Disusun Oleh :
Nama NIM
Wahyudi Pratama 2015054779
Fakultas Ekonomi
Universitas Pamulang
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi tentang Kekuasaan dan Politik dalam organisasi hanya sedikit. Beberapa studi
justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Kekuasaan dan Politik adalah sesuatu
yang ada dan dialami dalam kehidupan setiap organisasi tetapi agak sulit untuk mengukurnya
akan tetapi penting untuk dipelajari dalam perilaku keorganisasian, karena keberadaannya
dapat mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam organisasi.
Pada saat setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu
sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan.
Kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu.
Politik tidak hanya terjadi pada sistem pemerintahan, namun politik juga terjadi pada
organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok, bahkan pada unitkeluarga.
Politik adalah suatu jaringan interaksi antarmanusia dengan kekuasaan diperoleh, ditransfer,
dan digunakan.
Politik dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan individu karyawan dan
kepentingan manajer, serta kepentingan organisasi. Ketika keseimbangan tersebut tercapai,
kepentingan individu akan mendorong pencapaian kepentingan organisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan dan sumber-sumber kekuasaan ?
2. Apa saja taktik kekuasaan ?
3. Apa saja yang menyebabkan ketergantungan dan kekuasaan ?
4. Bagaimana perilaku politik dalam organisasi ?
5. Apa saja faktor-faktor perilaku politik dalam organsasi ?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah maklah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengertian dan sumber-sumber kekuasaan
2. Dapat mengetahui taktik kekuasaan
3. Dapat mengetahui penyebab dari ketergantungan dan kekuasaan.
4. Dapat mengetahui perilaku politik dalam organisasi.
5. Dapat mengetahui faktor-faktor perilaku politik dalam organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kekuasaan
Kekuasaan (Power) mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk memengaruhi
perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Definisi ini mengimplikasikan
sebuah potensi tidak perlu diaktualisasikan agar efektif dan sebuah hubungan ketergantungan.
Barangkali aspek terpenting dari kekuasaan adalah bahwa hal ini merupakan fungsi
ketergantungan (dependency). Semakin besar ketergantungan B pada A, semakin besar pula
kekuasaan A dalam hubungan tersebut.
1. Membandingkan Kepemimpinan dan Kekuasaan
Para pemimpin menggunakan kekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan kelompok.
Para pemimpin mencapai tujuan, dan kekuasaan adalah sarana untuk memudahkan usaha
mereka tersebut. Perbedaan antara kedua istilah itu adalah salah satu perbedaannya terkait
dengan kesesuaian tujuan. Kekuasaan tidak mensyaratkan kesesuaian tujuan, antara tujuan
pemimpin dan mereka yang dipimpin. Perbedaaan kedua berkaitan dengan arah pengaruh.
Kepemimpinan berfokus pada pengaruh ke bawah kepada para pengikut. Kepemimpinan
meminimalkan pola-pola pengaruh ke samping dan ke atas. Kekuasaan tidak demikian.
Perbedaan lain lagi terkait dengan penekanan penelitian. Penelitian mengenai kepemimpinan,
sebagian besar, menekankan gaya. Penelitian tersebut mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan seperti : Seberapa suportif semestinya seorang pemimpin? Sampai tingkat mana
proses pengambilan keputusan harus dilakukan bersama dengan para pengikut? Sebaliknya
penelitian mengenai kekuasaan cenderung mencakup bidang yang lebih luas dan terfokus pada
taktik-taktik untuk memperoleh kepatuhan dari anak buah. Penelitian itu melampaui individu
sebagai pelaksana kekuasaan karena kekuasaan dapat digunakan oleh kelompok dan juga
individu utnuk mengendalikan individu atau kelompok-kelompok yang lain.
2. Landasan Kekuasaan
a. Kekuasaan Formal
Kekuasaan formal didasarkan pada posisis seorang individu dalam sebuah organisasi.
Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memberi imabalan, atau
dari wewenang formal.
1. Kekuasaan Koersif (Coercive Power)
Landasan kekuasaan koersif (coercive power) adalah rasa takut. Seseorang memberikan
reaksinya terhadap kekuasaan ini karena rasa takut terhadap akibat-akibat negatif yang
mungkin terjadi jika ia tidak patuh. Kekuasaan koersif mengandalkan aplikasi, atau ancaman
aplikasi, sanksi fisik, yang menimbulkan rasa sakit, menimbulakan frustrasi melalui
pembataasan gerak, atau pengendalian paksa terhadap kebutuhan dasar fisiologis atau
keamanan.
3. Kekuasaan Legitimasi
Dalam kelompok atau organisasi formal, barangkali akses yang paling mudah ditemui pada
satu atau lebih landasan kekuasaan adalah posisi struktural seseorang. Hal ini disebut
kekuasaan legitimasi (legitimate power). Kekuasaan ini melambangkan kewenangan formal
utnuk mengendalikan dan memanfaatkan sumber-sumber daya organisasi.
Posisi-posisi yang memiliki kewenangan mencakup kekuasaan koersif dan imbalan. Namun,
kekuasaan legitmasi lebih luas daripada kekuasaan untuk memaksa dan memberikan imbalan.
Secara spesifik, kekuasaan ini mencakup penerimaan wewenang suatu jabatan oleh anggota-
anggota dalam sebuah organisasi. Ketika kepala sekolah, presiden bank, atau kapten tentara
berbicara (dengan asumsi arahan mereka dipandan ada dalam wewenang jabatan mereka), para
guru, teller, dan letnan satu akan mendengarkan dan, biasanya, mematuhinya.
b. Kekuasaan Pribadi
Merupakan kekuasaan yang berasal dari karakteristik individual mereka yang unik
terdapat dua basis kekuatan Pribadi, yaitu kekuasaan karena keahlian dan kekuasaan rujukan.
1. Kekuasaan karena Keahlian (Expert Power)
Kekuasaan karena keahlian (expert power) adalah pengaruh yang diperoleh dari keahlian,
keterampilan khusus, atau pengetahuan. Keahlian telah menjadi salah satu sumber pengaruh
yang paling kuat karean dunia sudah semakin berorientasi pada teknologi. Karena pekerjaan
semakin terspesialiasi, kita menjadi semakin bergantung kepada para ahli untuk mencapai
tujuan. Jadi, meskipun secara umum diakui bahwa dokter memiliki keahlian dan dengan
memiliki kekuasaan sebagai ahli sebagian besar diantara kita mengikuti saran-saran yang
diberikan oleh dokter kita Anda juga harus mengakui bahwa para spesialis bidang komputer,
akuntan pajak, ahli ekonomi, mengakui bahwa para spesialis bidang komputer, akuntan pajak,
ahli ekonomi, psikolog industri,dan spesialis – spesialis lain mampu menjalankan kekuasaan
sebagai hasil dari keahlian mereka.
2. Penyebab Ketergantungan
Ketergantungan akan meningkat manakala sumber-sumber daya yang Anda kendalikan
itu penting, langka, dan tak tergantikan.
a. Nilai Penting
Jika tak seorang pun menginginkan yang Anda miliki, ketergantungan pada Anda tidak akan
tercipta. Karena itu, untuk menciptakan ketergantungan, hal-hal yang Anda kontrol haruslah
hal-hal yang dipandang penting. Banyak organisasi, misalnya, secara aktif berusaha
menghindari ketidakpastian. Karenanya kita akan menemukan bahwa individu atau kelompok
yang dapat menghilangkan ketidakpastian suatu organisasi akan dipandang sebagai penguasa
sumber daya yang penting.
b. Kelangkaan
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, jika sesuatu itu berjumlah banyak, kepemilikan atasnya
tidak akan meningkatkan derajat kekuasaan Anda. Suatu sumber daya harus bisa dilihat sebagai
sesuatu yang langka guna menciptakan ketergantungan. Ini dapat membantu menjelaskan
bagaimana para bawahan dalam sebuah organisasi yang memiliki pengetahuan penting yang
tidak dimiliki pemimpin mendapatkan kekuasaan atas kelompok yang disebut terakhir ini.
Kepemilikan sumber daya yang langka dalam hal ini, pengetahuan yang penting menjadikan
pemimpin bergantung pada bawahan. Hal ini juga membantu menjelaskan berbagai perilaku
bawahan yang dalam cara pandang lain tampak tidak logis , seperti menghancurkan manual
prosedur yang menguraikan bagaimana suatu pekerjaan ditunaikan, menolak untuk melatih
orang lain dalam pekerjaan mereka atau bahkan untk menunjukkan kepadanya cara yang benar
dalam menjalankan pekerjaan tersebut, menciptakan bahasa dan dan beragam istilah khusus
yang menghambat orang lain untuk memahami pekerjaan mereka, atau beroperasi secara
rahasia sehingga suatu kegiatan akan tampak lebih rumit dan sulit dibanding yang sebenarnya.
Hubungan kelangkaan – ketergantungan lebih jauh dapat dilihat dalam kekuasaan yang
termasuk kategori jabatan. Individu-individu yang memiliki jabatan di mana persediaan
personel relatif rendah dibandingkan dengan kebutuhnnya dapat merundingkan paket-paket
kompensasi dan tunjangan yang jauh lebih menarik dibanding bila jumlah calonnya banyak.
Pengelola perguruan tinggi saat ini tidak menemui masalah untuk mencari dosen bahasa
Inggris. Sebaliknya pasar untuk guru teknik komputer sangat ketat : permintaan
memungkinkan mereka utnuk merundingkan gaji yang lebih tinggi, beban mengajar yang lebih
rendah, dan tunjangan lainnya.
Beberapa taktik tersebut umumnya lebih efektif dari pada yang lain. Secara khusus
bukti menunjukan bahwa persuasi nasional, seruan inspirasional dan konsultasi cenderung
menjadi cara yang paling efektif. Sebaliknya tekanan lebih sering menjadi bumerang dan paling
tidak efektif diantara kesembilan taktik itu. Anda juga dapat meningkatkan kemungkinan
keberhasilan anda dengan cara menerapkan lebih dari satu jenis taktik pada saat yang
bersamaan atau secara berurutan, sepanjang pilihan-pilihan taktik anda itu selaras. Sebagai
contoh menggunakan taktik yang menyenangkan orang lain ataupun legitimasi dapat
meminimalkan reaksi negatif yang mungkin timbul akibat “didikte” oleh atasan.
Faktor-faktor Individu :
1. Kemampuan merefleksi diri yang baik
2. Pusat Kendali Internal
3. Kepribadian yang lincah
4. Investasi Organisasi
5. Alternatif pekerjaan lain
6. Harapan akan kesuksesan
b. Faktor Organisasi
Kegiatan politik kiranya leih merupakan fungsi karakteristik organisasi ketimbang
fungsi variabel perbedaan individu. Mengapa?karena tidak sedikit organisasi memiliki banyak
karyawan dengan karakter-karakter individu yang kita sebut sebelumnya , namun kadar
perilaku politiknya sangat beragam.
Tanpa menafikan peran yang mungkin dijalankan oleh perbedan-perbedaan individual
dalam menumbuh kembangkan proses politisasi, bukti menunjukkan bahwa situasi dan kultur
tertentulah yang lebih mendukung politik. Secara lebih khuus, jika sumber daya sebuah
organisasi berkurang, ketika pola sumber daya yang ada berubah dan ketika muncul
kesempatan untuk promosi, politisasi lebih dimungkinkan untuk muncul permukaan. Selain it
kultur yang tercirikan oleh tingkat kepercayaan yang rendah, ambiguitas peran, sistem evaluasi
kinerja yang tidak jelas, praktik alokasi imalan zero-sum (perolehan hangus karena kurang
memuaskan), pengambilan keputusan secara demokratis, tekanan yang tinggi atas kinerja, dan
manajer-manajer senior yang egois menciptakan lahan pembiakan yang subur bagi politisasi.
Ketika organisasi melakukan perampingan untuk meningkatkan efisiensi, pengurangan
sumber daya harus dilakukan. Terancam kehilangan sumber daya, orang bisa terlibat dalam
tindakan politik untuk mengamankan apa yang mereka miliki. Tetapi perubahan
apapun,khususnya yang mengimplikasikan realokasi sumber daya dalam organisasi secara
signifikan, berkemungkinan merangsang timbulnya konflik dan meningkatkan politisasi.
Keputusan promosi sebagai salah satu tindakan paling politis dalam organisasi. Peluang
promosi atau kemajuan mendorong orang untuk bersaing mendapatkan sumber daya yang
terbatas dan mencoba secara positif mempengaruhi hasi; keputusan.
Semakin kecil kepercayaan yang ada dalam organisasi, semakin tinggi tingkat perilaku
politik dan semakin mungkin perilaku politik itu akan tidak sah. Karenanya, tingkat
kepercayaan yang tinggi secara umum akan menekan tingkat perilaku politik dan secara khusus
akan menghambat tindakan politik yang tidak sah.
4. Mengelola Kesan
Dipandang positif oleh orang lain akan bermanfaat bagi orang-orang di dalam organisasi.
Dalam konteks politik, kesan yang bagus mungkin bisa membantu memengaruhi distribusi
keuntungan untuk kepentingan mereka sendiri. Proses yang digunakan para individu untuk
mengendalikan kesan yang dibentuk orang lain terhadap diri mereka disebut pengelolaan atau
manajemen kesan (impression management).
A. Kesimpulan
Kekuasaan (Power) mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk memengaruhi
perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Definisi ini mengimplikasikan
sebuah potensi tidak perlu diaktualisasikan agar efektif dan sebuah hubungan ketergantungan.
Barangkali aspek terpenting dari kekuasaan adalah bahwa hal ini merupakan fungsi
ketergantungan (dependency). Semakin besar ketergantungan B pada A, semakin besar pula
kekuasaan A dalam hubungan tersebut.
Kekuasaan formal didasarkan pada posisis seorang individu dalam sebuah organisasi.
Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memberi imabalan, atau
dari wewenang formal. Sedangkan kekuasaan pribadi merupakan kekuasaan yang berasal dari
karakteristik individual mereka yang unik terdapat dua basis kekuatan Pribadi, yaitu kekuasaan
karena keahlian dan kekuasaan rujukan.
Taktik Kekuasaan merupakan cara individu menerjemahkan landasan kekuasaan kedalam
tindakan-tindakan tertentu. Terdapat Sembilan taktik pengaruh diantaranya legitimasi, persuasi
rasional, seruan inspirasional, konsultasi, tukar pendapat, seruan pribadi, menyenangkan orang
lain, tekanan, dan koalisi.
Ketergantungan akan meningkat manakala sumber-sumber daya yang dikendalikan itu
penting, langka, dan tidak tergantikan. Koalisi merupakan suatu kelompok informal yang diikat
bersama dengan sebuah isu yang diperjuangkan bersama. Koalisi yang berhasil terdiri atas
anggota-anggota yang sifatnya cair dan bisa berbentuk secara cepat, menjangkau isu yang
menjadi sasaran mereka, dan cepat pula bubarnya.
Perilaku Politik merupakan kegiatan yang tidak dipandang sebagai bagian dari peran
formal seseorang didalam organisasi, tetapi yang memengaruhi, atau berusaha memengaruhi,
distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi. Serta terdapat faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap perilaku politik yaitu faktor individu dan faktor organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber :
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Organizational
Behavior, Buku 2 Edisi 12. (hal. 128-161). Jakarta : Salemba Empat.