Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility

(selanjutnya disingkat CSR) sesungguhnya bukanlah topik baru dalam dunia bisnis,

termasuk didalamnya konteks operasi perusahaan multinasional. (Raharjo, 1992)

misalnya, mengidentifikasi bahwa CSR dan etika bisnis telah menjadi sebuah topik yang

hangat diawal era 1980an.

Di tahun1970 topik CSR mengemukan melalui tulisan Milton Fridmen tentang

bentuk tunggal tanggung jawab sosial dari kegiatan bisnis. Bahkan, Estes (2005) menilai

roh atau semangatnya telah ada sejak mula berdirinya perusahaan-perusahaan di Inggris

yang tugas utamanya adalah untuk membantu pemerintah dalam memberikan pelayanan

dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, sikap dan pendapat pro-kontra selalu

merupakan bagian dari sejarah kehidupan perusahaan dan perkembangan konsep CSR itu

sendiri.

Dalam konteks debat CSR, tidak dapat dipungkiri kuatnya pandangan bahwa

tujuan utama dari kegiatan bisnis adalah memperoleh laba yang optimal demi

memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham (shareholder). Pandangan ini mengakar

seperti oleh ekonom Liberal Milton Fridman, yakni bahwa tanggung jawab sosial tungal

bagi dunia bisnis adalah meningkatkan keuntungan (Nusantara, 1992; Raharjo,

1992;vos,2003)

Seiring dengan perkembangan zaman, muncullah tekanan-tekanan yang semakin

besar agar perusahaan juga memainkan peran sosial yang lebih nyata guna meningkatkan

Universitas Sumatera Utara


kesejahteraan masyarakat dan stakeholders lainnya. Perusahaan-perusahaan dituntut

untuk melakukan kewajiban-kewajiban sosialnya lebih banyak kepada stakeholders, lebih

dari sekedar tanggung jawab ekonomisnya kepada shareholder, yakni didalam dan

melalui interaksi langsung dengan tenaga kerja dan konsumen.

Perusahaan bagi pemerintah mempunyai arti yang sangat penting, karena

perusahaan betapapun kecilnya merupakan bagian dari kekuatan ekonomi yang

menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Perusahaan

merupakan salah satu sumber dan sarana yang efektif dan menjalankan kebijaksanaan

pendapatan nasional. Oleh karena itu pemerintah mempunyai kepentingan dan ikut

bertanggumg jawab atas keberlangsungan keberhasilan perusahaan.

Perkembangan industrialisasi telah mampu menciptakan perubahan di kalangan

masyarakat indonesia, mulai dari perubahan fisik maupun perubahan nilai. Perubahan-

perubahan yang terjadi di kalangan masyarakat tersebut telah menciptakan berbagai

kondisi dalam masyarakat, namun demikian perubahan-perubahan yang terjadi tersebut

dapat juga menimbulkan culture lag, yaitu ketidaksiapan bagi masyarakat untuk

menerima ide-ide baru dalam proses perubahan.

Pada era industrialisasi yang berhasil diciptakan oleh perkembangan teknologi

tersebut muncul berbagai usaha dalam peningkatan perekonomian dan kesejahteraan

masyarakat yang diwujudkan dalam berkembangnya berbagai bentuk perusahaan-

perusahaan, baik itu besar maupun kecil yang dijalankan oleh keluarga.

Stoner (1989:65) mengatakan bahwa dulu organisasi perusahaan sudah merasa

cukup dengan hanya mengejar keuntungan bagi pemegang saham perusahaan

(organisasi perusahaan), sementara akibat dari tindakan organisasi terhadap lingkungan

Universitas Sumatera Utara


luar (eksternalnya) kurang diperhatikan dan condong diabaikan. Kondisi ini semakin

diperkuat dengan berkembangnya filsafat ekonomi terutama organisasi-organisasi

perusahaan di negara-negara yang berfaham liberalis kapitalis yang menyatakan bahwa

“dengan modal sekecil-kecilnya berusaha diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.”

Oleh sebab itu, berangkat dari filsafat ekonomi tersebut, menjadikan perusahaan

enggan untuk menerapkan tanggung jawab perusahaan bagi tenaga kerja maupun

lingkungannya. Sunindhia (1978:82) menyatakan bahwa para pengusaha dalam

mempekerjakan para tenaga kerja itu hendaknya:

1. Menganggap tenaga kerja sebagai patner yang akan membantunya untuk

menyukseskan usaha.

2. Memberikan imbalan yang layak terhadap jasa-jasa yang telah di kerahkan

oleh patnernya itu, berupa penghasilan yang layak dan jaminan-jaminan sosial

tertentu, agar dengan demikian patnernya itu dapat lebih terangsang untuk

kerja lebih produktif dan berhasil guna.

3. Menjalin hubungan baik dengan para tenaga kerja, sehingga mereka

merasakan bahwa tenaga kerjanya itu perlu dikerahkan dengan baik seakan-

akin mereka mereka bekerja pada perusahaan miliknya, perusahaan yang

perlu di kembangkan dengan penuh tanggung jawab.

Pada dasarnya semua pihak baik pemerintah, pengusaha maupun pekerja/buruh

secara langsung atau tidak langsung mempunyai kepentingan atas jalannya setiap

perusahaan. Didorong oleh adanya kepentingan yang sama antara pengusaha dan

pekerja/buruh atas jalannya perusahaan dan dengan adanya keterlibatan keduanya dalam

Universitas Sumatera Utara


proses produksi, maka timbullah hubungan antara pengusaha dan pekerja yang

dinamakan hubungan industrial (industrial relations).

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terdapat kesamaan dengan negara –negara

berkembang lainnya dimana terdapat berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi dan

memerlukan suatu pemikiran, penelitian, penelahaan, dan pemecahan masalahnya. Salah

satu masalah yang menonjol adalah adanya kesenjangan antara melimpahnya jumlah

angkatan kerja yang akan memasuki dan memerlukan pekerjaan, sementara di lain pihak

terbatasnya kemampuan untuk menyerap angkatan kerja tersebut.

Pasar kerja di Indonesia merupakan cerminan suatu perekonomian dualistik yang

di tandai oleh lapangan kerja di sektor tradisional atau informal yang sangat besar, yang

mencerminkan adanya surplus tenaga kerja. Perpindahan surplus tenaga kerja keluar dari

sektor informal ke pekerjaan-pekerjaan sektor modern yang lebih produktif dan

memberikan upah yang lebih tinggi merupakan tujuan utama dari siklus pembangunan,

pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan.

Bekembangnya berbagai bentuk perusahaan tersebut memicu munculnya berbagai

isu pada masyarakat, khususnya dilingkungan perusahaan atau pekerja, yakni mengenai

organisasi-organisasi perusahaan industri yang kurang memperhatikan keadaan sosial

maupun lingkungan. Dalam hal ini perusahaan dirasakan telah mengabaikan hak tenaga

kerja, lingkungan sosial, maupun lingkungan fisik sehingga menghasilkan efek negatif

berupa berkurangnya kepercayaan publik (common trust) terhadap perusahaan tersebut.

Perkembangan tanggung jawab sosial perusahaan pada negara-negara maju

mendorong perusahaan-perusahaan yang berada di negara-negara berkembang seperti di

Indonesia untuk melakukan hal yang sama, hal ini dipengaruhi oleh adanya berbagai

Universitas Sumatera Utara


kondisi yang tidak seimbang antara keadaan perusahaan dengan keadaan para pekerja

dan lingkungan masyarakat.

Caroll (dalam Widiyanti, 2005:1), menjelaskan ada dua penekanan dalam CSR,

yaitu protect dan improve yang intinya adalah sama-sama melindungi masyarakat dari

akibat negatif yang di timbulkan perusahaan. Di samping itu CSR juga akan memberikan

keuntungan yang positif bagi masyarakat. Berdasarkan pemikiran ini berarti suatu

perusahaan harus menjalankan kegiatan bisnisnya sedemikian rupa sehingga tidak

merugikan pihak-pihak tertentu ( masyarakat). Secara positif berarti suatu perusahaan

harus menjalankan bisnisnya sedemikian rupa sehingga pada akhirnya ikut menciptakan

masyarakat yang baik dan sejahtera. Bahkan secara positif perusahaan diharapkan untuk

ikut melaksanakan kegiatan tertentu yang tidak semata-mata didasarkan pada keuntungan

saja, melainkan demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Konsep CSR sesungguhnya mengacu pada kenyataan, bahwa perusahaan dibentuk

oleh manusia dan terdiri dari manusia. Ini menunjukkan bahwa sebagaimana halnya

manusia, perusahaan juga tidak dapat hidup sendiri, beroperasi dan memperoleh

keuntungan bisnis tanpa adanya pihak lain.

Kondisi ini menuntut agar perusahaan pun perlu dijalankan dengan tetap bersikap

tanggap, peduli, dan bertanggung jawab atas hak dan kepentingan banyak pihak. Bahkan

lebih dari pada itu, perusahaan sebagai bagian masyarakat perlu ikut memikirkan dan

menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi kepentingan hidup bersama dengan

masyarakat. Pelaku bisnis membutuhkan dukungan lingkungannya. Oleh karena itu, sikap

responsif terhadap kebutuhan lingkungan menjadi keharusan. Selain tuntutan lingkungan

Universitas Sumatera Utara


yang tertera pada regulasi, tidak bisa di abaikan pada tuntutan lingkungan yang tidak

secara langsung di sebutkan dalam peraturan publik (Widiyanarti, 2005:3).

Penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat baik dalam kuantitas maupun

kualitas. Selain keragaman kegiatan dan pengelolaannya semakin bervariasi, dilihat dari

kontribusi finansial, jumlahnya semakin besar. Penelitian PIRAC pada tahun 2001

menunjukkan bahwa dana CSR di Indonesia mencapai lebih dari 115 miliar rupiah atau

sekitar 11.5 juta dollar AS dari 180 perusahaan yang dibelanjakan untuk 279 kegiatan

sosial yang terekam oleh media massa. Meskipun dana ini masih sangat kecil jika

dibandingkan dengan dana CSR di Amerika Serikat, dilihat dari angka kumulatif tersebut,

perkembangan CSR di Indonesia cukup menggembirakan. Angka rata-rata perusahaan

yang menyumbangkan dana bagi kegiatan CSR adalah sekitar 640 juta per kegiatan.

Sebagai perbandingan, di AS porsi sumbangan dana CSR pada tahun 1998 mencapai

21.51 miliar dollar dan tahun 2000 mencapai 203 miliar dollar atau sekitar 2.030 triliun

rupiah (Saidi dan Abidin, 2004:64).

Di Indonesia sendiri tanggung jawab sosial perusahaan dilaksanakan berdasarkan

falsapah hidup masyarakat Indonesia yaitu gotong royong. Dengan sistem ini perusahaan

tidak melaksanakannya dengan sendiri, namun atas dukungan dari segala pihak,

mengingat falsafah hidup bangsa indonesia tersebut, maka pelaksanaan tanggung jawab

sosial perusahaan merupakan suatu program yang sangat mungkin dilakukan.

Pada tingkat perusahaan, baik berskala besar maupun kecil, tenaga kerja selain

merupakan salah satu modal dalam proses produksi, juga merupakan sumber daya yang

layak di kembangkan untuk meningkatkan produktifitas kerja. Oleh sebab itu output

yang dihasilkan perusahaan tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi seperti

Universitas Sumatera Utara


tingkat pendidikan, keterampilan, sikap, terhadap kerja, besarnya upah dan kesejahteraan

yang di terima tenaga kerja, sitem manajemen serta sistem jaminan sosial yang di

khususkan bagi tenaga kerja. Realisasi dari hal tersebut adalah berada pada kinerja

manajemen perusahaan dalam memenuhi tugasnya melalui penerapan tanggung jawab

sosial perusahaan.

Tidak dapat di pungkiri bahwa kemajuan suatu perusahaan tidak terlepas dari

semangat atau kinerja para pekerja di dalam perusahaan tersebut. Sehinggga pemberian

upah berupa gaji pokok yang diberikan perusahaan kepada karyawanpun belum cukup

dalam meningkatkan kinerja para pekerja, upaya peningkatan kinerja perusahaan pun

terus di lakukan oleh perusahaan.

PT Perkebunan IV (Persero) Medan merupakan salah satu dari 14 (empat belas)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan, yang banyak merekrut karyawan sehingga

penulis tertarik untuk melihat bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan tersebut

terhadap kesejahteraan karyawan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang yang menjadi Masalah adalah bagaimana

tanggung jawab sosial perusahaan secara internal dalam memenuhi kesejahteraan

karyawan di kantor pusat PT Perkebunan Nusantara IV Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:untuk

mendeskripsikan bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan di PT. Perkebunan

NusantaraIV Medan dalam aspek kesejahteraan karyawan perusahaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


1.4. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan khususnya

yang berkaitan dengan perusahaan ataupun tanggung jawab sosial perusahaan terhadap

karyawan dalam rangka mensejahterakan para karyawan

Secara praktis hasil penelitian ini juga di harapkan dapat menambah referensi

bagi hasil-hasil penelitian lainnya dan dapat di jadikan bahan rujukan untuk penelitian

selanjutnya.dan di harapkan mampu dijadikan sebagai informasi bagi para usahawan dan

mahasiswa. Khususya tentang kewajiban yang harus di penuhi perusahaan untuk

meningkatkan kesejahteraan karyawan.

1.5. Definisi Konsep

1. Tanggung Jawab sosial Perusahaan

Tanggung jawab social perusahaan adalah suatu kewajiban moral yang

seharusnya di laksanakan sebagai konsekwnsi dari komitmen baik secara nyata

maupun tidak. Sedangkan tanggung jawab sosial adalah suatu kewajiban moral

dari perusahaan yang harus di laksanakan ke pada masyarakat maupun tenaga

kerjanya serta lingkungannya, sebagai suatu perwujudan dari kode etik

bermasyarakat.

2. Karyawan

Karyawan adalah keseluruhan pekerja yang terdaftar pada perusahaan, baik

itu sebagai pekerja di pabrik, di kantor, dan di bagian-bagian lain yang

berhubungan dengan perusahaan yang berhak mendapat upah (Suninhia,1987:80)

dalam hal ini, yang menjadi pusat perhatian adalah karyawan PT Perkebunan

Nusantara IV Medan.

Universitas Sumatera Utara


3. Perusahaan

Perusahaan adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang salah satu tujuannya

bermaksud untuk menciptakan pelanggan (Drucker,1978:63). Dalam hal ini,

perusahaan diartikan sebagai suatu organisasi yang bertujuan.

4. Kesejahteraan karyawan

Suatu pemenuhan kebutuhan dan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan

rohaniah baik didalam maupu diluar hubungan kerja. Yang secara langsung atau

tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja, dalam lingkungan yang

aman dan sehat pasal 1 ayat 31 UU Tenaga kerja.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai