Anda di halaman 1dari 13

LI 1.

KESEIMBANGAN ELEKTROLIT

DEFINISI

a. Keseimbangan Elektrolit

Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit akan mempengaruhi
keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel. Elektrolit berperan
dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi enzim
dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat berpengaruh terhadap
konsentrasi cairan intasel dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.

MEKANISME

1) Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)

Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan dalam
keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran
pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses
difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan kulit.
Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika konsentrasi natrium serum
menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga konsentrasi natrium akan meningkat.
Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan merangsang pelepasan
ADH sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148 mEq/Lt

2) Keseimbangan kalium/potassium (K+)

Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada pada cairan
intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui makanan seperti
daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.

3) Keseimbangan Kalsium (Ca2+)

Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan fosfor
membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus dan
reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam
tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh
kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid
dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi
peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi
tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
4) Keseimbangan Magnesium (Mg2+)

Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam metabolisme
sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya didapat dari makanan
seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus halus, peningkatan
absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.

5) Keseimbangan Fosfor (PO4–)

Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang, otot
rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama fungsi
otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan tulang dan gigi,
regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus halus dan banyak ditemukan
dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan reabsorpsi melalui ginjal. Pengaturan
konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan berhubungan dengan kadar kalsium. Jika kadar
kalsium meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian sebaliknya. Jumlah normal sekitar
2,5-4,5 mEq/Lt.

6) Keseimbangan Klorida (Cl–)

Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam pengaturan
osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa, berperan dalam
buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah. Disekresi dan direabsorpsi
bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron. Kadar klorida yang
normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.

7) Keseimbangan Bikarbonat

Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi utama yaitu
regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi dengan asam
kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH. Nilai normal
sekitar 25-29mEq/Lt.

FUNGSI
b. Pengaturan dan Fungsi Elektrolit

 Sodium ( )
1. Reabsorpsi dan sekresi ginjal
2. Aldosteron,meningkatkan reabsorpsi natrium di duktus kolekting nefron
3. Pengaturan dan distribusi volume cairan ekstrasel
4. Mempertahankan volume darah
5. Menghantarkan impuls saraf dan kontraksi otot
 Potassium ( )
1. Sekresi dan konservasi oleh ginjal
2. Aldosteron meningkatkan pengeluaran
3. Pemindahan dalam dan luar sel
4. Insulin membantu memindahkan ke dalam sel dan luar sel,jaringan yang rusak
5. Mempertahankan osmolaritas dan cairan intrasel
6. Transmisi saraf dan impuls elektrik
7. Pengaturan transmisi impuls jantung dan kontraksi otot
8. Pengaturan asam basa
9. Kontraksi tulang dan otot polos

 Kalsium ( )
1. Distribusi antara tulang dan cairan ekstrasel
2. Hormon paratiroid meningkatkan serum ,kalsitonin menurunkan kadar serum
3. Pembentukan tulang dan gigi
4. Transmisi impuls saraf
5. Pengaturan kontraksi otot
6. Mempertahankan pace maker jantung
7. Pembekuan darah
8. Aktivitas enzim pancreas,seperti lipase

 Magnesium ( )
1. Dipertahankan dan dikeluarkan oleh ginjal
2. Meningkan adsorpsi oleh vitamin D dan hormon paratiroid
3. Metabolisme intrasel
4. Pmpa sodium-potasium
5. Relaksasi kontraksi otot
6. Transmisi impuls saraf
7. Pengaturan fungsi jantung

 Klorida ( )
1. Pengeluran dan reabsorpsi bersama sodium dalam ginjal
2. Aldosteron meningkatkan adsorpsi klorida dengan sodium
3. Produksi HCl
4. Pengaturan keseimbangan cairan ekstrasel dan volume vaskuler
5. Keseimbangan asam-basa

 Pospat ( )
1. Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
2. Paratiroid hormon menurunkan kadar serum dengan meningkatkan sekresi ginjal
3. Pembentukan tulang dan gigi
4. Metabolism karbohidrat,lemak,dan protein
5. Metabolisme seluler produksi ATP dan DNA
6. Fungsi otot,saraf,dan sel darah merah
7. Pengaturan asam-basa
8. Pengaturan kadar kalsium

 Bikarbonat ( )
1. Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
2. Pembentukan oleh ginjal
3. Buffer utama dalam keseimbangan asam-basa

KEBUTUHAN ELEKTROLIT

Pada bayi/ Anak Pada dewasa


 Kebutuhan kalium 2,5 mEq/kgBB/hari  Kebutuhan kalium 1-2 mEq/kgBB/hari
 Kebutuhan natrium 2-4 mEq/kgBB/hari  Kebutuhan natrium 2-3 mEq/kgBB/hari

Jenis Cairan Elektrolit

Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap. Cairan
saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut juga
normal saline yang banyak dipergunakan. Contohnya:

a. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl–, dan Ca2+


b. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl–, Ca2+, dan HCO3–
c. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl–, dan HCO3–

LI 2 Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektolit

a. Hiponatremia

Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/Lt, mual, muntah dan
diare.

b. Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang
ditandai dengan addanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta
kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian dapat disebabkan oleh
dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya sedikit.

c. Hipokalemia

Hipoklemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini
dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare yang
berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak
nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak
beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5
mEq/L.

d. Hiperkalemia

Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi
pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang berlebihan
melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia,
kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan irritable (peka rangsang),
serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L.

e. Hipokalsemia

Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai
de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang
dari 4,3 mEq/L dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh
pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.

f. Hiperkalsemia

Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat
terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara
berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual,
koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.

g. Hipomagnesia

Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan
adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan
konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
h. Hipermagnesia

Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai
dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.

 Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :

a. Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b. Iklim

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L
per hari.

c. Diet

Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d. Stress

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah

e. Kondisi Sakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Misalnya :

Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan
intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f. Tindakan Medis

Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti
: suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g. Pengobatan

Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.

h. Pembedahan

Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

Gejala Gangguan Elektrolit


Gangguan elektrolit ringan umumnya tidak menunjukkan gejala. Gejala akan mulai terlihat pada
kondisi gangguan yang semakin berat.

 Lemas
 Mual
 Muntah
 Detak jantung cepat
 Kram di perut dan otot
 Diare atau sembelit
 Kejang
 Sakit kepala
 Kesemutan
 Mati rasa

Etiologi Gangguan Elektrolit


Gangguan elektrolit umumnya disebabkan karena kehilangan cairan tubuh melalui keringat
berlebih, diare atau muntah yang berlangsung lama, atau karena luka bakar. Obat-obatan yang
dikonsumsi juga bisa menyebabkan seseorang menderita gangguan elektrolit.
Penyebab dari gangguan elektrolit tergantung dari jenis elektrolit yang terganggu. Misalnya,
penyebab kekurangan fosfat akan berbeda dengan penyebab kekurangan magnesium
Fosfat
Fosfat berfungsi untuk menguatkan tulang dan gigi, menghasilkan energi, dan membentuk
lapisan sel. Namun, jika kadar fosfat di dalam tubuh berlebihan (hiperfosfatemia), maka bisa
menimbulkan masalah pada otot dan tulang, serta meningkatkan risiko terkena serangan
jantung atau stroke. Hiperfosfatemia umumnya disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
 Penggunaan obat pencahar (laksatif) yang mengandung fosfat secara berlebihan.
 Komplikasi akibat pengobatan kanker (sindrom tumor lisis).
 Kelenjar paratiroid yang kurang aktif.
 Rendahnya kadar kalsium.
 Gagal ginjal kronis.
 Sesak napas.
 Cedera otot.

Sedangkan kekurangan fosfat (hipofosfatemia) dapat disebabkan oleh:

 Malnutrisi berat akibat anoreksia atau kelaparan.


 Komplikasi diabetes (ketoasidosis diabetik).
 Sindrom Fanconi.
 Kekurangan vitamin D.
 Kelenjar paratiroid yang terlalu aktif.
 Konsumsi alkohol berlebihan.
 Luka bakar tingkat berat.
 Diare kronis.

Hipofosfatemia juga bisa disebabkan oleh konsumsi obat tertentu, seperti zat besi, niacin
(vitamin B3), obat maag jenis antasida, diuretik, kortikosteroid,
bisfosfonat, acyclovir, paracetamol, dan obat asma.
Klorida
Klorida adalah elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pH dalam darah dan
menyebarkan impuls saraf. Kelebihan klorida (hiperkloremia) bisa disebabkan oleh gagal ginjal
kronis atau akut, gangguan pH darah (asidosis metabolik atau alkalosis respiratorik), dan
konsumsi acetazolamide jangka panjang.
Sedangkan kekurangan klorida (hipokloremia) biasanya disebabkan oleh diare atau muntah
berkepanjangan, penyakit paru-paru kronis seperti emfisema, gagal jantung, dan gangguan pH
darah (alkalosis metabolik). Konsumsi obat pencahar, diuretik, kortikosteroid,
dan bikarbonat juga bisa menyebabkan hipokloremia.
Sodium/Natrium
Natrium adalah elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
membantu mengatur fungsi saraf dan kontraksi otot. Kondisi kelebihan natrium (hipernatremia)
dalam darah umumnya disebabkan oleh kurangnya konsumsi air, dehidrasi berat, hilangnya
cairan tubuh karena demam, diare, muntah, penyakit pernapasan, keringat berlebihan karena
olahraga, dan konsumsi obat kortikosteroid.
Sedangkan kondisi kekurangan sodium (hiponatremia) biasanya disebabkan oleh malnutrisi serta
gangguan kelenjar tiroid, adrenal, dan hipotalamus. Penyebab lainnya adalah gagal ginjal, gagal
jantung, gagal hati, kecanduan alkohol, serta konsumsi obat diuretik atau antikonvulsan.
Kalsium
Kalsium adalah mineral yang penting untuk fungsi organ, saraf, otot, dan sel tubuh. Kalsium juga
berguna untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang. Namun demikian, kelebihan kadar
kalsium dalam darah (hiperkalsemia) bisa menimbulkan masalah pada fungsi tubuh. Penyebab
hiperkalsemia antara lain adalah:

 Penyakit ginjal.
 Gangguan tiroid.
 Hiperparatiroidisme.
 Obat-obatan, seperti lithium, teofilin, dan diuretik.
 Penyakit paru-paru, seperti tuberkulosis (TBC) atau sarkoidosis.
 Beberapa jenis kanker, seperti kanker paru-paru dan kanker payudara.
 Konsumsi antasida atau suplemen vitamin D

Kekurangan kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia) juga tidak baik bagi kesehatan, karena
dapat meningkatkan risiko terserang osteoporosis. Penyebab hipokalsemia di antaranya adalah:

 Pankreatitis.
 Gagal ginjal.
 Kanker prostat.
 Kekurangan vitamin D.
 Obat-obatan, seperti heparin atau antikonvulsan.

Kalium/Potasium
Kalium berperan penting dalam mengatur fungsi jantung, serta menjaga fungsi saraf dan otot.
Kondisi kadar kalium berlebih (hiperkalemia) biasanya disebabkan oleh gagal ginjal dan
dehidrasi berat. Penggunaan obat diuretik dan obat penurun tekanan darah, serta darah yang
terlalu asam (asidosis) seperti ketoasidosis diabetik, juga bisa menjadi penyebab hiperkalemia.
Sedangkan kondisi kekurangan kadar kalium (hipokalemia) umumnya disebabkan oleh gangguan
makan, dehidrasi, muntah, diare, dan penggunaan obat pencahar, diuretik, atau insulin.
Magnesium
Magnesium adalah mineral penting yang berfungsi untuk mengatur fungsi saraf, mengatur
tekanan darah dan gula darah, menjaga kesehatan jantung, menghasilkan energi bagi tubuh, dan
menjaga kesehatan tulang. Kelebihan kadar magnesium (hipermagnesemia) dapat menyebabkan
otot menjadi lemah, refleks lambat, mudah mengantuk, pusing, sakit kepala, mual, muntah,
denyut jantung lambat, napas lambat, dan pingsan. Hipermagnesemia bisa disebabkan oleh:

 Overdosis suplemen kalsium.


 Gagal ginjal.
 Penyakit Addison.
 Hipotiroidisme
 Luka bakar.
 Obat-obatan, seperti lithium, antasida, dan obat pencahar (laksatif).
Sedangkan kekurangan magnesium (hipomagnesemia), dapat menyebabkan seseorang
mengalami tremor, kedutan otot, insomnia, kesemutan, mati rasa, takikardia, bingung, dan
kejang. Hipomagnesemia bisa disebabkan oleh:

 Gagal jantung.
 Malnutrisi.
 Keringat berlebih.
 Penggunaan diuretik, insulin, atau obat kemoterapi.
 Diare kronis.
 Kecanduan alkohol.

Faktor Risiko Gangguan Elektrolit


Gangguan elektrolit bisa menyerang siapa saja, namun orang dengan kondisi di bawah ini lebih
rentan untuk mengalaminya. Di antaranya adalah:

 Gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia.


 Gangguan tiroid dan paratiroid.
 Gangguan kelenjar adrenal.
 Gagal jantung.
 Kecanduan alkohol.
 Luka bakar.
 Penyakit ginjal.
 Patah tulang.
 Sirosis.

Tata laksana Gangguan Elektrolit


Setelah menanyakan riwayat gejala yang dialami pasien, dokter akan melakukan pemeriksaan
fisik, terutama pemeriksaan untuk mengetahui refleks tubuh pasien. Setelah itu, untuk mengukur
kadar elektrolit, diambil sampel darah. Selain pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan fungsi ginjal
melalui sampel darah dapat dilakukan.
Pengobatan pada pasien gangguan elektrolit tergantung pada jenis gangguan yang dialami.
Namun pada intinya, tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan keseimbangan kadar
elektrolit dalam tubuh.
Pemberian cairan infus yang mengandung natrium klorida bisa membantu mengembalikan cairan
tubuh dan elektrolit yang hilang akibat diare atau muntah. Selain melalui infus, dapat diberikan
suplemen yang mengandung elektrolit yang dibutuhkan untuk meningkatkan elektrolit yang
rendah. Terkadang dibutuhkan obat-obatan untuk mengurangi jumlah elektrolit berlebih di dalam
darah, misalnya diberikan insulin saat terjadi hiperkalemia. Namun yang paling penting adalah
mengatasi penyebab dari gangguan elektrolit itu sendiri.
Jika kondisi pasien tidak membaik, beberapa kondisi gangguan elektrolit membutuhkan tindakan
khusus, seperti hemodialisis (cuci darah) untuk mengatasi kelebihan kalium dalam darah
SUHU TUBUH DAN CAIRAN SAAT OLAHRAGA

Dengan berbagai alasan seperti ‘terasa berat diperut’, ‘terasa kenyang’ ataupun ‘takut sering ke
kamar kecil’ banyak sekali atlet atapun individu yang tidak memandang penting konsumsi cairan
yang cukup sebelum latihan/pertandingan olahraga. Selain berfungsi sebagai pencegahan awal
terhadap terjadinya dehidrasi, mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang cukup sebelum
latihan/pertandingan olahraga akan memberikan manfaat saat tubuh melakukan aktivitas fisik
yaitu diantaranya untuk :

1. Menjaga kelancaran keluarnya keringat


2. Menjaga pengaturan panas tubuh (thermoregulasi) berjalan secara normal
3. Menjaga proses metabolisme energi
4. Mengurangi resiko terjadinya heat stroke

Hasil penelitian menunjukan bawah atlet/individu yang memulai latihan/ pertandingan-nya


dengan level hidrasi tubuh yang baik akan mempunyai performa daya tahan (endurance),
kecepatan respon atau reaksi dan juga performa olahraga yang lebih prima. Hal ini membuat
strategi hidrasi yang baik menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi atlet profesional dunia
tidak hanya untuk menjaga performa olahraganya namun juga bermanfaat untuk menjaga
kesehatan tubuh. Cara yang paling mudah dan akurat untuk mengetahui status/level hidrasi tubuh
sebelum olahraga adalah dengan melihat warna dan volume urin saat buang air kecil. Warna urin
cerah dengan volume yang banyak menunjukan level hidrasi yang baik, sedangkan warna urin
yang gelap atau keruh dengan volume yang sedikit menunjukan level hidrasi yang rendah di
dalam tubuh.

Selain harus secara rutin dan disiplin mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang cukup dalam
interval 24 jam sebelum latihan/pertandingan olahraga, organisasi kesehatan olahraga seperti
ACSM, NATA, IOC dan juga American Dietic Association merekomendasikan strategi hidrasi
berikut sebagai acuan sebelum latihan/pertandingan olahraga dilakukan :

· 500 ml air putih, pada malam hari sebelum latihan/pertandingan olahraga


· 500 ml air putih, setelah bangun pagi
· 500-600 ml, 2-3 jam sebelum latihan olahraga
· 200-300 ml, 15 menit sebelum latihan olahraga

STRATEGI HIDRASI
Beberapa cara dapat digunakan untuk dapat membantu menjaga ketersediaan cairan di dalam
tubuh antara lain adalah:
1. Konsumsi cairan secara rutin
Jangan mengunakan rasa haus sebagai indikator untuk minun
2. Timbang berat badan saat sebelum dan sesudah latihan.
Berkurangnya 1 kg berat badan ≈ kehilangan 1 L cairan dari dalam tubuh. Konsumsi
sekurangnya 1 L air tiap berkurang 1 kg berat badan.
3. Gunakan warna urin sebagai indikator.
Warna urin yang semakin keruh/gelap serta volumenya yang sedikit menandakan kurangnya
cairan di dalam tubuh. Sedangkan warna urin yang cerah/pucat dan volumenya banyak
menandakan tingkat hidrasi yang baik di dalam tubuh.
4. Perhatikan simpanan cairan tubuh
Karena latihan/pertandingan sepakbola umumnya berjalan secara kontinu pada interval waktu
tertentu tanpa ada jeda istirahat, maka sangat penting bagi pemain sepakbola untuk memastikan
bahwa tubuh berada pada kondisi ‘basah’ atau dalam kondisi hidrasi yang baik dengan jumlah air
di dalam tubuh yang cukup. Kebutuhan cairan rata-rata per-hari secara normal disebutkan cukup
dapat terpenuhi dengan mengkonsumsi cairan sebanyak 8-10 gelas per hari. Namun perlu diingat
aktivitas fisik pemain sepakbola yang tinggi menyebabkan tingkat kebutuhan cairannya juga
tinggi. Agar jumlah secara pasti yang harus diminum dapat diketahui secara tepat, pemain bola
direkomendasikan untuk selalu melihat warna urin sebelum latihan/pertandingan sebagai
indikator untuk mengetahui apakah jumlah cairan yang diminum sudah cukup atau tidak.
Sebagai pilihan minuman, minumlah air putih dengan jumlah yang cukup. Untuk mendapatkan
tambahan asupan energi dari karbohidrat terutama glukosa dan sukrosa serta elektrolit terutama
Natrium (Na), Kalium (K) dan Klorida (Cl) sempurnakan juga pola strategi minum sebelum
latihan/pertandingan dengan mengkonsumsi jus buah segar atau juga Sports Drink.Selain itu
kandungan elektrolitnya seperti Natrium (Na), Kalium (K) dan juga Klorida (Cl) bisa mencegah
terjadinya kram otot.

E. Tips hidrasi sebelum latihan/pertandingan


a. Batasi atau hindari minuman yang bersifat diuretik (meningkatkan produksi urin) seperti the
atau kopi terutama saat mendekati waktu latihan/pertandingan dan setelah latihan/pertandingan.
b. Jaga level hidrasi tubuh dengan pola minum secara rutin dan jangan menunggu rasa haus
timbul
c. Pilihan terbaik untuk minuman sebelum olahraga : air putih, minuman olahraga (sport
drink) atau jus buah segar.
d. Minuman olahraga (sports drink) atau jus buah segar yang mengandung karbohidrat secara
simultan dapat membantu menambah simpanan tenaga di dalam tubuh serta menjaga level
hidrasi tubuh
e. Cek warna urin sebelum latihan/pertandingan. Warna urin yang cerah berarti level hidrasi
tubuh baik, warna urin yang keruh berarti tubuh kekurangan cairan.
f. Persiapkan dan bawa selalu botol minum (sports bottle) ke dalam lapangan saat
latihan/pertandingan olahraga.
g. Ideal bawa 2 botol saat latihan/pertandingan olahraga.1 botol berisi air biasa,1 botol lainnya
isi dengan minuman yang mengandung karbohdirat & elektrolit seperti minuman olahraga atau
jus buah (encer) untuk membantu menjaga simpanan tenaga & keseimbangan caira

DAFTAR PUSTAKA

Aris, Setiawan dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mhasiswa Kebidanan. Jakarta: TIM
Sacharin,Rosa M. 1994. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Uliyah, Musrifatul dkk. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Siswanto. 2006. Kebutuhan cairan dan elektrolit. Diunduh dari
http://www.sisroom.blogspot.com/2006/05/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html (diakses 14
November 2011
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/kekuatan-asam-dan-basa/
Balci, AK. et al. (2013). General Characteristic of Patient with Electrolyte Imbalance Admitted
to Emergency Department. World Journal of Emergency Medicine, 4(2), pp. 113-116
Weqlicki W. et al. (2005). Potassium, Magnesium, and Electrolyte Imbalance and Complications
in Disease Management. Clinical and Exxperimental Hypertension, 27(1), pp. 95-112
Cafasso, J. Healthline (2017). Hyperchloremia (High Chloride Levels).
Delgado, A. Healthline (2017). Hypercalcemia. What Happens If You Have Too Much Calcium?
Drugs (2018). Hypermagnesemia.
Drugs (2018). Hypomagnesemia.
Holland, K. Healthline (2017) All About Electrolyte Disorders.
Khan, et al. Healthline (2017). Hypocalcemia (Calcium Deficiency Disease).
Schaefer, A. Healthline (2017). Can You Overdose on Magnesium?
Schulman, JS. Healthline (2017). Hypochloremia. What Is It and How It Is Treated?
Watson, S. Healthline (2017). Hyperphosphatemia.
Watson, S. Healthline (2017). Hypophosphatemia.
Wedro, B. eMedicinehealth (2017). Electrolytes.

Anda mungkin juga menyukai