TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Urea
Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal
dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain
yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan
carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang
berhasil dibuat dari senyawa anorganik. (wikipedia, 2007)
Urea merupakan pupuk nitrogen yang paling mudah dipakai. Zat ini
mengandung nitrogen paling tinggi (46%) di antara semua pupuk padat. Urea mudah
dibuat menjadi pelet atau granul (butiran) dan mudah diangkut dalam bentuk curah
maupun dalam kantong dan tidak mengandung bahaya ledakan. Zat ini mudah larut
didalam air dan tidak mempunyai residu garam sesudah dipakai untuk tanaman.
Kadang-kadang zat ini juga digunakan untuk pemberian makanan daun. Disamping
penggunaannya sebagai pupuk, urea juga digunakan sebagai tambahan makanan
protein untuk hewan pemamah biak, juga dalam produksi melamin, dalam
pembuatan resin, plastik, adhesif, bahan pelapis, bahan anti ciut, tekstil, dan resin
perpindahan ion. Bahan ini merupakan bahan antara dalam pembuatan amonium
sulfat, asam sulfanat, dan ftalosianina (Austin, 1997).
Urea ditemukan pertama kali oleh Roelle pada tahun 1773 dalam urine.
Pembuatan urea dari amonia dan asam sianida untuk pertama kalinya ditemukan oleh
F.Wohler pada tahun 1828 . Namun pada saat ini pembuatan urea pada umumnya
menggunakan proses dehidrasi yang ditemukan oleh Bassarow pada tahun 1870.
Proses ini mensintesis urea dari pemanasan amonium karbamat.
Prinsip pembuatan urea pada umumnya yaitu dengan mereaksikan antara
amonia dan karbondioksida pada tekanan dan temperatur tinggi didalam reaktor
kontinu untuk membentuk amonium karbamat (reaksi1) selanjutnya amonium
karbamat yang terbentuk didehidrasi menjadi urea (reaksi 2).
d. Jumlah air
Jumlah air dalam reaktor dapat berpengaruh terhadap reaksi yang kedua yaitu penguraian
amonium karbamat menjadi urea dan air. Jika terdapat air dalam jumlah yang cukup
banyak, maka akan memperkecil konversi terbentuknya urea dari larutan karbamat.
Berikut ini diberikan kualitas urea yang dihasilkan pada Pabrik Sriwijaya.
(Muliawati, 2008)
c. Shift Converter
Karbon monoksida pada reformer ridak akan terabsorb pada absorber sistem
dan karbon monooksida ini harus dikonversi menjadi karbon dioksida pada Shift
Converter. Ini merupakan fungsi dari shift converter untuk mereaksikan
karbonmonoksida dengan steam menjadi bentuk tambahan antara hidrogen dengan
karbon dioksida. Reaksi pada Shift Converter adalah :
CO + H2O ⇔ CO2 + H2 + Heat
Walaupun reaksi ini eksotermis, namun berlangsung pada suhu rendah,
konsentrasi steam yang tinggi dan tidak dipengaruhi oleh tekanan. Reaction rate
akan terjadi pada suhu yang lebih tinggi, jika suhunya rendah konversinya lebih
sempurna tetapi reaction rate-nya lambat. Oleh sebab itu dibutuhkan dua stage
konversi, yaitu:
- High Temperatur Shift Coverter (HTSC) dengan suhu operasi 3300C-5100C dan
tekanan 50 kg/cm2, tetapi pada tekanan 121 kg/cm2 memungkinkan untuk
beroperasi, sedangkan normal wet gas space velovity antara 1000 hingga 5000 per
jam.
- Low Temperatur Shift Converter (LTSC) yang beroperasi pada suhu 1930C-2500 C
dan tekanan 51 kg/cm2. katalis memiliki thermal stability tinggi tetapi sangat
dipengaruhi oleh senyawa sulfur dan klorida serta normal wet gas space velovity
antara 2000-5000 per jam
-
d. CO2 Absorbtion
Beberapa sistem absorbsi yang digunakan untuk menghilangkan CO2 dari
produksi gas, yaitu :
1. Mono Ethanol Amine (MEA)
2. UCAR Amine Guard System (Actived MEA)
3. Hot Potassium Carbonat seperti Vetrocoke, catacarb, benfield process
e. Methanation
Sisa-sisa dari karbon oksida yang keluar dari absorber sistem dirubah ke
bentuk methan dengan bantuan katalis. Karbon oksida dihidrogenasi menjadi
methane terjadi pada reaksi yang mana keduanya secara eksotermis. Adupun
reaksinya adalah :
CO + 3H2 ⇔ CH4 + H2O
CO2 + 4H2 ⇔ CH4 + 2H2O
Sisa karbon oksida bisa dikurangi sekitar 5-10 ppm pada proses methanasi. Suhu
operasi antara 2320C-4540C dan teknan hingga 60 kg/cm2, namun bisa beroperasi
hingga 250 kg/cm2. Katalis harus dilindungi dari sulfur, khlorine, dan arsenic. Space
velocity 5000-12000 volume gas pada STP per-jam, per-volume katalis. (Pertamina,
2009)
f. Synthesis Loop dan Amoniak Refrigerant
• Synthesis Loop
6. Katalis
Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi namun tidak ikut
bereaksi. Peranan katalis adalah untuk menurunkan energi aktivasi reaksi. Sesuai
dengan fasa terjadinya reaksi, maka katalis dibedakan menjadi dua jenis yaitu: katalis
homogen dan heterogen. Dalam industri umumnya katalis yang dipakai adalah katalis
heterogen karena lebih ekonomis. Katalis heterogen yang paling banyak digunakan
adalah dalam bentuk unggun dengan keunggulan lebih mudah pengoperasiannya,
mudah dalam regenerasi, dan harganya relatif lebih murah. Katalis yang digunakan
untuk sintesis amonia adalah iron.
• Amoniak Refrigerant
Amoniak cair yang dipisahkan dari gas sintesis masih mengandung sejumlah
tertentu gas-gas terlarut. Gas-gas inert ini akan dipisahkan di seksi Amoniak
Refrigerant yang berfungsi untuk :
o Mem-flash amoniak cair berulang-ulang dengan cara menurunkan tekanan di
setiap tingkat flash drum untuk melepaskan gas-gas terlarut.
o Sebagai bagian yang integral dari refrigeration, chiller mengambil panas dari
gas synthesa untuk mendapatkan pemisahan produksi amoniak dari Loop
Synthesa dengan memanfaatkan tekanan dan temperatur yang berbeda di
setiap tingkat refrigeration.
g. Produk Amoniak
Produk Amoniak yang dihasilkan terdiri atas dua, yakni :
• Warm Ammonia Product (30oC) yang digunakan sebagai bahan baku untuk
pabrik urea.
Vacuum Evaporation
Larutan urea dengan konsentrasi 99,7% wt diperoleh dengan menguapkan air
pada kondisi vakum 2 tingkat.Larutan Urea outlet flash Tank dengan konsentrasi
73% masuk ke Evaporator yang terdiri dari 2 evaporator single pass yang bekerja
pada tekanan 0,34 dan 0,03 kg/cm2. Tiap Evaporator terdiri dari heater shell & tube,
separator vapor-liquid, serta surface condenser-ejector untuk menjaga kebutuhan
vakum. Pada Evaporator pertama, larutan urea yang berkonsentrasi 74% wt
dinaikkan menjadi 95,3% wt. Setelah pemisahan vapor di separator, larutan urea di
alirkan ke Evaporator kedua untuk mencapai konsentrasi 99,7%. Setelah dipisahkan
Prilling
Prilling bucket merupakan sebuah conical bucket dengan lubang-lubang kecil
yang banyak, berputar pada kecepatan tertentu dengan gaya sentrifugal. Urea melt
terdistribusi menjadi tetesan kecil jatuh ke bawah tower sesuai luas cross section.
Selama jatuh ke bawah, terjadi proses solidifikasi. Panas kristalisasi di bawa dari
aliran udara secara counter current ke atas yang dihisap oleh fan.
Tetesan padat ini disebut prill. Untuk mengimprove kualitas prill, sejumlah
urea prill diumpankan lagi ke tower sebagai seeding (pembentukan inti) dari
kristalisasi tetesan urea melt. Produk Urea Prill merupakan butiran bulat dan keras
di scrap dan di transfer ke belt conveyor yang menuju ke Urea Bulk Storage .
Kualitas produk Urea Prill : Kandungan Nitrogen minimum 46,2%, Biuret maximum
1%, H2O maximum 0,5 %, Temperatur maximum 60 C, size 18 mesh minimum 98%
(Wikipedia,2008).
Reaksi:
2NH 3(g) + CO 2(g) ←→
r1
NH 2 COONH 4 (l ) ←→
r2
NH 2 CONH 2 (l ) + H 2 O (l)
B. Perubahan Kimia
• Urea dibuat dari hidrolisis parsial cyanamide.
H2N-CN + H2O H2N-CO-NH2
• Urea dihasilkan dari reaksi antara ammonia dengan karbon dioksida.
CO2 + NH3 ↔ H2N – CO - NH2 + H2O
• Urea dapat bereaksi dengan formaldehid.
NH2-CO-NH2 + HCHO NH2 – CO - NH2 + CH2OH
• Pemanasan ammonium sianat dapat terurai menjadi urea.
NH4+OCN Heat H2NCONH2
(Perry dan Green, 1997)
B. Sifat-sifat Kimia
• Merupakan Unsur Diatomik
• Apabila bereaksi dengan Ozon akan membentuk NO
N + O3 NO + O2
• Apabila dibakar dengan lithium pada tekanan 1 atmosfer akan menghasilkan
lithium nitrit.
(www.wikipedia.com)
B. Sifat-sifat Kimia
• Dapat bereaksi dengan hidrogen dengan menggunakan katalis yang dikenal
dengan proses Haber-Bosch dan menghasilkan NH3
3H2 + N2 2NH3
• Hidrogen dapat bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan hidrogen
dioksida.
H2(g) + O2(g) H2O(l)
• Dalam suasana basa Aluminium dapat bereaksi dengan hidrogen dioksida dan
menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida.
2Al + 6 H2O + 2OH- 2Al(OH)- + 3H2O
• Dapat dihasilkan dari steam reforming pada gas alam yang menghasilkan
hidrogen dan karbon monoksida.
(www.wikipedia.com)