1. Definisi Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatanyang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanyaberkaitan dengan penuaan (Vaughan, 2000).Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran(katarak kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajammaupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakitsistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, ataukelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001). 2. Etiologi Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisamengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan,peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarakkongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembeksedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai darinukleus, korteks, dan subkapsularis lensa.Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam bulan hingga tahun. Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa sepertidiabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya matahari, efek racun dari merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata (Ilyas, 2006) . Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001). 3. Patofisiologi Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, Nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalammelindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. 4. Manifestasi Klinik Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu- abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari (Smeltzer, 2001). 5. Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ditemuka n obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006). Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan (James, 2006). Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama insipien, imatur, matur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr Sidarta Ilyas, dkk, 2002). Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Insisi harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probeultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil dari kornea atau sclera anterior (fakoemulsifikasi). 6. Komplikasi a. Hilangnya vitreous Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini. b. Prolaps iris Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan. c. Endoftalmitis Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang terjadi. 7. Pemeriksaan Diagnostik Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka A scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer, 2001). B. ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK 1. Pengkajian Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit. a. Biodata Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register. b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama Penurunan ketajaman penglihatan dan silau. 2) Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien. 3) Riwayat kesehatan sekarang Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer? 4) Riwayat kesehatan keluarga Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek- nenek. c. Pemeriksaan fisik Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005). d. Perubahan pola fungsi Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut : 1) Persepsi tehadap kesehatan Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya. 2) Pola aktifitas dan latihan Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. 3) Pola istirahat tidur Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun. 4) Pola nutrisi metabolic Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir. 5) ola eliminasi Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi. 6) Pola kognitif perseptual Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri. 7) Pola konsep diri Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya. 8) Pola koping Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit. 9) Pola seksual reproduksi Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalh saat menstruasi. 10) Pola peran hubungan Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, system pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungankeluarga selama pasien dirawat di rumah sakit. 11) Pola nilai dan kepercayaan Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan atas sakit yang diderita. 2. Diagnosa Keperawatan a. Pre Operasi 1) Cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan. 2) Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan. 3) Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/ perubahan status organ indera. b. Post Operasi 1) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive. 2) Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori / status organ indera. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan pasca operasi. 3) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer sementara dan persepsi sekunder terhadap pembedahan mata. 4) Cemas (ansietas) berhubungan dengan perubahan status kesehatan. 3. Perencanaan a. Pre Operasi 1) Diagnosa keperawatan : (a) cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan. Tujuan : menurunkan stress emosional, ketakutan dan depresi, penenmaan pembedahan dan pemahaman instruksi. Kriteria hasil: mengucapkan pemahaman mengenai informasi. Rencana tindakan : a. Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman. Jawab pertanyaan, beri dukungan dan bantu pasien dengan metode koping. Rasional : informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui.Mekanisme koping dapat membantu pasien berkompromi dengan kegusaran, ketakutan, depresi, tegang, keputusasaan, kemarahan dan penolakan b. Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru. Rasional: pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan. c. Jelaskan rutinitas persiapan operasi dan tindakan operasi yang akan dilakukan Rasional: Pasien yang telah mendapat banyak informasi akan lebih mudah menerima pemahaman dan mematuhi instruksi. d. Jelaskan intervensi sedetil-detilnya. Perkenalkan diri anda pada setiap interaksi, terjemahkan setiap suara asing, pergunakan sentuhan untuk membantu komunikasi verbal. Rasional: Pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera yang lain untuk mendapatkan informasi. e. Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu. Pasan makanan yang bisa dimakan dengan tangan bagi mereka yang tak dapat melihat dengan baik atau tidak memiliki keterampilan koping untuk mempergunakan peralatan makan. Rasional: Perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat. f. Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti daiam perawatan pasien. Rasional: Pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan penanganan dan perawatan diri. g. Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan Rasional: Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu lama dapat menimbulkan perasaan negative. (b) Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan. Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cedera dapat dicegah. Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera. Rencana tindakan : a. Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi, pre operasi sampai stabil, dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai. Gunakan teknik bimbingan penglihatan. Rasional : Menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan. b. Bantu pasien menata lingkungan. Jangan mengubah penataan meja kursi tanpa orientasi terlebih dahulu. Rasoinal : Memfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera. c. Orientasikan pasien pada ruangan. Rasional : Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan. d. Bahas perlunya penggunaan persisai metal atau kacamata bila diperintahkan Rasional : Tameng logam atau kacamata melindungi mata terhadap cedera. e. Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata. Rasional : Cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata. (c) Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/ perubahan status organ indera. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu. Kriteria hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan, mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan. Rencana tindakan : a. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat. Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi, sebab kehilangan penglihatan terjadi secara lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut padalaju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain disekitarnya. Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi. c. Observasi tanda dan gejala disorientasi. Pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh. Rasional : Terbangun dalam lingkungan tidak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua. Meningkatkan resiko jatuh bila bingung/tidak tahu ukuran tempat tidur. d. Pendekatan dari sisi yang tidak dioperasi, bicara dan menyentuh sering, dorong orang terdekat tinggal dengan pasien. Rasional : Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung. e. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata dimana dapat terjadi bila menggunakan obat teles mata. Rasional : Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan. Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar ± 25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada. Rasional : Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingunng penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi. b. Post Operasi 1) Diagnosa Keperawatan a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, infeksi tidak terjadi. Kriteria hasil : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema, dan demam. Rencana tindakan : a) Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata. Rasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontamenasi area operasi. b) Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam dengan kapas basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan masukkan lensa kontak bila menggunakan. Rasional : Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang. c) Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang dioperasi. Rasional: Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi. Observasi/diskusikan tanda terjadinya infeksi, contoh kemerahan, kelopak bengkak, drainase purulen. Rasional : Infeksi mata terjadi 2 sampai 3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi. d) Berikan obat sesuai indikasi. Antibiotic (topical, parenteral, subkonjungtiva) dan steroid. Rasional : Sediaan topical digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi. Steroid digunakan untuk menurunkan inflamasi. b. Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori / status organ indera. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu. Kriteria hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan, mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan. Rencana tindakan : a) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat. Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi, sebab kehilangan penglihatan terjadi secara lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur. b) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain disekitarnya. Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi. c) Observasi tanda dan gejala disorientasi. Rasional : Berada dalam lingkungan baru dengan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung. d) Pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dan penglihatan bisa digunakan dengan maksimal. Rasional : Meningkatkan resiko jatuh bila bingung/tidak terbiasa dengan keadaan di rumah sakit. e) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata dimana dapat terjadi bila menggunakan obat teles mata. Rasional : Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan. f) Ingatkan pasien untuk menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar ±25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada. Rasional : Perubahan ketajaman dapat menyebabkan gangguan penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi. c. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan tindakan operasi yang akan dilakukan. Tujuan : Mendemonstrasikan berkurangnya ketidaknyamanan mata. Kriteria hasil : Menyangkal ketidaknyamanan mata, tak ada merintih, ekspresi wajah rileks. Rencana tindakan : a. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya terus-menerus, sakit, menusuk, terbakar. Buat rentang intesitas pada skala 0-10. Rasional : Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan/ keefektifan intervensi. b. Berikan analgesik resep sesuai pesanan dan mengevaluasi keefektifan. Beri tahu dokter bila nyeri mata menetap atau memburuk setelah pemberian pengobatan. Rasional : Analgesik memblokir jaras nyeri. Ketidaknyamanan mata berat menandakan perkembangan komplikasi dan perlunya perhatian medis segera. Ketidaknyamanan ringan diperkirakan. c. Berikan anti inflamasi dan agen anti infeksi oftalmik yang diresepkan. Rasional : Untuk menurunkan bengkak dan mencegah infeksi. d. Berikan kompres dingin sesuai pesanan dengan menggunakan teknik aseptik. Ajarkan pasien bagaimana memberikan kompres dengan menggunakan teknik aseptik dalam persiapan pulang. Tekankan pentingnya mencuci tangan sebelum perawatan mata dirumah. Rasional : Dingin membantu menurunkan bengkak. Kerusakan jaringan mempredisposisikan pasien pada invasi bakteri. d. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer sementara dan persepsi sekunder terhadap pembedahan mata. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, cedera dapat dicegah. Kriteria hasil: tidak ada memar kaki, menyangkal jatuh, tidak ada manifestasi peningkatan intraokular atau perdarahan. Rencana tindakan : 1) Pertahankan posisi tempat tidur rendah, pagar tempat tidur tinggi, dan bel pemanggil di samping tempat tidur. Orientasikan ulang pasien terhadap susunan struktur ruangan. Instruksikan pasien untuk memberi tanda untuk bantuan bila turun dari tempat tidur sampai mampu ambulasi tanpa bantuan. Rasional : Beberapa kejadian kehilangan keseimbangan terjadi bila mata ditutup, khususnya pada lansia. 2) Mulai tindakan-tmdakan untuk mencegah peningkatan tekanan intraocular. 3) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi kira- kira 45 derajat untuk 24 jam pertama. 4) Ingatkan pasien untuk menghindari batuk, bersin, membungkuk dengan kepala rendah dari panggul, dan mengejan. Rasional: Peningkatan tekanan intraokular meningkatkan nyeri dan resiko terhadap kerusakan jahitan yang digunakan pada pembedahan mata. e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber informasi. Tujuan : memenuhi kebutuhan informasi klien. Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman kondisi dan pengobatan, melakukan prosedur dengan benar dan alas an tindakan. Rencana tindakan : a) Kaji informasi tentang kondisi individu dan prognosis. Rasional: Meningkatkan kerjasama dengan program pascaoperasi. b) Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas. Rasional: Dapat bereaksi silang/ campur dengan obat yang diberikan. c) Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi obat mata dan masalah medis pasien seperti hipertensi, PPOM. Ajarkan metode yang tepat memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik. Rasional : Tindakan benar dapat membatasi absorbsi dalam sirkulasi sistemik, meminimalkan masalah interaksi obat dan efek sistemik yang tidak diinginkan. d) Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan. Rasional: Pengawasan periodik menurunkan resiko komplikasi serius. Pada beberapa pasien, kapsula posterior dapat menebal dalam 2 minggu/ beberapa tahun pasca operasi, memerlukan terapi laser untuk mempeebaiki penglihatan. f. Cemas (ansietas) berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Tujuan : cemas yang dirasakan pasien hilang. Kriteria hasil: Tampak rileks melaporkan ansietas menurun, menggunakan sumber secara efektif Rencana tindakan : (1) Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman dan pengetahuan kondisi saat ini. Rasional : Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik. (2) Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan. Rasional : Menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/ harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan. (3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan. Rasional: Memberikan kesempatan untuk menerima situasi nyata. Mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah. (4) Identifikasi sumber/ orang yang menolong Rasional : Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendirian dalam menghadapi masalah. A. KONSEP MEDIS GLOUKOMA 1. Definisi Menurut Herman tahun 2010, glaukoma merupakan suatu kumpulan penyakit yang mempunyai karakteristik umum neuropatik yang berhubungan dengan hilangnya fungsi penglihatan. Walaupun kenaikan tekanan intra okuler adalah satu dari resiko primer, ada atau tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit. Glaukoma bukanlah sebuah penyakit, melainkan kekomplekan dari gangguan tekanan intraokuler yang mana mempunyai karakteristik gejala peningkatan tekanan intraokular pada orang dewasa. Normalnya, tekanan intraokular adalah 10-20 mmHg. Jika hasil pemeriksaan tekanan bola mata lebih dari 20, maka kita patut curiga terhadap adanya glaukoma. Apabla hasil menunjukkan angka lebih dari 25, maka dipastikan orang tersebut terkena glaukoma. Untuk mengetahui, seseorang tersebut terkena glaukoma atau tidak, bisa dengan pemeriksaan tonometri (pemeriksaan tekanan bola mata). Pengukuran tonometri rutin ini penting, untuk mengidentifikasi adanya glaukoma sebelum mata terkena bahaya permanen dari peningkatan tekanan di dalamnya. Glaukoma biasanya diderita oleh klien yang berumur di atas 40 th. Pada orang yang memiliki kecenderungan hereditas glaukoma dalam keluarganya, mereka harus melakukan pengukuran tonometri ritin setiap hari.(Luckman, 1980). Pendapat yang lain mengatakan bahwa Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. (Anonim,2009) Dari beberapa definisi glaukoma diatas, dapat disimpulakan bahwa glaukoma adalah penyakit mata yang terjadi karena peningkatan tekanan bola mata dan mempengaruhi kepekaan atau kejelasan penglihatan. 2. Type Gloukoma Ada beberapa type glaukoma dan dapat di klaasifikasikan sebagai berikut : 1. Glaukoma Primer Dewasa Glaukoma primer dewasa meliputi: a. Glaukoma Sudut Terbuka / Kronis Glaukoma jenis ini umumnya terjadi karena keturunan. Glaukoma jenis ini sering terjadi pada orang yang mempunyai sudut ruang terbuka yang normal tapi mempunyai resistensi aliran aquous humor keluar dari ruang sudut. b. Glaukoma Sudut Tertutup Glaukoma jenis inin jarang terjadi. Ada kesalahan tempat yang maju dari ujung akar dan gulungan iris yang melawan kornea. 2. Glaukoma Sekunder Glaukoma ini biasa di bangun dari banyak sebab seperti uveitis, gangguan neuvaskuler, trauma tumor, penyakit degenerasi mata, dll. 3. Glaukoma Kongenital Glaukoma ini terjadi di mata selama ada dalam masa awal tumbuh dan berkembang. Biasanya terlihat selama 6 bulan kelahiran. 4. Glaukoma Absolut Glakoma ini biasanya adalah hasil dari beberapa kejadian glaukoma dan itu berarti mengarah pada kebutaan yang mana tekanan intraokuler meningkat. Aqueous humor adalah cairan pada bola mata yang di produksi oleh badan siliari yang mnerupakan kristal jernih. 3. Etiologi Ada beberapa sebab dan faktor yang beresiko terhadap terjadinya glaukoma. Diantaranya adalah: a. Umur Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia. b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaucoma Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak. c. Tekanan bola mata Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata. Obat-obatan. d. Pemakai steroid secara rutin Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-obatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma. e. Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mata f. Penyakit lain Riwayat penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren.(Anonim,2010) Aqueous diproduksi oleh epitel tidak berpigmen dari prosesus siliaris, yang merupakan bagian anterior dari badan siliar. Aqueous humor kemudian mengalir melalui pupil ke dalam kamera okuli anterior, memberikan nutrisi kepada lensa, iris dan kornea. Drainase aqueous melalui sudut kamera anterior yang mengandung jaringan trabekular dan kanal Schlemm dan menuju jaringan vena episklera. (Barbara, 1999) Perjalanan aliran aqueous humor 80-90% melalui jaringan trabekular, namun terdapat 10% melalui ciliary body face, yang disebut jalur uveoskleral. Berdasarkan fisiologi dari sekresi dan ekskresi cairan aqueous, maka terdapat tiga faktor utama yang berperan dalam meningkatnya tekanan intraokular, antara lain: Kecepatan produksi aqueous humor oleh badan siliar Resistensi aliran aqueous humor melalui jaringan trabekular dan kanal Schlemm Tekanan vena episklera Tekanan intraokular normal yang secara umum diterima adalah 10-21 mmHg. 4. Manifestasi klinis Menurut Harnawartiaj (2008) umumnya dari riwayat keluarga ditemukan anggota keluarga dalam garis vertical atau horizontal memiliki penyakit serupa, penyakit ini berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan bola mata seperti normal dan sebagian besar tidak menampakan kelainan selama stadium dini. Pada stadium lanjut keluhan klien yang mincul adalah sering menabrak akibat pandangan yang menjadi jelek atau lebih kabur, lapangan pandang menjdi lebih sempit hingga kebutaan secara permanen. Gejala yang lain adalah: a. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran. b. Kornea suram. c. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah. d. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat. e. Nyeri di mata dan sekitarnya. f. Udema kornea. g. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang. h. Lensa keruh. Menurut Sidharta Ilyas (2004) glaucoma akan memperlihatkan gejala sebagai berikut: 1. Tekanan bola mata yang tidak normal 2. Rusaknya selaput jala 3. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat 4. Berakhir dengan kebutaan 5. Penatalaksanaan Glaukoma Tujuan utama terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan intraokular serta meningkatkan aliran humor aquos (drainase) dengan efek samping yang minimal. Penangananya meliputi: a. Penatalaksanaan Medis 1) Glaukoma Primer Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol, levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan mengurangi pembentukan cairan di dalam mata dan TIO Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat. Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan menghentikan serangan glaukoma. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide). Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah). 2) Glaukoma sekunder Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan. a. Glaukoma kongenitalis Untuk mengatasi Glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan. b. Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap, maka terapi laser dan pembedahan merupakan alternatif. 3) Terapi Laser a. Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles). b. Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya pada mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser trabeculoplasty tidak menyembuhkan glaukoma, namun sering dilakukan daripada meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda. Pada beberapa kasus-kasus, dia digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama untuk open-angle glaukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan relatif aman untuk menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata yang dibius dengan obat- obat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang berkaca pada sudut mata (angle of the eye). Microscopic laser yang membakar sudut mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran. c. Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary atau cyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang parah dari glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini melibatkan pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang membuat cairan aqueous (ciliary body). Pembakaran laser ini menghancurkan sel-sel yang membuat cairan, dengan demikian mengurangi tekanan mata. 4) Terapi Pembedahan a. Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan untuk merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari trabecular meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan keluar dari mata. Untk jalan-jalan kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil diciptakan dari jaringan conjunctiva (conjunctival tissue). Conjunctiva adalah penutup bening diatas putih mata. Filtering bleb adalah suatu area yang timbul seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas mata dibawah kelopak atas. Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk meninggalkan mata, masuk ke bleb, dan kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi darah kapiler (capillary blood circulation) dengan demikian menurunkan tekanan mata. Trabeculectomy adalah operasi glaukoma yang paling umum dilaksanakan. Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan mata. b. Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu potongan dari sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu membran yang tipis dari jaringan melaluinya cairan aqueous dapat dengan lebih mudah mengalir. Ketika dia lebih tidak invasiv dibanding trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga bertendensi lebih tidak efektif. Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain dari sistim pengaliran (drainage systems). Ketika operasi glaukoma seringkali efektif, komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah mungkin. Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus yang dengan cara lain tidak dapat dikontrol. B. Asuhan Keperawatan Glaukoma 1. Pengkajian a. Anamnesa Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah: 1) Identitas / Data Biografi Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai identitas pasien. 2) Riwayat penyakit sekarang Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan. 3) Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin. 2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi a. Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah. Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang Kriteria hasil: 1) Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri 2) Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang 3) Ekspresi wajah rileks Intervensi: 1) Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
2) Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesic
3) Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
4) Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
5) Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan tio
6) Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
7) Berikan analgesik sesuai anjuran
b. Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan; gangguan
status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
1) Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
2) Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut.
Intervensi:
1) Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.
Rasional: Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan/mengalami pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau total. 2) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/ kemungkinan kehilangan penglihatan. Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi. 3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis. Rasional: Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut. 4) Lakukan tindakan untuk membantu pasien yang mengalami keterbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam. Rasional: Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil thd sinar lingkungan 5) Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi. Rasional: Memisahkan badan siliar dr sclera untuk memudahkan aliran keluar akueus humor. b. Ansitas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup. Tujuan: Cemas hilang atau berkurang Kriteria Hasil: 1) Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi. 2) Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah. 3) Pasien menggunakan sumber secara efektif. Intervensi: 1) Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini. Rasional: Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus insietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO. 2) Berikan informasi yang akurat dan jujur. Rasional: Menurunkan ansiets b/d ketidak tahuan / harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan info ttg pengobatan. 3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan. Rasional: Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah. 4) Identifikasi sumber/orang yang menolong. Rasional: Memberikan keyakinan bhw pasien tdk sendiri dlm menghadapi masalah. c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah. Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya. Kriteria Hasil: 1) Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan. 2) Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit. 3) Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan. Intervensi: 1) Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi, 2) Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata. Rasional: Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan kesempatan pasien menunjukan kompetensi dan menanyakan pertanyaan. 3) Izinkan pasien mengulang tindakan. 4) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal. Rasional: Penyakit ini dapat di control dan mempertahankan konsistensi program obat adalah control vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO dan potensial kehilangan penglihatan tambahan 5) Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur, dll). Rasional: Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak nyamanan sampai ancaman kesehatan berat. 6) Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup. Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd stres, mencegah perubahan okuler yang mendorong iris kedepan, yang dpt mencetuskan serangan akut. 7) Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong, menggunakan baju ketat dan sempit. Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan serangan akut. 8) Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat. Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari konstipasi. 8) Tekankan pemeriksaan rutin. Rasional: Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan memungkinkan intervensi dini dan mencegah kehilangan penglihatan lanjut. TUGAS INDIVIDU KMB II