Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI


PADA PASIEN KASUS KANKER KANTUNG EMPEDU

Disusun oleh

Kelompok 9
Disty Yunada A (I1D015045)
Sarah Febriani (I1D016015)
Rahmi Hijriani (I1D016025)
Asep Mulyana (I1D016037)

Asisten Praktikum

Christy Nataly Br Silaen (I1D015025)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DATA................................................................................................... ii


DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... iii
KASUS ............................................................................................................................... 4
SKRINING GIZI ................................................................................................................ 6
BAB I ASSESMEN ............................................................................................................ 7
1. Riwayat Personal Pasien (CH) ................................................................................ 7
2. Data Antropometri (AD) ......................................................................................... 8
3. Data Biokimia (BD) ................................................................................................ 8
4. Data Klinis (PD) ................................................................................................... 10
5. Data Riwayat Makanan (FH) ............................................................................... 12
6. Pembahasan........................................................................................................... 16
7. Matriks Integrasi ................................................................................................... 25
BAB II DIAGNOSIS ........................................................................................................ 26
BAB III INTERVENSI ..................................................................................................... 27
A. Tujuan Intervensi .................................................................................................. 27
B. Rencana Intevensi Diet ......................................................................................... 27
C. Rencana Intervensi Edukasi Gizi .......................................................................... 28
D. Koordinasi Asuhan Gizi ........................................................................................ 29
E. Pembahasan Intervensi.......................................................................................... 30
BAB IV RENCANA MONITORING DAN EVALUASI................................................ 32
A. Rencana Monitoring dan Evaluasi ........................................................................ 32
B. Implementasi diet .................................................................................................. 32
BAB V KESIMPULAN .................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 36

i
DAFTAR TABEL DATA

Tabel 1.1 Identitas diri …………………………………………………..…..…...7


Tabel 1.2 Data Antropometri ………………………………………………..…...8
Tabel 1.3 Data Biokimia…. …………………………………………………...…8
Tabel 1.4 Data Klinis………………………………………………………….....10
Tabel 1.5 Data Riwayat Makan………………………........................................12
Tabel 2.1 Diagnosis……………..…………………………………………….....25
Tabel 3.1 Rencana Monitoring dan Evaluasi……………………………………31
Tabel 3.2 Pebandingan Asupan Gizi …………………...………………............ 31
Tabel 3.3 Implmentasi Asupan…………………………………..……………... 31

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Form SEMI-FFQ ............................................................................. 37


Lampiran 2 : Leaflet.............................................................................................. 39

iii
KASUS
Pasien Tn. Z lahir pada tanggal 12 Januari 1959, berjenis kelamin laki-
laki, bekerja sebagai seorang sopir bis dan memiliki pendidikan terakhir SMP. Tn.
Z sejak 2 bulan SMRS mengeluh mual muntah setiap hari. Pasien tinggal bersama
istri dan kedua anaknya. Pasien sempat menolak untuk dibawa ke RS karena
masalah biaya. Tiap hari pasien muntah 2x/hari, dan memuntahkan semua
makanan yang dimakan. Diketahui BAB pasien berwarna hitam dan BAK
berwarna gelap. Pasien didiagnosis kanker kantung empedu, dan pada 1 tahun
yang lalu pasien mendapatkan operasi pengangkatan tumor empedu. Didapati
stage kanker empedu pasien adalah stage IV A.
Data antropometri Tn. Z didapatkan tinggi badan pasien 170 cm dan berat
badan 40 kg. Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 30% selama 12
bulan terakhir. Data biokimia pasien didapatkan Hb 5,1 g/dL, Leukosit pasien
2,33 103/mm3, HCT pasien 17 %, Albumin 3,2 g/dL, Protein total 5,8 g/dL, MCV
70,4 fL, HDL 22 mg/dL. Dan LDL 106 mg/dL.
Pada saat pemeriksaan fisik klinis didpatkan Tn. Z tampak lemah, CM,
mengalami nyeri perut, konjungtiva anemis, perut membesar, serta nyeri perut
bagian atas. TD pasien didapatkan 110/70 mmHg, Nadi 85x/menit, suhu 39°C,
dan RR 30 x/menit.
Hasil recall 24 jam saat di RS didapatkan energi : 690 kal, Protein : 34
gram, lemak 20 gram, dan KH 67 gram. Tn. S memiliki kebiasaan makan 3x
makanan utama dan 2x selingan dan pada tahun awal 2017 pasien masih
mengonsumsi minuman beralkohol 5x/minggu, merupakan seorang perokok berat
dan minum kopi hitam “Kapal Api” tanpa gula 3x/hari. Tn. Z menyukai makanan
yang tinggi lemak dan pedas. Sebelum masuk rumah sakit nafsu makan pasien
sudah menurun dengan rata-rata asupan < 80 %. Sebelum masuk RS, pasien Tn.Z
memiliki kebiasaan makan nasi 3x/hari @100 gr, mie 2x/minggu @50 gram,
tempe goreng 3x/hari @50 gram, tahu goreng 2x/minggu @100 gram, ikan nila
goreng 1x/minggu @75 gram, opor ayam 1x/bulan @75 gram, ayam goreng
3x/minggu @50 gram, sate jeroan 3x/minggu @30 gram, bening bayam
1x/minggu @50gram, sawi rebus 2x/minggu @50 gram, sup ayam ( brokoli,
wortel, kentang, ayam, buncis) 1x/bulan @75 gram, pepaya 1x/minggu @100

4
gram, pisang 1x/minggu @50 gram. Tn. Z diketahui suka mengkonsumsi
mendoan 4x/minggu @25 gram, singkong goreng 3x/minggu @40 gram, pisang
goreng 5x/minggu @50 gram, risoles sayur 3x/minggu @30 gram. Selama pasien
berada di RS, pasien mendapatkan Omeprazol 1x40 gr, KSR 1x600,
Ondansentron 3x2 IU, Neurodex 1x1 tab po, Ciprofloxacin 2x1.

5
SKRINING GIZI

Nama : Tn. Z
Usia : 59 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Tanggal Masuk RS : 20 November 2018
Diagnosis : Kanker Kantung Empedu
Tanggal Skrinning : 21 November 2018

FORMULIR SIMPLE NUTRITION SCREENING TOOL (SNST)

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pasien terlihat kurus? a. Iya = 1
b. Tidak = 0
2 Apakah pakaian terasa lebih longgar? a. Iya = 1
b. Tidak = 0
3 Apakah akhir-akhir ini ada kehilangan berat badan a. Iya = 1
secara tidak sengaja (6 bulan terakhir)? b. Tidak = 0
4 Apakah mengalami penurunan asupan makan a. Ya = 1
selama 1 minggu terakhir? b. Tidak = 0
5 Apakah menderita suatu penyakit yang a. Ya = 1
mengakibatkan adanya perubahan jumlah atau b. Tidak = 0
jenis makanan yang dimakan?
6 Apakah merasakan lemah, loyo, dan tidak a. Ya = 1
bertenaga? b. Tidak = 0
Total skor 6
Kesimpulan :
 Skor 0-2 = tidak beresiko malnutrisi
 Skor ≥3 = beresiko malnutrisi

Kesimpulan:

Berdasarkan skrining SNST Tn. Z termasuk dalam kategori beresiko malnutrisi


dengan total skor 6. Sehingga pasien memerlukan asuhan gizi lanjut

6
BAB I

ASSESMEN

1. Riwayat Personal Pasien (CH)


Tabel 1.1 Identitas Responden
Kategori Data Client
Kode Data
History (CH)
Umur CH-1.1.1 59 tahun
Jenis kelamin CH-1.1.2 Laki-laki
Peran dalam keluarga CH-1.1.7 Kepala keluarga
Penggunaan rokok CH-1.1.8 Perokok berat
Mual dan muntah, nyeri perut
Keluhan pasien CH-2.1.1
bagian atas
Kanker kantung empedu stage IV
Diagnosa penyakit CH-2.1.2
A
Terapi bedah CH-2.2.2 Pengangkatan tumor empedu
Tinggal bersama 3 orang anggota
Situasi Rumah CH-3.1.2
keluarga
Pekerjaan CH-3.1.6 Sopir bis
Kesimpulan:
- Pasien Tn. Z seorang laki-laki berusia 59 tahun, memiliki pekerjaan
sebagai sopir bis dan tinggal bersama 3 orang anggota keluarganya.
- Pasien di diagnosis medis kanker kantong empedu dengan sebelumnya
pernah mengalami terapi bedah pengangkatan tumor empedu.
- Keluhan yang dialami pasien yaitu mual dan muntah. Mual dan muntah
disebabkan dari rasa nyeri akibat penyumbatan di saluran empedu,
sehingga merangsang ulu hati. Hal ini terjadi karena posisi lambung dan
kantung empedu berdekatan yaitu sama-sama terletak dilambung hati (dr
Arina,2014).
- Pasien memiliki kebiasaan merokok. Dimana kebiasaan merokok
merupakan salah satu faktor peningkatan kadar kolesterol dalam darah. Zat
kimia yang terkantung dalam rokok dapat meningkatkatkan kadar
kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL)
dalam tubuh manusia (Aji, 2015)

7
2. Data Antropometri (AD)
Tabel 1.2 Data Antropometri
Kategori Data
Kode Data Standar Pembanding
Antropometri (AD)
TB AD - 1.1.1 170 cm -
40 kg

BB AD - 1.1.2 Terjadi penurunan -


BB 30%
30% x 40 = 12 kg
IMT AD-1.1.5 Rumus
perhitungan IMT:
Recomended Body
IMT= Weight/ Body Mass/
Growth (CS-5.1.3)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛
[𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)]2 Klasifikasi Indeks Massa
Tubuh:
40 Kurus = ≤18,5
= Normal = 18,5 – 24,9
1,70 𝑥 1,70 BB Lebih = ≥ 25,0 - <27
Obesitas = ≥ 27
40
= (Kemenkes, 2013).
2,89

= 13,8 𝑘𝑔/𝑚2

Kesimpulan :
- Tn. AM memiliki tinggi badan 170 cm dan berat badan 40 kg setelah
terjadi penurunan sebesar 30% atau 12 kg.
- Menurut hasil perhitungan IMT, Tn. Z termasuk dalam kategori berat
badan kurang.
3. Data Biokimia (BD)
Tabel 1.3 Data Biokimia
Kategori Data
Kode Data Standar Pembanding
Biokima (BD)
Nilai normal :
Berdasarkan Kemenkes
22 mg/dL
HDL BD-1.7.2 RI (2011) nilai normal
(Rendah)
HDL sebesar 30-70
mg/dL
Nilai normal :
106 mg/dL Berdasarkan Kemenkes
LDL BD-1.7.3
(Normal) RI (2011) nilai normal
LDL sebesar <130 mg/dL

8
Nilai normal :
5,1 g/dL Berdasarkan Kemenkes
HGB BD-1.10.1
(Rendah) RI (2011) nilai normal
HGB sebesar 12 - 16 g/dL
HCT BD-1.10.2 17% (Rendah) Nilai Normal 40% - 50%
(Kemenkes RI, 2011).
MCV BD-1.10.3 70,4 (Fl) Nilai normal 80-100 (Fl)
(Rendah) (Kemenkes RI, 2011).
Nilai normal :
Berdasarkan Kemenkes
2,3x103 U/L RI (2011) nilai normal
Leukosit BD-1.10.4
(Rendah) LEU sebesar 3,2x103 –
103/uL SI 3,2x10,0 –
109/L
Protein total BD-1.11 5,8 g/dL
ALB BD-1.11.1 3,2 g/dl Rentang nilai normal
(Rendah) albumin serum adalah
antara 3,5-4,5 g/dl,
dengan kandungan total
dalam tubuh sebanyak
300-500 g (Rivai, 2009).
Kesimpulan :
- Kadar hemoglobin rendah, hematocrit rendah, dan MCV rendah yang
berkaitan dengan kejadian anemia (Kemenkes, 2011).
- Kadar leukosit rendah menandakan adanya gangguan pada liver dan
inflamasi karena penyakit kanker yang diderita. Kadar leukosit juga adalah
marker inflamasi non-spesifik yang sering meningkat pada infeksi akut
atau kronis, dan juga sering meningkat pada perokok (Helman,2008).
- Kadar albumin yang rendah berkaitan dengan keadaan malnutrisi
(Kemenkes, 2011) dan trauma pasca bedah (Marcia et al 2007). Kadar
albumin rendah menandakan adanya kerusakan organ hati yang
disebabkan oleh penyakit kanker kantung empedu pasien yang
bermetastase ke hati (Dufour,2006).
- Kadar HDL yang rendah berkaitan dengan kadar lemak yang tinggi dan
kebiasaan merokok.

9
4. Data Klinis (PD)
Tabel 1.4 Data Klinis (PD)
Kategori Data
Kode Data Standar Pembanding
klinis (PD)
Penampilan
PD-1.1.1 Compos Mentis -
keseluruhan
Temperatur : Temperatur : Normal
390C (36,1– 37,2°C)
(Tinggi) (Handayani dkk, 2015)
Tekanan darah : Tekanan darah : <120/80
110/70 mmHg mmHg
(Normal) (Handayani dkk, 2015)

Tanda Vital PD-1.1.4 Nadi: 85x/menit Nadi : 60-100x/menit


(normal) (Anggraeni, 2012)

Respiratory RR : >18tahun (12-


Rate:30x/menit 20x/menit) (Handayani
(Tinggi) dkk, 2015)

Nyeri perut,
penurunan nafsu
Sistem pencernaan PD-1.1.5 makan, dan -
nyeri perut
bagian atas
Kesimpulan :
- Pasien mengalami penurunan nafsu makan sebelum masuk rumah sakit.
Hal ini terjadi karena merupakan efek dari penyekit kanker. Selain itu,
penurunan nafsu makan juga berkaitan dengan anoreksia (Raubun, 2005).
- Pasien mengalami demam dengan suhu 39 derajat celcius. Peningkatan
suhu tubuh dapat disebabkan karena adanya sel tumor ganas yang
memiliki pirogen yaitu zat yang menyebabkan demam. Pirogen ini akan
memberikan respon terhadap hipotalamus untuk menaikan ambang panas
tubuh (Davis, 2018). Selain itu, adanya demam mempercepat peredaran
darah serta menstimulir produk leukosit dan zat-zat anti yang bertugas
membasmi sel kanker (Tjay dan Rahardja, 2002)
- Respiratory Rate tinggi menandakan pasien takipnea atau mengalami
pernapasan yang cepat berkaitan dengan adanya nyeri atau rasa tidak
nyaman, suhu tubuh yang tinggi dan akibat faktor stress yang dialami
pasien (Warfield&Bajwa, 2004).

10
- Pasien mengalami nyeri perut yang diakibatkan dari adanya infeksi atau
peradangan, barulah timbul gejala nyeri kolik yang dikenal dan diyakini
sebagai kasus batu kantung empedu (dr. Cosphiadi, 2014).

11
5. Data Riwayat Makanan (FH)
Tabel 1.5 Data Riwayat Makan

Kategori Data
Kode Data Standar Pembanding
Dietary (FH)
Asupan Energi FH-1.1.1 Berdasarkan recall Estimasi Kebutuhan Energi
Total asupan Energi sebesar (CS- 1.1)
690 kkal yaitu 39%
dari total kebutuhan (Metode estimasi
(Defisit berat) kebutuhan berdasarkan
rumus Mifflin (1990):
BMR = (10 x BB) + (6,25 x
TB) – (5 x usia) + 5
BMR = (10 x 40) + (6,25 x
170) – (5 x 59) + 5
BMR = 400 + 1062,5 – 295
+5
BMR = 1172,5
Energi = 1172,5 x 150%
= 1759 kkal
Kategori asupan:
<70% : Defisit berat
70-79%: Defisit sedang
80-89%: Defisit ringan
90-119%: Normal
>119%: Diatas kecukupan
(Anggraeni, 2012)
Jenis Makanan FH-1.2.2.2 Makanan Pokok Berdasarkan Perhitunga
nasi 3x/hari @100 gr, FFQ Semi kuantitatif yang
mie 2x/minggu @50 dibandingkan dengan
gram AKGI 2013 didapatkan:
Lauk Nabati
Tempe goreng 3x/hari  Energi sebesar 1524 kkal
@50 gram, tahu goreng (101%) Normal
2x/minggu @100 gram  Protein sebesar 47,1 gram
Lauk Nabati (112%) Normal
ikan nila goreng  Lemak sebesar 34,55 gram
1x/minggu @75 gram, (82%) Baik
opor ayam 1x/bulan @75  Karbohidrat sebesar 204,2
gram, ayam goreng gram (90%) Baik
3x/minggu @50 gram,
sate jeroan 3x/minggu
@30 gram
Sayur
Bening bayam
1x/minggu @50gram,

12
sawi rebus 2x/minggu
@50 gram, sup ayam
(brokoli, wortel, kentang,
ayam, buncis) 1x/bulan
@75 gram
Buah
Pepaya 1x/minggu @100
gram, pisang 1x/minggu
@50 gram.
Jajanan
mendoan 4x/minggu
@25 gram, singkong
goreng 3x/minggu @40
gram, pisang goreng
5x/minggu @50 gram,
risoles sayur 3x/minggu
@30 gram.
Asupan Lemak FH-1.5.1.1 Berdasarkan recall Estimasi kebutuhan
Total asupan lemak sebesar lemak (CS- 2.1)
20 gram hanya 51%
dari total kebutuhan Perhitungan Kebutuhan
energi Lemak
(Defisit berat) Kebutuhan lemak sebesar
20% dari total energi
Lemak = 20% x 1759
= 351,8 kkal
= 39 gram
Kategori asupan:
<70% : Defisit berat
70-79%: Defisit sedang
80-89%: Defisit ringan
90-119%: Normal
>119%: Diatas kecukupan
(Anggraeni, 2012)
Asupan Protein FH-1.5.2.1 Berdasarkan recall Estimasi kebutuhan
Total asupan protein protein (CS- 2.2)
sebesar 34 yaitu
57%% dari total Protein = 1.5 x BB aktual
kebutuhan = 1.5 x 40
(Defisit berat) = 60 gram
= 240 kkal
Kategori asupan:
<70% : Defisit berat
70-79%: Defisit sedang
80-89%: Defisit ringan
90-119%: Normal
>119%: Diatas kecukupan
(Anggraeni, 2012)
Asupan Karbohidrat FH-1.5.3.1 Berdasarkan recall Estimasi kebutuhan
Total asupan karbohidrat karbohidrat (CS- 2.3)
sebesar 67 yaitu 23%
dari total kebutuhan Kebutuhan Karbohidrat = (

13
(Defisit berat) Energi total – protein –
lemak)
KH = energi–lemak –
protein
KH = 1759 – 351,8 – 240
KH = 1167,2 kkal
KH = 291,8 gram
Kategori asupan:
<70% : Defisit berat
70-79%: Defisit sedang
80-89%: Defisit ringan
90-119%: Normal
>119%: Diatas kecukupan
(Anggraeni, 2012)
Penggunaan Obat FH-3.1.1 Omrprazol 1x40 gr, Omeprazol digunakan
yang Diresepkan KSR 1x600, untuk menghambat sekresi
Ondansentron 3x2 UI, asam dan absorpsi vitamin
Neurodex 1x1 tab pa,
Ciprofloxacin 2x1. B12 dan zat besi (DiPiro,
2008)
KSR dengan dosis 600
mg/tablet digunakan
sebagai pengganti kalium
yang hilang. Dosis lazim
dewasa 600mg/hari (Aria,
2007). R sebagai suplemen
kalium diberikan untuk
mengatasi hipokalemia
akibat pemberian
furosemide yang boros akan
kalium (Tjay dan Rahardja,
2002).
Neurodex digunakan untuk
mengobati gejala
kekurangan vitamin
neutropik dan muntah-
muntah.
Ondansentron digunakan
untuk mencegah mual dan
muntah pasca bedah (Hill et
al, 2000)
Ciprofloxacin digunakan
untuk pengobatan infeksi
yang disebabkan oleh
bakteri. (Siswandono,

14
2008)

Kesimpulan:
1) Berdasarkan recall 24 jam asupan energi, protein, karbohidrat dan lemak
mengalami defisit berat.

2) Tn. Z sering mengkonsumsi makanan yang digoreng, jajanan seperti


mendoan, pisang goreng, singkong goreng dan risoles sayur yang
memiliki kadar lemak tinggi. Lemak yang berlebihan dapat menjadi faktor
resiko kanker.

15
3) Pasien juga sering mengonsumsi kopi 3 kali dalam sehari yang dapat
beresiko tehadap kanker. Salah satu kandungan kopi yang bersifat
karsinogenik adalah akrilamida. Akrilamida terbentuk melalui kopi yang
dilakukan pemanasan pada suhu tinggi o(>120C) (Harahap,2006).
Akrilamida telah diklasifikasikan sebagai senyawa yang dapat
menyebabkan kanker atau berpotensi sebagai karsinogen pada manusia
(Friedman, 2003).

6. Pembahasan
Pasien bernama Tn. Z lahir pada tanggal 12 Januari 1959, berjenis
kelamin laki-laki, bekerja sebagai seorang sopir bis dan tinggal bersama
seorang istri dan 2 orang anak. Pasien masuk rumah sakit 20 November
2018. Pasien mulai di skrining pada tanggal 21 November 2018. Pasien
didiagnosis kanker kantung empedu dan pada 1 tahun yang lalu pasien
mendapatkan operasi pengangkatan tumor kantung empedu.

Kantung empedu merupakan kantung berbentuk seperti buah pir yang


terletak dibagian sebelah dalam hati antara lobus kanan dan lobus kiri hati.
Kantung empedu berfungsi sebagai reseivor (wadah) dari cairan empedu
sedangkan fungsi primer dari kantung empedu adalah memekatkan empedu
dengan absorpsi air dan natrium (Dooley,2011). Kanker kantung empedu
adalah adenokarsinoma invasif yang muncul dari lapisan epitel dari kantung
empedu dan intrahepatic dan saluran empedu hati ekstra. Kanker kantung
empedu merupakan jenis kanker yang jarang dan mempunyai prognosis
buruk. Kanker ini hampir tidak menimbulkan keluhan dan gejala. Penemuan
kanker lebih sering terjadi secara tidak sengaja saat proses pengobatan
penyakit yang lain, misalnya pada saat operasi pengangkatan batu empedu.
Oleh karena itu, cukup sulit untuk menegakkan diagnosis kanker kantung
empedu. Diagnosis biasanya ditegakkan pada stadium lanjut dan kantung
empedu sudah dalam kondisi yang sangat buruk, bahkan telah dihancurkan
oleh sel-sel kanker (Hundal,2014).

Gejala kanker empedu biasanya menyerupai gejala batu empedu.


Kanker ini biasanya menimbulkan nyeri yang menetap, sementara nyeri

16
pada batu hilang timbul. Kanker yang sudah parah dapat menimbulkan
gejala lain, misalnya ikterik (kulit menjadi berwarna kuning), penurunan
nafsu makan, penurunan berat badan,nyeri pada perut bagian kanan atas
yang menetap dan diikuti rasa mual dan muntah (Benny,2019). Adapun
mekanisme perjalana penyakit pasien yaitu berawal dari asupan tinggi
lemak pada pasien, yang merupakan faktor pendukung terjadinya kanker
kantung empedu. Terjadinya kanker empedu merupakan komplikasi dari
terbentuknya batu di dalam kantung empedu yang biasanya tidak diketahui
oleh penderita. adapun mekanismenya yaitu ketika lemak masuk ke dalam
saluran pencernaan, carian empedu akan membantu dalam proses memecah
dan menyerap lemak. Hanya saja, ketika terdapat kolesterol atau bilirubin
yang berlebihan, fungsi carian empedu bisa terganggu (tidak maksimal), dan
menyebabkan terjadinya pengkristalan. Dalam kurun waktu tertentu kristal-
kristal tersebut akan berubah menjadi batu. Ketika batu sudah terbentuk di
kantung empedu, maka kondisi ini akan menghambat aliran empedu. Selain
itu akan menimbulkan penyumbatan lalu memicu peradangan dan infeksi.
Terjadinya peradangan, diikuti dengan perubahan-perubahan di tingkat sel
yang tidak normal, sehingga memicu terjadinya displasi gangguan
perkembangan sel sampai berubah menjadi sel kanker kantung empedu.

Berdasarakan keluhan pasien, pasien mengalami mual muntah setiap


hari sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Tiap hari pasien muntah
2x/hari, dan memuntahkan semua yang dimakan. Mual muntah yang dialami
pasien disebabkan dari rasa nyeri akibat penyumbatan di saluran empedu,
sehingga merangsang ulu hati dan menimbulkan rasa mual dan muntah. Hal
ini terjadi karena posisi lambung dan kantung empedu berdekatan yaitu
sama-sama terletak dilambung hati. Oleh karena itu sering kali tanda dan
gejala ini dianggap sebagai gejala dari maag, namun yang membedakan rasa
nyeri dan mual pada penyakit kanker kantung empedu yaitu disertai dengan
perut penuh dan kembung (dr Arina,2014).

Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan, BAB berwarna


hitam dan BAK berwarna gelap dan pasien juga didiagnosis hematesis
melena. Pasien kanker biasanya mengalami keluhan nafsu makan menurun,

17
dan mual muntah terus-menerus. Asupan yang tidak adekuat disertai dengan
mual muntah dapat mengakibatkan lambung mengalami peradangan lokal
atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme
protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Peradangan
yang terus menerus pada gastritis dapat menimbulkan pendarahan pada
lapisan lambung. Pendarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman dan
cairan lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah
bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal. Hematemesis
melena adalah muntah darah dan pengeluaran feses berwarna hitam seperti
teh yang disebabkan adanya pendarahan saluran makan bagian atas. Warna
hematemesis tergantung pada lamanya kontak antara darah dengan asam
lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti
kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal (Nettina, 2001).

Berdasarkan data antropometri yang diperoleh, pasien memiliki berat


badan 40 kg dan tinggi badan 170 cm. Pasien mengalami penurunan berat
badan sebanyak 30% atau 12 kg. penurunan ini dapat disebabkan akibat
pasca bedah yang dilakukan pasien. Berdasarkan perhitungan IMT,
didapatkan hasil bahwa pasien memiliki status gizi kurang. Status kurang
dapat dikaitkan dengan riwayat pola makan pasien baik secara jumlah dan
keberagaman yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi
sehari-hari.

Berdasarkan data biokimia yang diperoleh, pasien memiliki kadar


hight density lipoprotein (HDL) sebesar 22 mg/dl (rendah) dari normal HDL
: 30-70 mg/dl (kemenkes,2011). Kadar HDL yang rendah dipengaruhi oleh
tingginya konsumsi lemak, cholesterol, rendahnya asupan serat dan
kebiasaan merokok (Richard,2009). Kadar hemoglobin 5,1g/dl, hematocrit
17%, mean corpuscular volume (MCV) 70,4 fL termasuk dalam kategori
rendah. Data tersebut menunjukan bahwa pasien menderita anemia. Anemia
adalah keadaan dengan kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah
yang lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu
atau beberapa unsur makanan esensial yang dapat memengaruhi timbulnya
defisiensi tersebut (Arisman, 2010). Kadar hemoglobin dan hematocrit yang

18
rendah juga berkaitan dengan pendarahan yang terjadi akibat penyakit
hematemesis melena. Kadar leukosit rendah menandakan adanya gangguan
pada liver dan inflamasi karena penyakit kanker yang diderita
(Abdulmuthalib, 2009).

Pasien juga memiliki kadar albumin yang rendah yaitu sebesar


3,2g/dl. Albumin merupakan substansi terbesar dari protein yang dihasilkan
oleh hati. Fungsi albumin adalah mengatur tekanan onkotik, mengangkut
nutrisi, hormon, asam lemak, dan zat sampah dari tubuh. Apabila terdapat
gangguan fungsi sintesis sel hati maka kadar albumin serum akan menurun
(hipoalbumin) terutama apabila terjadi lesi sel hati yang luas dan kronik.
Kadar albumin rendah menandakan adanya kerusakan organ hati yang
disebabkan oleh penyakit kanker kantung empedu pasien yang bermetastase
ke hati (Dufour,2006). Pasien juga memiliki Kadar leukosit yang rendah
yaitu sebesar 2,33 10/mm. Kadar leukosit rendah menandakan adanya
gangguan pada liver dan inflamasi karena penyakit kanker yang diderita.
Kadar leukosit juga adalah marker inflamasi non-spesifik yang sering
meningkat pada infeksi akut atau kronis, dan juga sering meningkat pada
perokok (Helman,2008).

Berdasarkan data fisik klinis yang diperoleh, pasien mengalami


kondisi yang sadar namun secara fisik terlihat lemah dan mengalami nyeri
perut. Nyeri perut akibat dari adanya infeksi atau peradangan, barulah
timbul gejala nyeri kolik yang dikenal dan diyakini sebagai kasus batu
kantung empedu. Karena itulah seringkali kanker kantung empedu
ditemukan pada saat operasi pengangkatan batu di kantung empedu
(kolesistektomi) (dr. Cosphiadi, 2014). Pasien juga mengalami konjungtiva
anemis yang merupakan salah satu tanda anemia yang dialami pasien
(karnath, 2004). Tanda vital pasien (respiratory rate) yaitu 30x/menit,
temasuk pada kategori cepat dan suhu tubuh pasien yaitu 390C berada pada
kategori tinggi. Nilai respiratory rate menurut Warfield & Bajwa (2004),
dapat dipengaruhi oleh beberapa keadaan, antara lain rasa tidak nyaman atau
nyeri, pengaruh respons sistem saraf simpatis, keadaan asidosis metabolik,
kebutuhan oksigenasi tubuh, suhu tubuh, dan keadaan saluran pernafasan.

19
Pasien juga mengalami demam dengan suhu 39℃. Tumor ganas dapat
menyebabkan demam melalui berbagai cara. Beberapa jenis tumor mampu
menghasilkan pirogen sendiri sehingga menimbulkan demam. Beberapa
tumor dapat mengalami infeksi sehingga terjadi demam. Tumor-tumor di
otak, terutama di hipotalamus dan area sekitarnya, dapat mengganggu fungsi
pengaturan suhu tubuh. Obat-obat antikanker juga ada yang bisa
menyebabkan demam. Selain itu, pada penderita kanker, sistem kekebalan
tubuhnya cenderung menurun sehingga mudah mengalami infeksi (Davis,
2018). Sedangkan Tekanan darah pasien normal yaitu 110/70 mmHg dan
denyut nadi pasien juga normal yaitu 85x/menit.

Pasien mengalami penurunan nafsu makan, penurunan nafsu makan


dikarenakan anorexia pada pasien. Anoreksia adalah nafsu makan yang
hilang atau berkurang yang merupakan faktor utama terjadinya kaheksia
pada kanker. Zat metabolit yang dihasilkan sel kanker menyebabkan
anoreksia, cepat kenyang dan menyebabkan perubahan rasa pengecap. Stres
psikologik, rasa sakit serta ketakutan akan penyakit dan prognosisnya juga
merupakan faktor terjadinya anoreksia. Penurunan nafsu makan oleh
berbagai penyebab tampaknya merupakan faktor utama terjadinya
penurunan berat badan. Namun tidak jarang pada penderita yang mendapat
asupan makanan yang adekuat juga mengalami penurunan berat badan
karena terjadi hipermetabolisme pada penderita kanker (Raubun, 2005).
Penurunan nafsu makan ditandai dengan hasil recall energi 690 kal, protein
34 gram, lemak 20 gram, dan KH 67 gram yang dikategorikan defisit berat.

Berdasarkan data dietary yang diperoleh hasil recall pasien


menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pasien termasuk dalam kategori
defisit berat. Asupan berdasar recall dibandingkan dengan total kebutuhan
energi yang dihitung dengan rumus mifflin dihasilkan tingkat asupan energi
sebesar 39% termasuk dalam kategori defisit berat, tingkat asupan protein
sebesar 57% termasuk kategori defisit berat, tingkat asupan lemak sebesar
51% termasuk kategori defisit berat dan tingkat asupan karbohidrat sebesar
23% termasuk kategori defisit berat.

20
Hasil recall pasien yang rendah dan adanya penurunan nafsu makan
dapat mengakibatkan pasien mengalami kondisi fisik yang lemah. Asupan
makanan pasien secara keseluruhan sudah cukup beragam, namun masih
belum mencukupi kebutuhan pasien sehingga status gizi tergolong kurang.
Menurut perhitungan FFQ Semi-Kuantitatif didapatkan hasil asupan energi
sebesar 101% (normal), asupan protein sebesar 112% (normal), asupan
lemak sebesar 82% (baik), dan asupan karbohidrat sebesar 90%. Sedangkan
pada Kebiasaan makan pasien berdasarkan FFQ Kualitatif yaitu makan
utama 3x sehari pada pagi, siang dan sore hari dengan bentuk makanan
biasa dan 2x selingan. Makanan pokok berupa nasi 3x/ hari @100 gram, mie
2x/minggu @50 gram, tempe goreng 3x/hari @50 gram, tahu goreng
2x/minggu @100 gram, ikan nila goreng 1x/minggu @75 gram, opor ayam
1x/bulan @75 gram, ayam goreng 3x/minggu @50 gram, sate jeroan
3x/minggu @30 gram, bening bayam 1x/minggu @50 gram, sawi rebus
2x/minggu @50 gram, sup ayam (brokoli, wortel,, kentang, ayam, buncis)
1x/bulan @75 gram, papaya 1x/minggu @100 gram, pisang 1x/minggu
@50 gram. Tn. Z juga suka mengkonsumsi mendoan 4x/minggu @25 gram,
singkong goreng 3x/minggu @40 gram, pisang goreng 5x/minggu @50
gram, risoles sayur 3x/minggu @30 gram. Menurut data, pasien terbiasa
mengkonsumsi lauk hewani dan nabati yang diolah dengan cara digoreng
serta jajanan berminyak seperti mendoan, singkong goreng, pisang goreng,
risoles sayur hampir setiap harinya. Konsumsi lemak yang berlebih dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker. Hal ini disebabkan lemak
bersifat Cancer Promoting. Adanya lemak dalam tubuh membuat zat yang
bersifat karsinogenik, zat yang membentuk terjadinya kanker, berkembang
(Nunik,2015).

Pasien sering mengonsumsi kopi tanpa gula 3x/ hari. Salah satu
kandungan kopi yang bersifat karsinogenik adalah akrilamida. Akrilamida
terbentuk melalui kopi yang dilakukan pemanasan pada suhu tinggi
o(>120C) (Harahap,2006). Akrilamida telah diklasifikasikan sebagai
senyawa yang dapat menyebabkan kanker atau berpotensi sebagai
karsinogen pada manusia (Friedman, 2003). International Agency for

21
Research on Cancer (IARC) mengatakan bahwa akrilamida adalah
senyawa yang terbukti menyebabkan kanker pada hewan percobaan tetapi
belum dapat dipastikan dapat menyebabkan kanker pada manusia (Harahap,
2006). Akrilamida berpotensi neurotoksik yang berakibat kepada sistem
saraf pusat dan perifer. Dimana apabila toksitas kronik menimbulkan gejala
kelelahan, dan turunnya berat badan (Friedman, 2003).

Pasien juga merupakan perokok berat. Dimana kebiasaan merokok


merupakan salah satu faktor peningkatan kadar kolesterol dalam darah. Zat
kimia yang terkantung dalam rokok dapat meningkatkatkan kadar kolesterol
jahat (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol baik ( HDL) dalam tubuh
manusia. Pada orang-orang yang merokok ditemukan kadar HDL yang
rendah, artinya pembentukan kolesterol baik yang bertugas membawa lemak
dari jaringan ke hati menjadi terganggu. Sementara kebalikannya justru
terjadi pada kadar LDL, dimana pada orang yang merokok ditemukan kadar
LDL yang tinggi, artinya lemak dari hati justru dibawa kembali ke jaringan
tubuh. Pada perokok, nikotin dipercaya mengontribusi pada abnormalitas
profil lipid. Efek nikotin, hampir secara keseluruhan melepaskan
katekolamin, meningkatkan lipolisis, dan meningkatkan asam lemak bebas.
Dengan meningkatnya asam lemak bebas membuat produksi kolesterol LDL
yang berlebihan dan dengan produksi LDL yang berlebihan maka kadar
kolesterol HDL darah dengan sendirinya akan menurun (Aji,2015).

Kebiasaan merokok juga menimbulkan faktor resiko yang tinggi


terhadap kejadian kanker. Dimana merokok berhubungan dengan
peningkatan produksi radikal bebas dan deplesi antioksidan. Radikal bebas
menyebabkan kerusakan oksidatif pada beberapa makromolekul seperti
lipid, protein, dan DNA, sehingga berperan penting dalam beberapa
penyakit kronis seperti aterosklerosis dan kanker (Benowitz, 2010).

Pada awal 2017 pasien masih mengonsumsi minuman beralkohol


5x/minggu. Alkohol dapat mempengaruhi besarnya risikp menderita kanker
tertetu. pengaruh alkohol tersebut dalam hal ini dapat berbeda tergantung
pada jenis kanker. konsumsi alkohol ringan dapat meningkatkan risiko

22
kanker payudara pada wanita, kanker rongga mulut, faring dan esophagus
(bagnardi et al , 2012). alkohol juga dapat meningkatkan risiko terkena
penyakti kanker kepala dan leher (Hakenewerth et al, 2011).

Konsumsi minuman beralkohol dikaitkan dengan peningkatan


kejadian banyak penyakit, termasuk sindrom metabolik dan penyakit
kardiovaskular (Wakabayashi 2010). Alkohol diketahui memiliki efek pada
metabolisme kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL-C), kolesterol
lipoprotein densitas rendah LDL-C dan trigliserida serta tekanan darah (Park
dan Kim, 2012). Sudah lama diketahui bahwa konsumsi alkohol (etanol)
mengganggu metabolisme lipid yang menyebabkan disfungsi jaringan
adiposa. Konsumsi alkohol kronis mengganggu metabolism lipid karena
meningkatkan lipolisis di jaringan adiposa dan menyebabkan deposisi lemak
ektopik di dalam hati dan perkembangan penyakit perlemakan hati (Steiner
dan Lang, 2017). Konsumsi etanol sering dikaitkan dengan peningkatan
dalam konsentrasi trigliserida plasma dan memiliki relevansi dengan risiko
penyakit kardiovaskular dan pankreatitis (Van De Wiel, 2012). Peningkatan
trigliserida di dalam hati kemudian dikeluarkan hingga ke pembuluh darah
sehingga menyebabkan penumpukan trigliserida di dalam pembuluh darah
(King, 2017). Menurut dr. Laila Hayati (2014) kadar trigleserida yang tinggi
disebut-sebut sebagai orang yang rawan terkena penyakit batu empedu.
Hanya saja, keberadaan batu kantung empedu sulit terdeteksi pada tahap
awal. Tidak ada keluhan, kecuali jika sudah meradang,

Penyebabnya memang belum diketahui secara pasti. Namun, makanan


tinggi lemak/kolesterol seperti, jeroan, seafood, lemak da-ging, kulit ayam,
kuning telur, bebek, dan jenis makanan yang digoreng, memiliki potensi ter-
bentuknya batu empedu,”

Obat ondansentron digunakan untuk mencegah mual dan muntah


pasca bedah (Hill et al, 2000). Ciprofloxacin digunakan untuk pengobatan
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. (Siswandono, 2008). KSR dengan
dosis 600 mg/tablet digunakan sebagai pengganti kalium yang hilang. Dosis
lazim dewasa 600mg/hari (Aria, 2007). R sebagai suplemen kalium

23
diberikan untuk mengatasi hipokalemia akibat pemberian furosemide yang
boros akan kalium (Tjay dan Rahardja, 2002). Neurodex digunakan untuk
mengobati gejala kekurangan vitamin neutropik dan muntah-muntah.
Omeprazol digunakan untuk menghambat sekresi asam dan absorpsi
vitamin B12 dan zat besi (DiPiro, 2008)

24
7. Matriks Integrasi
NB-1.1 Kurang Pengetahuan

Sikap tidak mendukung berupa


pemilihan makan yang tidak tepat

Alkohol Makanan Merokok Kopi


tinggi lemak
Terganggunya
metabolisme lipid Cairan di Radikal Abnormal Potensi
empedu berlebih Bebas profil lipid karsinogen
Disfungsi jaringan adiposa
Pengkristalan Meningkatka
Kerusakan
Deposisi lemak ektopik di oksidatif n asam lemak Penyakit
dalam hati lipid protein Kanker
Terbentuknya
batu di kantung
Peningkatan empedu
trigliserida Peningkatan LDL,
Penurunan HDL
Terhambatnya
aliran empedu

Penyumbatan Operasi pengengkatan NC-3.2


tumor empedu Kehilangan BB

Perubahan tingkat
Peradangan/infeksi
sel tidak normal BB
turun
Displasi gangguan Kadar leukosit 30%
pada sel rendah

Kanker Kantung Hematesis melena Anemia


Metastasis hepar
Empedu Stage IV

Nyeri Perut BAB hitam Kadar Hb, HTC,


Kadar albumin
MCV rendah
rendah
Mual dan
muntah
Recall E, P,
NI-2.1 Asupan Oral L, KH Defisit
Penurunan Nafsu
tidak adekuat berat
Makan
(dr. Cosphiadi(2014),Abdulmuthalib(2009),Harahap(2006), Neal(2017))

25
BAB II
DIAGNOSIS

Problem Etiology Sign and Sympton


NI-2.1 Asupan Oral Terbatasnya penerimaan hasil recall 24 jam
tidak adekuat makanan dikarenakan - Asupan energi 39% (defisit
mual dan muntah berat).
- Asupan lemak 51% (defisit
berat).
- Asupan protein 57% (defisit
berat).
- Asupan karbohidrat 23%
(defisit berat).
Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan terbatasnya penerimaan makanan
dikarenakan mual dan muntah ditandai dengan pasien mengalami muntah dan hasil
recall yang menunjukkan asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat defisit berat.
NC-3.2 Kehilangan Berat Fisiologis karena trauma Adanya penurunan berat
badan tidak diinginkan akibat operasi badan sebesar 30%
Kehilangan Berat badan tidak diinginkan berkaitan dengan fisiologis karena trauma
akibat operasi ditandai dengan adanya penurunan berat badan sebesar 30%
NB-1.1 Kurangnya Pemilihan makanan yang Hasil FFQ berupa seringnya
Pengetahuan salah mengonsumsi makanan yang
digoreng, berlemak, kopi dan
merokok.
Kurangnya Pengetahuan berkaitan dengan Pemilihan makanan yang salah ditandai
dengan Hasil FFQ berupa seringnya mengonsumsi makanan yang digoreng, berlemak,
kopi dan merokok.

26
BAB III

INTERVENSI

A. Tujuan Intervensi
1. Meningkatkan asupan oral agar status gizi pasien optimal secara
bertahap.
2. Meningkatkan kualitas gizi pasien menjadi lebih baik melalui pilihan
makanan dan perubahan kebiasaan makan yang baik.
3. Memberikan edukasi pentingnya diet pasien untuk penyembuhan
B. Rencana Intevensi Diet
1. Tujuan Diet
- Konsistensi makan dan jenis diet disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan pasien
- Mencegah terjadinya penurunan berat badan (jangka pendek)
- Mencapai dan memelihara berat badan normal
- Memenuhi kebutuhan mikronutrien
2. Prinsip dan Syarat Diet
- Energi diberikan cukup sesuai kebutuhan pasien mencapai 90%.
- Protein diberikan sebesar 1,5g/kg BB.
- Lemak diberikan 20% dari kebutuhan energi total.
- Karbohidrat cukup yaitu selisih kebutuhan energi dengan protein dan
lemak.
- Bentuk makanan lunak.
3. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
1) Perhitungan Kebutuhan Energi Menggunakan Rumus Mifflin
BMR = (10 x BB) + (6,25 x TB) – (5 x usia) + 5
BMR = (10 x 40) + (6,25 x 170) – (5 x 59) + 5
BMR = 400 + 1062,5 – 295 + 5
BMR = 1172,5
Energi = 1172,5 x 150%
= 1759 kkal
(Mifflin,1990)

27
2) Perhitungan Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak sebesar 20% dari total energi
Lemak = 20% dari kebutuhan energi total
Lemak = 20% x 1759
= 351,8 kkal
= 39 gram (Almatsier,2010)
3) Perhitungan Kebutuhan Protein
Protein = 1,5 x BB aktual
= 1,5 x 40
= 60 gram
= 240 kkal (Eldrige, B.2005)
4) Perhitungan Kebutuhan Karbohidrat
Kebutuhan Karbohidrat = ( Energi total – protein – lemak)
KH = energi – lemak – protein
KH = 1759 – 351,8 – 240
KH = 1167,2 kkal
KH = 291,8 gram (Almatsier,2010)
4. Terapi Diet
Jenis Terapi : Diet Rendah Lemak III
Rute Pemberian : Oral
Waktu : 3x makan besar 2x makan selingan
Bentuk Makanan : Makanan lunak
C. Rencana Intervensi Edukasi Gizi
1. Tujuan Edukasi Gizi
a. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai
jenis diet serta pemilihan makanan yang tepat untuk pasien.
b. Memberikan motivasi kepada pasien untuk mematuhi diet yang
dianjurkan.
c. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien untuk mendukung
pasien dalam menjalani diet.

28
2. Sasaran
Sasaran intervensi edukasi gizi kasus ini adalah Tn. Z dan kerabat atau
keluarga yang mendampingi selama sakit.
3. Waktu dan tempat pelaksanaan
Waktu : 20 menit
Tempat : Ruang rawat inap
4. Materi
 Peningkatan pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita.
 Pemberian pengetahuan tentang tanda dan gejala penyakit Kanker
Kantung Empedu
 Pemberian pengetahuan tentang faktor resiko pada penyakit Kanker
kantung empedu
 Memberikan pengetahuan mengenai makanan yang dianjurkan dan
yang tidak dianjurkan
 Memberikan prinsip dan syarat diet.
 Memberikan saran menu makan.
D. Koordinasi Asuhan Gizi
- Dokter
Membantu mengatasi keluhan pasien, membantu memanau kasar
biokimia pada pasien, dan bertanggung jawab atas pasien dalam
menangani kondisi kanker kantung empedu
- Perawat
Melakukan skrining pada saat awal pasien masuk, membantu dalam
jadwal pemberian makan pasien dan perkembangan kondisi fisik
klinis serta tanda vital pasien.
- Apoteker
Membantu dalam memberikan obat yang akan dikonsumsi pasien
untuk menghindari interaksi antara obat dan makanan.
- Laboran
Membantu dalam pemantauan nilai laboratorium pasien.

29
E. Pembahasan Intervensi
Intervensi gizi dilakukan dengan tujuan meningkatkan asupan oral
agar status gizi pasien optimal secara bertahap. Selain meningkatkan asupan
oral juga meningkatkan kualitas gizi pasien agar menjadi lebih baik melalui
pemilihan makanan dan perubahan kebiasaan makan yang baik. Pasien juga
diberikan edukasi mengenai pentingnya diet pasien untuk penyembuhan.
Hal tersebut bertujuan untuk menghindari penurunan berat badan yang tidak
diinginkan. Diet yang diberikan yaitu dengan pemberian diet secara per-oral
karena pasien mampu makan secara oral dan tidak mempunyai gangguan
mengunyah ataupun menelan. Janis diet yang diberikan pasien adalah
Rendah Lemak III dalam bentuk makanan lunak. Frekuensi yang diberikan
sebanyak 3 kali makan berat dan 2 kali selingan. Kecukupan kalori sangat
diperlukan pada pasien kanker. Kebutuhan kalori dapat ditentukan dengan
menghitung keluaran energi basal atau laju metabolisme menggunakan
rumus Mifflin. Penyajian diet makanan didasarkan pada kebutuhan zat gizi
pasien dengan implementasi rekomendasi energi yang dihitung
menggunakan Mifflin dan menurut boediwarsono (2006), kebutuhan kalori
untuk tujuan uintuk meningkatkan BB diperlukan sampai 150% REE
didabatkan sebesar 1759 kkal, protein sebesar 60 gram, lemak sebesar 39
gram, dan karboohidrat sebesar 291,8 gram. Kebutuhan kalori untuk tujuan
uintuk meningkatkan BB diperlukan sampai 150% REE (boediwarsono
(2006): terapi nutrisi pada penderita kanker).

Karbohidrat diberikan cukup yaitu sebesar 291,8 gram atau selisih dari
total energi dengan protein dan lemak. Karbohidrat sangat dibutuhkan oleh
penderita kanker karena dapat memberikan energi yang diperlukan tubuh
selama pengobatan (Hariani, 2007). Lemak diberikan rendah yaitu sebesar
20% dari kebutuhan energi total atau sebesar 39 gram. Hal ini dikarenakan
konsumsi lemak yang berlebih dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker. Hal ini disebabkan lemak bersifat Cancer Promoting. Adanya
lemak dalam tubuh membuat zat yang bersifat karsinogenik, zat yang
membentuk terjadinya kanker, berkembang (Nunik,2015).

30
Monitoring evaluasi asupan dengan melihat sisa makanan pasien. Hal
ini dilakukan setiap hari dengan target asupan ≥ 80%. Metode yang
digunakan ialah metode comstock. Menurut Nida (2011), prinsip dari
metode comstok atau taksiran visual adalah para penaksir (enumenator)
menaksir secara visual banyaknya sisa makanan yang ada untuk setiap
golongan makanan atau jenis hidangan. Hasil estimasi tersebut bisa dalam
bentuk berat makanan yang dinyatakan dalam bentuk gram atau dalam
bentuk skor bila menggunakan pengukuran. Walaupun mempunyai
kekurangan, metode ini dapat menghasilkan hasil yang cukup detail dan
tidak mengganggu pelayanan makanan secara signifikan.

Edukasi gizi disampaikan pada pasien dan keluarga dengan tujuan


meningkatkan pengetahuan pasien terkait penyakit kanker kantung empedu
yang diderita pasien dan dietnya tentang pengertian kanker kantuung
empedu, gejala umum, tujuan dan syarat diet, pemilihan makanan yang
tepat. Edukasi dilakukan sekali selama perawatan di ruang rawat
inap/bangsal pasien selama 20 menit. Alat edukasi yang digunakan ialah
leaflet. Moniting dan evaluasi yang dilakukan dengan cara menanyakan
kembali apa yang disampaikan, apabila pasien atau keluarga dapat
menjawab artinya pasien dan keluarga telah paham materi yang
disampaikan.

Intervensi mengenai kolaborasi dengan tenaga kesehatan seperti pada


dokter Membantu mengatasi keluhan pasien, membantu memanau kasar
biokimia pada pasien, dan bertanggung jawab atas pasien dalam menangani
kondisi kanker. Pada perawat dengan melakukan skrining pada saat awal
pasien masuk, membantu dalam jadwal pemberian makan pasien dan
perkembangan kondisi fisik klinis serta tanda vital pasien. Apoteker yaitu
membantu dalam memberikan obat yang akan dikonsumsi pasien untuk
menghindari interaksi antara obat dan makanan dan laboran untuk
membantu dalam pemantauan nilai laboratorium pasien.

31
BAB IV

RENCANA MONITORING DAN EVALUASI

A. Rencana Monitoring dan Evaluasi


Tabel 3.1 monitoring dan evaluasi

Anamnesis Target Pelaksanaan Evaluasi


Jumlah asupan makanan Asupan makanan
Asupan dari analisis zat gizi meningkat secara bertahap
Setiap hari
makanan (energy, protein, lemak hingga mencapai 80 %
dan karbohidrat) dari total kebutuhan
Suhu mencapai 37 derajat
2-3 kali
Fisik klinis Suhu, Respiratory Rate dan RR 12-20 kali/menit
seminggu.
(normal)
Mual muntah, nyeri perut Keluhan pasien menurun
Keluhan Setiap hari
bagian atas, hingga hilang
Peningkatan pengetahuan
Dapat memahami materi
dan penerapan prinsip dan Hari ke-3
Edukasi yang disampaikan dengan
syarat diet terkait penyakit sebelum pulang
merivew kembali materi.
pasien

B. Implementasi diet
Kajian Rekomendasi
Jenis diet : Diet Rendah Lemak III
Bantuk makanan : Lunak
Cara pemberian : Oral
Tabel 3.2 Data Perbandingan Asupan Zat Gizi

Energi (kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr)


Kebutuhan 1759 60 39 291,8
Rekomendasi 1736 66,3 35,5 261,6
% Pemenuhan 98% 110% 91% 90%

Tabel 3.3 Implementasi Asupan


Ukuran Kandungan Gizi
Waktu Menu Bahan Penukar Gra Prote
URT Energi Lemak KH
m in
Nasi Beras 1P 1 gls 200 175 4 40
tim jagung ½p ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
Pagi Steam
Telur 1p 1 btr 55 75 7 5 0
egg
Rolad Tahu 1p 1 bj 110 75 5 3 7

32
e tahu bsr
Telur 1p 1 btr 55 75 7 5 0
1/10
Wortel 1/10 P 10 2.5 0,1 0 0,5
gls
Minya
1P ½ sdt 2,5 25 2,5
k

Wortel ½p ½ gls 50 12,5 0,5 2,5


Sawi ½p ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
Sayur
Buncis ½p ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
sup
Jamur
Minya
¼P ¼ sdt 1,25 12,5 1,25
k
Agar-
Agar agar
Selinga
agar Strawb 107,
n ½P 2 bh 25 - - 6
buah erry 5
Kiwi ½P I bh 76 46 0,5 0,4 11,3
Nasi Beras 1P 1 gls 200 175 4 40
Tim Wortel ½p ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
Pepes
1P 1 ptg 55 150 7 5
Ayam
2 ptg
Siang Tempe 1P 50 75 5 3 7
Tumis sdg
tempe Minya
½P ½ sdt 2,5 25 2,5
k
Sayur Bayam ½P ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
bayam Jagung ½P ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
Selinga Pudin
1P 1 bh 50 59,5 1,2 1,6 14
n g
Nasi Beras 1P 1 gls 200 175 4 40
tim brokoli ½p ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
Guram
IP 1 ekr 40 50 7 2
Filet e
Gura Tepung
2
me meizen 1/5P 10 35 0,8 8
sdm
asam a
manis Minya
1P 1sdm 5 50 5
k
Malam
Tumis
1 bj
Tahu Tahu 1p 110 75 5 3 7
bsr
jamur
Oyong ½P ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
Bihun 1P ½ gls 50 175 4 40
Sayur
wortel ¼P ¼ gls 25 6,25 0,25 0 1,25
oyong
Minya ¼
¼P 1,25 12,5 1,25
k sdm
Pisang 1P 1 bh 50 50 12
261,
Jumlah 1736 66,3 35,5
6

33
BAB V

KESIMPULAN

1. Tn. Z adalah pasien laki laki berusia 59 tahun memilihi tinggi badan 170
cm dan berat badan 40 kg. Pasien di diagnosis medis kanker kantong
empedu dengan sebelumnya pernah mengalami terapi bedah pengangkatan
tumor empedu. Keluhan yang dialami pasien yaitu mual dan muntah, nyeri
bagian perut, dan penurunan nafsu makan. Pasien merupakan perokok
berat.
2. Berdasarkan hasil biokimia, kadar hemoglobin, hematocrit, dan MCV
rendah berkaitan dengan kejadian anemia. Kadar leukosit rendah
menandakan adanya gangguan pada liver dan inflamasi karena penyakit
kanker yang diderita. Kadar albumin yang rendah berkaitan dengan
keadaan malnutrisi, trauma pasca bedah dan adanya kerusakan organ hati
yang disebabkan oleh penyakit kanker kantung empedu pasien yang
bermetastase ke hati. Kadar HDL yang rendah berkaitan dengan kadar
lemak yang tinggi dan kebiasaan merokok.
3. Berdasarkan fisik klinis pasien penampilan keseluruhan pasien sadar namun
lemas, tanda vital pasien normal berdasar tekanan darah dan denyut nadi.
Sedangkan respiratory rate dan suhu tinggi.
4. Berdasarkan hasil recall 24 jam, asupan energi, protein, lemak dan
karbohidrat termasuk golongan defisit berat. Berdasarkan FFQ pasien
sering mengonsumsi makanan yang digoreng, jajanan berlemak dan kopi.
5. Diagnosis gizi yang ditegakkan yaitu:
a. Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan terbatasnya penerimaan
makanan dikarenakan mual dan muntah ditandai dengan pasien
mengalami muntah dan hasil recall yang menunjukkan asupan energi,
protein, lemak dan karbohidrat defisit berat.
b. Kehilangan Berat badan tidak diinginkan berkaitan dengan fisiologis
karena trauma akibat operasi ditandai dengan adanya penurunan berat
badan sebesar 30%

34
c. Kurangnya Pengetahuan berkaitan dengan Pemilihan makanan yang
salah ditandai dengan Hasil FFQ berupa seringnya mengonsumsi
makanan yang digoreng, berlemak, kopi dan merokok.
6. Intervensi diet yang diberikan berupa diet rendah lemak III, bentuk
makanan lunak diberikan secara oral dalam bentuk 3x makan dan 2x
selingan.
7. Monitoring dan evaluasi yang dilihat antara lain asupan makanan
meningkat secara bertahap hingga mencapai 80% dari total kebutuhan,
Suhu dan Respiratory Rate mencapai normal. Keluhan pasien menurun
hingga hilang dan pengetahuan pasien meningkat serta dapan menerapan
prinsip dan syarat diet.

35
DAFTAR PUSTAKA

Abdulmuthalib, 2009. Kelainan Hematologik. Dalam: Saifuddin, A. B., Rachimhadhi, T.,


Wiknjosastro, G.H., penyunting. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo --- Ed. 4,
Cet. 2 - Jakarta : PT Bina Pustaka, 774- 780
Almatsier S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur Kehidupan , Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Bagnardi, v et al. 2012. light alcohol drinking and cancer a mela-analysis (revieuw).
annals of oncology
Benny Theodore. 2019. Artikel Kanker Kandung Empedu. diakses pada tanggal 28 maret
2019.
Benowitz, Neal L. 2010. Nicotine Addiction.
Boediwarsono. 2006. Terapi Nutrisi Pada Penderita Kanker. Dalam: Naskah Lengkap
Surabaya Hematology Oncology Update IV. Journal of Medical Care of the Cancer
Patient. Hlm 134141.
Davis, Charles Patrick. 2018. Faver in Adult. Dikutip dari
https://www.emedicinehealth.com/fever_in_adults/article_em.htm#fever_in_adults
_quick_overview. Diakses pada 29 Maret 2019.
DiPiro, J.T., et al, 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th
ed.Washington DC.
Dooley JS. Sherlock’s Diseases of the Liver and Biliary System. 12th ed. British:
Wiley-Blackwell Publishing; 2011.
Dufour DR. Liver disease. In:Carl AB, Edward RA, David EB editors. Clinical
chemistry and molecular diagnostics. Fourth ed. Missouri: Elsevier saunders; 2006.
p. 1777-1827.
dr. Arina Yuli Roswiyati, MS.2014. Membedakan Gejala Sakit Maag dan Batu Kantung
Empedu. MITRA Keluarga Edisi 13 September 2014
dr. Cosphiadi Irawan, Sp.PD-KHOM. 2014. Diagnosa Cermat Batu Empedu dengan
Penanganan yang Cepat. MITRA Keluarga Edisi 13 September 2014
dr. Laila Hayati.2014. Batu Kantung EmpeduBisa Dicegah dengan Diet Rendah
Kolesterol. Majalah Rumah Sakit Mitra Kita edisi 13 - September 2014
Eldrige, B.2005. Medical Nutrition Therapy for Cancer Prevention, Treatment and
Recovery, dalam Krause’s Food, Nutrition & Diet Therapy 11 th,Saunders
Philadelphia.
Friedman, M., 2003. Chemistry, Biochemistry, and Safety of Acrylamide. A Review. J.
Agric. Food Chem., Vol 51: (16). 4504-4526.
Harahap Y, 2006, Pembentukan Akrilamida dalam Makanan dan Analisisnya, Majalah
Ilmu Kefarmasian Universitas Indonesia, Vol. 3(3), pp. 107-112.
Helman N, Rubenstein LS. 2008. The effects of age, sex, and smokingon
erythrocytes and leukocytes. Am J Clin Patho;63(1):35-44
Hill et al. 2000. Cost-effectiveness of Prophylactic Antiemetic Therapy with
Ondansetron, Droperidol or Placebo, Anesthesiology, Vol. 92, pp. 958-967
Hundal R, Shaffer EA. 2014. Gallbladder cancer: epidemiology and outcome. Clin
Epidemiol 6:99-109.
karnath,B, M. 2004. anemia in adult patient. journal of hospital physician.

36
Kemenkes, 2011. Pedoman Interpretasi Data Klnik. Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2013. Peraturan Menteri Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi
yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
King, MW., 2017. Ethanol metabolism.

Marcia N, Sucher K, Long S. 2007. Nutrition Therapy and Pathopisiology. California ;


United States.
Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan, EGC. Jakarta
Nunik kusumawardani.2015. Penanganan Nutrisi Pada Penderita Kanker. Media Artikel
Lltbangkea Vol. VI No. 04
Park, H. & Kim, K., 2012. Association of alcohol consumption with lipid profile in
hypertensive men. Alcohol and Alcoholism, 47(3), pp.282–287
Richard E.(2009). Lack of Cholesterol Awwarenes among Physicians Who Smoke.
International Journal of Environmental Research and Public Health. ISSNS.1660 –
4601. www.mdp1.com/journal/1jerpk
Raubun, L. 2005. Penataksanaan Diet Pada Penyakit Kanker. Prosiding. Bandung.
Siswandono, 2008. Kimia Medisinal ed 2. Surabaya: Airlangga University Press (Hal:
278)
Steiner, J.L. & Lang, C.H., 2017. Alcohol, adipose tissue and lipid dysregulation.
Biomolecules, 7(1).
Tjay, T.H dan Rahardja, K., 2007, Obat – obat Penting : khasiat, penggunaan, dan Efek-
efek sampingnya. Edisi ke VI. Cetakan I, Hal. 263, 270, Penerbit Gramedia,
Jakarta.
Van De Wiel, A., 2012. The effect of alcohol on postprandial and fasting triglycerides.
International Journal of Vascular Medicine, 2012.
Wahyuningrum, SR. 2005. Penatalaksanaan Diet Pada Penyakit Kanker. Materi
Pelatihan Manajemen Gizi Penyakit Degeneratif Bagi Pengelola Gizi RS
Propinsi/Kabupaten/Kota. Bapelkes Makasar 20-23 September.
Wakabayashi, I., 2010. Associations between alcohol drinking and multiple risk factors
for atherosclerosis in smokers and nonsmokers. Angiology, 61(5), pp.495–503.
Warfield, C.A., Bajwa, Z.H. (2004). Principles and practice of pain medicine. 2nd ed. US:
McGraw-Hill.

37
Lampiran 1. Form SEMI-FFQ
Frekuensi Kandungan Gizi
Daftar Berat
URT Mgg bln E P L KH
Makanan (gr) Hari
(kkal) (gr) (gr) (gr)
Makanan Pokok
Nasi gls 100 3x - 525 12 120
Mie 50 1,1 11,4
50 2x
4
Lauk Pauk
Ayam 1 ptg - 58,4 2,7 1,9
50 3x
goreng sdg
Minyak 5 3x 21,4 2,1
Ikan nila 1 ptg - 13,4 1,9 0,5
75 1x
goreng sdg
Minyak 5 1x 7,1 0,71
Opor Ayam 1x 6,8 0,3 0,2
Minyak 2,5 0,08 0,16
Sate jeroan 30 3x 19,2 1,8 0,12
Lauk Nabati
Tempe ptg sdg 50 3x 225 15 9 21
goreng
Minyak 5 3x 150 15
Tahu goreng ptg 100 2x 19,4 1,3 0,7 1,4
Minyak 5 2x 14,2 1,42
Sayur
Bening 1/2 gls 50 1x 1,78 0,0 0,35
bayam 7
Sawi rebus 50 2x 3,57 0,1 0,7
4
Sup Ayam, 75 1x
meliputi;
Brokoli 15 0,125 0,0 0,025
05
Wortel 15 0,125 0,0 0,025
05
Kentang 15 0,41 0,0 0,09
09
Buncis 15 0,125 0,0 0,025
05
Ayam 15 0,625 0,0 0,02
8 5
Minyak 2,5 0,08 0,16
Buah
Pepaya 1 ptg 100 1x 6,4 1,5
Pisang 1 ptg 50 1x 7,1 1,7
Lain-lain
Kopi 9,1 0,37 30,9
1gls 240ml 3x 180,75
5 5
Mendoan 13 0,6 0,14 2,3
1 bh 25 4x
8
Singkong 40 3x 9,7 0,0 0,61 0,96

38
goreng 3
Pisng goreng 1 bh 50 5x 48,2 0,5 1,3 8,25
Risoles sayur 17,2 0,2 0,18 3,62
30 3x
7
1524 47, 34,5 204,2
Jumlah
1 5

39

Anda mungkin juga menyukai