Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh
(Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia)
karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila
disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub jantung,
kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang
secara tiba-tiba pada miokard infark.
CHF (Congestive Heart Failure) merupakan salah satu masalah kesehatan
dalam system kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus meningkat. Pada umumnya
CHF diderita lansia yang berusia lebih dari 50 tahun, CHF merupakan alasan yang paling
umum bagi lansia untuk dirawat di rumah sakit (usia 65 – 75 tahun mencapai persentase
sekitar 75.2 % pasien yang dirawat dengan CHF). Resiko kematian yang diakibatkan oleh
CHF adalah sekitar 5-10 % per tahun pada kasus gagal jantung ringan, dan meningkat
menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Menurut penelitian, sebagian besar lansia
yang didiagnosis menderita CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun (Kowalak, 2011).
Data WHO menunjukkan 17 juta orang meninggal setiap tahunnya karena
penyakit jantung dan pembuluh darah di seluruh dunia. Terdapat 36 juta penduduk atau
sekitar 18% total penduduk Indonesia 80% diantaranya meninggal secara mendadak
setiap tahunnya dan 50% tidak menunjukkan gejala. Data di RS Jantung dan Pembuluh
Darah pasien penyakit jantung koroner baik rawat jalan maupun rawat inap mengalami
peningkatan 10% setiap tahunnya dan di AS 1,5 juta orang mengalami serangan jantung
dan 478.000 orang meninggal karena jantung koroner setiap tahunnya (Hediyani, 2012).

1.2 Tujuan
Untuk memenuhi tugas MK Keperawatan Palliatif pada pasien CHF

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Paliatif Care


Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti
meringankan, dan “Palliare” (bahsa latin yang berarti “menyelubungi”-penj), merupakan
jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala klien, bukan berarti
kesembuhan.
Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan
penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011).
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban
penderita kanker terutama yang tidak mungkin desembuhkan tetapi juga pada penderita
yang mempunyai harapan untuk sembuh bersama-sama dengan tindakan kuratif
(Menghilangkan nyeri dan keluhan lain serta perbaikan dalam bidang psikologis, sosial
dan spiritual). (Depkes Pedoman Kanker Terpadu Paripurna 1997).
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban
penderita, terutama yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratif yang dimaksud
antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalm
aspekpsikologis, sosial dan spiritual. Paliatif care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan
yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi
masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui penceghan-
pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah lain, fisik, psikososial,
spirirtual (kemenkes RI Nomor 812, 2007).
Tujuannya adalah untuk meyakini bahwa hidup dan mati adalah proses yang
normal, tidak menghambat atau menundan kematian, mengurangi nyeri dan gejala
penyakit lainnya, integrasi fisik, psikis, sosial, emosional dan spiritual dalam
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan individu dan keluarga.

2
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Jantung merupakan organ muscular berongga, bentuknya merupai pyramid atau jantung
pisang yang merupakan pusat sirkulasi darah ke seluruh tubuh, terletak dalam rongga
toraks pada bagian mediastinum. Ujung jantung mengarah ke bawah, ke depan bagian
kiri : Basis jantung mengarah ke atas, ke belakang, dan sedikit kea rah kanan. Pada basis
jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah dan pembuluh
balik paru.
Lapisan jantung terdiri dari :
1. Pericardium. Lapisan yang merupakan kantong pembungkus jantung, terlertak di
dalam mediastrium minusm terletak dibelakang korpus sterni dan rawan iga II-VI
2. Miokardium. Lapisan otat jantung menerima darah dari arteri koronaria. Arteri
koronaria kiri bercabang menjadi arteri desending anterior dan arteri sirkumflex.
3. Endocardium (permukaaan dalam jantung). Dinding dalam atrium diliputi oleh
membran yang mengkilat, terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir
endocardium, kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena cava.

Ruang-ruang jantung :
1. Atrium dextra. Terdiri dari rongga utama dari aurikula diluar, bagian dalamnya
berbentuk suatu rigi atau Kristal terminalis. Bagian utama atrium yang terletak
posterior terhadap rigi terdapat dinding halus yang secara embriologis berasal dari
venosus. Bagian atrium yang terletak didepan rigi mengalami trabekulasi akibat
berkas serabut otot yang berjalan dari krista terminalis.
2. Ventrikel dextra. Berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum atrio ventricular
dekstrum dan dengan traktur pulmonalis melalui osteum pulmonalis. Dinding
ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan.
3. Atrium sinistra. Terdiri dari rongga utama dan aurikula, terletak dibelakang atrium
kanan, mmembentuk sebagian besar basis, dibelakang atrium sinistra terdapat sinus
oblig perikaridum serosum dan pericardium vibrosum.
4. Ventrikel sinistra. Ventrikel kiri berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum
atrio ventricular sinistra dan dengan aorta melalui asteum aorta. Dinding ventrikel
sinistra 3x lebih tebal dari ventrikel kanan.

Fungsi umum otot jantung, yaitu :


1. Sifat tritmisitas/otomatis.
3
2. Mengikuti hokum gagal atau tuntas
3. Tidak dapat berkontraksi tetanik.
4. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.

2.3 Definisi
Gagal jantung merupakan istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan
beberapa jenis penyakit jantung yang menyebabkan kerusakan perfusi jaringan. Gagal
jantung kongestif merupakan penyakit yang progresif dan melemahkan yang disertai
dengan kongesti jaringan tubuh. Akan tetapi, gagal jantung dapat mempengaruhi bagian
jantung karena seluruh bilik merupakan bagian dari struktur jantung, jika salah satu
bagian gagal berfungsi, akan mempengaruhi bagian lain (Waugh dan Grant, 2010).
Meskipun demikian, gagal jantung kiri lebih umum terjadi dibanding gagal jantung
kanan.
Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana kelainan fungsi jantung
menjadi penyebab ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dengan frekuensi
yang normal bagi kebutuhan metabolic jaringan (Forward Failure), atau
ketidakmampuan ini dapat terjadi pada volume diastolik ventrikel yang secara abnormal
bertambah (Backward Failure). Pada gagal jantung, kelainan tersebut dapat terjadi pada
sistol dan/atau diastole. Pada kegagalan sistolik, gangguan kontraktilitas jantung akan
menyebabkan kontraksi sistolik yang lemah dan akhirnya menimbulkan penurunan curah
sekuncup, dilatasi jantung serta kerapkali pula kenaikan tekanan diastolik ventrikel.
Pada gagal jantung diastolik, kelainan utamanya berupa gangguan relaksasi dan
pengisian ventrikel yang menyebabkan kenaikan tekanan diastolik ventrikel pada suatu
volume diastolik tertentu. Kegagalan relaksasi tersebut dapat bersifat fungsional dan
sepintas (misalnya pada saat serangan iskemik) atau disebabkan oleh ventrikel yang
menjadi kaku serta tebal.

2.4 Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif
(CHF)dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1.) Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemiakronis/
berat
2.) Faktor Interna (dari dalam jantung)
4
- Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect(ASD),
stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
- Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
- Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
- Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut.
2.5 Patofisiologi
Awitan gagal jantung dapat bersifat akut atau kronis. Gagal jantung sering
dikaitkan dengan kongesti sistolik dan diastolik serta kelemahan miokardiun. Kelemahan
ini merusak kemampuan pompa jantung yang efisien. Pada gagal jantung akut, terdapat
penurunan jumlah darah yang dipompa keluar secara mendadak dari kedua ventrikel
yang menyebabkan penurunan suplai oksigen ke jaringan, akan tetapi, pada gagal jantung
kronik, penyakit berkembang secara teratur dan pada tahap awal mungkin tidak ada
gejala gagal jantung.
Gagal jantung kiri terjadi akibat kerusakan pada miokardium ventrikel kiri.
Kontraksi ventrikel kiri tidak efektif sehingga tidak dapat memompa keluar darah yang
diterima dari atrium kiri (Hogan dan Hill,2004). Kondisi ini mengakibatkan
pengumpulan darah pada atrium kiri dan meningkatkan tekanan pada vena pulmonal
yang menyebabkan edema pulmonal. Pasien yang mengalami edema pilmonal dapat
mengalami gejala seperti dyspnea, ortopnea, batuk produktif, sputum yang berbusa, dan
pucat. Gagal ventrikel kiri juga menyebabkan curah jantung yang buruk. Karena curah
jantung menurun, perfusi ke jaringan juga berkurang sehingga penyampaian oksigen dan
nutrient ke jaringan menjadi buruk (McMcance et, al., 2010)
Gagal jantung kanan dikaitkan dengan ventrikel kanan yang tidak mampu
memompa darah ke dalam arteri paru yang masuk ke paru. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan volume pada atrium yang kanan (Bullock dan Henze, 2010). Akumulasi
darah pada beberapa organ utama (Hati,ginjal,dan limpa) (Nowak dan Handford,2010)
menyebabkan pembesaran pada organ tersebut dan akhirnya rusak.

2.6 Manifestasi Klinis


2.6.1 Manifestasi klinis gagal jantung kiri
1.) Dyspnea pada tahap awal akibat akumulasi cairan di dasar kapiler pulmonal
yang mengakibatkan pertukaran gas yang buruk (oksigen dan
karbondioksida) di paru.

5
2.) Limbung, keletihan dan kelemahan terjadi akibat oksigenasi yang buruk pada
jaringan tubuh yang disebabkan oleh penurunan curah jantung dan saturasi
oksigen. Limbung terjadi akibat rendahnya kadar oksigen di otak yang dapat
menyebabkan disorientasi, konfusi, dan tidak sadar.
3.) Ortopnea – ketidakmampuan pasien untuk bernapas pada posisi telentang
4.) Baruk produktif dan sputum yang berbusa
5.) Takikardia
6.) Sianosis- perubahan warna menjadi kebiruan pada membrane mukosa di
sekitar bibir dan dasar kuku.
7.) Mengi akibat bronkospasme

2.6.2 Manifestasi klinis gagal jantung kanan


1.) Dapat pitting dapat dilihat di area sacrum pada pasien yang terbaring di
tempat tidur, serta pada kaki dan tungkai ketika pasien duduk. Hal ini terjadi
karena kerusakan kemampuan pompa jantung dan akumulasi cairan di
jaringan.
2.) Pembesaran organ seperti hati (hepatomegaly) dan limpa (splenomegali)
dapat menyebabkan tekanan pada organ sekitar seperti lambung.
3.) Efusi pleura dapat terjadi karena peningkatan tekanan kapiler
4.) Distensi vena jugularis merupakan tanda yang dapat dilihat pada pasien yang
mengalami gagal jantung kanan.
5.) Pasien mengalami sulit bernafas karena asites
6.) Keletihan
7.) Ikterik dan masalah koagulasi dapat terjadi karena perusakan hati

2.7 Perawatan dan Penatalaksanaaan


Untuk memberikan perawatan yang berkualitas tinggi, professional layanan
kesehatan harus melakukan pengkajian yang menyeluruh dan menentukan rencana
asuhan keperawatan untuk seluruh masalah yang didentifikasi. Tanda-tanda vital (TTV)
dipantau setiap jam hingga mereka dalam kondisi stabil. Deteksi dini perubahan TTV
dan terapi yang tepat dapat menyebabkan kehidupan pasien. Pertimbangan perawatan
uatama, meliputi :

6
- Pasien yang menderita gagal jantung dapat mengalami masalah pernafasan, seperti
sesak nafas, terutama ketika berusaha bernafas. Oksigen harus diberikan untuk
meningkatkan oksigen pada darah.
- Pasien yang menderita gagal jantung kiri dapat mengeluarkan sejumlah besar sputum
yang berbusa karena adanya edema pulmunoal sehingga mereka memerlukan
kantung/wadah sputum untuk meludah, serta harus diberikan tisyu dan wadah sputum
untuk mengambil tisyu yang sudah digunakan.
- Pasien harus dirawat dengan kondisi tegak lurus ditempat tidur dengan disangga
bantal untuk membantu bernafas kecuali jika dikontraindikasikan.
- Pemantauan asuhan dan haluaran cairan harian yang sangat akurat sangat penting
bagi pasien yang mengalami gagal jantung. Haluran cairan harus lebih dari 30
mL/jam dan jumlah ini harus dicatat setiap jam (jika kateter urine yang terpasang
adalah in situ) dan setiap perubahan haluran cairan harus dilaporkan.
- Pasien harus dianjurkan untuk mengurangi asupan garam dalam diet karena garam
meningkatkan retensi cairan.
- Pemberi asuhan harus memberikan bantuan ketika mandi dengan atau tanpa
menggunakan pancuran.
- Pemberi asuhan harus memastikan bahwa seluruh terapi dan perawatan dijelaskan
pada pasien dengan cara dipahami oleh pasien.
- Pasien mungkin memerlukan laktasif untuk menghindari mengejan ketika BAB

 Terapi farmakologis dan non-farmakologis


Terapi gagal jantung berfokus pada pengobatan tanda dan gejalah, serta meningkatkan
kualitas hidup. Tindakan tersebut meliputi :
- Aktifitas fisik tingkat sedang ketika gejalah bersifat ringan atau sedang
- Penurunan BB sangat penting melalui aktifitas fisik dan makan makanan yang sehat
karena obesitas merupakan factor resiko terjadinya penyakit jantung.
- Penurunan asupan garam sangat penting karena asupan garam yang berlebihan dapat
menyebabkan retensi cairan dan memperburuk masalah jantung.
- Asupan cairan pada pasien yang mengalami gagal jantung harus dipantau secara ketat
untuk mencegah kelebihan beban cairan.

 Intervensi farmakologis untuk gagal jantung meliputi :

7
- Obat antihipertensi, misalnya quinapril 2,5-5 mg setiap hari atau captopril 6,25 mg
tiga kali perhari harus direspkan untuk pasien yang mengalami gagal jantung.
- Diuretic seperti furosemide (dosis maksimal yang direkomendasikan adalah 250-500
mg) atau matolazon (dosis maksimal adalah 10 mg) digunakan untuk mengurangi
beban cairan pada pasien yang mengalami gagal jantung.
- Penyekat beta juga digunakan untuk menangani gagal jantung. Bisoprasol 10 mg
setiap hari digunakan untuk memperbaiki fungsi ventrikel kiri.

2.8 Komplikasi
1. Shock Kardiogenik
Shock Kardiogenik ditandai dengan adanya gangguan fungsi ventrikel kiri.
Dampaknya adalah terjadi gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran
oksigen ke jaringan.Gejala ini merupakan gejala yang khas terjadi pada kasus Shock
Kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut.Gangguan ini disebabkan
oleh hilangnya 40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di
seluruh ventrikel, karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan persediaan
oksigen miokardium.
2. Edema paru – paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang muncul dibagian
tubuh mana saja, termasuk factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru-
paru meningkat dari batas negatif menjadi batas positif. Penyebab kelainan paru-paru
yang paling umum adalah:
a. Gagal jantung sisis kiri (penyakit katub mitral) yang mengakibatkan peningkatan
tekanan kapiler paru-paru,sehimgga membanjiri ruang intersisisal dan alveoli.
b. Kerusakan pada membrane kapiler paru-paru yang disebabkan oleh infeksi seperti
pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan berbahaya(misalnya gas klorin atau gas
sulfur dioksida).masing–masing infeksi tersebut menyebabkan kebocoran protein
plasma,sehingga dengan cepat cairan keluar dari kapiler.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN CHF

3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan, oksigen,
dll
b. Breathing
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
c. Circulation
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok dll.
Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi jantung
S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi juguralis,
warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran,
bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema.
2. Pengkajian Sekunder.
a. Aktifitas/istirahat.
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat
atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
b. Integritas ego.
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
c. Eliminasi.
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari,
diare / konstipasi.
d. Makanan/cairan.

9
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan.
Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi
abdomen, oedema umum, dll.
e. Hygiene :
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
f. Neurosensori.
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
g. Nyeri/kenyamanan.
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.
h. Interaksi sosial.
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas ventrikel kiri menurun
2. Berduka b/d kematian keluarga atau orang yang berarti

3.3 Intervensi keperawatan

No Dx Keperawatan Tujuan Intervesi

1. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan  Observasi


b/d perubahan tindakan keperawatan 1. Identifikasi
kontraktilitas ventrikel 3x24 jam diharapkan tanda/gejalah primer
kiri menurun. curah jantung penurunan curah
Ditandai dengan : meningkat dengan jantung (meliputi
 Data Mayor : Kriteri Hasil : dyspnea, kelelahan,
DS : - Ejection infraction edema, ortopnea,
- Paroxysmal (EF) meningkat : 5 paroxysmal nocturnal
nocturnal dyspnea - Cardiac index (CI) dyspnea, peningkatan
(PND) meningkat : 5 CVP).
- Ortopnea - Left ventrikel 2. Identifikasi
- Batuk stroke work index tanda/gejalah
DO : (LVSWI) sekunder penurunan
meningkat : 5 curah jantung

10
- Terdengar suara - Stroke volume (meliputi peningkatan
jantung S3 dan index (SVI) BB, hepatomegaly,
atau S4 meningkat : 5 distensi vena jugularis,
- Enjection - Paroxysmal palpitasi, ronchi basar,
infraction (EF) nocturnal dyspnea polyuria, batuk dan
 Data Minor : (PND) meningkat : kulit pucat.
DS : - 5 3. Monitor TD (termasuk
DO : - Ortopnea menurun TD ortostatik, jika
- Cardiac index :1 perlu)
(CI) menurun - Batuk menurun : 1 4. Monitor saturasi
- Left ventrikel - Suara jantung S3 Oksigen
stroke work index menurun : 1 5. Monitor keluhan nyeri
(LVSWI) - Suara jantung S4 dada (misalnya
menurun menurun : 1 integritas, lokasi,
- Stroke volume - CRT menurun : 1 radiasi, rudasi,
index (SVI) previtasi yang
menurun mengurangi nyeri)
6. Monitor EKG 12
sadapan
 Teraupetik
1. Posisikan pasien semi
fowler/fowler dengan
kaki ke bawah atau
posisi nyaman
2. Berikan diet jantung
yang sesuai (misalnya
batasi asupan kafein,
natrium, kolesterol,
dan makanan tinggi
lemak)
3. Fasilitas pasien dan
keluarga untuk

11
modifikasi gaya hidup
sehat
4. Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
5. Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
 Edukasi
1. Anjurkan beraktifitas
fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan berhenti
merokok
3. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian
 Kolaborasi
1. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
2. Berdukan b/d kematian Setelah dilakukan  Observasi
keluarga atau orang yang tindakan keperawatan 1. Identifikasi
berarti 1x24 jam diharapkan kehilangan yang
Ditandai dengan : tingkat berduka dihadapi
 Data Mayor : membaik dengan 2. Identifikasi proses
DS : Kriteria Hasil : berduka yang dialami
- Merasa sedih - Pola tidur membaik 3. Identifikasi reaksi
- Merasa bersalah :5 awal terhadap
atau menyalahkan - Menangis menurun kehilangan
orang lain :5  Teraupetik
- Tidak menerima - Verbalisasi 1. Tunjukan sikap
kehilangan perasaan sedih menerima dan empati
menurun : 5

12
- Merasa tidak ada - Verbalisasi 2. Motivasi agar mau
harapan perasaan bersalah mengungkapkan
DO : menurun : 5 perasaan kehilangan
- Menangis - Marah menurun : 5 3. Motivasi untuk
- Pola tidur berubah - Verbalisasi menguatkan dukungan
- Tidak mampu kehilangan keluarga dan orang
berkonsentrasi meningkat : 5 terdekat
 Data Minor : - Verbalisasi harapan 4. Diskusikan strategi
DS : meningkat : 5 koping yang dapat
- Mimpi buruk atau digunakan
pola mimpi  Edukasi
berubah 1. Jelaskan kepada
- Merasa tidak pasien dan keluarga
berguna bahwa sikap
- Fobia mengingkari, marah,
DO : tawar-menawar,
- Marah depresi dan menerima
- Tampak panic adalah wajar dalam
- Fungsi imunitas menghadapi
terganggu kehilangan
2. Anjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
3. Anjurkan melewati
proses berduka secara
bertahap

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
CHF (Congestive Heart Failure) adalah suatu kegagalan jantung dalam
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Suatu keadaan patofisiologi adanya
kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri.
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui
penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi
paru-paru dan emboli paru-paru. Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk
mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama
dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal,
kontraktilitas dan beban akhir.

4.2 Saran
Diharapkan agar terhindar dari penyakit gagal jantung kongestif ini dilakukan
dengan menghindari penyebab dari penyakit ini misalnya menjaga gaya hidup yang sehat
terutama pada makanan yang dikonsumsi diharapkan tidak yang melihat enaknya saja
tetapi juga mempertimbangkan gizi yang terkandung dalam makanan tersebut serta dapat
mengetahui hal apa saja yang dapat dilakukan dalam melakukan penanganan pada pasien
yang menderita penyakit terminal, pasien menjelang ajal. seorang perawat harus
senantiasa memperbarui ilmu pengetahuannya sehingga ketika turun di lapangan seorang
perawat tersebut mampu mengaplikasikan dalam dunia kerja.

14

Anda mungkin juga menyukai