Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Menurut PBB, suatu negara mampu untuk berkembang secara mandiri apabila jumlah
wirausahawan di negara tersebut minimal 2 persen dari total jumlah penduduk. Saat ini,
jumlah wirausahawan di Indonesia hanya sebesar 0,24 persen dari jumlah penduduk
Indonesia sebesar 238 juta jiwa. Jumlah tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan
jumlah wirausaha di beberapa negara luaryang tingkat perekonomiannya lebih tinggi,
seperti Amerika Serikat yang memiliki wirausaha sejumlah 4 persen dari total
penduduknya, Singapura yang jumlah wirausahanya sebesar 7 persen dari jumlah
penduduknya, dan Malaysia yang jumlah wirausahanya mencapai 5 persen dari jumlah
penduduknya (Tri Budiarto, 2012, from http://www.kompasiana.com/paansiih/peranan-
mata-kuliah-kewirausahaan-dalam-meningkatkan-minat-mahasiswa-untuk-
berwirausaha_550ffe3fa333111c37ba80b0).
Sedangkan, menurut hasil survey Biro Pusat Statistik (BPS) Februari 2007, jumlah
sarjana yang menganggur di Indonesia sekitar 700 ribu orang ( 151.000 pemegang
diploma I/II, 179.000 lulusan akademi/diploma III, dan 409.000 orang lulusan strata
satu). Situs ngapus.com menyajikan data tahun 2008, Indonesia menduduki peringkat 1
di Asia dalam jumlah pengangguran tertinggi (Eddy Soeryanto Soegoto xxi). Dari
jumlah tadi, artinya Indonesia mengalami permasalahan yang besar dalam hal
ketenagakerjaan terutama untuk orang – orang yang bergelar sarjana, padahal mereka
sudah menempuh pendidikan dengan biaya yang tidak sedikit tetapi tetap saja mereka
sulit mendapat pekerjaan. Bagi sarjana yang bekerjapun masih ada ancaman ter-PHK
sewaktu – waktu. Jadi, bagaimana cara mengatasi hal ini? Dengan adanya permasalahan
tersebut, penulis berharap para sarjana termasuk penulis nantinya terdorong dan
termotivasi untuk muncul sebagai wirausaha – wirausaha baru di Indonesia dengan
memahami rumusan masalah yang akan dibahas mengenai kewirausahaan.
1
3. Apa saja jenis – jenis wirausaha ?
4. Bagaimana strategi mengubah paradigma dari Job Seeker menjadi Job creator ?
4. Mengetahui strategi mengubah paradigm dari Job Seeker menjadi Job Creator
Dalam makalah ini penyusun berharap pembaca dapat mengambil manfaat dan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
Dalam makalah ini penulis menggunakan metode studi literatur, dimana kami menjadikan
bacaan-bacaan dari beberapa media sebagai sumber informasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
adanya kemampuan berfikir yang inovatif dan kreatif. Biasanya kemampun berfikir yang
inovatif dan kreatif itu akan memunculkan ide-ide yang baru dan berbeda.
Proses kreatif dan inovatif hanya terdapat pada orang-orang yang berkepribadian
kreatif dan inovatif, yaitu mereka yang memiliki jiwa berwirausaha yang bercirikan;
percaya diri, berani, penuh keyakinan, optimis, disiplin dan bertanggungjawab. Dalam
berwirausaha perlu dibutuhkan jiwa dan semangat dalam pelaksanaannya. Meskipun
terdapat orang yang memiliki daya berfikir yang inovatif dan kreatif namun mereka tidak
memiliki mental seorang wirausaha, maka potensi yang dimilikinya akan sia-sia saja.
Aktivitas berwirausaha tentu didalamnya terdapat rintangan, tantangan, dan halangan
yang harus dihadapi dengan mental dan jiwa wirausaha
Seorang wirausaha dituntut mampu mengoptimalisasi setiap keadaan sekitarnya
menjadi peluang dalam mencapai keuntungan. Dalam setiap tantangan pasti terdapat
resiko didalamnya, resiko tersebut berupa kemungkinan berhasil dan kemungkinan gagal.
Oleh sebab itu, seorang wirausaha harus berani mengambil resiko dan lebih menyukai
tantangan. Ide kreatif dan inovasi.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Sumber
Daya Alam yang melimpah ruah di tanah air ini mampu dijadikan sebagai tempat yang
ideal untuk berwirausaha. Tidak dapat dipungkiri bahawa dimasa yang akan datang
Indonesia akan mampu meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya
dengan melakukan kegiatan wirausaha dalam berbagai sektor mikro maupun makro
seiring dengan mulai meratanya pendidikan di Indonesia dan akses-akses lainnya yang
mendukung kesadaran masayarakat dalam berwirausaha. Dalam mencapai itu semua
terdapat beberapa hambatan yang masih menjadi permasalahan yaitu banyak masyarakat
yang awam tentang berwirausaha, mereka cenderung tidak berani untuk membuka suatu
usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Menurut pengamatan penulis,
permasalahan tersebut secara bertahap akan dapat diselesaikan jika pemerintah secara
konsisten berusaha untuk memeratakan akses-akses masyarakata yang bersifat layanan
publik.
4
yang rendah dan tingkat populasi yang tinggi menjadi suatu permasalahan yang harus
diatasi oleh pemerintah negara sekarang. Maka dari itu, kewirausahaan sangat diperlukan
untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Dengan adanya kewirausahaan masyarakat dapat mempunyai kemampuan untuk
menciptakan produk-produk baru yang berinovasi dan dapat menyampaikan ide dan
kreasinya, sehingga banyak pengangguran yang diserap karena bermunculannya lapangan
pekerjaan yang disediakan. Jika telah banyak pengangguran yang diserap, maka secara
otomatis pendapatan masyarakat akan meningkat pula. Selain dapat mengurangi
pengangguran kewirausahaan juga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tanah
air.
5
4. Drone Entrepreneurship, Drone = malas. Penolakan untuk memanfaatkan
peluang-peluang untuk melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus
produksi sekalipun hal tersbut akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan
dengan produsen lain. Di banyak Negara berkembang masih terdapat jenis
entrepreneurship yang lain yang disebut sebagai Parasitic Entrepreneurship, dalam
konteks ilmu ekonomi disebut sebagai Rent-seekers (pemburu rente). (Winardi,
1977).
Kultur (budaya) berwirausaha suatu keluarga atau suku atau golongan bahkan
bangsa sangat berpengaruh terhadap kemunculan wirausaha-wirausaha baru yang
tangguh. Kultur berwirausaha tidak dapat ditanamkan dalam sekejap. Memerlukan waktu
cukup banyak untuk membangun kultur kewirausahaan Setiap keluarga harus
menanamkan jiwa wirausaha sejak dini dalam diri anak-anak mereka.
6
Indonesia kebingungan mengatasinya dikarenakan berkaitan dengan timpangnya struktur
usaha (industri) yang terlalu memihak pada industri besar.
Peran pemerintah ini juga bukan pada pemberian modal, tetapi lebih pada
membina kemampuan industri kecil dan membuat suatu kondisi yang mendorong
kemampuan industri kecil dalam mengakses modal, (Pardede, 2000). Atau dengan kata
lain, pemerintah harus membina kemampuan industri kecil dalam menghitung modal
optimum yang diperlukan, kemampuan menyusun suatu proposal pendanaan ke lembaga-
lembaga pemberi modal, serta mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang lebih
memihak industri kecil dalam pemberian kredit.
7
lemahnya pendampingan mengakibatkan modal usaha yang telah dibagikan kepada calon
wirausaha, tidak terpakai dengan baik. Para calon wirausaha lebih sering melakukan
konsumsi terhadap modal yang diberikan. Akibatnya, modal mereka terpakai habis
sedangkan usaha belum dapat berjalan dengan baik (Ibratul Ulfa, 2015, from
http://dokumen.tips/documents/kewirausahaan-5612f3f732fff.html).
Tidak semua entrepreneur lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis
dan terencana dengan baik. Banyak entrepreneur lahir tidak mengikuti proses yang
direncanakan. Hal ini karena disebabkan beberapa hal:
a. Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi entrepreneur karena dia berada pada tempat
yang tidak kondusif. Misalnya saja karena tertekan, merasa terhina, mengalami
kebosanan selama bekerja, dipaksa ataupun terpaksa pindah dari daerah asal.
Kondisi inilah yang membuat seseorang terpaksa harus keluar dari kebiasaan rutin
yang dia sendiri tidak merasa nyaman dengan kondisi itu. Sementara di sisi lain
upaya untuk menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarga harus dipertahankan.
Oleh karenanya menjadi entrepreneur dalam situasi seperti ini adalah pilihan terbaik
bagi dirinya.
8
c. Having positif pull
Seseorang dapat menjadi entrepreneur karena mendapat dukungan positif dari
mitra kerja, investor, pelanggan, maupun relasi lain. Dukungan positif ini akan
memudahkan mereka mengantisipasi peluang usaha. Slain itu dukungan positif juga
akan menciptakan rasa aman dari berbagai resiko yang akan dihadapi dikemudian
hari.
a. Faktor yang berasal dari situasi lingkungan keputusan itu sendiri (decision
environment).
9
Jika seseorang cukup mengenal keadaan sekarang (initial state), tujuan-
tujuan yang akan datang yang akan dicapai (desire state) dan transformasi yang
dibutuhkan untuk mencapai keadaan yang diinginkan, maka seseorang tersebut
dihadapkan kepada lingkungan keputusan yang berstruktur baik (well structured).
Tetapi jika seseorang tidak mempunyai pemahaman konprehensif, maka dia
dihadapkan kepada lingkungan keputusan berstruktur buruk (ill structured).
b. Insentif Sensoris
Beberapa kegiatan manusia ditujukan untuk memperolah umpan balik sensoris
yang terdapat di lingkungannya.
c. Insentif Sosial
10
Manusia melakukan sesuatu untuk mendapatkan penghargaan dan penerimaan
dari lingkungan sosialnya. Penerimaan atau penolakan dari sebuah lingkungan
sosial akan lebih berfungsi secara efektif sebagai imbalan atau hukuman dari pada
reaksi yang berasal dari satu individu.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan ada dorongan dan motivasi untuk menjadi
wirausaha terutama untuk generasi muda Indonesia khusunya para sarjana maupun yang
akan menjadi sarjana demi meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia.
12
DAFTAR PUSTAKA
Antono, Mieny. 2013. Pengertian dan Definisi Wirausaha Menurut Para Ahli.
http://lifeskill.staff.ub.ac.id/2013/10/01/pengertian-dan-definisi-wirausaha-menurut-
para-ahli-2/ ( Diakses pada Tanggal 11 Februari 2017 )
Budiarto, Tri. 2012. Peranan Mata Kuliah Kewirausahaan dalam Meningkatkan Minat
Mahasiswa untuk Berwirausaha. http://www.kompasiana.com/paansiih/peranan-mata-
kuliah-kewirausahaan-dalam-meningkatkan-minat-mahasiswa-untuk-
berwirausaha_550ffe3fa333111c37ba80b0 ( Diakses pada tanggal 11 Februari 2017 )
Soegoto, Eddy Soeryanto. 2009. Enterpreneurship Menjadi Pembisnis Ulung: Panduan bagi
Pengusaha, Calon Pengusaha, Mahasiswa, dan Kalangan Dunia Usaha.
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=e35KE7Xb8JEC&oi=fnd&pg=PR21&dq=Pergeseran+Paradigma+Dari+
Job+Seekers+Ke+Job+Creators&ots=tYHlnw_dyS&sig=v3e827A0PChiSy9ANFJi-
lz0IFw&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false ( Diakses pada Tanggal 11 Februari 2017 )
13
16