Anda di halaman 1dari 28

A.

KONSEP MEDIS KATARAK


1. Definisi
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatanyang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanyaberkaitan dengan
penuaan (Vaughan, 2000).Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya
jernih.Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat
kelahiran(katarak kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata
tajammaupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakitsistemis,
pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, ataukelainan mata yang
lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001).
2. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisamengalami katarak
yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan,peradangan di dalam
kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarakkongenital. Lensa mata mempunyai
bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang
terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa.
Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembeksedang pada orang tua nukleus
ini menjadi keras. Katarak dapat mulai darinukleus, korteks, dan subkapsularis
lensa.Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan
menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga
kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada
usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia).
Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh.
Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya
berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata
yang sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu
dalam bulan hingga tahun.
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain
dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa sepertidiabetes
melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya matahari, efek racun dari
merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola
mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason,
klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin,
pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti
diabetes melitus dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan
menimbulkan katarak komplikata (Ilyas, 2006) .
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun
kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade
ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila
tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ultraviolet B, obat obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan
vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001).
3. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, Nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia
dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus
multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa,
misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam
lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalammelindungi
lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
4. Manifestasi Klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien
melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan
tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah
menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau
redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-
abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan
ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan
mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk
menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan
langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau
kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada
siang hari (Smeltzer, 2001).
5. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemuka n obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa
penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa
untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006). Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk
memperlambat progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih
dengan pembedahan (James, 2006).
Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam
penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan
tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama insipien, imatur, matur, dan hipermatur
didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr Sidarta
Ilyas, dkk, 2002).
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian
lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan
dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di
sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal. Operasi dilakukan
dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi
(lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Insisi harus dijahit. Likuifikasi
lensa menggunakan probeultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi yang lebih
kecil dari kornea atau sclera anterior (fakoemulsifikasi).
6. Komplikasi
a. Hilangnya vitreous
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel
vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya
glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan
dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi).
Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada
kondisi ini.
b. Prolaps iris
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.
c. Endoftalmitis
Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang terjadi.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen,
keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka A scan ultrasound
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel
endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan
fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer, 2001).
B. ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK
1. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama
dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit
maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
a. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan
masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur,
pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus
menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata
dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang
jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau
infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan
dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan masalah
membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-
nenek.
c. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer,
2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata
diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan
pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat.
Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau
subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular
posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi
sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James,
2005).
d. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai
berikut :
1) Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah
kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai
riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
2) Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan
diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang
lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu.
3) Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia
atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
4) Pola nutrisi metabolic
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami
perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan
berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
5) ola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan.
Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk,
warna, bau dan frekuensi.
6) Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
7) Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga
diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan
dirinya.
8) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga
setelah sakit.
9) Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah
masalh saat menstruasi.
10) Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, system pendukung
dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungankeluarga selama
pasien dirawat di rumah sakit.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan atas sakit yang diderita.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.
2) Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
3) Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/ perubahan status organ indera.
b. Post Operasi
1) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
2) Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori / status organ indera. Gangguan rasa nyaman: nyeri
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan pasca operasi.
3) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer
sementara dan persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.
4) Cemas (ansietas) berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Perencanaan
a. Pre Operasi
1) Diagnosa keperawatan :
(a) cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.
 Tujuan : menurunkan stress emosional, ketakutan dan depresi,
penenmaan pembedahan dan pemahaman instruksi.
 Kriteria hasil: mengucapkan pemahaman mengenai informasi.
 Rencana tindakan :
a. Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan
untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat
pemahaman. Jawab pertanyaan, beri dukungan dan bantu pasien
dengan metode koping.
Rasional : informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak
diketahui.Mekanisme koping dapat membantu pasien
berkompromi dengan kegusaran, ketakutan, depresi, tegang,
keputusasaan, kemarahan dan penolakan
b. Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru.
Rasional: pengenalan terhadap lingkungan membantu
mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan.
c. Jelaskan rutinitas persiapan operasi dan tindakan operasi yang
akan dilakukan
Rasional: Pasien yang telah mendapat banyak informasi akan
lebih mudah menerima pemahaman dan mematuhi instruksi.
d. Jelaskan intervensi sedetil-detilnya. Perkenalkan diri anda pada
setiap interaksi, terjemahkan setiap suara asing, pergunakan
sentuhan untuk membantu komunikasi verbal.
Rasional: Pasien yang mengalami gangguan visual bergantung
pada masukan indera yang lain untuk mendapatkan informasi.
e. Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila
mampu. Pasan makanan yang bisa dimakan dengan tangan bagi
mereka yang tak dapat melihat dengan baik atau tidak memiliki
keterampilan koping untuk mempergunakan peralatan makan.
Rasional: Perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan
rasa sehat.
f. Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti daiam
perawatan pasien.
Rasional: Pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas
sehubungan dengan penanganan dan perawatan diri.
g. Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila
memungkinkan
Rasional: Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu lama dapat
menimbulkan perasaan negative.
(b) Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
 Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
cedera dapat dicegah.
 Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk
menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.
 Rencana tindakan :
a. Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi, pre operasi
sampai stabil, dan mencapai penglihatan dan keterampilan
koping yang memadai. Gunakan teknik bimbingan
penglihatan.
Rasional : Menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika
langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan
koping untuk kerusakan penglihatan.
b. Bantu pasien menata lingkungan. Jangan mengubah
penataan meja kursi tanpa orientasi terlebih dahulu.
Rasoinal : Memfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko
cedera.
c. Orientasikan pasien pada ruangan.
Rasional : Meningkatkan keamanan mobilitas dalam
lingkungan.
d. Bahas perlunya penggunaan persisai metal atau kacamata
bila diperintahkan
Rasional : Tameng logam atau kacamata melindungi mata
terhadap cedera.
e. Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat
mata.
Rasional : Cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh
mata.
(c) Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/ perubahan status organ indera.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi
individu.
 Kriteria hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi
terhadap perubahan, mengidentifikasi atau memperbaiki potensial
bahaya dalam lingkungan.
 Rencana tindakan :
a. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau
kedua mata terlibat.
Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi,
sebab kehilangan penglihatan terjadi secara lambat dan
progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut padalaju
yang berbeda. Tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per
prosedur
b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain
disekitarnya.
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan
kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca
operasi.
c. Observasi tanda dan gejala disorientasi. Pertahankan pagar
tempat tidur sampai benar-benar sembuh.
Rasional : Terbangun dalam lingkungan tidak dikenal dan
mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan
bingung pada orang tua. Meningkatkan resiko jatuh bila
bingung/tidak tahu ukuran tempat tidur.
d. Pendekatan dari sisi yang tidak dioperasi, bicara dan
menyentuh sering, dorong orang terdekat tinggal dengan
pasien.
Rasional : Memberikan rangsang sensori tepat terhadap
isolasi dan menurunkan bingung.
e. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi
mata dimana dapat terjadi bila menggunakan obat teles mata.
Rasional : Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2
jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun
dengan penggunaan. Ingatkan pasien menggunakan
kacamata katarak yang tujuannya memperbesar ± 25%,
penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.
Rasional : Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi
dapat menyebabkan bingunng penglihatan/ meningkatkan
resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.
b. Post Operasi
1) Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, infeksi tidak
terjadi.
 Kriteria hasil : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu,
bebas drainase purulen, eritema, dan demam.
 Rencana tindakan :
a) Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum
menyentuh/mengobati mata.
Rasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan,
mencegah kontamenasi area operasi.
b) Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan
mata dari dalam dengan kapas basah/bola kapas untuk tiap
usapan, ganti balutan dan masukkan lensa kontak bila
menggunakan.
Rasional : Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran
bakteri dan kontaminasi silang.
c) Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang
dioperasi.
Rasional: Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
Observasi/diskusikan tanda terjadinya infeksi, contoh
kemerahan, kelopak bengkak, drainase purulen.
Rasional : Infeksi mata terjadi 2 sampai 3 hari setelah
prosedur dan memerlukan upaya intervensi.
d) Berikan obat sesuai indikasi. Antibiotic (topical, parenteral,
subkonjungtiva) dan steroid.
Rasional : Sediaan topical digunakan secara profilaksis,
dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi.
Steroid digunakan untuk menurunkan inflamasi.
b. Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori / status organ indera.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi
individu.
 Kriteria hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi
terhadap perubahan, mengidentifikasi atau memperbaiki potensial
bahaya dalam lingkungan.
 Rencana tindakan :
a) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau
kedua mata terlibat.
Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi,
sebab kehilangan penglihatan terjadi secara lambat dan
progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju
yang berbeda. Tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per
prosedur.
b) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain
disekitarnya.
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan
kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca
operasi.
c) Observasi tanda dan gejala disorientasi.
Rasional : Berada dalam lingkungan baru dengan mengalami
keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung.
d) Pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh
dan penglihatan bisa digunakan dengan maksimal.
Rasional : Meningkatkan resiko jatuh bila bingung/tidak
terbiasa dengan keadaan di rumah sakit.
e) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi
mata dimana dapat terjadi bila menggunakan obat teles mata.
Rasional : Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2
jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun
dengan penggunaan.
f) Ingatkan pasien untuk menggunakan kacamata katarak yang
tujuannya memperbesar ±25%, penglihatan perifer hilang, dan
buta titik mungkin ada.
Rasional : Perubahan ketajaman dapat menyebabkan
gangguan penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai
pasien belajar untuk mengkompensasi.
c. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan tindakan operasi
yang akan dilakukan.
 Tujuan : Mendemonstrasikan berkurangnya ketidaknyamanan
mata.
 Kriteria hasil : Menyangkal ketidaknyamanan mata, tak ada
merintih, ekspresi wajah rileks.
 Rencana tindakan :
a. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik
nyeri, misalnya terus-menerus, sakit, menusuk, terbakar.
Buat rentang intesitas pada skala 0-10.
Rasional : Memberikan informasi untuk membantu dalam
menentukan pilihan/ keefektifan intervensi.
b. Berikan analgesik resep sesuai pesanan dan
mengevaluasi keefektifan. Beri tahu dokter bila nyeri mata
menetap atau memburuk setelah pemberian pengobatan.
Rasional : Analgesik memblokir jaras nyeri.
Ketidaknyamanan mata berat menandakan perkembangan
komplikasi dan perlunya perhatian medis segera.
Ketidaknyamanan ringan diperkirakan.
c. Berikan anti inflamasi dan agen anti infeksi oftalmik yang
diresepkan.
Rasional : Untuk menurunkan bengkak dan mencegah
infeksi.
d. Berikan kompres dingin sesuai pesanan dengan
menggunakan teknik aseptik. Ajarkan pasien bagaimana
memberikan kompres dengan menggunakan teknik aseptik
dalam persiapan pulang. Tekankan pentingnya mencuci
tangan sebelum perawatan mata dirumah.
Rasional : Dingin membantu menurunkan bengkak.
Kerusakan jaringan mempredisposisikan pasien pada
invasi bakteri.
d. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer
sementara dan persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.
 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, cedera dapat
dicegah.
 Kriteria hasil: tidak ada memar kaki, menyangkal jatuh, tidak ada
manifestasi peningkatan intraokular atau perdarahan.
Rencana tindakan :
1) Pertahankan posisi tempat tidur rendah, pagar tempat tidur
tinggi, dan bel pemanggil di samping tempat tidur.
Orientasikan ulang pasien terhadap susunan struktur ruangan.
Instruksikan pasien untuk memberi tanda untuk bantuan bila
turun dari tempat tidur sampai mampu ambulasi tanpa
bantuan.
Rasional : Beberapa kejadian kehilangan keseimbangan
terjadi bila mata ditutup, khususnya pada lansia.
2) Mulai tindakan-tmdakan untuk mencegah peningkatan
tekanan intraocular.
3) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi kira- kira 45 derajat
untuk 24 jam pertama.
4) Ingatkan pasien untuk menghindari batuk, bersin,
membungkuk dengan kepala rendah dari panggul, dan
mengejan.
Rasional: Peningkatan tekanan intraokular meningkatkan nyeri
dan resiko terhadap kerusakan jahitan yang digunakan pada
pembedahan mata.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber
informasi.
 Tujuan : memenuhi kebutuhan informasi klien.
 Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman kondisi dan pengobatan,
melakukan prosedur dengan benar dan alas an tindakan.
 Rencana tindakan :
a) Kaji informasi tentang kondisi individu dan prognosis.
Rasional: Meningkatkan kerjasama dengan program
pascaoperasi.
b) Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang
dijual bebas.
Rasional: Dapat bereaksi silang/ campur dengan obat
yang diberikan.
c) Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi obat mata dan
masalah medis pasien seperti hipertensi, PPOM. Ajarkan
metode yang tepat memasukkan obat tetes untuk
meminimalkan efek sistemik.
Rasional : Tindakan benar dapat membatasi absorbsi
dalam sirkulasi sistemik, meminimalkan masalah interaksi
obat dan efek sistemik yang tidak diinginkan.
d) Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beritahu
untuk melaporkan penglihatan berawan.
Rasional: Pengawasan periodik menurunkan resiko
komplikasi serius. Pada beberapa pasien, kapsula
posterior dapat menebal dalam 2 minggu/ beberapa tahun
pasca operasi, memerlukan terapi laser untuk
mempeebaiki penglihatan.
f. Cemas (ansietas) berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
 Tujuan : cemas yang dirasakan pasien hilang.
 Kriteria hasil: Tampak rileks melaporkan ansietas menurun,
menggunakan sumber secara efektif
 Rencana tindakan :
(1) Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman dan pengetahuan
kondisi saat ini.
Rasional : Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap
ancaman diri, potensial siklus ansietas, dan dapat
mempengaruhi upaya medik.
(2) Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan
kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat
mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
Rasional : Menurunkan ansietas sehubungan dengan
ketidaktahuan/ harapan yang akan datang dan memberikan
dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang
pengobatan.
(3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan
mengekspresikan perasaan.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk menerima situasi
nyata. Mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan
masalah.
(4) Identifikasi sumber/ orang yang menolong
Rasional : Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak
sendirian dalam menghadapi masalah.
A. KONSEP MEDIS GLOUKOMA
1. Definisi
Menurut Herman tahun 2010, glaukoma merupakan suatu kumpulan
penyakit yang mempunyai karakteristik umum neuropatik yang berhubungan
dengan hilangnya fungsi penglihatan. Walaupun kenaikan tekanan intra
okuler adalah satu dari resiko primer, ada atau tidaknya faktor ini tidak
merubah definisi penyakit. Glaukoma bukanlah sebuah penyakit, melainkan
kekomplekan dari gangguan tekanan intraokuler yang mana mempunyai
karakteristik gejala peningkatan tekanan intraokular pada orang dewasa.
Normalnya, tekanan intraokular adalah 10-20 mmHg. Jika hasil pemeriksaan
tekanan bola mata lebih dari 20, maka kita patut curiga terhadap adanya
glaukoma. Apabla hasil menunjukkan angka lebih dari 25, maka dipastikan
orang tersebut terkena glaukoma. Untuk mengetahui, seseorang tersebut
terkena glaukoma atau tidak, bisa dengan pemeriksaan tonometri
(pemeriksaan tekanan bola mata). Pengukuran tonometri rutin ini penting,
untuk mengidentifikasi adanya glaukoma sebelum mata terkena bahaya
permanen dari peningkatan tekanan di dalamnya.
Glaukoma biasanya diderita oleh klien yang berumur di atas 40 th. Pada
orang yang memiliki kecenderungan hereditas glaukoma dalam keluarganya,
mereka harus melakukan pengukuran tonometri ritin setiap hari.(Luckman,
1980).
Pendapat yang lain mengatakan bahwa Glaukoma adalah suatu penyakit
dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan
pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.
(Anonim,2009)
Dari beberapa definisi glaukoma diatas, dapat disimpulakan bahwa
glaukoma adalah penyakit mata yang terjadi karena peningkatan tekanan
bola mata dan mempengaruhi kepekaan atau kejelasan penglihatan.
2. Type Gloukoma
Ada beberapa type glaukoma dan dapat di klaasifikasikan sebagai berikut
:
1. Glaukoma Primer Dewasa
Glaukoma primer dewasa meliputi:
a. Glaukoma Sudut Terbuka / Kronis
Glaukoma jenis ini umumnya terjadi karena keturunan. Glaukoma
jenis ini sering terjadi pada orang yang mempunyai sudut ruang
terbuka yang normal tapi mempunyai resistensi aliran aquous humor
keluar dari ruang sudut.
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma jenis inin jarang terjadi. Ada kesalahan tempat yang maju
dari ujung akar dan gulungan iris yang melawan kornea.
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma ini biasa di bangun dari banyak sebab seperti uveitis,
gangguan neuvaskuler, trauma tumor, penyakit degenerasi mata, dll.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma ini terjadi di mata selama ada dalam masa awal
tumbuh dan berkembang. Biasanya terlihat selama 6 bulan kelahiran.
4. Glaukoma Absolut
Glakoma ini biasanya adalah hasil dari beberapa kejadian
glaukoma dan itu berarti mengarah pada kebutaan yang mana tekanan
intraokuler meningkat. Aqueous humor adalah cairan pada bola mata
yang di produksi oleh badan siliari yang mnerupakan kristal jernih.
3. Etiologi
Ada beberapa sebab dan faktor yang beresiko terhadap terjadinya
glaukoma. Diantaranya adalah:
a. Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia.
Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka
ini akan bertambah dengan bertambahnya usia.
b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaucoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita
glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma.
Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan
anak-anak.
c. Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena
glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang
lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan
bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis
mata. Obat-obatan.
d. Pemakai steroid secara rutin
Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak
dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat steroid
untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin
lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-obatan steroid
secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter
spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma.
e. Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mata
f. Penyakit lain
Riwayat penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan
migren.(Anonim,2010) Aqueous diproduksi oleh epitel tidak berpigmen
dari prosesus siliaris, yang merupakan bagian anterior dari badan siliar.
Aqueous humor kemudian mengalir melalui pupil ke dalam kamera okuli
anterior, memberikan nutrisi kepada lensa, iris dan kornea. Drainase
aqueous melalui sudut kamera anterior yang mengandung jaringan
trabekular dan kanal Schlemm dan menuju jaringan vena episklera.
(Barbara, 1999) Perjalanan aliran aqueous humor 80-90% melalui
jaringan trabekular, namun terdapat 10% melalui ciliary body face, yang
disebut jalur uveoskleral.
Berdasarkan fisiologi dari sekresi dan ekskresi cairan aqueous, maka
terdapat tiga faktor utama yang berperan dalam meningkatnya tekanan
intraokular, antara lain:
 Kecepatan produksi aqueous humor oleh badan siliar
 Resistensi aliran aqueous humor melalui jaringan trabekular dan
kanal Schlemm
 Tekanan vena episklera
 Tekanan intraokular normal yang secara umum diterima adalah
10-21 mmHg.
4. Manifestasi klinis
Menurut Harnawartiaj (2008) umumnya dari riwayat keluarga ditemukan
anggota keluarga dalam garis vertical atau horizontal memiliki penyakit
serupa, penyakit ini berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan
bola mata seperti normal dan sebagian besar tidak menampakan kelainan
selama stadium dini. Pada stadium lanjut keluhan klien yang mincul adalah
sering menabrak akibat pandangan yang menjadi jelek atau lebih kabur,
lapangan pandang menjdi lebih sempit hingga kebutaan secara permanen.
Gejala yang lain adalah:
a. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran.
b. Kornea suram.
c. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.
d. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.
e. Nyeri di mata dan sekitarnya.
f. Udema kornea.
g. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang.
h. Lensa keruh.
Menurut Sidharta Ilyas (2004) glaucoma akan memperlihatkan gejala
sebagai berikut:
1. Tekanan bola mata yang tidak normal
2. Rusaknya selaput jala
3. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat
4. Berakhir dengan kebutaan
5. Penatalaksanaan Glaukoma
Tujuan utama terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan intraokular serta
meningkatkan aliran humor aquos (drainase) dengan efek samping yang minimal.
Penangananya meliputi:
a. Penatalaksanaan Medis
1) Glaukoma Primer
 Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol,
levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan mengurangi
pembentukan cairan di dalam mata dan TIO
 Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka
saluran yang tersumbat.
 Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan
carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi
pembentukan cairan
 Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan
menghentikan serangan glaukoma.
 Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide).
 Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan
manitol intravena (melalui pembuluh darah).
2) Glaukoma sekunder
Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya. Jika
penyebabnya adalah peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk
melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan.
a. Glaukoma kongenitalis
Untuk mengatasi Glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan.
b. Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap,
maka terapi laser dan pembedahan merupakan alternatif.
3) Terapi Laser
a. Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang
berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata
dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles).
b. Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya pada
mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser trabeculoplasty
tidak menyembuhkan glaukoma, namun sering dilakukan daripada meningkatkan
jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda. Pada beberapa kasus-kasus,
dia digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama untuk open-angle
glaukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan relatif aman
untuk menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata yang dibius dengan obat-
obat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang berkaca
pada sudut mata (angle of the eye). Microscopic laser yang membakar sudut
mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran.
c. Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary atau
cyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang umumnya
dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang parah dari
glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini melibatkan
pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang membuat cairan
aqueous (ciliary body). Pembakaran laser ini menghancurkan sel-sel yang
membuat cairan, dengan demikian mengurangi tekanan mata.
4) Terapi Pembedahan
a. Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan
untuk merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari trabecular
meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu pembukaan dan
suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan keluar dari mata.
Untk jalan-jalan kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil diciptakan dari jaringan
conjunctiva (conjunctival tissue). Conjunctiva adalah penutup bening diatas putih
mata. Filtering bleb adalah suatu area yang timbul seperti bisul yang ditempatkan
pada bagian atas mata dibawah kelopak atas. Sistim pengaliran baru ini
mengizinkan cairan untuk meninggalkan mata, masuk ke bleb, dan kemudian
lewat masuk kedalam sirkulasi darah kapiler (capillary blood circulation) dengan
demikian menurunkan tekanan mata. Trabeculectomy adalah operasi glaukoma
yang paling umum dilaksanakan. Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif
menurunkan tekanan mata.
b. Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan
untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu potongan
dari sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu membran yang tipis
dari jaringan melaluinya cairan aqueous dapat dengan lebih mudah mengalir.
Ketika dia lebih tidak invasiv dibanding trabeculectomy dan aqueous shunt
surgery, dia juga bertendensi lebih tidak efektif. Ahli bedah kadangkala
menciptakan tipe-tipe lain dari sistim pengaliran (drainage systems). Ketika
operasi glaukoma seringkali efektif, komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau
perdarahan, adalah mungkin. Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk
kasus-kasus yang dengan cara lain tidak dapat dikontrol.
B. Asuhan Keperawatan Glaukoma
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah:
1) Identitas / Data Biografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai
identitas pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi
pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic
lainnya memicu resiko katarak.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler,
kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan
tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual
dan muntah.
Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil:
1) Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan
nyeri
2) Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
3) Ekspresi wajah rileks
Intervensi:
1) Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri

2) Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesic

3) Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang

4) Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.

5) Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan tio


6) Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan

7) Berikan analgesik sesuai anjuran

b. Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan; gangguan


status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal

Kriteria Hasil:

1) Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.

2) Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa


kehilangan lebih lanjut.

Intervensi:

1) Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.


Rasional: Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien
menghadapi kemungkinan/mengalami pengalaman kehilangan penglihatan
sebagian atau total.
2) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/ kemungkinan
kehilangan penglihatan.
Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan
intervensi.
3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti
jadwal, tidak salah dosis.
Rasional: Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
4) Lakukan tindakan untuk membantu pasien yang mengalami keterbatasan
penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar
kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah
penglihatan malam.
Rasional: Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan lapang pandang
atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil thd sinar lingkungan
5) Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi.
Rasional: Memisahkan badan siliar dr sclera untuk memudahkan aliran
keluar akueus humor.
b. Ansitas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan,
ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
1) Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai
tingkat dapat diatasi.
2) Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.
3) Pasien menggunakan sumber secara efektif.
Intervensi:
1) Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba
dan pengetahuan kondisi saat ini.
Rasional: Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman
diri, potensial siklus insietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik
untuk mengontrol TIO.
2) Berikan informasi yang akurat dan jujur.
Rasional: Menurunkan ansiets b/d ketidak tahuan / harapan yang akan
datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan info ttg
pengobatan.
3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan
perasaan.
Rasional: Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata,
mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
4) Identifikasi sumber/orang yang menolong.
Rasional: Memberikan keyakinan bhw pasien tdk sendiri dlm
menghadapi masalah.
c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat,
salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi,
tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
1) Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
2) Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit.
3) Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi:
1) Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
2) Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
Rasional: Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan kesempatan
pasien menunjukan kompetensi dan menanyakan pertanyaan.
3) Izinkan pasien mengulang tindakan.
4) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata.
Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan
pemakaian steroid topikal.
Rasional: Penyakit ini dapat di control dan mempertahankan konsistensi
program obat adalah control vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi
pupil, peningkatan TIO dan potensial kehilangan penglihatan tambahan
5) Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan
nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur, dll).
Rasional: Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak nyamanan sampai
ancaman kesehatan berat.
6) Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd stres,
mencegah perubahan okuler yang mendorong iris kedepan, yang dpt
mencetuskan serangan akut.
7) Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong,
menggunakan baju ketat dan sempit.
Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan serangan akut.
8) Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari
konstipasi.
8) Tekankan pemeriksaan rutin.
Rasional: Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan memungkinkan
intervensi dini dan mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
TUGAS INDIVIDU KMB II

‘’ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK DAN GLOUKOMA’’

DOSEN MK :

DI SUSUN OLEH :

NAMA : PRISCILYA KAMANASA

TINGKAT : 2A

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PRODI KEPERAWAN MASOHI

TAHUN AJARAN 2020

Anda mungkin juga menyukai