan ginjal

Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya

dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak ditangani. Kerusakan ginjal

dari gagal jantung dapat membutuhkan dialisys untuk pengobatan.

b. Masalah katup jantung

Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi

kerusakan pada katup jantung.

c. Kerusakan hati

Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang

menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat

menyebabkan jaringan parut yang mengakibatkan hati tidak dapat

berfungsi dengan baik.

d. Serangan jantung dan stroke

Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung

daripada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan

akan mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan

risiko terkena serangan jantung atau stroke (Padila, 2012).

7. Penatalaksanaan

a. Terapi Non Farmakologis

1) Istrirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.

2) Oksigenasi

15
3) Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol

atau menghilangkan oedema.

b. Terapi Farmakologis

1) Glikosida jantung

Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan

memperlambat frekuensi jantung.

Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan

tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan

mengurangi oedema.

2) Terapi diuretik, diberikan untuk memicu ekskresi natrium dan air

melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping

hiponatremia dan hipokalemia.

3) Terapi vasodilator, obat-obat vasoaktif digunakan untuk

mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh

ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan

peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel

kiri dapat diturunkan (Padila, 2012).

B. Tinjauan Tentang Tidur

1. Definisi

Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis

yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari

keterjagaan. Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang

penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang

16
berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan

badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006).

2. Tahapan tidur

a. Rapid Eye Movement (REM)

REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat tidur dengan

nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya

bersifat sangat aktif (Asmadi, 2008). Tahap REM ditandai dengan:

1) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap

sebelumnya.

2) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.

3) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.

4) Otot-otot kendor.

5) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan

yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah. Metabolisme

meningkat.

6) Lebih sulit dibangunkan.

7) Sekresi lambung meningkat.

8) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20

menit.

b. Non Rapid Eye Movement (NREM)

NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM

gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau

tidak tidur. Yang ditandai dengan mimpi berkurang, keadaan istirahat,

17
tekanan darah menurun, kecepatan pernapasa menurun, metabolisme

menurun, dan pergerakan bola mata lambat (Asmadi, 2008). NREM

Terbagi menjadi empat tahapan yaitu:

1) Tahap I

Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.

Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi

lambat. Tahap I ini ditandai dengan mata menjadi kabur dan rileks,

seluruh otot menjadi lemas, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke

kanan, tanda-tanda vital dan metabolisme menurun, seseorang tidur

pada tahap ini dapat dibangunkan dengan mudah.

2) Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.

Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan

gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan

a) Kedua bola mata berhenti bergerak.

b) Suhu tubuh menurun.

c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.

d) Pernapasan turun.

3) Tahap III

Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30

menit. Tahap III ini ditandai dengan:

a) Relaksasi otot menyeluruh.

b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.

18
c) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

4) Tahap IV

Tahap ini merupakan tahap dimana seseorang tidur dalam keadaan

rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah,

berlangsung sekitar 15-30 menit dan sangat sulit dibangunkan.

(Asmadi, 2008)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur

a. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak

dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang

tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan

pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan

penyakit persarafan.

b. Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,

kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan

menghambat tidurnya.

c. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan

untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

d. Kelelahan

Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

19
e. Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis

sehingga mengganggu tidurnya.

f. Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum

alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.

g. Obat-obatan

Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain

Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM),

Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan

insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM).

4. Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur menurut usia (A. Aziz Alimul, 2009)

Umur Kebutuhan Tidur


14-18 jam/hari
0-1 bulan
12-14 jam/hari
1-18 bulan
11-12 jam/hari
18 bulan-3 tahun
11 jam/hari
3-6 tahun
10 jam/hari
6-12 tahun
8,5 jam/hari
12-18 tahun
7-8 jam/hari
18-40 tahun
7 jam/hari
40-60 tahun
6 jam/hari
60 ahun ke atas

20
5. Penilaian Untuk Mengukur Kualitas Tidur

Penilaian untuk mengukur kualitas tidur yaitu dengan menggunakan metode

Pittsburgh Sleep Quality Indeks (PSQI). PSQI merupakan suatu metode

penilaian berbentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas

tidur dan gangguan tidur orang dewasa. Dari penilaian kualitas tidur dengan

menggunakan metode PSQI ini akan didapatkan output berupa Sleeping

Indeks. Sleeping Indeks merupakan suatu skor atau nilai yang didapatkan

dari pengukuran kualitas tidur dengan cara mengisi kuesioner PSQI dengan

pembobotan tertentu. Indeks atau nilai tersebut yang nantinya akan

menggambarkan seberapa baik atau buruk kualitas tidur seseorang

(Muhibin Syah, 2006).

Dalam PSQI ini terdapat tujuh skor yang digunakan sebagai parameter

penilaiannya, yaitu :

1) Kualitas tidur

2) Latensi tidur

3) Durasi tidur

4) Kebiasaan tidur

5) Gangguan tidur

6) Penggunaan obat tidur

7) Disfungsi siang hari selama satu bulan terakhir

6. Gangguan Tidur

Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya

menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga

masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau

21
ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari (

Maslow, 2005).

a. Insomnia

Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami

kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek

atau tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan

memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena

gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan

gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan

untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap

tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun

terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.

b. Hiperinsomnia

Hieperinsomnia merupakan gangguan jumlah tidur yang berlebihan dan

selalu mengantuk di siang hari. Dapat terjadi pada semua usia, tetapi

paling sering pada awal remaja dan dewasa muda (Gunawan L, 2007).

c. Parasomnia

Parasomnia adalah gangguan tidur yang tidak umum dan tidak

diinginkan, yang tampak secara tiba-tiba selama tidur atau terjadi pada

ambang terjaga dan tidur. Sering muncul dalam bentuk mimpi buruk

yang ditandai mimpi lama dan menakutkan (Anonim, 2004).

22
C. Tinjauan Tentang Posisi Lateral kanan

1. Definisi

Posisi lateral kanan merupakan posisi miring diantara pinggul dan

tempat tidur yang disertai penggunaan bantal pada daerah diantara lutut

kanan dan lutut kiri, diantara mata kaki, belakang punggung, serta di

bawah kepala (Tarihoran, 2010).

2. Manfaat

Posisi lateral kanan bermanfaat dalam mempertahankan status

hemodinamik (denyut jantung, laju pernafasan, tekanan darah distolik,

tekanan darah sistolik, saturasi oksigen dan tekanan darah arteri rata-

rata) pada pasien gagal jantung (Febtriana, 2014).

Selain itu, posisi lateral kanan dapat membuat darah bersirkulasi

secara lebih bebas (Navacenter, 2015). Dengan posisi lateral kanan saat

tidur dapat membuat darah terdistribusi secara merata dan

terkonsentrasi ke tubuh bagian kanan. Hal ini membuat aliran darah

yang masuk dan keluar jantung lebih melambat sehingga denyut

jantung lebih lambat dan tekanan darah akan menurun. Tidur dengan

posisi lateral kanan membuat jantung tidak tertimpa organ lain karena

posisi jantung lebih condong ke sebelah kiri (Doktersehat, 2017).

Tidur dengan posisi lateral kanan juga dapat membantu melancarkan

aliran darah dari bilik jantung sebelah kiri yang posisinya lebih tinggi

ke seluruh tubuh kecuali pembuluh aorta sehingga darah akan dengan

mudah mengalir ke seluruh bagian tubuh sesuai dengan hukum

gravitasi. Posisi tubuh seperti inilah yang baik untuk jantung. Ketika

23
berbaring dengan posisi lateral kanan, tekanan darah dan denyut

jantung dapat menurun (Auckey dalam Wely, 2017).

3. Prosedur penerapan posisi lateral kanan

No
Fase Preinteraksi
1 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontraindikasi
Orientasi
2 Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan menanyakan
nama pasien
3 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan yang akan
dilakukan pada klien/keluarga
4 Memberikan klien kesempatan bertanya
5 Menjaga privasi klien
Tahap Kerja
6 Posisikan pasien dengan posisi lateral kanan
7 Letakkan bantal di bawah lengan atas
8 Letakkan bantal di bawah paha dan kaki atas sehingga
ekstremitas bertumpu secara paralel dengan permukaan tempat
tidur
Terminasi
9 Evaluasi perasaan klien setelah diberikan tindakan posisi
lateral kanan
10 Kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
11 Dokumentasikan tindakan, respon klien, dan kondisi kulit
klien.

D. Tinjauan Tentang Asuhan Keperawatan CHF

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

(Nursalam, 2011).

Pengkajian pada pasien CHF meliputi identitas klien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

penyakit keluarga, dan pemeriksaan fisik .

24
a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah

sakit, nomor registrasi, dan diagnosa medis.

b. Keluhan utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan

kesehatan adalah kelemahan dispnea, edema perifer, kelelahan dan

kelemahan.

c. Riwayat penyakit sekarang

Gagal jantung menyebabkan klien sesak dan memberat saat

beraktivitas. Biasanya terjadi edema perifer pada ekstremitas

bawah.

d. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit

kardiovaskuler, dan penggunaan obat-obatan tertentu. Pengkajian

obat-obatan yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat

antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainya. Adanya

riwayat merokok, penggunaan alkohol dan pengguanaan obat

kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung

pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data

dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan

selanjutnya.

25
e. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya adanya riwayat keluarga yang menderita

hipertensi, diabetes melitus, atau adanya riwayat penyakit

kardiovaskuler.

f. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara persistem dengan

fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan fisik kardiovaskuler

yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.

1) Pemeriksaan kardiovaskuler

a) Inspeksi bentuk perokardium, denyut pada apeks jantung,

denyut nadi pada dada dan vena.

b) Palpasi ictus cordis, getaran/thrill, dan gerakan trachea.

c) Perkusi tidak boleh dilakukan kecuali bila pemeriksa

menemukan pergeseran impuls apikal dan mencurigai

pembesaran jantung.

d) Auskultasi sela iga II kanan di dekat sternum, sepanjang

tepi kiri sternum dari sela iga II sampai V dan di apeks.

Auskultasi bunyi jantung bunyi jantung seperti BJ1, BJ2,

BJ3 dan BJ4.

2) Aktivitas/istirahat

Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea saat

istirahat atau aktivitas, perubahan status mental, tanda vital

berubah saat beraktivitas.

26
3) Integritas ego

Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.

4) Eliminasi

Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih

pada malam hari, diare/konstipasi.

5) Makanan/cairan

Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB

signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi

garam, penggunaan diuretic, distensi abdomen, oedema umum

dll.

6) Hygiene

Keletihan selama aktivitas perawatan diri, penampilan kurang.

7) Neurosensori

Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah

tersinggung.

8) Nyeri/kenyamanan

Nyeri dada akut-kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot,

gelisah.

9) Interaksi sosial

Penurunan aktivitas yang biasa dilakukan (Padila, 2016).

27
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada pasien CHF menurut

NANDA (2015) yaitu :

a. Penurunan curah jantung : Ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :

1) Aritmia

2) Perubahan pola EKG

3) Palpitasi

4) Edema

5) Keletihan

6) Peningkatan atau penurunan tekanan vena sental (CVP)

7) Peningkatan atau penurunan tekanan baji arteri pulmonal (PAWP,

pulmonary artery wedge pressure)

8) Distensi vena jugularis

9) Murmur

10) Kenaikan BB

11) Kulit dingin dan berkeringat

12) Denyut perifer menurun

13) Dispnea

14) Peningkatan atau penurunan tahan vaskular pulmonal (PVR)

15) Peningkatan atau penurunan tahanan vaskular sistemik (SVR)

16) Oliguria

17) Pengisian ulang kapiler memanjang

28
18) Perubahan warna kulit

19) Variasi pada hasil pemeriksaan tekanan darah

20) Bunyi crackle

21) Batuk

22) Ortopnea atau dispnea nokturnal paroksismal

23) Penurunan curah jantung

24) Penurunan indeks jantung

25) Bunyi jantung S3 atau S4

26) Ansietas

27) Gelisah

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer : Penurunan sirkulasi darah ke

perifer yang dapat mengganggu kesehatan.

Batasan karakteristik :

1) Tidak ada nadi perifer

2) Perubahan fungsi motorik

3) Perubahan karakteristik kulit

4) Indeks ankle-brakhial <0,90

5) Waktu pengisian kapiler > 3 detik

6) Warna tidak kembali ke tungkai 1 menit setelah tungkai diturunkan

7) Perubahan tekanan darah di ekstremitas

8) Pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh dalam uji berjalan 6

menit

9) Penurunan nadi perifer

10) Kelambatan penyembuhan luka perifer

29
11) Pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit

12) Edema

13) Nyeri ekstremitas

14) Bruit femoral

15) Klaudikasi intermiten

16) Parestesia

17) Warna kulit pucat saat elevasi

c. Kelebihan volume cairan : Peningkatan asupan dan/ retensi cairan

Batasan karakteristik :

1) Bunyi nafas tambahan

2) Gangguan tekanan darah

3) Perubahan status mental

4) Perubahan tekanan arteri pulmonal

5) Gangguan pola nafas

6) Perubahan berat jenis urine

7) Anasarka

8) Ansietas

9) Anzotemia

10) Penurunan hematokrit

11) Penurunan hemoglobin

12) Dispnea

13) Edema

14) Ketidakseimbangan elektrolit

15) Hepatomegali

30
16) Peningkatan tekanan vena sentral

17) Asupan melebihi haluaran

18) Distensi vena jugularis

19) Oliguria

20) Ortopnea

21) Dispnea nokturnal paroksismal

22) Efusi pleura

23) Refleks hepatojugular positif

24) Ada bunyi jantung S3

25) Kongesti pulmonal

26) Gelisah

27) Penambahan BB dalam waktu sangat singkat

d. Ketidakefektifan pola napas : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak

memberi ventilasi adekuat

Batasan karakteristik :

1) Pola nafas abnormal

2) Perubahan ekskursi dada

3) Bradipnea

4) Penurunan tekanan ekspirasi

5) Penurunan tekanan inspirasi

6) Penurunan ventilasi semenit

7) Penurunan kapasitas vital

8) Dispnea

9) Peningkatan diameter anterior-posterior

31
10) Pernapasan cuping hidung

11) Ortopnea

12) Fase ekspirasi memanjang

13) Pernapasan bibir

14) Takipnea

15) Penggunaan otot bantu pernafasan

16) Penggunaan posisi tiga-titik

e. Intoleransi aktivitas : Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis

untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin

atau harus dilakukan

Batasan karakteristik :

1) Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas

2) Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal

3) Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon

terhadap aktivitas

4) Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

f. Gangguan pola tidur : Gangguan kulitas dan kuantitas waktu tidur akibat

faktor eksternal

Batasan karakteristik :

1) Ketidakpuasan dengan tidur

2) Menyatakan terbangun

3) Menyatakan tidak ada kesulitan untuk tidur

4) Menyatakan tidak istirahat yang cukup

5) Perubahan pola tidur normal

32
6) Lingkar hitam di bawah mata

7) Penurunan rentang perhatian

8) Sering tidur siang

9) Sering menguap

10) Lesu

3. Diagnosa keperawatan

Tujuan dan Kriteria


Diagnosa Keperawatan Intervensi (NIC)
Hasil (NOC)
Penurunan Curah Efektivitas Pompa Perawatan Jantung (4040)
Jantung Jantung 1. Lakukan penilaian
komprehensif pada
sirkulasi perifer
(misalnya, cek nadi
perifer, edema,
pengisian ulang kapiler,
warna dan suhu
ekstremitas) secara
rutin.
2. Pastikan tingkat
aktivitas pasien yang
tidak membahayakan
curah jantung atau
memprovokasi
serangan jantung.
3. Dorong (adanya)
peningkatan aktivitas
bertahap ketika kondisi
(pasien) sudah
distabilkan (misalnya,
dorong aktivitas yang
lebih ringan atau waktu
yang lebih singkat
dengan waktu istirahat
yang sering dalam
melakukan aktivitas).
4. Identifikasi metode
pasien dalam
menangani stres.
5. Berikan dukungan
teknik yang efektif
untuk mengurangi stres.

33
Ketidakefektifan Status Sirkulasi Perawatan Sirkulasi
Perfusi Jaringan Perifer Insufisiensi : Arteri dan
Vena (4062 & 4066)
1. Lakukan pemeriksaan
fisik sistem
kardiovaskuler atau
penilaian yang
komprehensif pada
sirkulasi perifer
(misalnya, memeriksa
nadi perifer, edema,
waktu pengisian
kapiler, warna dan
suhu).
2. Nilai udem dan nadi
perifer.
3. Lindungi ujung kaki
dan tangan dari cedera
(misalnya, kain tebal di
bawah kaki dan kaki
bagian bawah, alas di
kaki ranjang, sepatu
longgar).
4. Tinggikan kaki 20
derajat atau lebih tinggi
dari jantung.
5. Instruksikan pasien
melakukan perawatan
kaki yang benar.
Kelebihan Volume Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan (4120)
Cairan 1. Monitor status hidrasi
(misalnya, membran
mukosa lembab, denyut
nadi adekuat, dan
tekanan darah
ortostatik).
2. Jaga intake/asupan
yang akurat dan catat
output pasien.
3. Kaji lokasi dan luasnya
edema.
4. Berikan cairan, dengan
tepat.
5. Batasi asupan cairan
pada kondisi
pengenceran
hiponatremia dengan

34
serum Na di bawah 130
mEq per liter.

Ketidakefektifan Pola Status Respirasi : Bantuan Ventilasi (3390)


Napas Ventilasi 1. Monitor pernafasan dan
status oksigenasi.
2. Pertahankan kepatenan
jalan nafas.
3. Posisikan pasien untuk
mengurangi dispnea.
4. Posisikan untuk
meminimalkan upaya
bernafas (misalnya,
mengangkat kepala
tempat tidur dan
memberikan over table
bagi pasien untuk
bersandar).
5. Auskultasi suara nafas,
catat area-area
penurunan atau tidak
adanya ventilasi, dan
adanya suara tambahan.
6. Ajarkan teknik
pernafasan dengan
mengerucutkan bibir,
dengan tepat.
Intoleransi Aktivitas Penghematan Energi Manajemen Energi (0180)
1. Kaji status fisiologis
pasien yang
menyebabkan kelelahan
sesuai dengan konteks
usia dan perkembangan.
2. Bantu pasien
memprioritaskan
kegiatan untuk
mengakomodasi energi
yang diperlukan.
3. Bantu pasien dalam
aktivitas sehari-hari
yang teratur sesuai
kebutuhan (ambulasi,
berpindah, bergerak dan
perawatan diri).
4. Instruksikan pasien
untuk melakukan ADL
di tempat tidur

35
(misalnya makan,
minum, kencing, dll).
5. Anjurkan tidur siang
bila diperlukan.

Gangguan Pola Tidur Tidur Peningkatan Tidur (1850)


1. Tentukan pola
tidur/akativitas pasien.
2. Monitor/catat pola tidur
pasien dan jumlah jam
tidur.
3. Sesuaikan lingkungan
(misalnya, cahaya,
kebisingan, suhu, kasur,
dan tempat tidur).
4. Milai/terapkan langkah-
langkah kenyamanan
seperti pijat, pemberian
posisi, dan sentuhan
afektif.

36
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu untuk mendapatkan

gambaran Penerapan Terapi Posisi Lateral Kanan terhadap Kualitas Tidur

pada Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kasus CHF di RSUD Poso.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Ruangan Interna II RSUD Poso pada

bulan april 2020, waktu penelitian direncanakan selama 2 minggu.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek dalam penelitian ini yaitu pasien CHF dengan gangguan pola

tidur di ruangan Interna II di RSUD Poso.

D. Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian studi kasus ini yaitu Penerapan Terapi

Posisi Lateral Kanan terhadap Kualitas Tidur pada Asuhan Keperawatan

Pasien dengan Kasus CHF.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan

bagaimana penerepan tindakan keperawatan yang diberikan dan evaluasi

tindakan secara komprehensif.

37
1. Asuhan Keperawatan pada pasien CHF merupakan suatu proses

keperawatan yang dimulai dari pengkajian, penentuan diagnosa,

penyusunan intervensi, pemberian tindakan keperawatan dan evaluasi

tindakan pada pasien CHF di RSUD Poso.

2. Posisi Lateral Kanan merupakan suatu tindakan keperawatan mandiri

yang diberikan pada pasien CHF untuk mengatasi masalah gangguan

pola tidur.

3. Kualitas Tidur merupakan suatu keadaan dimana seseorang dapat

dengan mudah untuk memulai tidur tanpa ada gangguan apapun sampai

bangun dari tidur. Kualitas tidur diukur dengan menggunakan

kuesioner PSQI.

F. Pengumpulan Data

Menjelaskan metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :

1. Wawancara : hasil anamnese tentang pengkajian identitas pasien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dulu dan keluarga.

Wawancara bisa dengan pasien, keluarga, perawat.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

3. Study dokumentsi dan angket: misalnya hasil pemeriksaan diagnostik

G. Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak dilakukan pengumpulan data sampai

semua data terkumpul. Analisa dilakukan dengan cara mengemukakan fakta

dan membandingkan dengan teori. Teknik yang dilakukan adalah dengan

menarasikan jawaban jawaban dari hasil pengumpulan data (wawancara

38
observasi) yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan

penelitian. Urutan dalam analisa adalah :

1. Pengumpulan data

Data yang di kumpulkan dari hasil wawancara, observasi, studi

dokumen ditulis dalam bentuk catatan lapangan yang selanjutnya

disalin bentuk transkip.

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori

Data yang sudah dibuat bentuk transkip dibuat koding oleh peneliti

sesuai dengan topik penelitian. Data objektif di analisis berdasarkan

hasil pemeriksaan diagnosik dan dibandingkan dengan nilai normal.

3. Penyajian data

Pengkajian data dilakukan dalam bentuk table, gambar, bagan disertai

narasi kerahasiaan responden tetap harus di perhatikan

4. Kesimpulan

Data yang disajikan selanjutnya dibahas dan dibandingkan dengan

hasil hasil penelitian sebelumnya dan teori teori yang mendukung.

Penarikan kesimpulan di lakukan dengan metode induksi.

Pembahasan dilakukan sesuai dengan tahap asuhan keperawatan

pengkajian, diagnosa, perencanaan tindakan, evaluasi

H. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memahami prinsip –

prinsip etika dalam penelitian karena penelitian yang akan dilakukan

menggunakan subyek manusia, dimana setiap manusia mempunyai hak

39
masing-masing yang tidak bisa dipaksa. Beberapa etika dalam melakukan

penelitian diantaranya adalah :

1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Informed Consent adalah suatu persetujuan atau sumber izin, yang

diberikan setelah mendapatkan informasi atau pernyataan

pasien/keluarga yang berisi persetujuan atas rencana tindakan medis

yang diajukan setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat

penolakan atau persetujuan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity adalah kiasan yang menggambarkan seseorang tanpa

nama atau tanpa identitas pribadi. Dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan istilah Anonimity dipakai untuk menyembunyikan

identitas pasien. Contoh : nama klien Nona Maryam, dapat

pendokumentasian asuhan keperawatan nama klien di tulis dalam

inisial yaitu Nn. M.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality atau kerahasiaan adalah pencegahan bagi mereka

yang tidak berkepentingan dapat mencapai informasi, berhubungan

data yang diberikan ke pihak lain untuk keperluan tertentu dan hanya

diperbolehkan untuk keperluan tertentu.

4. Prinsip Autonomi

Prinsip autonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu

mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Tidak

ada paksaan ataupun ancaman. kesediaan berasal dari keputusan klien

40
setelah di jelaskan prosedur dan tujuan dari pemberian tindakan

keperawatan yang akan dilakukan.

5. Prinsip Beneficience

Beneficience berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.

Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,

penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh

diri dan orang lain. Dalam penelitian ini diharapkan tindakan

keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mencegah terjadinya

gangguan kualitas tidur karena kurangnya monitoring perawat.

6. Non Maleficience

Non malafiesien adalah Prinsip yang berarti segala tindakan

keperawatan yang dilakukan pada klien CHF dengan masalah kualitas

tidur tidak menimbulkan bahaya / cedera secara fisik dan psikologik.

7. Prinsip Justice

Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat

bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan

keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

tidak memilih pasien berdasarkan status sosial, RAS, suku dan agama

dalam memberikan tindakan keperawatan.

41
DAFTAR PUSTAKA

42
43
44

Anda mungkin juga menyukai