Anda di halaman 1dari 5

Proses Keperawatan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Hipokalsemia

a. Risiko tinggi terhadap trauma b.d tetani dan kejang sekunder thd hipokalsemia berat
Hasil yang diharapkan : klien menunjukkan bukti tidak mengalami cedera. Kadar kalsium serum
8.5-10.5 mg/dl.
Intervensi Keperawatan :
1. Pantau klien thdp bukti hipokalsemia yang memburuk : kebas dan kesemutan jari dan region
sirkumoral, refleks hiperaktif dan kram otot. Beritahu dokter dengan segera, karena ini
terjadi mendahului tetani. Beritahu dokter bila klien mengalami tanda Trousseau’s dan
Chvostek’s positif yang juga menandakan tetani laten.
2. Berikan Kalsium IV dengan kewaspadaan.
Beri kalsium dengan kecepatan 0.5-1 ml/menit, karena memberikan dengan cepat
menyebabkan hipotensi.
Observasi tempat pemasangan intravena terhadap bukti infiltrasi karena kalsium dapat
merusak jaringan.
Larutan kalsium pekat harus diberikan melalui jalur sentral.
Jangan menambahkan kalsium pada larutan yang mengandung bikarbonat atau fosfat
karena presipitasi dapat terjadi.
Pantau klien terhadap tanda hiperkalsemia : letargi, kacau mental, peka rangsang, mual dan
muntah.
3. Klien dengan hipokalsemia kronis, berikan suplemen kalsium oral dan sediaan vitamin D
sesuai program. Berikan kalsium oral 30 menit sebelum makan dan/atau saat tidur untuk
absorpsi maksimal. Berikan antasida aluminium hidroksida dengan segera setelah makan.
4. Anjurkan masukan makanan dengan tinggi kalsium, seperti produk susu, daging dan sayuran
berdaun hijau.
5. Beritahu dokter bila respons terhadap terapi kalsium tidak efektif. Tetani yang tidak
berespons dapat disebabkan oleh hipomagnesemia.
6. Kurangi stimulus lingkungan yang dapat mencetuskan kejang.
7. Hindari hiperventilasi pada klien yang dicurigai hipokalsemia. Alkalosis pernafasan dapat
mencetuskan tetani karena peningkatan ikatan kalsium-bikarbonat.

Penurunan curah jantung b.d penurunan kontraktilitas jantung sekunder terhadap hipokalsemia
atau toksisitas digitalis yang terjadi pada terapi penggantian kalsium.

Hasil yang diharapkan : curah jantung adekuat (CVP <- 16 mmHg (<-12 cm H2O), FJ <-100 x/mnt,
TD dalam rentang normal, tak ada tanda klinis gagal jantung atau edema pulmoner (mis krekles,
sesak nafas)

Intervensi :

1. Pantau EKG terhadap tanda hipokalsemia yang memburuk (interval QT memanjang) atau
toksisitas digitalis pada penggantian kalsium : kontraksi ventrikel prematur multifokal atau
bigeminal (KVP): AV blok
2. Pantau tanda gagal jantung atau edema pulmoner : krekles (rales), ronki, sesak nafas,
penurunan TD, peningkatan frekuensi jantung, peningkatan CVP.
Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan suplai oksigen sekunder terhadap spasme laringeal
yang terjadi pada hipokalsemia berat.

Hasil yang diharapkan : kedalaman, pola dan frekuensi pernafasan (12-20x/menit), tidak ada
spasme laringeal : stridor laringeal, dispnea atau mengorok.

Intervensi keperawatan :

1. Kaji frekuensi pernafasan, karakter dan irama. Waspadai terhadap stridor laringeal, dispne
dan mengorok yang terjadi pada spasme laring, komplikasi hipokalsemia yang mengancam
hidup.
2. Pertahankan troli trakeostomi darurat disamping tempat tidur pada klien asimptomatik.

Hiperkalsemia

Risiko tinggi terhadap cedera b.d perubahan neuromuskuler, sensorium atau jantung sekunder thd
hiperkalsemia.

Hasil yang diharapkan : klien tidak menunjukkan bukti terjadi cedera karena perubahan
neuromuskuler atau sensorium.Klien menyatakan orientasi terhadap orang, waktu, tempat . Kadar
kalsium serum 8.5-10.5 mg/dl.

Intervensi keperawatan :

1. Pantau thd hiperkalsemia yang memburuk. Kaji dan dokumentasikan tingkat kesadaran,
orientasi klien thd orang, tempat dan waktu; dan status neurologis.
2. Informasikan klien dan orang terdekat bahwa perubahan sensorium adalah sementara dan
akan membaik dengan pengobatan. Gunakan terapi realitas : jam, kalender dan objek yang
dikenal; simpan di samping tempat tidur dalam batas lapang pandang klien.
3. Hiperkalsemia menyebabkan depresi neuromuskuler dengan kordinasi buruk, kelemahan
dan perubahan cara berjalan. Berikan lingkungan yang aman. Pertahankan tirali tempat tidur
dan posisi tempat tidur paling rendah dengan roda terkunci. Bantu klien dalam ambulasi bila
diijinkan.
4. Karena hiperkalsemia menyebabkan efek digitalis, maka pantau klien yang menggunakan
digitalis dan terhdap tanda dan gejala toksisitas digitalis : anoreksia, mual, muntah, nadi tak
teratur. Pantau EKG
5. Pantau nilai elektrolit serum terhadap perubahan elektrolit kalsium serum (batas normal
kalsium 8.5-10.5 mg/dl), kalium (3.5-5 mEq/L), dan fosfor (2.5-4.5 mg/dl).
6. Anjurkan peningkatan mobilisasi. Idealnya klien turun dari tempat tidur dan bangkit dari
kursi sedikitnya 6 jam/hari.

Perubahan pola eliminasi urin b.d disuria, dorongan, frekuensi, poliuria sekunder thd pemberian
diuretik, pembentukan batu kalsium, atau perubahan fungsi ginjal yg terjadi pada hiperkalsemia.

Hasil yang diharapkan : klien menunjukkan pola berkemih dan karakteristik urin yang normal.
Intervensi keperawatan :

1. Pantau masukan dan haluaran. Perubahan tak umum volume urin seperti oliguri menjadi
poliuria menandakan obstruksi saluran kemih, atau poliuria kontinu mengindikasikan
diabetes insipidus nefrogenik.
2. Pantau fungsi ginjal : haluran urin, BUN, kreatinin.
3. Beri diet rendah kalsium dan hindari obat yang mengandung kalsium (mis : antasida).
4. Kaji klien terhadap indikator pembentukan batu ginjal : nyeri intermitten, mual, muntah,
hematuria. Anjurkan mengkonsumsi buah-buahan (mis : berri, prem atau plam) yang
meninggalkan sifat asam dalam urin. Urin asam mengurangi pembentukan batu kalsium.
5. Hiperkalsemia menimbulkan peningkatan kalsium dalam urin yang menghambat
kemampuan ginjal utk mengkonsentrasikan urin (diabetes insipidus nefrogenik). Ini
menimbulkan poliuria dan potensial kekurangan volume. Waspadai poliuria. Pantau tanda-
tanda kekurangan volume cairan bila memberikan diuretik : penurunan TD, TVS, TAP,
peningkatan FJ.

Hipomagnesemia

Risti cedera b;d disfungsi sensori atau neuromuskulersekunder terhadap hipomagnesemia.

Hasil yang diharapkan : Klien tidak menunjukkan bukti cedera yang disebabkan oleh komplikasi
hipomagnesemia. Kadar Mg 1.5-2.5 mEq/L.

Intervensi keperawatan :

1. Pantau kadar magnesium serum pada klien berisiko, seperti alkoholik, atau obat yang
meningkatkan ekskresi melalui urin.
2. Beri MgSO4 IV dengan kewaspadaan. Pemberian terlalu cepat dapat menimbulkan henti
jantung atau henti nafas.
3. Pertahankan kalsium glukonat berada di samping tempat tidur klien.
4. Berikan magnesium oral sesuai program pada klien hipomagnesemiak kronis. Waspada
terhadap efek samping diare. Lapor dokter bila terjadi diare.
5. Anjurkan masukan makanan tinggi magnesium pada klien yang tepat.
6. Turunkan rangsang lingkungan (mis : penerangan temaram, ruangan tenang).
7. Klien yang dicurigai hipokalsemia, waspadai terhadap hiperventilasi. Alkalosis respiratori
mencetuskan tetani, karena peningkatan ikatan kalsium.
8. Disfagia dapat terjadi pada hipomagnesemia. Tes kemampuan klien menelan air sebelum
memberi makanan atau obat.
9. Kaji dan dokumentasikan tinkat kesadaran, orientasi waktu, tempat, orang da status
neurologis. Orientasikan ulang sesuai kebutuhan. Informasikan klien dan orang terdekat
bahwa perubahan alam perasaan dan sensorium adalah sementara dan akan membaik
dengan pengobatan.

Penurunan curah jantung b.d perubahan listrik berkenaan dengan takiaritmia atau toksisitas digitalis
sekunder terhadap hipomagnesemia.

Hasil yang diharapkan : EKG menunjukkan konfigurasi normal dan frekuensi jantung dalam batas
normal.
Intervensi keperawatan :

1. Pantau frekuensi dan keteraturan jantung.


2. Pantau EKG kontinu.
3. Hipomagnesemia memperkuat efek digitalis, maka pantau klien yang mendapat terapi
digitalis terhadap disritmia. Pantau terhadap perubahan nadi

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terhadap asupan magnesium b.d riwayat masukan
buruk, anoreksia, mual, muntah sekunder terhadap hipomagnesemia.

Hasil yang diharapkan : klien mengungkapkan pengetahuan tentang makanan tinggi magnesium dan
menunjukkan konsumsi makanan ini selama makan.

Intervensi keperawatan :

1. Anjurkan makan sedikit tapi sering.


2. Ajarkan klien makanan tinggi magnesium, dan anjurkan mengkonsumsi makanan tersebut.
3. Obati dengan antiemetik.
4. Libatkan klien, orang terdekat, ahli diet pada perncanaan makan yang sesuai.
5. Berikan higiene oral sebelum makan.

Hipermagnesemia

Risiko cedera b.d perubahan fungsi mental, mengantuk, kelemahan, atau kalsifikasi metastatik
sekunder thd hipermagnesemia.

Hasil yang diharapkan : Klien mengungkapkan orientasi terhadap orang, tempat, waktu, dan tidak
menunjukkan bukti cedera krn komplikasi. Klien tdk menunjukkan gejala kalsifikasi jaringan lunak
metastatik (oliguria, kekaburan kornea, konjungtivitis, frekuensi jantung tak teratur, dan erupsi
papular. Kadar Mg serum normal (1.5-2.5 mEq/L).

Intervensi keperawatan :

1. Pantau klien yang berisiko hipermagnesemia : klien dengan GGK, wanita hamil dengan
hipertensi.
2. Kaji dan dokumentasikan tingkat kesadaran, orientasi dan status neurologis (mis :
genggaman tangan).
3. Kaji refleks patela pada klien dg kadar Mg >5 mEq/L.
4. Tenangkan klien dan orang terdekat bahwa perubahan fungsi mental dan kekuatan otot
akan membaik dengan pengobatan.
5. Pertahankan tirali tempat tidur dan posisi tempat tidur paling rendah dengan roda terkunci.
6. Kaji klien thd adanya kalsifikasi jaringan lunak. Beritahu dokter ttg temuan bermakna.
7. Bayi lahir dari ibu yang menerima magnesiumparenteral harus dipantau thd
hipermagnesemia (mis : depresi neurologis, skor apgar rendah).
8. Berik kalsium IV, karena kalsium membalik efek toksik kelebihan magnesium.
Defisit pengetahuan : pentingnya menghindari kelebihan atau ketidaktepatan penggunaan obat yang
mengandung magnesium, khususnya klien dengan gagal ginjal kronis.

Hasil yang diharapkan : Klien mengungkapkan pentingnya menghindari masukan magnesium dan
mengidentifikasi pentingnya sumber magnesium yang tak diinginkan.

Intervensi Keperawatan :

1. Waspadakan klien dengan GGK untuk meninjau kembali semua obat yang dijual bebas
dengan pemberi pelayanan kesehatan sebelum menggunakannya.
2. Beri daftar obat yang mengandung magnesium.
3. Klien dengan gagal ginjal biasanya menggunakan vitamin, waspadakan klien untuk
menghindari kombinasi suplemen vitamin-mineral yang biasanya mengandung megnesium.

Anda mungkin juga menyukai