2. Stresor Presipitasi
a. Faktor Nature (alamiah). Secara alamiah, manusia merupakan
makhluk holistic yang terdri dari dimensi biopsiko-sosial dan
spiritual (Dadang Hawari,2002). Oleh karena itu meskipun
stressor presipitasi yang sama tetapi apakah berdampak pada
gangguan jiwa atau kondisi psikososial tertentu yang
maladaptive dari individu, sangat bergantung pada ketahanan
holistic individu tersebut (W,F. Maramis,1998).
b. Faktor Origin (sumber presipitasi). Demikian juga dengan factor
sumber presipitasi, baik internal maupun eksternal yang
berdampak pada psikososial seseorang. Hal ini karena manusia
bersifat unik.
c. Faktor Timing. Setiap stressor yang berdampak pada trauma
psikologis seseorang yang berimplikasi pada gangguan jiwa
sangatv ditentukan oleh kapan terjadinya stressor, berapa lama
dan frekuensi stressor (PPDGJ-III,2000).
d. Faktor Number (Banyaknya stressor). Demikian juga dengan
stressor yang berimplikasi pada kondisi gangguan jiwa sangat
ditentukan oleh banyak stressor pada kurun waktu tertentu.
Misalnya , baru saja suami meninggal, seminggu kemudian anak
mengalami cacat permanen karena kecelakaan lalu lintas, lalu
sebulan kemudian ibu kena PHK dari tempat kerjanya (Luh
Ketut Suryani,2005).
G. Pohon Masalah
Resiko Perubahan Sensori –persepsi :
Halusinasi (Efek)
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
b. Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
TUK 3
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Kriteria Hasil
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
2. Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
Tindakan
a. Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan bila berhubungan dengan
orang lain
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
c. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
d. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
e. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain.
TUK 4
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Kriteria Hasil
Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara :
K – P, K – P – K, K – P – Kel, K – P – Klp
Tindakan
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
- K–P
- K – P – P Lain
- K – P – P lain – K lain
- K – kel/ Klp / Masy
c. Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
TUK 5
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain.
Kriteria Hasil
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain untuk :
Diri sendiri
Orang lain
Tindakan :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan, manfaat berhubungan dengan orang lain.
TUK 6
Klien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang
lain.
Kriteria Hasil :Keluarga dapat :
Menjelaskan prasaannya
Menjelaskan cara merawat klien menarik diri
Mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri.
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
Salam, perkenalan diri
Sampaikan tujuan
Buat kontak
Eksplorasi perasaan keluarga.
TUK 7
Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
Kriteria Hasil
Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan.
Tindakan :
a. Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu
b. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek
yang tidak menyenangkan
c. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
1. Kondisi Klien
Klien dengan isolasi sosial menarik diri jarang bahkan tidak mampu
melakukan interaksi dengan orang lain. Klien sering menunjukkan tanda
dan gejala seperti kurang spontan, appatis, ekspresi wajah kurang
berseri, afek datar, kontak mata kurang, komunikasi verbal menurun,
mengisolasi diri (menyendiri), posisi (ceritakan kondisi klien, gambaran
pasiennya seperti apa).
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Tujuan
Mampu membina hubungan saling percaya dengan klien
Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial menarik diri
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Klien mampu berkenalan dengan orang lain.
4. Tindakan
1. Membina hubungan saling percaya
Tindakan yang harus dilakukan adalah :
Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
Berkenalan dengan pasien : perkenalkan nama dan nama
panggilan yang saudara sukai, serta tanyakan nam dan nama
panggilan pasien
Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
Buat kontrak asuhan : apa yang saudar akan lakukan bersama
pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana
Jelaskan bahwa saudara akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi
Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
2. Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial : menarik diri
Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai
berikut :
Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain
Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain
3. Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang
lain
Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien
memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.
4. Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
Dilakukan dengan cara :
Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain.
Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik
pasien.
5. Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap
Kita tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien
dalam berinteraksi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut
telah terbentuk dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu kita dapat
melatih pasien berinteraksi secara bertahap. Mungkin pasien hanya
akan akrab dengan kita pada awalnya, tetaapi setelah itu kita harus
membiasakan pasien untuk bisa berinteraksi secara bertahap
dengan orang-orang di sekitarnya.
Orientasi (Perkenalan):
“selamat pagi”
“saya Dwi Yulianti, saya biasa dipanggil yuli, saya mahasiswa perawat yang
akan merawat ibu dari sekarang sampai dua minggu kedepan.
“siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”
“apa keluhan Ibu S... hari ini?” bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman Ibu S? Mau dimana kita bercakap-
cakap?Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama ibu S...?
Bagaimana kalau 15 menit?”
Kerja:
(jika pasien baru)
“siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Ibu
S?Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan ibu S?Apa yang membuat
Ibu S jarang bercakap-cakap dengannya?
(jika pasien sudah lama dirawat)
“apa yang Ibu S rasakan selama ibu S dirawat disini? Apakah Ibu S merasa
sendirian?Siapa saja yang Ibu S kenal di ruangan ini?
“apa saja kegiatan yang biasa ibu S lakukan dengan teman yang Ibu S
kenal?”
“apa yang menghambat Ibu S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien yang lain?”
“menurut Ibu S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap.Apa lagi? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) nah kalau kerugiannya tidak mempunyai teman
apa ya Ibu S? Ya, apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa).
Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah Ibu S
belajar bergaul dengan orang lain?
“bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang
lain?”
“begini Ibu S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
mita dan nama panggilan yang kita suka, asal kita dan hobi kita. Contoh;
nama saya S, senang dipanggil S. Asal saya dari Bierun, hobi memasak.”
“selanjutnya Ibu S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini: nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari
mana/ hobinya apa?”
“ayo Ibu S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Ibu S. Coba
berkenalan dengan saya!”
“ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah Ibu S berkenalan dengan orang tersebut Ibu S bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Ibu S bicarakan.Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi
“bagaimana perasaan ibu S setelah kita latihan berkenalan?”
“Ibu S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
“selanjutnya Ibu S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama
saya tidak ada. Sehingga Ibu S lebih siap untuk berkenalan denga orang
lain. Ibu S mau mempraktekkan ke pasien lain? Mau jam berapa
mencobanya? Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
“besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak Ibu S
berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, Ibu S mau kan?”
“baiklah, sampai jumpa.”
Kerja
(bersama-sama Ibu S mendekati pasien)
“selamat pagi, ini ada pasien saya yang ingin berkenalan”
“baiklah Ibu S, Ibu S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah
Ibu S lakukan sebelumnya”
(pasien mendemonstrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan
nama, nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama)
“ada lagi yang ingin Ibu S tanyakan pada O”
“kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Ibu S bisa sudahi perkenalan ini,
lalu ibu S bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan O”
‘baiklah O, karena Ibu S sudah selesai berkenalan, saya dan Ibu S akan
kembali ke ruangan Ibu S, selamat pagi.”
(bersama-sama pasien meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi
dengan S di tempat lain)
Terminasi
“bagaimana perasaan Ibu S setelah berkenalan dengan O?”
“dibandingkan kemarin pagi, Ibu S tampak lebih baik saat berkenalan dengan
O”
“pertahankan apa yang sudah Ibu S lakukan tadi, jangan lupa untuk bertemu
kembali dengan O jam 4 sore nanti”
“Selanjutnya bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap
dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari ibu S
dapat bercakap-cakap dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi,
jam 1 siang, dan jam 8 malam, Ibu S bisa bertemu dengan perawat N, dan
tambah dengan pasien yang baru dikenal, selanjutnya Ibu S bisa
berkenalan dengan orang lain secara bertahap. Bagaimana Ibu S setuju
kan?”
“baiklah besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman Ibu S.
Pada jam yang sama dan tempat yang sama ya...” sampai besok,
Assalamualaikum..”