DOSEN PEMBIMBING :
Bu Rita Puspasari S.pd.MPH
NAMA KELOMPOK:
Yoga Bowo Leksono (1910035075)
Fadhilah Putri.S (1910035068)
Charisma Citra Theo.K (1910035067)
Kharunnisa Az-Zahra (1910035051)
PENDAHULUAN
Perawat juga harus tau apa saja yang harus dilakukan, untuk inilah kami
kelompok mengangkat model konseputual jiwa interpersonal yang dimana model
konsep ini erat sekali dengan teori Hildegard E. Peplau. sehingga perawat
memiliki gambaran untuk melakukan tindakan keperawatan yang tepat.
1.2 Tujuan
KONSEP TEORI
B. Menurut WHO
1. Fase Orientasi
Fase ini, perawat dan klien bertindak sebagai 2 individu yang belum saling
mengenal. Selama fase orientasi, klien merupakan seseorang yang memerlukan
bantuan profesional dan perawat berperan membantu klien mengenali dan
memahami masalahnya serta menentukan apa yang klien perlukan saat itu. Jadi,
fase orientasi ini merupakan fase untuk menentukan adanya masalah,dimana
perawat dan klien melakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan
terjadi proses pengumpulan data.
Fase orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dan klien dalam
memberi atau menerima pertolongan. Selain itu fase ini juga dipengaruhi oleh
ras, budaya, agama, pengalaman, latar belakang, dan harapan klien maupun
perawat. Akhir dari fase ini adalah perawat dan klien bersama-sama
mengidentifikasi adanya masalah serta menumbuhkan rasa saling percaya
sehingga keduanya siap untuk melangkah ke fase berikutnya.
a) Salam terapeutik
c) Kontrak (topik,waktu,tempat)
2. Fase Kerja
Fase kerja adalah fase dimana seorang ners melakukan inti terapeutik
dalam berkomunikasi dengan topik atau tujuan sesuai dengan strategi pelaksanaan
yang telah ditetapkan berdasarkan diagnosa keperawatan jiwa.
Prinsip tindakan pada fase ini adalah menggali, memahami keadaan klien
dan mencegah meluasnya masalah. Perawat mendorong klien untuk menggali dan
mengungkapkan, perasaan, emosi, pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan dan
mempertahankan suasana terapeutik yang mendukung.
3. Fase Terminasi/Resolusi
Pada fase resolusi, tujuan bersama antara perawat dan klien sudah sampai
pada tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri hubungan terapeutik yang selama
ini terjalin. Fase resolusi terkadang menjadi fase yang sulit bagi kedua belah pihak
sebab disini dapat terjadi peningkatan kecemasan dan ketegangan jika ada hal-hal
yang belum terselesaikan pada masing-masing fase. Indikator keberhasilan untuk
fase ini adalah jika klien sudah mampu mandiri dan lepas dari bantuan perawat.
Selanjutnya, baik perawat maupan klien akan menjadi individu yang matang dan
lebih berpengalaman.
Fase resolusi dimana perawat berusaha untuk secara bertahan klien untuk
membebaskan diridari kertegantungan kepada tenaga kesehatan dan menggunakan
kemampuan yang dimliki agar mampu menjalankan secara sendiri.
A. Pengertian Halusinasi
Townsend (2002)
Halusinasi, atau salah persepsi indrawi yang tidak berhubungan dengan stimulus
eksternal yang nyata, mungkin melibatkan salah satu dari lima indra.
Berdasarkan indera yang bereaksi saat terjadi persepsi, halusinasi dibagi menjadi:
Halusinasi Penglihatan
Halusinasi Pendengaran
Halusinasi Penciuman
Halusinasi Pengecapan
Halusinasi Peraba
Halusinasi peraba (taktil) adalah kondisi merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari
atau seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya.
Halusinasi Kinestetik
Halusinasi kinestetik adalah kondisi merasa badan bergerak dalam sebuah ruang
atau anggota badannya bergerak.
Tahapan Halusinasi
Sleep Disorder
Karakteristik:
Klien merasa banyak masalah, berusaha menghindar dari lingkungan, takut
diketahui orang lain jika dirinya memiliki banyak masalah. Masalah semakin
terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi dan support system kurang dan
persepsi terhadap masalah sangat buruk.
Perilaku:
Klien mengalami susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga terbiasa
menghayal dan menganggap menghayal awal sebagai pemecah masalah.
Comforthing
Karakteristik:
Klien mengalami perasaan mendalam seperti cemas, kesepian, rasa bersalah,
takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan kecemasan. Klien cenderung mengenali bahwa pikiran-pikiran dan
pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika cemas dapat ditangani.
Perilaku :
Klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara,
pergerakkan mata cepat, respon verbal lambat, diam dan berkonsentrasi.
Condemning
Karakteristik:
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak diri
dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin merasa dipermalukan oleh
pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain.
Perilaku:
Tahap ini ditandai dengan meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat
ansietas otonom seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan
darah. Rentang perhatian dengan lingkungan berkurang dan terkadang asyik
dengan pengalaman sensori serta kehilangan kemampuan membedakan halusinasi
dan realita.
Controling
Karakteristik:
Klien menghentikan perlawanan dan menyerah pada halusinasi. Isi halusinasi
menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori
halusinasi berhenti.
Perilaku:
Klien menjadi taat pada perintah halusinasi, sulit berhubungan dengan orang lain,
respon perhatian pada lingkungan berkurang (biasanya hanya beberapa detik saja),
serta tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tremor dan berkeringat.
Conquering
Conquering adalah tahap halusinasi panik dan umumnya melebur dalam
halusinasi.
Karakteristik:
Pengalaman sensori menjadi mengancam bila klien mengikuti perintah halusinasi.
Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari bila tidak ada intervensi
terapeutik.
Perilaku:
Klien panik, berisiko tinggi mencederai, bunuh diri atau membunuh. Tindak
kekerasan agitasi, menarik atau katatonik, serta ketidakmampuan memberi respon
pada lingkungan.
Berikut ini hal-hal untuk mencegah dan mengatasi halusinasi terjasdi pada diri
kita, diantaranya:
Pada suatu hari tepatnya hari minggu jam 9 pagi dirumah sakit jiwa
Lawang terlihat seorang bapak dan ibu sedang menunngui anaknya yang
mengalami gannguan halusinasi di ruang kamar pasien.
1. Orientasi
a) Salam Terapeutik
Perawat : “Saya perawat dila,saya yang merawat anak bapak dan Ibu.”
b) Evaluasi
Ibu : “Saya merasa sedih sus, melihat anak saya seperti ini.”
Perawat : “Ibu yang sabar ya, saya akan berusaha membantu untuk
kesembuhan anak ibu.”
Ibu : “Anak saya masih masih sering menyendiri dan berbicara sendiri
tiba-tiba berteriak teriak…”
Ibu : “Iya sus saya takut dengan kondisi anak kami yang seperti ini.”
c) Kontrak
Perawat : “Hari ini kita akan berdiskusi tentang masalah apa yang anak
bapak dan ibu alami dan bantuan apa yang bapak dan ibu bisa
berikan.’’
2. Kerja
Perawat : “Apa yang bapak/ibu rasakan dan yang menjadi masalah dalam
merawat ’’Theo”?
Bapak : “Kami masih belum bisa menghadapi anak kami saat berbicara
sendiri dan berteriak-teriak sendiri.”
Perawat : “Apa yang ibu/bapak lakukan ?”
Perawat : “Ya, gejala yang dialami oleh anak bapak/ibu itu itu dinamakan
halusinsi pendengaran yaitu mendengar sesuatu yang sebetulnya
tidak ada yang berbicara.”tanda tandanya bicara dan tertawa sendiri
atau marah marah tanpa sebab.jadi kalau anak bapak /ibu
mendengar suara-suara,sebenarnya suara itu tidak ada.”
Perawat : “Penyebabnya harga diri rendah bu. Anak ibu merasa harga
dirinya rendah sehingga anak ibu menarik diri kemudian timbul
halusinasi.”
Perawat : “Ada beberapa cara untuk membantu anak Bapak/ibu agar bisa
mengendalikan halusinasi.”
Ibu : “Iya sus saya mengerti, saya akan melakukan sesuai saran suster
dan memantaunya.”
Perawat : “Cara yang ketiga yaitu bantu anak bapak/ibu minum obat secara
teratur. Jadi bapak/ibu dapat mengingatkan kembali, ya
bapak/ibu...”
Bapak : “Iya sus, kami akan selalu mengingatkan anak kami agar selalu
minum obat. Karena kami sangat mengharapkan anak kami cepat
sembuh. Kami sangat sedih sekali dengan kondisi anak kami yang
seperti ini. Oh ya sus, obatnya apa saja ?”
Perawat : “Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya
untuk menghilangkaan suara-suara. Diminum 3x sehari pada jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP
gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi.
Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berfikir, jam
minumnya sama dengan CPZ. Obatnya perlu selalu diminum untuk
mencegah kekambuhannya pak/bu, apakah ibu dan bapak sudah
mengerti ?”
a) Evaluasi Subyektif
b) Evaluasi Obyektif
c) Kontrak
Topik
Perawat : “Baiklah, waktu kita sudah habis, bagaimana kalau dua hari lagi
kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan anak bapak/ibu ?”
Tempat
Waktu
Perawat : “Wa’alaikumsalam….”
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat
adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas
timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang
lain (interpersonal).
Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan untuk
membantu klien mencapai kemantapan pengembangan kepribadian (Chinn dan
Jacobs, 1995). Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan
bentuk praktik keperawatan jiwa. Oleh sebab itu perawat berupaya
mengembangkan hubungan antara perawat dan klien dimana perawat bertugas
sebagai narasumber, konselor, dan wali.
3.2 Saran
A. Perawat
B. Mahasiswa perawat
Makalah ini sangat bagus untuk dibaca sebagai pedoman kita dalam
memahami teori peplau mengenai konseptual model keperawatan jiwa
interpersonal, Sehingga kedepan nanti kita bisa berkerja dengan baik,dan
hubungan interpersonal yang kita lakukan baik. Sehingga kita bisa memberikan
keperawatan yang baik kepada pasien.