PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi bahaya terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan suatu
aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Potensi bahaya
banyak terdapat di tempat kerja dan mengakibatkan kerugian baik dari
perusahaan, karyawan maupun terhadap masyarakat sekitar. Dalam Undang-
Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya Pasal 165 :
”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi
tenaga kerja”.1 Maka jelas pengelola tempat kerja di Rumah Sakit harus
melaksanakan semua aturan yang telah dibuat. Salah satunya dengan
memberikan pelayanan kesehatan yang prima untuk semua tenaga kerjanya &
masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian maka resiko terjadinya Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dapat dihindari.
Perlu dilakukan upaya untuk mencegah dan mengurangi resiko yang
mungkin timbul akibat proses pekerjaan. Cara untuk mencegah dan
mengurangi resiko yang mungkin timbul akibat proses pekerjaan yaitu
dengan mengidentifikasi hazard, melakukan penelitian terhadap risiko yang
dihadapi dan melakukan control terhadap risiko tersebut salah satunya yaitu
dengan menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification, Risk
Assesment, and Risk Control).2 Selain itu juga dapat dilakukan penilaian
terhadap faktor-faktor ergonomis yang mempengaruhi pekerjaan di tempat
kerja (Ergonomic Risk Assesment/ ERA).3,7
Rumah Sakit Roemani merupakan salah satu tempat kerja yang perlu
diperhatikan keselamatan dan kesehatan kerjanya. Salah satu unitnya adalah
poli rawat jalan. Sehingga poli rawat jalan Rumah Sakit Roemani dipilih
sebagai tempat Kepaniteraan Klinik Stase Elektif Kedokteran Okupasi.
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa secara langsung dapat melakukan identifikasi faktor-faktor
risiko yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja di Poli
Rawat Jalan RS Roemani Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa bahaya potensial di Poli
Rawat Jalan RS Roemani Semarang.
b. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa risiko kesehatan atau
keselamatan yang dapat ditumbulkan oleh bahaya potensial di Poli
Rawat Jalan RS Roemani Semarang.
c. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa faktor ergonomi di Poli
Rawat Jalan RS Roemani Semarang.
d. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa faktor kesehatan atau
keselamatan yang dapat ditimbulkan oleh faktor risiko ergonomi di di
Poli Rawat Jalan RS Roemani Semarang.
e. Mampu mengidentifikasi dan memberikan masukan terkait langkah-
langkah pengendalian untuk mencegah risiko kesehatan atau
keselamatan
C. Manfaat
1. Bagi pihak rumah sakit
a. Dapat mengetahui potensi bahaya fisik dan ergonomi bagi tenaga medis
di poli rawat jalan
b. Dapat mengetahui besarnya bahaya fisik dan ergonomi di lingkungan
poli rawat jalan
c. Melindungi rumah sakit dari tuntutan hukum akibat potensi bahaya fisik
dan ergonomi di poli rawat jalan
d. Dapat meningkatkan produktifitas karena terjaminnya kesehatan dan
keselamatan kerja bagi para tenaga medis
2
2. Bagi tenaga medis
Terjaminnya kesehatan dan keselamatan tenaga medis karena dilakukan
identifikasi dan pengendalian bahaya fisik dan ergonomi di poli rawat
jalan
3. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
Mampu memberikan masukan terkait pelaksanaan stase elektik kedokteran
okupasi selanjutnya.
4. Bagi Mahasiswa
Mampu menambah pengetahuan mahasiswa mengenai K3.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani
korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal
23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam
kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku
langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS
menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS,
yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-
bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa
dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para
pengunjung yang ada di lingkungan RS.
B. Bahaya (Hazard)
Bahaya atau hazard adalah suatu sumber yang berpotensi
menimbulkan kerugian baik berupa luka-luka terhadap manusia, penyakit,
kerusakan properti, lingkungan atau kombinasinya (frank bird-loss control
management). Sedangkan menurut OHSAS 18001 hazard adalah sumber,
situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam hal
luka-luka atau penyakit terhadap manusia.
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan
5
atau gangguan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian yang
tepat agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan.
Bahaya merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi bagian dari
suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan.
Bahaya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Bahaya keselamatan kerja merupakan bahaya yang berdampak
pada timbulnya kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan luka
(injury), cacat hingga kematian serta kerusakan property. Dampak yang
ditimbulkan bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan kerja dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Bahaya mekanis, yaitu bersumber dari peralatan mekanis atau benda
bergerak baik secara manual maupun dengan penggerak. Gerakan
mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti
tersayat, terpotong, terjatuh, terjepit dan terpeleset
b. Bahaya elektrik, yaitu sumber bahaya yang berasal dari energi listrik
yang dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran,
sengatan listrik dan hubungan singkat
c. Bahaya kebakaran dan peledakan, yaitu bahaya yang berasal dari
bahan kimia yang bersifat flammable dan explosive
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Bahaya kesehatan kerja merupakan bahaya yang mempunyai
dampak terhadap kesehatan manusia dan penyakit akibat kerja. Dampak
yang ditimbulkan bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan kerja dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Bahaya fisik, antara lain yaitu kebisingan, getaran, radiasi, suhu
ekstrim dan pencahayaan
b. Bahaya kimia, mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan
sifat dan kandungannya. Bahaya yang dapat ditimbulkan seperti
keracunan dan iritasi
c. Bahaya biologi, yaitu bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup
seperti bakteri, virus, dan jamur
6
d. Bahaya ergonomik, antara lain yaitu manual handling, postur
janggal, dan repetitive movement
e. Bahaya psikologi, antara lain yaitu beban kerja berat, hubungan dan
kondisi kerja yang tidak nyaman
C. HIRARC
1. Tujuan HIRARC
Tujuan HIRARC adalah:2
a. Untuk mengenal pasti semua faktor yang mungkin boleh
mendatangkan mudarat kepada pekerja dan orang lain (hazard);
b. Untuk mempertimbangkan kemungkinan mudarat tersebut menimpa
sesiapa dalam keadaan tertentu dan keterukan yang mungkin boleh
timbul daripadanya (risiko); dan
c. Untuk membolehkan majikan merancang, memperkenalkan dan
memantau langkah pencegahan untuk memastikan risiko tersebut
dikawal secukupnya sepanjang masa.
2. Langkah-langkah melakukan HIRARC
a. Klasifikasikan aktifitas kerja yang akan dinilai 2
Aktifitas kerja yang akan dinilai merupakan pekerjaan yang
dilakukan sehari-hari oleh para pekerja dan merupakan aktifitas yang
spesifik, misalnya: memasang iv line, melakukan sampel darah.
b. Identifikasi hazard 2
Hazard yang diidentifikasi meliputi:
1) Health hazard
Merupakan agent yang dapat menyebabkan penyakit akibat
kerja pada pekerja, dapat diklasifikasikan:
a) Chemical hazard
b) Biological hazard
c) Physycal hazard
d) Ergonomic hazard
7
2) Safety hazard
Berbagai macam jenis penyebab bahaya yang dapat
menyebabkan cidera pada pekerja ataupun kerusakan pada
property, misalnya kabel listrik yang tidak pada tempatnya,
mengangkat beban berat, bekerja di ketinggian tanpa pengaman.
3) Environmental hazard
Berbagai agent yang berbahaya yang terlepas ke lingkungan
kerja, misalnya: larutan desinfektan, karbonmonoksida.
c. Penilaian risiko (risk assessment) 2
Risiko merupakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/ kerugian
pada pekerja pada suatu periode waktu tertentu. Penilaian risiko
merupakan suatu proses untuk menentukan pengendalian terhadap
tingkat keseringan (likelihood of occurance) dan keparahan
(severity) risiko terjadinya kecelakaan kerja/ penyakit akibat kerja.
Langkah-langkah melakukan risk assessment:
1) Tentukan derajat kemungkinan (likelihood) terjadinya risiko
bisa ditentukan berdasarkan pengalaman kejadian-kejadian
sebelumnya.
Tabel 2.1 Derajat kemungkinan (likelihood) terjadinya risiko.
8
Tabel 2.2 Derajat keparahan (severity) dari risiko yang terjadi
Severity
Likelihood 1 2 3 4 5
5 5 10 15 20 25
4 4 8 12 16 20
3 3 6 9 12 15
2 2 4 6 8 10
1 1 2 3 4 5
Keterangan:
15-25 = Risiko tinggi
Membutuhkan tindakan yang segera untuk mengontrol
hazard, dan harus terdokumentasi secara baik.
5-14 = Risiko sedang
Membutuhkan pendekatan perencanaan dalam
mengontrol hazard dan sewaktu-waktu dilakukan kontrol
bila diperlukan. Tindakan harus terdokumentasi dengan
baik.
9
1-4 = Risiko rendah
Kontrol terhadap hazard tidak diperlukan. Namun
apabila risiko akan diselesaikan dengan cepat dan
efisien, maka tindakan tetap harus terdokumentasikan
dengan baik.
D. Risiko3
Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya
sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan
hukum sebab akibat. Risiko diukur berdasarkan nilai probability dan
consequences. Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada
bahaya dan kontak atau exposure antara manusia dengan peralatan ataupun
material yang terlibat dalam suatu interaksi. Formula yang digunakan
dalam melakukan perhitungan risiko adalah :
10
tahun 1986 tentang Perlindungan Konsumen memuat tentang tanggung
jawab produsen terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya termasuk
keselamatan konsumen atau produk (product safety atau product
liability).
Perusahaan harus memperhitungkan risiko pasar seperti adanya
penolakan terhadap produk atau mungkin tuntutan hukum dari
masyarakat konsumen atau larangan beredarnya produk dimasyarakat
oleh lembaga yang berwenang. Risiko lain yang berkaitan dengan pasar
dapat berupa persaingan pasar. Dalam era pasar terbuka kosumen
memiliki kebebasan untuk memilih produk atau jasa yang disukainya
dan sangat kritis terhadap mutu, harga, layanan dan jaminan
keselamatannya. Setiap produk yang bersaing di pasar bebas
menghadapi risiko untuk ditinggalkan konsumen.
3. Risiko alam (natural risk)
Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan
dapat terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan
kekuatannya. Bencana alam dapat berupa angin topan atau badai,
gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, dan letusan gunung berapi.
Disamping korban jiwa, bencana alam juga mengakibatkan kerugaian
materil yang sangat besar yang memerlukan waktu pemulihan yang
lama.
Di Indonesia, bencana alam merupakan ancaman serius bagi
setiap usaha atau kegiatan. Indonesia berada di pertemuan lempeng
yang meningkatkan risiko terjadinya gempa. Indonesia berada di antara
dua benua dan dua lautan luas yang berpengaruh terhadap pola cuaca
dan iklim. Indonesia juga memiliki rantai gunung berapi yang masih
aktif. Oleh karena itu, faktor bencana alam harus diperhitungkan
sebagai risiko yang dapat terjadi setiap saat.
4. Risiko operasional
Risiko dapat berasal dari kegiatan operasional yang berkaitan
dengan bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar.
Perusahaan yang memiliki sistem manajemen yang kurang baik
11
mempunyai risiko untuk mengalami kerugian. Risiko operasional suatu
perusahaan tergantung dari jenis, bentuk dan skala bisnisnya masing-
masing. Yang termasuk kedalam risiko operasional antara lain yaitu :
a. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan asset paling berharga dan menentukan
dalam operasi perusahaan. Pada dasarnya perusahaan telah
mengambil risiko yang berkaitan dengan ketenagakerjaan ketika
perusahaan memutuskan untuk menerima seseorang bekerja.
Perusahaan harus membayar gaji yang memadai bagi pekerjanya
serta memberikan jaminan sosial yang diwajibkan menurut
perundangan. Di samping itu perusahaan juga harus memberikan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta membayar
tunjangan jika tenaga kerja mendapat kecelakaan.
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang dapat memicu
atau menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kegagalan dalam
proses produksi. Mempekerjakan pekerja yang tidak terampil,
kurang pengetahuan, sembrono atau lalai dapat menimbulkan risiko
yang serius terhadap keselamatan.
b. Teknologi
Aspek teknologi di samping bermanfaat untuk meningkatkan
produktivitas juga mengandung berbagai risiko. Penggunaan mesin
modern misalnya dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan
pengurangan tenaga kerja. Teknologi juga bersifat dinamis dan terus
berkembang dengan inovasi baru. Perusahaan yang buta terhadap
perkembangan teknologi akan mengalami kemunduran dan tidak
mampu bersaing dengan perusahaan lain yang menggunakan
teknologi yang lebih baik.
Penerapan teknologi yang lebih baik oleh pesaing akan
mempengaruhi produk, biaya dan kualitas yang dihasilkan sehingga
dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Oleh karena itu, pemilihan
dan penggunaan teknologi harus mempertimbangkan dampak risiko
yang ditimbulkan.
12
c. Risiko K3
Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya
yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia,
peralatan, material dan lingkungan kerja. Umumnya risiko K3
dikonotasikan sebagai hal yang negatif (negatif impact) seperti :
1) Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan asset perusahaan
2) Kebakaran dan peledakan
3) Penyakit akibat kerja
4) Kerusakan sarana produksi
5) Gangguan operasi
Menurut data kecelakaan di Indonesia, pada tahun 2007
terjadi 89.000 kecelakaan kerja pada seluruh perusahaan yang
menjadi anggota Jamsostek yang meliputi 7 juta pekerja. Salah satu
upaya untuk mengendalikan risiko K3 adalah dengan
menerapakan sistem K3 dengan salah satu aspeknya adalah melalui
identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang diimplementasikan di
berbagai perusahaan.
5. Risiko keamanan (security risk)
Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan
usaha atau kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset
perusahaan, data informasi, data keuangan, formula produk, dll. Di
daerah yang mengalami konflik dan gangguan keamanan dapat
menghambat atau bahkan menghentikan kegiatan perusahaan.
Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan sistem
manajemen keamanan dengan pendekatan manajemen risiko.
Manajemen keamanan dimulai dengan melakukan identifikasi semua
potensi risiko keamanan yang ada dalam kegiatan bisnis, melakukan
penilaian risiko dan selanjutnya melakukan langkah pencegahan dan
pengamanannya.
6. Risiko sosial
Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan
lingkungan sosial dimana perusahaan beroperasi. Aspek sosial budaya
13
seperti tingkat kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan
dapat menimbulkan risiko baik yang positif maupun negatif. Budaya
masyarakat yang tidak peduli terhadap aspek keselamatan akan
mempengaruhi keselamatan operasi perusahaan.
3. Tindakan Pengendalian2,4
Pengendalian adalah proses, peraturan, alat, pelaksanaan atau
tindakan yang berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau
meningkatkan peluang positif (AS/NZS 4360 : 2004). Tindakan
pengendalian terhadap bahaya yang ada harus dilakukan sesuai dengan
hierarki pengendalian. Hierarki pengendalian bahaya yaitu :
a. Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang paling baik untuk
dapat mengendalikan paparan. Risiko dapat dihindarkan dengan
menghilangkan sumbernya. Jika sumber bahaya dihilangkan maka
risiko yang akan timbul dapat dihindarkan.
b. Subtitusi
Subtitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja dengan yang
lain sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan. Sebagai contoh
penggunaan bahan pelarut yang bersifat beracun diganti dengan bahan
lain yang lebih aman dan tidak berbahaya.
c. Pengendalian engineering
Pengendalian engineering dapat merubah jalur transmisi bahaya atau
mengisolasi dari bahaya. Pengendalian engineering antara lain yaitu :
1) Isolasi, yaitu sumber bahaya diisolir dengan penghalang (barrier)
agar tidak dapat memajan pekerja
2) Pengendalian jarak, prinsip dari pengendalian ini yaitu dengan
menjauhkan jarak antara sumber bahaya dengan pekerja
3) Ventilasi, cara ini merupakan cara yang paling efektif untuk
mengurangi kontaminasi udara
14
d. Pengendalian administrative
Prinsip dari pengendalian ini adalah untuk mengurangi kontak
antara penerima dengan sumber bahaya. Contoh pengendalian
administrative yaitu :
1) Rotasi dan penenpatan pekerja, cara ini dilakukan untuk mengurangi
paparan yang diterima pekerja dengan membagi waktu kerja dengan
pekerja yang lain. Penempatan pekerja terkait dengan masalah
kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan
2) Perawatan secara berkala terhadap peralatan penting untuk
meminimalkan penurunan performance dan memperbaiki kerusakan
secara lebih dini
3) Monitoring, yaitu untuk memonitor efektivitas pengendalian yang
sudah dilakukan
e. Training
Training dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan pekerja sehingga pekerja dapat bekerja dengan lebih
aman.
f. APD (Alat Pelindung Diri)
Tujuan dari penggunaan APD adalah untuk mengurangi
dampak/keparahan resiko dari suatu bahaya yang memajan tubuh
manusia/pekerja.
E. Ergonomi 4,7
1. Definisi
Ergonomi ialah studi tentang tingkah laku dan aktifitas manusia yang
bekerja dengan menggunakan mesin atau peralatan mekanik dan listrik.
Dengan perkataan lain, ergonomi ialah studi mengenai hubungan antara
manusia dengan mesin, berdasarkan data yang diperoleh dari bidang
engineering, biomekanika, fisiologi, antropologi dan psikologi. Tugas ahli
ergonomi ialah merencanakan atau memperbaiki tempat kerja, perlengkapan
dan prosedure kerja para pekerja guna menjamin keamanan, kesehatan dan
keberhasilan perorangan maupun organisasi secara efisien.
15
Menurut NIOSH, sering disebut dengan “Human Factor Engineering”,
didefinisikan sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang lebih menitik
beratkan rancangan fasilitas peralatan, perkakas dengan peruntukan tugas
yang sesuai dengan bentuk karakteristi, anatomi, fisiologi, biomekanik,
persepsi serta sikap kebiasaan manusia. Dari definisi diatas, terlihat pada
ergonomi terdapat 3 aspek utama, yaitu; anthropometry, bio mechanic, dan
safety behavior.
Ergonomi adalah praktek dalam mendisain peralatan dan rincian
pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah
cidera pada pekerja.
Ergonomi menurut IEA (International Ergonomic Association) adalah
suatu studi anatomi, fisiologi, psikologi, dan aspek-aspek manusia dalam
lingkungan kerja yang berkenan dengan efisiensi, kesehatan, keselamatan
serta kenyamanan orang- orang yang dipekerjakan, di rumah maupun saat
mereka memainkan peranannya.
2. Aplikasi Penerapan Ergonomi 4
Aplikasi penerapan ergonomi sebagai berikut: (Pusat Kesehatan Kerja
Depkes RI)
a. Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat
badan bertumpu secara seimbang pada dua kaki.
b. Proses kerja, para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai
dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran antropometrinya.
Harus dibedakan ukuran antropometri barat dan timur.
c. Tata letak tempat kerja, display harus jelas terlihat pada waktu
melakukan aktifitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara
internasional lebih banyak digunakan dari pada kata-kata.
d. Mengangkat beban, bermacam-macam cara dalam mengangkat beban
yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung dan lain sebagainya. Beban
yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan
otot, dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
16
1) Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan oleh
ILO, adalah
- Laki-laki dewasa 40 kg
- Wanita dewasa 15-20 kg
- Laki-laki (16-18) 15-20 kg
- Wanita (16-18) 12-15 kg
2) Organisasi kerja
Pekerjaan harus diatur dengan berbagai cara:
- Alat bantu mekanik
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi
- Jarak mengangkat beban dikurangi
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relavan bisa diterapkan.
3) Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode
kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada
dua prinsip:
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum
berat badan.
Metode ini termasuk lima faktor dasar:
- Posisi kaki yang benar
- Punggung kuat dan kekar
- Posisi lengan dekat dengan tubuh
- Mengangkat dengan benar
- Menggunakan berat badan
4) Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis
teratur.
- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban
17
kerjanya.
- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan
pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya
pada wanita muda dan yang sudah berumur.
3. Prinsip Ergonomi1,4
Memahami prinsip ergonomi mempermudah evaluasi setiap
tugas/pekerjaan, meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus
mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan
tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam
menerapkan ergonomi di tempat kerja, dalam prinsip itu terdapat 12 prinsip
yaitu:
a. Bekerja dalam posisi atau postur normal
b. Mengurangi beban berlebihan
c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan
d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh
e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan
f. Minimalisasi gerakan statis
g. Minimalisasikan titik beban
h. Mencakup jarak ruang
i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman (tidak bising, suhu
lingkungan normal, pencahayaan baik dan lain-lain)
j. Melakukan gerakan, olah raga dan peregangan saat bekerja
k. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti
l. Mengurangi stress.
4. Program Ergonomi3,4
Program ergonomi adalah metode yang sistematis untuk mencegah,
mengevaluasi dan mengatur pekerjaan yang dihubungkan dengan
muskuloskeletal disorders (MSDs). Empat elemen dalam program ergonomi
yaitu:
a. Analisis tempat kerja
Mengidentifikasi pekerjaan dan area kerja (work station) yang mungkin
18
mengandung bahaya MSDs, faktor risiko dan penyebab faktor risiko.
1) Pencegahan dan pengendalian bahaya
- Pengendalian engineering : desain area kerja, worksurface,
seating.
- Pengendalian work practice : training metode kerja, rotasi kerja.
- Alat Pelindung Diri (APD): gloves
2) Manajemen Kesehatan
Tujuan :
- Mempromosikan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
- Mengidentifikasi gejala-gejala yang terjadi
- Menjamin evaluasi dan treatment yang tepat terhadap pekerja yang
cidera.
- Menjamin keamanan dan waktu untuk bekerja kembali bagi pekerja
yang cidera.
- Mengurangi kerugian langsung dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
- Mengurangi kerugian tidak langsung dari kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dengan memelihara produktifitas.
3) Pelatihan dan Pendidikan
Pelatihan dan pendidikan mengenai gejala MSDs, faktor risiko dan
penyebab potensial, dan bagaimana untuk melaporkan faktor risiko
pada tempat kerja.
F. Ergonomic Risk Assesment6,7
a. Definisi
Ergonomic risk assesment adalah suatu kegiatan penilaian risiko yang
dilakukan oleh pemilik perusahaan atau pimpinan unit kerja yang
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko ergonomis yang paling
sering muncul dan dapat menyebabkan bahaya pada pekerja serta
bertujuan untuk memberikan masukan-masukan yang dapat dilakukan
untuk mengontrol faktor risiko tersebut. Ergonomic risk assesment terdiri
atas 2 level, yaitu :5,6
1) Initial ergonomic risk assesment
19
2) Advance ergonomic risk assesment
b. Langkah-langkah melakukan initial Ergonomic Risk Assesment5,6
Tentukan jenis aktivitas yang akan dilakukan penilaian dan deskripsikan.
1) Aktivitas yang akan dinilai merupakan aktivitas kerja spesifik yang
dilakukan oleh pekerja, misalnya : mengangkat semen, memotong
besi, mengetik naskah, dan lain-lain. Seseorang bisa melakukan lebih
dari satu aktivitas kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya.
2) Menentukan faktor risiko ergonomic yang teridentifikasi pada
aktivitas kerja tersebut.
c. Faktor risiko ergonomic yang dinilai5,6
1. Repetitive Motion
Repetitive Motion atau melakukan gerakan yang sama berulang-ulang.
Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktivitas tersebut
dilakukan, kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya
otot yang terlibat dalam kerja tersebut. Gerakan yang berulang-ulang
ini akan menimbulkan ketegangan pada syaraf dan otot yang
berakumulatif. Dampak resiko ini akan semakin meningkat apabila
dilakukan dengan postur/posisi yang kaku dan penggunaan usaha yang
terlalu besar.
Tabel 2.4 Repentitive motion
Silahkan
Bagian Max. Eksposur
Faktor Risiko Fisik centang (I)
tubuh Lamanya
Ya Tidak
Pekerjaan yang melibatkan urutan gerakan
berulang lebih dari dua kali per menit Lebih dari 3
Pekerjaan yang melibatkan penggunaan jari, jam pada hari
tangan, atau pergelangan tangan secara kerja "normal"
ATAU
Leher, intensif atau pekerjaan yang melibatkan entri
data intensif (kunci masuk) Lebih dari 1
bahu,
jam terus
siku, Bekerja dengan gerakan berulang bahu/ menerus tanpa
pergelang lengan dengan beberapa jeda atau gerakan
jeda
an tangan, bahu/ lengan terus-menerus
tangan,
lutut Menggunakan tumit / pangkal telapak
Lebih dari 2
sebagai tumpuan lebih dari satu kali
jam per hari
per menit
Menggunakan lutut sebagai tumpuan lebih Lebih dari 2
dari satu kali per menit. jam per hari
20
Skor total untuk gerakan berulang adalah 5. Ya skor 1 atau lebih akan
memulai penilaian lanjutan.
2. Awkward Posture
Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang diterima
otot pada saat aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi
reaching, twisting, bending, kneeling, squatting, working overhead
dengan tangan mauoun lengan, dan menahan benda dengan posisi
yang tetap. Sebagi contoh terdapat tekanan/ketengan yang berlebih
pada bagian low back seperti aktivitas mengangkat benda yang
dilakukan pada gambar.
21
Tabel 2.5 Penilaian Awkward Postured
22
kontinu.
4. Vibration
Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh tubuh
kontak dengan benda yang bergetar seperti menggunakan power
handtool dan pengoperasian forklift mengangkat beban.
Tabel 2.6 Vibration
Silahkan
Bagian centang
Faktor risiko fisika Durasi maksimal
tubuh
Ya Tidak
Tangan- Bekerja menggunakan Lebih dari 50 menit
lengan alat-alat (bertenaga dalam 1 jam bekerja
(getaran baterai / listrik /
segmental) pneumatik / hidrolik)
tanpa APD
Bekerja menggunakan Lebih dari 5 jam dalam
alat-alat (bertenaga 8 jam pergantian kerja
baterai / listrik /
pneumatik / hidrolik)
dengan APD
Getaran Bekerja melibatkan Lebih dari 5 jam dalam
seluruh paparan getaran seluruh 8 jam pergantian kerja
tubuh tubuh
Bekerja yang melibatkan Lebih dari 3 jam dalam
paparan getaran seluruh 8 jam pergantian kerja
tubuh ditambah keluhan
karyawan akibat getaran
tubuh yang berlebihan
Sun Total (jumlah centang)
Skor total untuk getaran adalah 4. Ya skor 1 atau lebih akan memulai
penilaian lanjutan.
23
Tabel 2.7 Batas berat yang direkomensasikan untuk mengangkat dan
atau menurunkan
Batas berat yang Berat yang Melebihi
Ketinggian kerja (di mana
direkomendasikan saat ini batas
gaya diterapkan)
(pria atau wanita) ditangani ya tidak
Antara lantai sampai
pertengahan kaki bawah
Antara pertengahan kaki
bawah sampai pergelangan
kaki
Antara pergelangan kaki
sampai siku
Antara siku sampai bahu
Diatas bahu
24
Tabel 2.10 Berat beban yang direkomendasikan berdasarkan jenis
aktivitas untuk mendorong dan atau menarik
6. Duration
Durasi menunjukkan jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan
suatu pekerjaan. Semakin lama durasinya dalam melakukan pekerjaan
yang sama akan semakin tinggi resiko yang diterima dan semakin
lama juga waktu yang diperlukan untuk pemulihan tenaganya.
7. Static Posture
Pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna terlihat,
pengerutan supplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot. Berbeda
halnya, dengan kondisi yang dinamis, suplai darah segar terus tersedia
untuk menghilangkan hasil buangan melalui kontraksi dan relaksasi
otot. Pekerjaan kondisi diam yang lama mengharuskan otot untuk
menyuplai oksigen dan nutrisi sendiri, dan hasil buangan tidak
dihilangkan. Penumpukan Local hypoxia dan asam latic meningkatkan
kekusutan otot, dengan dampak sakit dan letih. Sifat yang khusus dari
gangguan statik termasuk didalamnya menjaga usaha dalam level
yang tinggi dalam 10 menit atau lebih, level menengah 1 menit atau
lebih, atau usaha dengan level rendah 4 menit atau lebih. Contoh dari
ganguan statik termasuk didalamnya: meningkatkan bahu untuk
periode yang lama, menggenggam benda dengan lengan mendorong
dan memutar benda berat, berdiri di tempat yang sama dalam waktu
25
yang lama dan memiringkan kepala kedepan dalam waktu yang
lama.Diperkirakan semua pekerjaan itu dapat di atur dalam beberapa
jam per hari tanpa gejala keletihan dalam jika menggunakan gaya
yang besar tidak boleh melebihi 8 % dari maksimum gaya otot.
Tabel 2.11 Static and sustained work postures
Silahkan
Maksimum centang
Bagian Risiko Fisik
Eksposur (/)
Tubuh Faktor
Lamanya
Ya Tidak
Bekerja dalam D u r a s i sesuai
Batang Tubuh/ Kepala/
canggung statis awkward postures
Leher/ Lenga/
posisi sebagai di tabel
Pergelangan tangan
awkward postures
Bekerja di sebuah posisi Lebih dari 2 jam
berdiri dengan gerakan terus menerus
kaki minimal
Kaki / Lutut Bekerja Lebih dari 30 menit
dalam posisi duduk terus menerus
dengan minimal
gerakan.
Sub Total (Jumlah Centang)
Skor total untuk postur statis adalah 3. Ya skor 1 atau lebih akan
memulai penilaian lanjutan.
26
Tabel 2.12 Environment
Silahkan centang
Faktor Risiko Fisik
Ya Tidak
Pencahayaan yang tidak memadai
Temperature yang ekstrim (panas/dingin)
Ventilasi udara yang tidak memadai
Paparan bising diatas PEL
(berdasarkan laporan atau pengukuran sebelumnya)
Terkena suara yang mengganggu lebih dari 8 jam
Sub Total (Jumlah Centang)
Syarat Rasa
Apakah
minimu sakit/ketidaknyamanan
Hasil perlu ERA
Total m untuk karena faktor risiko yang
Faktor resiko initial lanjutan ?
score penilaia ditemukan dalam
ERA Ya/
n penilaian muskuloskeletal
Tidak
lanjutan Ya/ Tidak
Awkward Posture (Postur Centang jika ada
13 >=6 3
saat bekerja) keluhan pada daerah
Static and sustained work tubuh
posture Leher
3 >=1 2
(postur statis dan terus Bahu
menerus) Punggung
Forcetul exertion atas
1 1 0
(mengerahkan tenaga) Lengan atas
Repertitive motion Punggung
5 >=1 1
(Gerakan berulang) bawah
Vibration (getaran) 4 >=1 0 Lengan
Lighthing (pencahayaan) 1 1 0 bawah
Temperatur (suhu) 1 1 0 Pergelanga
Ventelation (ventilasi) 1 1 0 n tangan
tangan
Panggul/
pantat
Paha
Noise (berisik) 2 >=1 0
Lutut
Tungkai
bawah
Kaki
27
fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja. World Health
Organization (WHO) membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja:3
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
karsinoma bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.
28