Anda di halaman 1dari 17

 Elektrolisis lelehan

garam
 Elektrolisis larutan
elektrolit
 Aspek kuantitatif
elektrolisis
 Elektroplating pada
logam

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS


What do a forest fire, rusting steel,
combustion in an automobile engine,
and the metabolism of food in a human
body have in common? All of these
important processes involve oxidation–
reduction reactions. In fact, virtually all
of the processes that provide energy to
heat buildings, power vehicles, and
allow people to work and play depend
on oxidation–reduction reactions. And
every time you start your car, turn on
your calculator, look at your digital
watch, or listen to a radio at the beach,
you are depending on an oxidation–
reduction reaction to power the battery
in each of these devices. In addition,
because “pollution-free” vehicles have
been promoted in California, hybrid
cars are more common on U.S. roads.
This will lead to increased reliance of
our society on batteries and will spur
the search for new, more efficient
batteries.

1. Apa yang dimaksud dengan oksidasi? Apa yang


dimaksud dengan reduksi?
2. Ketika membentuk senyawa, apakah logam akan
melepas atau menerima elektron? Bagaimana dengan
nonlogam?
3. Bagaimana kecenderungan elektronegativitas dalam
sistem periodik unsur?

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS


PENGERTIAN SEL ELEKTROLISIS
Proses elektrolisis berlawanan dengan elektrokimia yang memanfaatkan reaksi redoks
Elektrolisis
spontan untuk menghasilkan energi listrik (Sudarmo, 2015). Elektrolisis merupakan
Sebuah proses
proses penggunaan energi listrik untuk membuat reaksi tidak spontan dapat berjalan.
pemanfaatan energi
listrik untuk Sel elektrolisis adalah perangkat yang digunakan dalam proses elektrolisis, yang terdiri
menjalankan sebuah atas sumber arus searah serta elektrode positif dan elektrode negatif. Prinsip
reaksi yang tidak elektrolisis berlawanan dengan prinsip pada sel galvani (Chang, 2010).
spontan.
nonspontaneous Sel elektrolisis tersusun atas sebuah wadah, elektrode, elektrolit, dan sumber arus
searah. Pada sel elektrolisis tidak memerlukan jembatan garam. Sel elektrolisis
disusun sesuai gambar 1. Muatan elektrode berbeda dengan sel volta. Pada sel
elektrolisis, katode bermuatan negatif dan anode bermuatan positif. Reaksi yang terjadi
sama seperti pada sel volta, yaitu reaksi reduksi pada katode dan reaksi oksidasi pada
anode. Elektron mengalir memasuki larutan melalui kutub negatif (katode). Spesi
tertentu dalam larutan menyerap elektron dari katode dan mengalami reduksi. Spesi
ang lain melepaskan elektron di anode dan mengalami oksidasi (Partana & Wiyarsi,
2009).

Elektrolisis Lelehan Garam


Pada fasa lelehan, NaCl, senyawa ionik, dapat terelektrolisis untuk membentuk logam Na dan
klorin. Gambar 2(a) adalah diagram sel Downs, elektrolisis NaCl dalam skala besar. Pada lelehan
NaCl, kation berupa Na+ dan anion berupa Cl-. Gambar 2(b) merupakan penyederhanaan yang
menunjukkan reaksi yang terjadi paada elektrode. Reaksi yang terjadi pada elektrode tersebut adalah
Anode (oksidasi) : 2Cl- (l) → Cl2 (g) + 2e-
Katode (reduksi) : 2Na+ (l) + 2e- → 2Na (l)
Reaksi total : 2Na+ (l) + 2Cl- (l) → 2Na (l) + Cl2 (g)
Proses ini merupakan sumber utama dari logam natrium murni dan gas klorin.
Secara teoretis, harga E0 pada proses keseluruhan sekitar -4 V, yang berarti bahwa proses ini
tidak spontan. Oleh karena itu, minimal tegangan sebesar 4 V harus disediakan baterai untuk
menjalankan reaksi. Pada kenyataannya, tegangan yang dibutuhkan lebih dari 4 V karena terdapat
inefisiensi pada proses elektrolisis dan overvoltasi (Chang, 2010).
Secara teoretis, harga E0 sel reaksi di atas yaitu sekitar -4 V. Hal ini menunjukkan bahwa proses
tersebut adalah reaksi tidak spontan. Untuk itu, voltasi minimal sebesar 4 V harus disediakan untuk

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS


menjalankan reaksi tersebut. Faktanya, voltasi yang dibutuhkan lebih besar dari 4 V karena inefisiensi
dari proses elektrolisis dan overvoltasi.

Gambar 1. Diagram Sel Downs

Gambar 2. Reaksi yang terjadi pada elektroda

EXERCISE

Tuliskan reaksi setengah sel untuk elektrolisis lelehan berikut


a) KCl dan b) KOH

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS


Elektrolisis Larutan
Pada elektrolisis lelehan garam, setengaah reaksi yang mungkin terjadi biasanya terbatas pada
ion-ion pada garam. Ketika kita mengelektrolisis larutan elektrolit, keberadaan air di dalamya harus
diperhatikan. Mari kita lihat setengah reaksi yang mungkin terjadi pada air.

Elektrolisis Air
Air pada kondisi atmosfer (1 atm dan 250C) tidak dapat
terdekomposisi secara spontan untuk membentuk gas hidrogen dan
oksigen karena perubahan energi bebas standar untuk reaksi ini
berharga positif dan cukup besar, yaitu
2H2O (l) → 2H2 (g) + O2 (g) ∆G0 = 474,4 kJ/mol
Sel elektrolisis ini berisi pasangan elektrode logam yang tidak
reaktif, seperti platina. Ketika elektrode disambungkan pada baterai,
tidak ada hal yang terjadi karena ion pada air murni tidak mencukupi
sebagai arus listrik. Di sisi lain, reaksi berjalan lambat pada 0,1 M
H2SO4 karena dibutuhkan jumlah ion yang cukup untuk Figure 3. Apparatus for
menghantarkan listrik. Proses yang terjadi pada anode adalah small-scale electrolysis
of water
2H2O (l) → O2 (g) + 4H+(aq) + 4e-
Sementara itu pada katode terjadi
H+ (aq) + e- → ½ H2 (g)
Reaksi total sel elektrolisisnya sebagai berikut
Anode (oksidasi) : 2H2O (l) → O2 (g) + 4H+(aq) + 4e-
Katode (reduksi) : 4x [H+ (aq) + e- → ½ H2 (g)]
Reaksi total : 2H2O (l) → 2 H2 (g) + O2 (g) (Chang, 2010).

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS


Elektrolisis Larutan Kalium Iodida (KI)

Gambar 3. Elektrolisis larutan KI


Gambar di atas menunjukkan larutan KI yang dielektrolisis dengan elektrode grafit (karbon). Di
dalam larutan terdapat beberapa spesi, antara lain ion K+ dan ion I- dari ionisasi KI dan H2O sebagai
pelarut. Akibat pengaruh arus listrik searah yang dialirkan melalui batang elektrode, ion-ion K+
bergerak ke kutub negatif dan ion-ion I- bergerak ke kutub positif. Kemuian, ion I-akan melepaskan
elektronnya atau mengalami reaksi oksidasi (Sudarmo, 2015).
2I- (aq) → I2 (g) + 2e- ........... (oksidasi)
Selanjutnya, elektron yang dilepas oleh ion I- tersebut akan mengalir melalui penghantar menuju
elektrode negatif, yang di sekitarnya terdpt ion K+ dan molekul H2O sebagai pelarut. Di antara zat-zat
yang ada di sekitar elektrode negatif, zat yang paling mudah mengalami reduksi adalah molekul H 2O
sehingga terjadi reduksi terhadap H2O.
2H2O (l) + 2e- → H2 (g) + 2OH- (aq) ............. (reduksi)
Adanya ion OH- ditunjukkan dengan adanya warna merah karena penambahan indikator PP
(Sukmanawati, 2009). Jadi, pada elektrolisis larutan KI terjadi reaksi:
Elektrode positif : 2I- (aq) → I2 (g) + 2e-
Elektrode negatif : 2H2O (l) + 2e- → H2 (g) + 2OH- (aq)
Reaksi elektrolisis : 2I- (aq) + 2H2O (l) → I2 (g) + H2 (g) + 2OH- (aq)
Berdasarkan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pada elektrolisis:
a) Kutub positif merupakan anode dan pada kutub positif terjadi reaksi oksidasi
a) Kutub negatif merupakan katode dan pada kutub negatif terjadi reaksi reduksi

Jadi, pada elektrolisis larutan KI tersebut, di anode dihasilkan gas I 2 dan di katode dihasilkan
gas H2 dan larutan KOH akibat bergabungnya ion K+ dan ion OH- hasil reduksi moleku H2O (Sudarmo,
2015).
BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS
Elektrolisis Larutan Natrium Klorida (NaCl)
Contoh ini adalah contoh elektrolisis yang paling rumit dari contoh elektrolisis lain karena larutan
natrium klorida mengandung beberapa spesies yang dapat dioksidasi dan direduksi. Reaksi oksidasi
yang mungkin terjadi di anoda adalah
(1) 2Cl- (aq) → Cl2 (g) + 2e-
(2) 2H2O (l) → O2 (g) + 4H+ (aq) + 4e-
Berdasarkan data potensial reduksi standar, dapat diketahui
Cl2 (g) + 2e- → 2Cl- (aq) E0 = 1,36 V
O2 (g) + 4H+ (aq) + 4e- → 2H2O (l) E0 = 1,23 V
Potensial reduksi standar (1) dan (2) tidak jauh berbeda, tetapi nilainya menunjukkan bahwa H 2O yang
dioksidasi di anoda. Namun, hasil percobaan menunjukkan bahwa gas yang dibebaskan di anoda
adalah Cl2. Dalam mempelajari proses elektrolitik, kadang-kadang kita menemukan bahwa tegangan
yang diperlukan untuk suatu reaksi jauh lebih tinggi daripada yang ditunjukkan oleh potensial elektroda.
Tegangan lebih adalah perbedaan antara potensial elektroda dan tegangan aktual yang diperlukan
untuk menyebabkan elektrolisis. Tegangan ini disebut dengan overvoltasi. Overvoltasi pada
pembentukan O2 cukup tinggi. Oleh karena itu, dalam kondisi operasi normal, gas Cl 2 lah yang
terbentuk di anoda, bukan O2. Reaksi reduksi yang mungkin terjadi di katoda adalah
(3) 2H+ (aq) + 2e- → H2 (g) E0 = 0,00 V
(4) 2H2O (l) + 2e- → H2 (g) + 2OH- (aq) E0 = -0,83 V
(5) Na+ (aq) + e- → Na (s) E0 = -2,71 V
Reaksi (5) dikesampingkan karena memiliki potensial reduksi standar yang sangat negatif. Reaksi (3)
lebih dimungkinkan terjadi daripada (4) dalam kondisi kondisi standar. Namun, pada pH 7 (seperti
halnya larutan NaCl), keduanya sama-sama mungkin terjadi. Reaksi yang paling mungkin terjadi
adalah reaksi (4) untuk menggambarkan reaksi katoda. Jadi, reaksi setengah sel dalam elektrolisis
larutan natrium klorida adalah
Anoda (oksidai): 2Cl- (aq) → Cl2 (g) + 2e-
Katoda (reduksi): 2H2O (l) + 2e- → H2 (g) + 2OH- (aq)
Reaksi total: 2H2O (l) + 2Cl- (aq) → H2 (g) + Cl2 (g) + 2OH- (aq)

Elektrolisis Larutan Na2SO4


Jika larutan Na2SO4 dielektrolisis, produk yang terbentuk di anoda dan katoda masing-masing adalah
gas oksigen dan gas hidrogen. Mengapa hal tersebut terjadi? Sebelum kita melihat reaksi elektroda,
kita harus mempertimbangkan fakta-fakta berikut: (1) Karena Na2SO4 tidak terhidrolisis, pH larutan
mendekati 7. (2) Ion Na+ tidak berkurang di katoda dan SO42- ion tidak teroksidasi di anoda.
Kesimpulan ini diambil dari elektrolisis air dengan adanya asam sulfat dan dalam larutan natrium
klorida, seperti dibahas sebelumnya. Oleh karena itu, reaksi oksidasi dan reduksi hanya melibatkan
molekul air.

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS


Reaksi yan terjadi pada elektrode adalah
Anoda: 2H2O (l) → O2 (g) + 4H+ (aq) + 4e-
Katoda: 2H2O (l) + 2e- → H2 (g) + 2OH- (aq)
Reaksi pada katoda dikalikan dua, sehingga diperoleh
6H2O (l) → 2H2 (g) + O2 (g) + 4H+ (aq) + 4OH- (aq)
Jika ion H+ dan OH- dicampur, maka terbentuk
4H+ (aq) + 4OH- (aq) → 4H2O (l)
Sehingga reaksi total menjadi
2H2O (l) → 2H2 (g) + O2 (g)

Faktor Penentu Reaksi Sel Elektrolisis


1. Ion – ion di sekitar elektrode
Pada anode, ion-ion di sekitar anode yang memiliki E0 lebih negatif yang akan mengalami
oksidasi. Pada katode, ion-ion di sekitar katode yang memiliki E0 lebih positif yang akan
mengalami reduksi (Sudarmo, 2015). Berikut tabel nilai potensial elektrode standar (E 0) dari
beberapa elektrode.
Tabel 1. Nilai Potensial Elektrode Standar (E0) dari Beberapa Elektrode
Setengah reaksi E0 (volt)
Li+ (aq) + e- → Li (s) -3,045
K+ (aq) + e- → K (s) -2,924
Ba2+ (aq) + 2e- → Ba (s) -2,90
Sr2+ (aq) + 2e- → Sr (s) -2,89
Ca2+ (aq) + 2e- → Ca (s) -2,76
Na+ (aq) + e- → Na (s) -2,71
Mg2+ (aq) + 2e- → Mg (s) -2,375
Al3+ (aq) + 3e- → Al (s) -1,706
Ti2+ (aq) + 2e- → Ti (s) -1,63
Mn2+ (aq) + 2e- → Mn (s) -1,029
Cr2+ (aq) + 2e- → Cr (s) -0,91
2H2O(l) + 2e- → H2 (g) + 2OH- (aq) -0,83
Zn2+ (aq) + 2e- → Zn (s) -0,76
Cr3+ (aq) + 3e- → Cr (s) -0,74

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS


Cr3+ (aq) + e- → Cr2+ (s) -0,41
Fe2+ (aq) + 2e- → Fe (s) -0,409
Cd2+ (aq) + 2e- → Cd (s) -0,403
Co2+ (aq) + 2e- → Co (s) -0,28
Ni2+ (aq) + 2e- → Ni (s) -0,23
Sn2+ (aq) + 2e- → Sn (s) -0,136
Pb2+ (aq) + 2e- → Pb (s) -0,126
Fe3+ (aq) + 3e- → Fe (s) -0,036
2H+ + 2e- → H2 (g) 0,000
Sn4+ (aq) + 2e- → Sn2+ (s) +0,15
Cu2+ (aq) + 2e- → Cu (s) +0,34
I2 (s) + 2e- → 2I- (aq) +0,535
Ag+ (aq) + e- → Ag (s) +0,799
Br2 (aq) + 2e- → 2Br- (aq) +1,087
Pt2+ (aq) + 2e- → Pt (s) +1,2
O2 (g) + 4H+ (aq) + 4e- → 2H2O (l) +1,23
Cl2 (aq) + 2e- → 2Cl- (aq) +1,34
Au+ (aq) + e- → Au (s) +1,68
F2 (aq) + 2e- → 2F- (aq) +2,87

Contoh:
Pada elektrolisis KI digunakan elektrode grafit. Oleh karena itu, elektrode tidak mengalami reaksi
apapun. Di sekitar anode terdapat H2O dan ion I- sehingga ion I- yang akan teroksidasi.
2H2O (l) → 4H+ (aq) + O2 (g) + 4e- E0 = +1,23 V
2I- (aq) → I2 (g) + 2e- E0 = -0,54 V

Di sekitar katode terdapat ion K+ dan H2O sehingga yang lebih mudah mengalami reduksi adalah
atom H pada H2O.
2H2O (l) + 2e- → H2 (g) + 2OH- (aq) E0 = -0,83 V
K+ (aq) + e- → K (s) E0 = -2,93 V
Jadi pada elektrolisis larutan KI dengan elektrode grafit, reaksi yang terjadi adalah
2KI (aq) → 2K+ (aq) + 2I- (aq)
Anode : 2I- (aq) → I2 (g) + 2e-

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS


Katode : 2H2O (l) + 2e- → H2 (g) + 2OH- (aq)
Reaksi total : 2KI (aq) + 2H2O (l) → I2 (g) + 2K+ (aq) + 2OH- (aq) + H2 (g)
2KI (aq) + 2H2O (l) → I2 (g) + 2KOH (aq) + H2 (g)
(Sudarmo, 2015).
2. Bahan elektrode
a. Jika bahan elektrode terbuat dari grafit (C) atau logam inert (misalnya Pt atau Au), elektrode
tidak mengalami oksidasi atau reduksi. Jadi, yang mengalami oksidasi atau reduksi adalah
spesi – spesi yang ada di sekitar elektrode.
b. Jika elektrode (terutama anode) berasal dari logam aktif, anode tersebut yang akan mengalami
oksidasi.
Bandingkan hasil elektrolisis larutan Na2SO4 dengan elektrode inert (misalnya grafit) dan dengan
elektrode aktif (misalnya Cu).
1) Reaksi elektrolisis larutan Na2SO4 encer dengan elektrode grafit
Na2SO4 (aq) → 2Na+ (aq) + SO42- (aq)
Anode (+) : 2H2O (l) → 4H+ (aq) + O2 (g) + 4e-
Katode (-) : 4H2O (l) + 4e- → 2H2 (g) + 4OH- (aq)
Reaksi total : 2H2O (l) → 2H2 (g) + O2 (g)
Hasil elektrolisisnya adalah gas oksigen di anode dan gas hidrogen di katode.
2) Reaksi elektrolisis larutan Na2SO4 encer dengan elektrode tembaga
Na2SO4 (aq) → 2Na+ (aq) + SO42- (aq)
Anode (+) : Cu (s) → Cu2+ (aq) + 2e-
Katode (-) : 2H2O (l) + 2e- → H2 (g) + 2OH- (aq)
Reaksi total : Cu (s) + 2H2O (l) → Cu2+ (aq) + H2 (g) + 2OH- (aq)
Oleh karena elektrodenya dari Cu (anode aktif), maka anode Cu tersebut mengalami oksidasi
dan hasil elektrolisisnya adalah ion Cu2+ di anode dan gas hidrogen di katode.
Reaksi pada anode:

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS


Anode terbuat dari

Grafit atau platina Logam lain

Di sekitar anode terdapat Anodenya teroksidasi:


L(s) → Ln+(aq) + ne-
ion negatif dari

OH- dari suatu basa, reaksinya: X- (X = Cl, Br, I) reaksinya:


4OH-(aq) → 2O2 (g) + 2H2 (g) + 4e- 2X-(aq) → X2(g) + 2e-

Sisa asam oksi ROnx- tidak teroksidasi,


tetapi yang teroksidasi adalah H2O dari
pelarut. Reaksinya:
2H2O (l) → O2 (g) + 4H+ + 4e-

Oleh karena anode bermuatan positif, maka pada anode terjadi reaksi oksidasi.
a. Ion-ion sisa asam oksi, misalnya SO42- dan NO3- tidak teroksidasi maka yang dioksidasi
adalah air
b. Ion-ion halida yaitu F-, Br-, I- dioksidasi menjadi halogen (X2) yaitu F2, Cl2, Br2, I2 dengan
reaksi seperti berikut: 2X- (aq) → X2 (g) + 2e-
c. Ion OH- dari basa yang dioksidasi menjadi gas oksigen (O2).
4OH-(aq) → 2H2O (l) + 4e- + O2 (g)
Reaksi pada katode (untuk larutan)

Di sekitar katode ada ion positif dari:

H+ dari asam, reaksinya: Logam lain, reaksinya:


2H+ (aq) + 2e- → H2 (g) Ln+(aq) +ne- → L(s)

Logam golongan Ia, IIA, dan IIIA, yang


tereduksi H pada air:
2H2O (l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq)

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS


Oleh karena katode bermuatan negatif, maka pada katode terjadi reaksi reduksi. Reaksi
reduksi di katode bergantung pada:
a) Kation dapat berasal dari golongan alkali, alkali tanah, Al, atau Mn yaitu ion-ion logam yang
memiliki elektrode lebih kecil atau lebih negatif daripada pelarut (air), sehingga aair tereduksi.
b) Ion-ion logam yang memiliki E0 lebih besar dari -0,83 direduksi menjadi logam yang
diendapkan pada permukaan katode.
c) Ion H+ dari asam direduksi menjadai gas hidrogen (H2).
d) Apabila di dalam elektrolisis yang dipakai adalah leburan, maka akan terjadi reaksi seperti
berikut
Mn+ + ne- → M
(Sukmanawati, 2009).

EXERCISE

Gas apa yang dihasilkan pada elektrolisis larutan Mg(NO3)2, baik di katoda maupun anoda?

Aspek Kuantitatif Elektrolisis


Percobaan mengenai besaran kuantitatif elektrolisis dilakukan pertama kali oleh Faraday. Beliau
mengamati bahwa massa produk yang terbentuk (reaktan yang digunakan) pada elektrode berbanding
lurus dengan jumlah arus listrik yang dialirkan ke elektrode dan massa atom relatif. Misalnya,
elektrolisis lelehan NaCl, reaksi pada katode menunjukkan bahwa sebuah atom Na terbentuk ketika ion
Na+ menerima sebuah elektron dari elektrode. Untuk mereduksi 1 mol ion Na +, kita harus menyediakan
elektron sejumlah bilangan Avogadro (6,02 x 1023) di katode. Di sisi lain, stoikiometri reaksi di anode
menunjukkan bahwa dua buah ion Cl- menghasilkan sebuah molekul klorin. Untuk itu, pembentukan 1
mol Cl2 mentransfer elektron 2 mol dari ion Cl- ke anode. Dengan kata lain, ini membutuhkan 2 mol
elektron untuk mereduksi 1 mol ion Mg2+ dan 3 mol elektron untuk mereduksi 1 mol ion Al3+ :
Mg2+ + 2e- → Mg
Al3+ + 3e- → Al
Pada percobaan elektrolisis, kita biasa mengukur arus listrik (dalam ampere, A) yang dialirkan
melalui sel elektrolisis pada selang waktu tertentu. Hubungan antara muatan (dalam coulombs, C) dan
arus listrik adalah
1C=1Ax1s
BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS
Dimana 1 couomb adalah besar muatan yang melewati rangkaian sel dalam 1 sekon dengan arus 1
ampere (Chang, 2010).
Satuan standar listrik yang menyatakan banyaknya elektron yang melewati elektrolit adalah
coulomb. Muatan satu elektron adalah sebesar -1,6022 x 1019 C. arus listrik dinyatakan dengan ampere
(A) yang merupakan laju aliran muatan listrik.

Satu faraday (9,6485 x 104 C) sama dengan muatan satu mol elektron

Hukum Faraday I berbunyi: “Massa zat yang dilepaskan selama elektrolisis berbanding lurus dengan
jumlah listrik yang digunakan”
Jika massa zat yang dilepaskan (W) setara dengan muatan listrik (Q), maka
W≈Q
W=Ixt
Hukum Faraday II berbunyi: “Massa zat yang dilepaskan pada elektrolisis berbanding lurus dengan
massa ekuivalen zat itu”
W = ME
Penggabungan hukum Faraday I dan II menghasilkan persamaan baru sebagai berikut.
W = k x I x t x ME
k merupakan tetapan yang ditemukan Faraday yaitu sebesar 1/96500 . muatan 96500 C sebanding
dengan 1 mol elektron yang lewat. Besarnya kelistrikan ini disebut satu faraday.
Jadi, untuk mencari berat zat yang dihasilkan pada proses elektrolisis dapat menggunakan
persamaan berikut (Partana & Wiyarsi, 2009).
𝐼×𝑡 𝐼×𝑡 𝐴𝑟
𝑤 = 96500 × 𝑀𝐸 atau 𝑤 = ×
96500 𝑛

dengan w = massa zat yang dihasilkan (g)


i = kuat arus (ampere)
t = waktu (sekon)
ME = massa akuivalen
Ar = massa atom relatif
N = muatan ion

Secara garis besar, langkah dalam menghitung jumlah zat yang tereduksi atau teroksidasi pada sel
elektrolisis adalah sebagai berikut

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS


Arus listrik Muatan dalam Jumlah mol
Dibagi dengan
(ampere) dan coulombs elektron
konstanta Faraday
waktu (sekon)

Gunakan perbandingan mol


Pada setengah reaksi

Gram atau liter Gunakan massa molar Jumlah mol zat yang
produk atau persamaan tereduksi/teroksidasi
Gas ideal

Hasil Faraday dirumuskan menjadi dua hkum, yaitu:


(1) Massa produk yang diproduksi di elektrode berbanding lurus dengan jumlah arus listrik yang
dialirkan ke sel elektrolisis
I×t Ar
w= ×
96500 n
dengan w = massa produk (g)
i = arus listrik (ampere)
t = waktu (sekon)
Ar = massa atom relatif
n = muatan ion

(2) Jika muatan ion diketahui, massa ekuivalen logam tertentu yang diproduksi berbanding lurus
dengan massa ekuivalennya (massa atom relatif dibagi dengan muatan pada ion logam).
Contoh:
Ar Ag Ar Cu Ar Cr
m Ag :m Cu :m Cr= : :
1 2 3

EXERCISE

1) Arus listrik sebesar 1.26 A dilewatkan pada sel elektrolisis yang berisi larutan asam sulfat
encer selama 7.44 jam. Tuliskan reaksi sel dan hitung volume gas yang dihasilkan pada
keadaan STP!
2) Larutan KI dielektrolisis dengan elektroda platinum. Reaksi setengah selnya sebagai berikut
2I- (aq) → I2 (aq) + 2e-
2H2O (l) + 2e- → H2 (g) + 2OH_ (aq)
Berapa gram iodin yang dihasilkan jika arus yang digunakan sebesar 8,52 mA flows selama 10
menit?

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS


Penggunaan Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis banyak dimanfaatkan dalam industri, antara lain pada industri metalurgi
(pengolahan logam), industri bahan kimia, dan industri kerajinan. Pada industri metalurgi, elektrolisis
digunakan untuk memisahkan logam dari bijihnya.
1. Metalurgi
Proses pemisahan (pemurnian) logam dari bijih logam yang menggunakan proses elektrolisis,
antara lain:
a. Proses Hall-Heroult
Alumunium didapatkan dari bijih bauksit dengan cara elektrolisis lelehan Al2O3 yang diperoleh
dari bijih bauksit. Pada proses ini, lelehan Al2O3 dicampur dengan kriolit (Na3AlF6) dielektrolisis
dengan elektrode grafit.
b. Pemurnian tembaga
Proses pengambilan tembaga dari bijih tembaga mula-mula dilakukan dengan reduksi. Akan
tetapi, tembaga yang dihasilkan belum murni. Pemurnian tembaga tersebut dilakukan dengan
elektrolisis larutan CuSO4, dimana logam tembaga yang tidak murni dijadikan anode dan
katodenya dari tembaga murni. Pada elektrolisis ini, tembaga tidak murni yang ada di anode
akan mengalami oksidasi dan melarut sebagai ion Cu2+. Selanjutnya, ion Cu2+ tersebut akan
bergerak menuju katode dan mengendap di katode sebagai logam tembaga murni.

2. Industri Bahan Kimia


Pembuatan bahan-bahan kimia tertentu, misalnya gas klorin dan NaOH dilakukan dengan cara
elektrolisis. Cara ini dinilai lebih ekonomis dibandingkan menggunakaan proses reaksi kimia biasa.
Pembuatan gas klorin dan NaOH dilakukan dengan elektrolisis larutan NaCl pekat yang diperoleh
dari pemekatan air laut. Dengan metode ini, bahan baku dapat diperoleh dengan mudah dan murah.
Proses pembuatan gas klorin dan NaOH dengan elektrolisis ini menggunakan sel elektrolisis yang
diberi diafragma yang berfungsi untuk mencegah bereaksinya gas klorin dan NaOH yan dihasilkan.
Oleh karena itu, sel elektrolisis ini lebih dikenal dengan sel diafragma.
Reaksi yang terjadi:
NaCl (aq) → Na+ (aq) + Cl- (aq)
Anode : 2Cl-(aq) → Cl2 (g) + 2e-
Katode : 2H2O (l) + 2e- → H2 (g) + 2OH- (aq)
Reaksi sel : 2Cl- (aq) + 2H2O (l) → Cl2 (g) + H2 (g) + 2OH- (aq)
BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS
3. Industri Kerajinan
Industri kerajian dari logam, misalnya perhiasan dan alat-alat rumah tangga banyak memanfaatkan
proses elektrolisis, yaitu dengan penyepuhan, vernikel, dan verkrom. Sebagai contoh, kursi lipat
yang terbuat dari logam besi disepuh dengan logam krom melalui elektrolisis Cr 2(SO4)3 dengan
anode dari logam krom dan katode dari logam yang akan dilapisi krom. Cara ini dikenal dengan
verkrom.
Pembuatan perhiasan yang berlapis emas menggunakan caara elektrolisis untuk proses
pelapisannya. Perhiasan yang akan dilapisi (disepuh) diletakkan pada katode dan logam emas yang
digunakan untuk menyepuh diletakkan di anode. Pada proses ini, elektrolitnya merupakan larutan
yang mengandung ion Au3+. Larutan Au3+ harus dibuat dengan konsentrasi yang sekecil-kecilnya
dan menggunakan arus listrik yang sekecil-kecilnya agar proses penempelannya sempurna. Jika
penempelannya terlalu cepat, proses kristalisasi tidak sempurna sehingga akan menjadi hitam (tidak
mengkilap). Agar konsentrasi Au3+ yang ada dalam larutan sekecil-kecilnya, maka garam Au3+
ditambah apotas (K2CO3.KCN) yang akan membentuk ion kompleks [Au(CN)6]3- (Sudarmo, 2015).

Charles Martin Hall • 1863–1914


Hall was a student at Oberlin College in Ohio when he first became
interested in aluminum. One of his professors commented that
anyone who could find a way to manufacture aluminum cheaply
would make a fortune, and Hall decided to give it a try. The 21-year-
old worked in a wooden shed near his house with an iron frying pan
as a container, a blacksmith’s forge as a heat source, and galvanic
cells constructed from fruit jars. Using these crude galvanic cells, Hall
found that he could produce aluminum by passing a current through
a molten mixture of Al2O3 and Na3AlF6. By a strange coincidence,
Paul Heroult, a French chemist who was born and died in the same
years as Hall, made the same discovery at about the same time.

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS


Rangkuman
Sel elektrolisis merupakan jenis sel elektrokimia. Sel elektrolisis menggunakan bantuan voltasi dari luar
untuk menjalankan reaksi yang tidak spontan. Elektrolisis larutan melibatkan oksidasi dan reduksi
molekul air pada elektroda. Sebagai contoh, elektrolisis larutan NaCl menghasilkan gas hidrogen pada
katode. Jumlah zat yang dibebaskan di elektrode berhubungan dengan muatan ion yang terdapat pada
sel. Hubungan ini merupakan hubungan stoikiometrik dan mengikuti reaksi pada elektroda.

Referensi

Chang, R. 2010. General Chemistry: The Essential Concept (Tenth Edition). New York: McGraw-Hill.
Harahap, M. R. 2016. Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik
Elektro, 2(1): 177-180.
Pamungkas, A.S., Prasetyo, H., dan Mulyaningsih, N. 2018. Pengaruh Variasi Temperatur
Elektroplating terhadap Ketebalan Lapisan Nikel Baja ST37. Jurnal Teknik Mesin MERC, 1(2): 1-
3.

Partana, C.F. dan Wiyarsi, A. 2013. Mari Belajar Kimia untuk SMA-MA Kelas XII IPA. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sudarmo, U. 2015. Kimia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.


Sukmanawati, W. 2013. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

BAITI ROHMAWATI | ELECTROLYSIS

Anda mungkin juga menyukai