Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAULUAN

Kasus (Masalah Utama) : Halusinasi


Proses Terjadinya Masalah
A. Definisi
- Halusinasi merupakan persepsi terhadap stimulasi external tanpa
adanya rangsangan dari luar. Keadaan tersebut dibedakan dari distersi
dan ilusi yang merupakan kekeliruan persepsi (W. Kusama, 1997).
- Halusinasi adalah penyerapan tanda adanya rangsang apapun pada
panca indera seseorang yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun,
dasarnya organic, fungsional, psikotik aatu histerik ( Maramis, 1994 )

B. Penyebab terjadinya Halusinasi :


Rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhanperlindungan diri
secara psikologik terhadap kejadian traumatikk sehubungan dengan rasa
besalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai,
tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaanya sendiri.
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau
berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,
gwlisah, melakukan gerakan seperti menikmati sesuatu. Juga keterangan
dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang terlihat,
didengar, atau dirasakan).

C. Tingkatan Halusinasi
1. Tingkat I
- Memberi rasa nyaman
- Tingkat orientasi sedang
- Unsur umum halusinasi merupakan suatu kesenangan
2. Tingkat II
- Menyalahkan
3. Tingkat III
- Mengontrol tingkat kecemasan berat
- Pengalaman sensorik (halusinasi) tidak dapat ditolak lagi
4. Tingkat IV
- Klien sudah dikuasai halusinasi
- Klien panik

D. Tipe Halusinasi :
1. Halusinasi Pendengaran. Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi
mendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih
sering terdengar sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Suara
tersebut dapat dirasakan bersal dari jauh atau dekat, suara biasanya
menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula ancaman,
mengejek, memaki.
2. Halusinasi Penglihatan. Lebih sering terjadi pada keadaan derilium
(penyakit organik) biasanya sering muncul bersamaan dengan
penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-
gambaran yang mengerikan.
3. Halusinasi Penciuman. Halusinasi ini biasanya berupa mencium bau
sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa
bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang
dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
4. Halusinasi Pengecapan. Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan
dengan halusinasi penghidung, penderita merasa mengecap sesuatu.
5. Halusinasi perabaan. Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada
ulat yang bergerak dibawah kulit terutama pada keadaan derilium toksis
dan skizofrenia.

E. Efekdari Halusinasi
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Ini diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang
meminta dia untuk melakukan sesuatu hal di luar kesadarannya.

F. Faktor Predisposisi
- Keadaan afek (alam perasaan) seseorang
- Waham
- Indera yang kurang dirangsang
- Kerusakan pada otak

Tanda dan Gejala


- Berbicara dan tertawa sendiri
- Bersikap seperti mendengar dan melihat sesuatu
- Berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
- Disorientasi
- Merasa ada sesuatu pada kulitnya
- Ingin memukul atau melempar barang-barang
 Data Subjektif
a. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata.
b. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa adanya stimulus yang
nyata.
c. Klien mengatak mencium bau tanpa stimulus.
d. Klien merasa makan sesuatu.
e. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
f. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
g. Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
 Data Objektif :
a Klien berbicara dant tertawa sendiri
b Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
c Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d Disorientasi

Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Efek)

Perubahan persepsi sensori :Halusinasi (spesifik) (CP)

Kerusakan interaksi social :menarik diri (Causa)

Diagnosa Keperawatan :Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

Rencana tindakan keperawatan


TUM
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.

TUK 1
Klien dapat membina hubuungan saling percaya dengan perawat, sesama klien
yang lain dan kelompok.

Kriteria Hasil
- Ekspresi wajah bersahabat,
- menunjukkan rasa senang,
- ada kontak mata,
- mau berjabat tangan,
- mau menyebutkan nama,
- mau menjawab salam,
- klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Tindakan:
Bina hubungan saling percayadengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terapeutik.
TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya.
Kriteria Hasil:
1) Klien klien dapat menyebutkan waktu,isi,frekwensi timbulnya halusinasi
2) Klien dapat mengungkapkan halusinasinya.

Tindakan:
a Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya bicara dan tertawa tanpa
stimulus,memandang ke kiri/kekanan/kedepan seolah-olah ada teman
bicara
c Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah,takut,sedih,sedang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

TUK 3 : klien dapat mengendalikan halusinasinya


Kriteria Hasil :
1 Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk
mengendalikan halusinasi.
2 Klien dapat menyebutkan cara baru
3 Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah
didiskusikan klien dan dapat melaksanakannya.

Tindakan :
a Identifikasi bersama klien cara/tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi(tidur,marah,menyibukkan diri)
b Didiskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien jika bermanfaat beri
pujian.
c Didiskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi.
d Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap
dan beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dipilih. Evaluasi
hasilnya dan beri pujian bila berhasil.

TUK 4 :
Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya.

Kriteria Hasil :’
1 Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2 Keluarga dapat menyebutkan pengertian,tanda dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi.

Tindakan:
a Anjurkan klien untuk memberitahukan keluarga jika mengalami halusinasi
b Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung/KR)
- gejala halusinasi yang dialami klien
- cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk membantu klien
mengenal realita
- cara merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan halusinasi di
rumah : beri kegiatan, jangan membiarkan sendiri,makan bersama,
bepergian bersama.

TUK 5: Klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya.


Kriteria Hasil:
1 Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat dosis obat dan efek
samping obat.
2 klien dan keluarga dapat memahami akibat berhentinya obat tanpa
konsultasi.

Tindakan :
a Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekwensi, manfaat
obat
b Diskusikan dengan klien dan keluarga akibat berhenti obat
c Program pengobatan dapat berjalan sesuai dengan rencana
- Beri kesempatan pada klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok.
STRATEGI PELAKSANAAN : PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINASI

A. Kondisi Klien. Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di


kamarKlien sering ketawa dan tersenyum sendiri. Klien mengatakan sering
mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak jelas serta melihat
setan-setan.
B. Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi dengar
C. Tujuan :
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialami
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasienmengikuti program pengobatansecara optimal

D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Kepearwatan


SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi , menjelaskan
cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan cara pertama : menghardik halusinasi

ORIENTASI :
- Selamat pasgi bapak, Saya Perawat mahaiswa yang akan merawat bapak,
nama saya Dwi Yulianti, biasanya dipanggil Yuli. Nama bapak siapa ? Bapak
senang dipanggil siapa ?
- Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Apa keluhan yang sekarang bapak saat
ini
- Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya ? Dimana kita duduk ? Di
ruang\tamu ?
- Berapa lama ? Bagaimana kalau 30 menit’’

KERJA :
- Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya ?
- Apa yang dikatakan suara itu ?
- Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu ?
- Kapan paling sering bapak mendengar suara ?
- Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut ?
- Pada keadaan apa suara itu terdengar ?
- Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama dengan oranglain ?
- Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu ?
-
- Apa yang bspsk lakukan saat mendengar suara itu ? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang ? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk
mencegah suara-suara itu muncul ?
- Bapak, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik atau membentak suara terbebut. Kedua, dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.
- Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik
- Caranya sebagai berikut : saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang,
pergi saya tidak mau dengar,…. Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.
Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak
peragakan ! Nah begitu… bagus ! Ya bagus bapak sudah bias.

TERMINASI :
- Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi ?
- Kalau suara-suara itu muncul lagi silahkan coba cara tersebut !
- Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (
Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian pasien ).
- Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua ? Jam berapa pak ? Bagaimana kalau
dua jam lagi ? Berapa lama kita akan berlatih ? Dimana tempatnya.
- Baiklah sampai jumpa.

SP2 Pasien :Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua :


bercakap cakap dengan orang lain.

Orientasi :
Selamat pagi bapak bagaimana perasaan bapak hari ini ?
Apakah suara-suaranya masigh muncul ?
Apakah sudah di pakai cara yang sudah kita latih ?
Apa suara-suaranya berkurang ? Bagus !
Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan oranglain. Kita akan latihan selama 20 menit .
Mau dimana ? Disini saja ?

KERJA :
Cara kedua untuk mencegah / mengontrol halusibasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan oranglain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari
teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak .
Contohnya begini :….. tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya !
Aatau kalau ada orang dirumah misalnya istri, anak bapak katakana : Bu, ayo ngobrol dengan
bapak, soalnya bapak sedang mendengar suara-suara.
Begitu bapak coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. YA begitu. Bagus !
Coba sekali lagi ! Bagus ! Nah, latih terus ya bapak !’’

TERMINASI :
BAgaimana perasaan bapak setelah latihan ini ?
Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah sauara-suara itu ?
Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi.
Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan hari bapak.
Mau jam berapa latihan bercakap-cakap ?
Nah nanti lakukan secra teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! besok pagi
saya akan kemari lagi.
Bagaiman kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal ?
mau jam berapa ? bagaimana kalau jam 08.00 ? mau di mana/ di sini lagi ?
Sampai besok ya .Selamat pagi”

SP 3 Pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


melaksanakan aktivitas terjadwal

Orientasi :
“Selamat pagi bapak bagaimana perasaan bapak hari ini ?
Apakah suara-suaranya masih muncul ?
Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ?
Bagaimana hasilnya ? bagus (kalau sesuai harapan)
Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal.
Mau di mana kita bicara?
Baik kita duduk di ruang tamu.
Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”

Kerja :
“Apa saja yang bisa bapak lakukan?
Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berapa berikutnya (terus ajak sampai
didapatkan kegiatannya sampai malam).
Wah banyak sekali kegiatannya.
Mari kita latih dua kegitan hari ini (Latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa
lakukan.
Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara itu muncul.
Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara?
Bagus sekali (kalau sesuai harapan)
Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali.
Mari kita masukan dalam jadwal kegiatan hari bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!
(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi
seluruh aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas
dari pagi sampai malam)
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat
yang baik serta guna obat.
Mau jam berapa ? Bagaimana kalau jam 12.00 ?
Di ruang makan ya!
Sampai jumpa.”

SP 4 Pasien : Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi :
Selamat pagi bapak bagaimana perasaan bapak hari ini ?
Apakah suara-suaranya masih muncul ?
Apakah susah dipakai tiga cara yang sudah kita latih ?
Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ?
Apakah pagi ini sudah minum obat ? Baik.
Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum.
Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya
bapak?”

Kerja:
Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur, Apakah suara-suara
berkurang/hilang ?
Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu
selama ini tidak muncul lagi.
Berapa macam obat yang bapak minum? (Perawat menyiapakan obat pasien) ini yang
warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya
untuk menghilangkan suara-suara.
Ini yang putih (THP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku.
Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jamnya sama gunanya untuk pikiran
biar tenang.
Kalau suara-suara sudah hilang, segera memberitahu perawat.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita becakap-cakap tentang obat?
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara?
Coba sebutkan! bagus! (jika jawaban benar).
Mari kita masukan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak. Jangan lupa
pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga di rumah.
Nah makanan sudah datang.
Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan.
Mau jam berapa ? Bagaimana kalau jam 10.00. Sampai jumpa.’’

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998.
Sinopsis Psikiatri.Edisi 7. Jakarta :EGC
Keliat.B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa,
Yogyakarta: Momedia
Perry, potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon
Masalah Keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC
Santosa,Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005-2006.
Jakarta : Prima Medika
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend,Marry C. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri. Edisi 3. Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai