SEKOLAH DASAR
e-ISSN 2579-3403, Volume 1, Nomor 1, Juli 2017
Available online at: http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jippsd/issue/archive
Siti Fatimah
PGSD Kampus VI Kebumen FKIP UNS, Kota Kebumen, Indonesia
E-mail: stfatimah89@gmail.com, Telp: +628976845150
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman konsep IPA mahasiswa
calon guru SD berdasarkan motivasi belajar, keterampilan proses sains,
kemampuan multirepresentasi, jenis kelamin, dan latar belakang sekolah. Subyek
dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester III TA 2016/2017. Analisis
pemahaman konsep menggunakan metode CRI. Hasil menunjukkan: 1)
Pemahaman konsep IPA dengan kriteria paham konsep sebesar 82,64%, tidak
paham konsep sebesar 4,86%, dan miskonsepsi sebesar 12,50%; 2) Pemahaman
konsep calon guru SD berdasarkan motivasi belajar kategori tinggi lebih baik
daripada yang kategori rendah; 3) Pemahaman konsep calon guru SD
berdasarkan keterampilan proses sains kategori tinggi lebih baik daripada yang
kategori rendah; 4) Pemahaman konsep calon guru SD berdasarkan kemampuan
multirepresentasi kategori tinggi lebih baik daripada yang kategori rendah; 5)
Pemahaman konsep calon guru SD perempuan lebih baik daripada laki-laki; 6)
Pemahaman konsep calon guru SD yang berasal dari SMA (IPA) lebih baik
daripada yang berasal dari SMA (IPS) dan SMK.
Kata kunci: Pemahaman Konsep IPA, Motivasi, Kemampuan Multirepresentasi
motivasi dan hasil belajar siswa (Trianto, yang abstrak, banyak persamaan matematis,
2010: 23). serta mengandung banyak gambar yang
Motivasi belajar sangat penting sulit untuk dijelaskan secara fisis.
dalam pendidikan/pembelajaran. Bahkan Penguasaan konsep merupakan bagian yang
tanpa motivasi belajar, pembelajaran tidak sangat penting yang harus dimiliki oleh
mungkin dapat dilakukan (Ramli, 2014: peserta ketika mempelajari fisika untuk
43). Hal ini dikarenakan motivasi belajar memecahkan masalah-masalah fisika (Reif
mampu meningkatkan kecepatan anak didik dalam Murtono, 2014: 86)
dalam menyelesaikan tugas serta mampu Pemahaman konsep dapat diartikan
meningkatkan keberhasilan anak didik. sebagai proses berpikir seseorang untuk
Motivasi merupakan faktor yang penting mengolah bahan belajar yang diterima
secara signifikan dalam pembelajaran dan sehingga menjadi bermakna
peningkatan prestasi belajar di masa kanak- (Aunurrahman, 2012: 54). Faktor yang
kanak sampai remaja (Elliot dan Dweck, mempengaruhi proses belajar untuk
2005: 19). Motivasi belajar memiliki mencapai pemahaman konsep adalah faktor
peranan yang penting dalam pembelajaran internal yang meliputi karakter siswa, dikap
yaitu mampu menentukan penguatan terhadap belajar, motivasi belajar,
belajar, memperjelas tujuan belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan
menentukan ketekunan belajar yaitu anak belajar, menggali hasil belajar, rasa percaya
didik yang memiliki motivasi belajar tinggi diri, dan kebiasaan belajar. Faktor eksternal
akan berusaha mempelajari dengan baik terdiri dari sekolah, guru, teman, dan model
dan tekun sehingga memperoleh hasil yang pembelajaran yang digunakan guru.
baik. Indikator motivasi belajar menjadi 7 Salah satu cara untuk mengukur
yaitu 1) semangat yang tinggi; 2) rasa ingin pemahaman konsep adalah menggunakan
tahu yang tinggi; 3) mandiri dalam metode Certanty of Response Index (CRI).
pengerjaan tugas; 4) percaya diri yang kuat; Arifiana Nur Kholifah dkk membagi
5) daya konsentrasi tinggi; 6) senang pemahaman konsep menjadi 3 yaitu paham
dengan tantangan; 7) memiliki kesabaran konsep, miskonsepsi, dan tidak tahu konsep
yang tinggi (Mohammad Asrori, 2008: 39). (Arifiana Nur Kholifah dkk, 2015: 87).
Berdasarkan hasil observasi, Metode CRI digunakan untuk mengetahui
mahasiswa calon guru SD di semester III tingkat kepastian jawaban siswa dalam
TA 2016/2017 sering mengeluh tentang menjawab soal dengan menggunakan skala
sulitnya memahami konsep-konsep IPA. CRI. Siswa yang memiliki CRI rendah
Penyebab sulitnya memahami konsep IPA menandakan ketidakyakinan konsep pada
adalah IPA mengandung banyak konsep diri responden dalam menjawab suatu
pertanyaan. Sedangkan CRI yang tinggi guru SD berasal dari IPS sehingga sulit
mencerminkan keyakinan dan kepastian untuk menerima materi IPA yang
konsep yang tinggi pada diri responden memerlukan pemahaman tingkat tinggi
dalam menjawab pertanyaan. seperti pada konsep gelombang dan bunyi
Penelitian Devetak, serta cahaya dan alat optik. Hal ini
Chittleborough D Tregust, Orgill, dibuktikan dengan hasil dokumentasi
MaryKay & Sutherland menyebutkan bahwa 90,24% mahasiswa menyatakan
bahwa umumnya mahasiswa yang konsep gelombang dan bunyi serta cahaya
performanya bagus dalam ujian, tetapi dan alat optik merupakan konsep yang sulit
mengalami kesulitan dalam IPA akibat dipahami. Berdasarkan latar belakang
ketidakmampuan memvisualisasikan sekolah, mahasiwa yang berasal dari SMA
struktur dan proses pada level jurusan IPA 85,85% menyatakan bahwa
submikroskopik dan tidak mampu konsep gelombang dan bunyi serta cahaya
menghubungkannya dengan level dan alat optik sulit untuk dipahami.
representasi IPA yang lain (Sarwanto, 2013, Mahasiswa PGSD yang berasal dari SMA
p.76). Representasi dapat dilakukan jurusan IPS 94,05% menyatakan bahwa
melalui berbagai bentuk yaitu verbal, konsep tersebut sulit dipahami, dan
gambar, grafik, dan matematis (Waldrip, mahasiswa PGSD yang berasal dari SMK
dkk, 2007: 78). Menurut Ainsworth, 90,83% menyatakan konsep tersebut sulit
multirepresentasi memiliki tiga fungsi dipahami. Dalam pembelajaran, mahasiswa
utama yaitu sebagai pelengkap dalam yang berjenis kelamin perempuan lebih
proses berfikir dan kognitif peserta didik mendominasi daripada mahasiswa yang
dalam mendapatkan konsep yang lebih berjenis kelamin laki-laki. Prestasi belajar
sempurna, sebagai pembatas kemungkinan- dipengaruhi oleh motivasi belajar dan
kemungkinan kesalahan dalam pengetahuan awal anak didik serta
menginterpretasikan sebuah konsep fisika, perbedaan gender anak didik tersebut
dan sebagai pembentuk pengetahuan untuk (Hsiang-Yung, 2013: 98). Gender
mendorong peserta didik membangun berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
pemahaman konsep secara mendalam kritis siswa SMA di Kota Malang
(Murtono, 2014: 65). Representasi (Mahanal, 2011: 65).
merupakan proses pembentukan, abstraksi
dan pendemonstrasian pengetahuan fisika.
Selain konsep IPA yang sulit
dipahami, latar belakang sekolah dijadikan
alasan bahwa mayoritas mahasiswa calon
dengan alasan terbuka. Serta lembar angket Tabel 4. Modifikasi Penentuan Pemahaman
motivasi belajar dan lembar angket Konsep
keterampilan proses sains dengan bentuk Jawaban Alasan Nilai Skor
skala likert. CRI
Benar Benar >2,5 3
Benar Benar <2,5 2
Teknik Analisis Data Benar Salah >2,5 1
Benar Salah <2,5 0
Analisis pemahaman konsep
Salah Benar >2,5 1
dilakukan dengan menggunakan metode Salah Benar <2,5 0
CRI. Tabel 2 adalah skala enam kriteria CRI Salah Salah >2,5 1
Salah Salah <2,5 0
menurut Hasan, dkk (1999), tabel 3 adalah
cara penentuan pemahaman konsep, dan
Kriteria
Konsep/Materi Item
PK (%) TPK (%) M (%)
50
40
30
20
10
0
Tidak Paham
Paham Konsep Miskonsepsi
Konsep
Gelombang dan bunyi 60 10 2
Cahaya dan alat optik 59 5 8
berdasarkan kemampuan
multirepresentasi.
98.7
98.6
98.5
98.4
98.3
98.2
98.1
Represent
Represent
asi
asi Tinggi
Rendah Gambar 7. Contoh Soal Kemampuan
Rata-Rata Representasi Bentuk Visual
Pemahaman 98.66 98.33
Konsep Berdasarkan gambar 7
pemahaman konsep mahasiswa tentang
Gambar 6. Rata-rata Pemahaman Konsep
Berdasarkan Kemampuan efek doppler dengan representasi vosual
Multirepresentasi menunjukkan jawaban yang tidak tepat
IPA menjadi satu hal yang penting bagi lengkap sehingga alasan jawaban
Rata-Rata Pemahaman
99.16 98.33 98.54
SIMPULAN
Konsep
Hasil menunjukkan: 1)
Gambar 9. Rata-Rata Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep IPA dengan kriteria
Berdasarkan Latar Belakang
Sekolah paham konsep sebesar 82,64%, tidak paham
Gambar 9 menunjukkan bahwa
konsep sebesar 4,86%, dan miskonsepsi
rata-rata pemahaman konsep IPA
sebesar 12,50%; 2) Pemahaman konsep
mahasiswa calon guru SD yang berasal
calon guru SD berdasarkan motivasi belajar
dari latar belakang sekolah SMA (IPA)
kategori tinggi lebih baik daripada yang
lebih baik daripada yang berasal dari
kategori rendah; 3) Pemahaman konsep
SMA (IPS) dan SMK. Menurut Cahyo
calon guru SD berdasarkan keterampilan
Nugroho (2014) mahasiswa yang
proses sains kategori tinggi lebih baik
berasal dari latar belakang SMA secara
daripada yang kategori rendah; 4)
teoritis lebih siap menerima materi
Pemahaman konsep calon guru SD
pembelajaran di perguruan tinggi sebab
berdasarkan kemampuan multirepresentasi
kurikulum di SMA dirancang untuk
kategori tinggi lebih baik daripada yang
mempersiapkan anak didik agar siap
kategori rendah; 5) Pemahaman konsep
calon guru SD perempuan lebih baik Kholifah, A. N., dkk. (2015). Kajian
Penerapan Model Guided
daripada laki-laki; 6) Pemahaman konsep
Discovery Learning disertai
calon guru SD yang berasal dari SMA (IPA) Concept Map Terhadap
Pemahaman Konsep Siswa SMA
lebih baik daripada yang berasal dari SMA
Kelas XI pada Materi Sistem Imun,
(IPS) dan SMK. Bio-PEDAGOGI, vol.4, no. 1, hlm.
12-18.
Diharapkan dalam pembelajaran
IPA mampu menerapkan berbagai Mahanal, S, (2011). Pengaruh
Pembelajaran Berbasis Proyek
model/metode dan media yang mampu
pada Matapelajaran Biologi dan
meningkatkan pemahaman konsep dengan Gender terhadap Keterampilan
Metakognisi dan Kemampuan
melihat aspek keterampilan proses,
Berpikir Kritis Siswa SMA di
motivasi, multi representasi seperti model Malang, Laporan Penelitian.
Malang: Lemlit UM.
CTL.
Mohammad Asrori. (2008). Psikologi
DAFTAR RUJUKAN Pembelajaran, Bandung CV.
Wacana Prima.
Aunurrahman, (2012). Belajar dan
Pembelajaran. Bandung Alfabeta. Murtono, dkk, (2014). Fungsi Representasi
dalam Mengakses Penguasaan
Bakar, R. (2014). The Effect of Learning Konsep Fisika, JRKPF, vol. 1, no.
Motivation on Student’s Productive 2, hlm. 80-84.
Competencies in Vocational High
School, West Sumatra,
International Journal of Asian Nugroho, C dan Pramukantoro, (2014).
Science, vol. 4, no. 6, hlm. 722-732. Pengaruh Motivasi Belajar
Mahasiswa Berdasarkan Latar
Bryce, T. G. K., Mc Call, J., Mac Gregor, Belakang Sekolah pada Mata
J., Robertson, I. J., & Weston, R. A. Kuliah Praktik Dasar Listrik dan
J. (1990). Techniques for assessing Matematika Teknik I terhadap
process skills in practical science: Prestasi Belajar Mahasiswa S1
teacher’s guide, Oxford Heinemann PTE UNESA tahun angkatan 2012.
Educational Books. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro,
vol. 3 ,no. 1, hlm. 97-104.
Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Cook, J. L.
& Travers, J. F,. (2000). Sarwanto. (2013). Kemampuan
Educational Psycology: Effective Representasi Mahasiswa
Teaching, Effective Learning, Third Pendidikan Sains PPS UNS, JMPF
Edition. United States of America Jurnal Materi dan Pembelajaran
McGraw-Hill Companies, Inc. Fisika, vol. 3, no. 2, hlm. 1-6.
Feng, H-Y, dkk. (2013). The Relationship Septi, (2015). Analisis Keterampilan
of Learning Motivation and Proses Sains (KPS) Mahasiswa
Achievement in EFL: Gender as an Calon Guru dalam Menyelesaikan
Intermediated Variable, Soal IPA Terpadu, Prosiding
Educational Research Seminar Nasional Pendidikan, hlm.
International, vol. 2, no. 2, hlm. 50- 28-33.
58.