Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi bahaya terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan suatu
aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Potensi bahaya
banyak terdapat di tempat kerja dan mengakibatkan kerugian baik dari
perusahaan, karyawan maupun terhadap masyarakat sekitar. Dalam Undang-
Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya Pasal 165 :
”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi
tenaga kerja”.1 Maka jelas pengelola tempat kerja di Rumah Sakit harus
melaksanakan semua aturan yang telah dibuat. Salah satunya dengan
memberikan pelayanan kesehatan yang prima untuk semua tenaga kerjanya &
masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian maka resiko terjadinya Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dapat dihindari.
Perlu dilakukan upaya untuk mencegah dan mengurangi resiko yang
mungkin timbul akibat proses pekerjaan. Cara untuk mencegah dan
mengurangi resiko yang mungkin timbul akibat proses pekerjaan yaitu
dengan mengidentifikasi hazard, melakukan penelitian terhadap risiko yang
dihadapi dan melakukan control terhadap risiko tersebut salah satunya yaitu
dengan menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification, Risk
Assesment, and Risk Control).2 Selain itu juga dapat dilakukan penilaian
terhadap faktor-faktor ergonomis yang mempengaruhi pekerjaan di tempat
kerja (Ergonomic Risk Assesment/ ERA).3,7
Rumah Sakit Roemani merupakan salah satu tempat kerja yang perlu
diperhatikan keselamatan dan kesehatan kerjanya. Salah satu unitnya adalah
poli rawat jalan. Sehingga poli rawat jalan Rumah Sakit Roemani dipilih
sebagai tempat Kepaniteraan Klinik Stase Elektif Kedokteran Okupasi.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa secara langsung dapat melakukan identifikasi faktor-faktor
risiko yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja di Poli
Rawat Jalan RS Roemani Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa bahaya potensial di Poli
Rawat Jalan RS Roemani Semarang.
b. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa risiko kesehatan atau
keselamatan yang dapat ditumbulkan oleh bahaya potensial di Poli
Rawat Jalan RS Roemani Semarang.
c. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa faktor ergonomi di Poli
Rawat Jalan RS Roemani Semarang.
d. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa faktor kesehatan atau
keselamatan yang dapat ditimbulkan oleh faktor risiko ergonomi di di
Poli Rawat Jalan RS Roemani Semarang.
e. Mampu mengidentifikasi dan memberikan masukan terkait langkah-
langkah pengendalian untuk mencegah risiko kesehatan atau
keselamatan
C. Manfaat
1. Bagi pihak rumah sakit
a. Dapat mengetahui potensi bahaya fisik dan ergonomi bagi tenaga medis
di poli rawat jalan
b. Dapat mengetahui besarnya bahaya fisik dan ergonomi di lingkungan
poli rawat jalan
c. Melindungi rumah sakit dari tuntutan hukum akibat potensi bahaya fisik
dan ergonomi di poli rawat jalan
d. Dapat meningkatkan produktifitas karena terjaminnya kesehatan dan
keselamatan kerja bagi para tenaga medis

2
2. Bagi tenaga medis
Terjaminnya kesehatan dan keselamatan tenaga medis karena dilakukan
identifikasi dan pengendalian bahaya fisik dan ergonomi di poli rawat
jalan
3. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
Mampu memberikan masukan terkait pelaksanaan stase elektik kedokteran
okupasi selanjutnya.
4. Bagi Mahasiswa
Mampu menambah pengetahuan mahasiswa mengenai K3.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


1. Pengertian K3 1,2
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja
tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja
dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja
(KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di
Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan
dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai
faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan
kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja
yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang
nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain,
setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak
terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena
seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen
yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga

4
kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani
korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal
23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam
kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku
langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS
menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS,
yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-
bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa
dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para
pengunjung yang ada di lingkungan RS.

B. Bahaya (Hazard)
Bahaya atau hazard adalah suatu sumber yang berpotensi
menimbulkan kerugian baik berupa luka-luka terhadap manusia, penyakit,
kerusakan properti, lingkungan atau kombinasinya (frank bird-loss control
management). Sedangkan menurut OHSAS 18001 hazard adalah sumber,
situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam hal
luka-luka atau penyakit terhadap manusia.
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan

5
atau gangguan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian yang
tepat agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan.
Bahaya merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi bagian dari
suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan.
Bahaya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Bahaya keselamatan kerja merupakan bahaya yang berdampak
pada timbulnya kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan luka
(injury), cacat hingga kematian serta kerusakan property. Dampak yang
ditimbulkan bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan kerja dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Bahaya mekanis, yaitu bersumber dari peralatan mekanis atau benda
bergerak baik secara manual maupun dengan penggerak. Gerakan
mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti
tersayat, terpotong, terjatuh, terjepit dan terpeleset
b. Bahaya elektrik, yaitu sumber bahaya yang berasal dari energi listrik
yang dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran,
sengatan listrik dan hubungan singkat
c. Bahaya kebakaran dan peledakan, yaitu bahaya yang berasal dari
bahan kimia yang bersifat flammable dan explosive
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Bahaya kesehatan kerja merupakan bahaya yang mempunyai
dampak terhadap kesehatan manusia dan penyakit akibat kerja. Dampak
yang ditimbulkan bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan kerja dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Bahaya fisik, antara lain yaitu kebisingan, getaran, radiasi, suhu
ekstrim dan pencahayaan
b. Bahaya kimia, mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan
sifat dan kandungannya. Bahaya yang dapat ditimbulkan seperti
keracunan dan iritasi
c. Bahaya biologi, yaitu bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup
seperti bakteri, virus, dan jamur

6
d. Bahaya ergonomik, antara lain yaitu manual handling, postur
janggal, dan repetitive movement
e. Bahaya psikologi, antara lain yaitu beban kerja berat, hubungan dan
kondisi kerja yang tidak nyaman

C. HIRARC
1. Tujuan HIRARC
Tujuan HIRARC adalah:2
a. Untuk mengenal pasti semua faktor yang mungkin boleh
mendatangkan mudarat kepada pekerja dan orang lain (hazard);
b. Untuk mempertimbangkan kemungkinan mudarat tersebut menimpa
sesiapa dalam keadaan tertentu dan keterukan yang mungkin boleh
timbul daripadanya (risiko); dan
c. Untuk membolehkan majikan merancang, memperkenalkan dan
memantau langkah pencegahan untuk memastikan risiko tersebut
dikawal secukupnya sepanjang masa.
2. Langkah-langkah melakukan HIRARC
a. Klasifikasikan aktifitas kerja yang akan dinilai 2
Aktifitas kerja yang akan dinilai merupakan pekerjaan yang
dilakukan sehari-hari oleh para pekerja dan merupakan aktifitas yang
spesifik, misalnya: memasang iv line, melakukan sampel darah.
b. Identifikasi hazard 2
Hazard yang diidentifikasi meliputi:
1) Health hazard
Merupakan agent yang dapat menyebabkan penyakit akibat
kerja pada pekerja, dapat diklasifikasikan:
a) Chemical hazard
b) Biological hazard
c) Physycal hazard
d) Ergonomic hazard

7
2) Safety hazard
Berbagai macam jenis penyebab bahaya yang dapat
menyebabkan cidera pada pekerja ataupun kerusakan pada
property, misalnya kabel listrik yang tidak pada tempatnya,
mengangkat beban berat, bekerja di ketinggian tanpa pengaman.
3) Environmental hazard
Berbagai agent yang berbahaya yang terlepas ke lingkungan
kerja, misalnya: larutan desinfektan, karbonmonoksida.
c. Penilaian risiko (risk assessment) 2
Risiko merupakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/ kerugian
pada pekerja pada suatu periode waktu tertentu. Penilaian risiko
merupakan suatu proses untuk menentukan pengendalian terhadap
tingkat keseringan (likelihood of occurance) dan keparahan
(severity) risiko terjadinya kecelakaan kerja/ penyakit akibat kerja.
Langkah-langkah melakukan risk assessment:
1) Tentukan derajat kemungkinan (likelihood) terjadinya risiko
bisa ditentukan berdasarkan pengalaman kejadian-kejadian
sebelumnya.
Tabel 2.1 Derajat kemungkinan (likelihood) terjadinya risiko.

Likelihood Example Rating


Most likely Sangat mungkin terjadi risiko akibat hazard
yang ada di tempat kerja 5
Possible Kemungkinan besar terjadi bahaya, tapi tidak
setiap saat 4

Conceivable Bisa terjadi suatu saat dimasa mendatang 3


Reote Tidak pernah terjadi dalam beberapa waktu
terakhir 2

Unconveivable Secara praktis tidak mungkin terjadi dan


belum pernah terjadi sebelumnya 1

2) Tentukan derajat keparahan (severity) dari risiko yang terjadi.


Derajat keparahan bisa didasarkan pada kesehatan manusia,
kerusakan lingkungan dan property.

8
Tabel 2.2 Derajat keparahan (severity) dari risiko yang terjadi

Severity Example Rating


Catastrapic Banyak sekali fasilitas dan properti yang rusak dan
tidak dapat diperbaiki 5

Fatal Kuranglebih terdapat satu fasilitas yang cukup besar 4


Serious Terdapat luka yang tidak fatal dan mengakibatkan
kecacatan permanen 3

Minor Kecacatan yang tidak permanen 2


Negligible Terdapat luka minor (lecet, robek) 1

3) Tentukan derajat risiko


Secara kualitatif, risiko dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
Risiko = Likelihood x Severity
Tabel 2.3 Matrix risiko

Severity

Likelihood 1 2 3 4 5

5 5 10 15 20 25
4 4 8 12 16 20
3 3 6 9 12 15
2 2 4 6 8 10

1 1 2 3 4 5

Keterangan:
15-25 = Risiko tinggi
Membutuhkan tindakan yang segera untuk mengontrol
hazard, dan harus terdokumentasi secara baik.
5-14 = Risiko sedang
Membutuhkan pendekatan perencanaan dalam
mengontrol hazard dan sewaktu-waktu dilakukan kontrol
bila diperlukan. Tindakan harus terdokumentasi dengan
baik.

9
1-4 = Risiko rendah
Kontrol terhadap hazard tidak diperlukan. Namun
apabila risiko akan diselesaikan dengan cepat dan
efisien, maka tindakan tetap harus terdokumentasikan
dengan baik.
D. Risiko3
Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya
sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan
hukum sebab akibat. Risiko diukur berdasarkan nilai probability dan
consequences. Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada
bahaya dan kontak atau exposure antara manusia dengan peralatan ataupun
material yang terlibat dalam suatu interaksi. Formula yang digunakan
dalam melakukan perhitungan risiko adalah :

Risk = Probability x Exposure x Consequences

Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko yang dihadapi oleh suatu


organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari
dalam maupun dari luar. Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat
beragam sesuai dengan sifat, lingkup, skala, dan jenis kegiatannya antara
lain yaitu :
1. Risiko finansial (financial risk)
Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai risiko finansial
yang berkaitan dengan aspek keuangan. Ada berbagai risiko finansial
seperti piutang macet, perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang
dan lain-lain. Risiko keuangan ini harus dikelola dengan baik agar
organisasi tidak mengalami kerugian atau bahkan sampai gulung tikar.
2. Risiko pasar (market risk)
Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya
dikonsumsi atau digunakan secara luas oleh masyarakat. Setiap
perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap produk dan jasa yang
dihasilkannya. Perusahaan wajib menjamin bahwa produk barang atau
jasa yang diberikan aman bagi konsumen. Dalam Undang-undang No. 8

10
tahun 1986 tentang Perlindungan Konsumen memuat tentang tanggung
jawab produsen terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya termasuk
keselamatan konsumen atau produk (product safety atau product
liability).
Perusahaan harus memperhitungkan risiko pasar seperti adanya
penolakan terhadap produk atau mungkin tuntutan hukum dari
masyarakat konsumen atau larangan beredarnya produk dimasyarakat
oleh lembaga yang berwenang. Risiko lain yang berkaitan dengan pasar
dapat berupa persaingan pasar. Dalam era pasar terbuka kosumen
memiliki kebebasan untuk memilih produk atau jasa yang disukainya
dan sangat kritis terhadap mutu, harga, layanan dan jaminan
keselamatannya. Setiap produk yang bersaing di pasar bebas
menghadapi risiko untuk ditinggalkan konsumen.
3. Risiko alam (natural risk)
Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan
dapat terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan
kekuatannya. Bencana alam dapat berupa angin topan atau badai,
gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, dan letusan gunung berapi.
Disamping korban jiwa, bencana alam juga mengakibatkan kerugaian
materil yang sangat besar yang memerlukan waktu pemulihan yang
lama.
Di Indonesia, bencana alam merupakan ancaman serius bagi
setiap usaha atau kegiatan. Indonesia berada di pertemuan lempeng
yang meningkatkan risiko terjadinya gempa. Indonesia berada di antara
dua benua dan dua lautan luas yang berpengaruh terhadap pola cuaca
dan iklim. Indonesia juga memiliki rantai gunung berapi yang masih
aktif. Oleh karena itu, faktor bencana alam harus diperhitungkan
sebagai risiko yang dapat terjadi setiap saat.
4. Risiko operasional
Risiko dapat berasal dari kegiatan operasional yang berkaitan
dengan bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar.
Perusahaan yang memiliki sistem manajemen yang kurang baik

11
mempunyai risiko untuk mengalami kerugian. Risiko operasional suatu
perusahaan tergantung dari jenis, bentuk dan skala bisnisnya masing-
masing. Yang termasuk kedalam risiko operasional antara lain yaitu :
a. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan asset paling berharga dan menentukan
dalam operasi perusahaan. Pada dasarnya perusahaan telah
mengambil risiko yang berkaitan dengan ketenagakerjaan ketika
perusahaan memutuskan untuk menerima seseorang bekerja.
Perusahaan harus membayar gaji yang memadai bagi pekerjanya
serta memberikan jaminan sosial yang diwajibkan menurut
perundangan. Di samping itu perusahaan juga harus memberikan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta membayar
tunjangan jika tenaga kerja mendapat kecelakaan.
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang dapat memicu
atau menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kegagalan dalam
proses produksi. Mempekerjakan pekerja yang tidak terampil,
kurang pengetahuan, sembrono atau lalai dapat menimbulkan risiko
yang serius terhadap keselamatan.
b. Teknologi
Aspek teknologi di samping bermanfaat untuk meningkatkan
produktivitas juga mengandung berbagai risiko. Penggunaan mesin
modern misalnya dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan
pengurangan tenaga kerja. Teknologi juga bersifat dinamis dan terus
berkembang dengan inovasi baru. Perusahaan yang buta terhadap
perkembangan teknologi akan mengalami kemunduran dan tidak
mampu bersaing dengan perusahaan lain yang menggunakan
teknologi yang lebih baik.
Penerapan teknologi yang lebih baik oleh pesaing akan
mempengaruhi produk, biaya dan kualitas yang dihasilkan sehingga
dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Oleh karena itu, pemilihan
dan penggunaan teknologi harus mempertimbangkan dampak risiko
yang ditimbulkan.

12
c. Risiko K3
Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya
yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia,
peralatan, material dan lingkungan kerja. Umumnya risiko K3
dikonotasikan sebagai hal yang negatif (negatif impact) seperti :
1) Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan asset perusahaan
2) Kebakaran dan peledakan
3) Penyakit akibat kerja
4) Kerusakan sarana produksi
5) Gangguan operasi
Menurut data kecelakaan di Indonesia, pada tahun 2007
terjadi 89.000 kecelakaan kerja pada seluruh perusahaan yang
menjadi anggota Jamsostek yang meliputi 7 juta pekerja. Salah satu
upaya untuk mengendalikan risiko K3 adalah dengan
menerapakan sistem K3 dengan salah satu aspeknya adalah melalui
identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang diimplementasikan di
berbagai perusahaan.
5. Risiko keamanan (security risk)
Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan
usaha atau kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset
perusahaan, data informasi, data keuangan, formula produk, dll. Di
daerah yang mengalami konflik dan gangguan keamanan dapat
menghambat atau bahkan menghentikan kegiatan perusahaan.
Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan sistem
manajemen keamanan dengan pendekatan manajemen risiko.
Manajemen keamanan dimulai dengan melakukan identifikasi semua
potensi risiko keamanan yang ada dalam kegiatan bisnis, melakukan
penilaian risiko dan selanjutnya melakukan langkah pencegahan dan
pengamanannya.
6. Risiko sosial
Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan
lingkungan sosial dimana perusahaan beroperasi. Aspek sosial budaya

13
seperti tingkat kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan
dapat menimbulkan risiko baik yang positif maupun negatif. Budaya
masyarakat yang tidak peduli terhadap aspek keselamatan akan
mempengaruhi keselamatan operasi perusahaan.
3. Tindakan Pengendalian2,4
Pengendalian adalah proses, peraturan, alat, pelaksanaan atau
tindakan yang berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau
meningkatkan peluang positif (AS/NZS 4360 : 2004). Tindakan
pengendalian terhadap bahaya yang ada harus dilakukan sesuai dengan
hierarki pengendalian. Hierarki pengendalian bahaya yaitu :
a. Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang paling baik untuk
dapat mengendalikan paparan. Risiko dapat dihindarkan dengan
menghilangkan sumbernya. Jika sumber bahaya dihilangkan maka
risiko yang akan timbul dapat dihindarkan.
b. Subtitusi
Subtitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja dengan yang
lain sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan. Sebagai contoh
penggunaan bahan pelarut yang bersifat beracun diganti dengan bahan
lain yang lebih aman dan tidak berbahaya.
c. Pengendalian engineering
Pengendalian engineering dapat merubah jalur transmisi bahaya atau
mengisolasi dari bahaya. Pengendalian engineering antara lain yaitu :
1) Isolasi, yaitu sumber bahaya diisolir dengan penghalang (barrier)
agar tidak dapat memajan pekerja
2) Pengendalian jarak, prinsip dari pengendalian ini yaitu dengan
menjauhkan jarak antara sumber bahaya dengan pekerja
3) Ventilasi, cara ini merupakan cara yang paling efektif untuk
mengurangi kontaminasi udara

14
d. Pengendalian administrative
Prinsip dari pengendalian ini adalah untuk mengurangi kontak
antara penerima dengan sumber bahaya. Contoh pengendalian
administrative yaitu :
1) Rotasi dan penenpatan pekerja, cara ini dilakukan untuk mengurangi
paparan yang diterima pekerja dengan membagi waktu kerja dengan
pekerja yang lain. Penempatan pekerja terkait dengan masalah
kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan
2) Perawatan secara berkala terhadap peralatan penting untuk
meminimalkan penurunan performance dan memperbaiki kerusakan
secara lebih dini
3) Monitoring, yaitu untuk memonitor efektivitas pengendalian yang
sudah dilakukan
e. Training
Training dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan pekerja sehingga pekerja dapat bekerja dengan lebih
aman.
f. APD (Alat Pelindung Diri)
Tujuan dari penggunaan APD adalah untuk mengurangi
dampak/keparahan resiko dari suatu bahaya yang memajan tubuh
manusia/pekerja.

E. Ergonomi 4,7
1. Definisi
Ergonomi ialah studi tentang tingkah laku dan aktifitas manusia yang
bekerja dengan menggunakan mesin atau peralatan mekanik dan listrik.
Dengan perkataan lain, ergonomi ialah studi mengenai hubungan antara
manusia dengan mesin, berdasarkan data yang diperoleh dari bidang
engineering, biomekanika, fisiologi, antropologi dan psikologi. Tugas ahli
ergonomi ialah merencanakan atau memperbaiki tempat kerja, perlengkapan
dan prosedure kerja para pekerja guna menjamin keamanan, kesehatan dan
keberhasilan perorangan maupun organisasi secara efisien.

15
Menurut NIOSH, sering disebut dengan “Human Factor Engineering”,
didefinisikan sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang lebih menitik
beratkan rancangan fasilitas peralatan, perkakas dengan peruntukan tugas
yang sesuai dengan bentuk karakteristi, anatomi, fisiologi, biomekanik,
persepsi serta sikap kebiasaan manusia. Dari definisi diatas, terlihat pada
ergonomi terdapat 3 aspek utama, yaitu; anthropometry, bio mechanic, dan
safety behavior.
Ergonomi adalah praktek dalam mendisain peralatan dan rincian
pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah
cidera pada pekerja.
Ergonomi menurut IEA (International Ergonomic Association) adalah
suatu studi anatomi, fisiologi, psikologi, dan aspek-aspek manusia dalam
lingkungan kerja yang berkenan dengan efisiensi, kesehatan, keselamatan
serta kenyamanan orang- orang yang dipekerjakan, di rumah maupun saat
mereka memainkan peranannya.
2. Aplikasi Penerapan Ergonomi 4
Aplikasi penerapan ergonomi sebagai berikut: (Pusat Kesehatan Kerja
Depkes RI)
a. Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat
badan bertumpu secara seimbang pada dua kaki.
b. Proses kerja, para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai
dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran antropometrinya.
Harus dibedakan ukuran antropometri barat dan timur.
c. Tata letak tempat kerja, display harus jelas terlihat pada waktu
melakukan aktifitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara
internasional lebih banyak digunakan dari pada kata-kata.
d. Mengangkat beban, bermacam-macam cara dalam mengangkat beban
yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung dan lain sebagainya. Beban
yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan
otot, dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

16
1) Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan oleh
ILO, adalah
- Laki-laki dewasa 40 kg
- Wanita dewasa 15-20 kg
- Laki-laki (16-18) 15-20 kg
- Wanita (16-18) 12-15 kg
2) Organisasi kerja
Pekerjaan harus diatur dengan berbagai cara:
- Alat bantu mekanik
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi
- Jarak mengangkat beban dikurangi
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relavan bisa diterapkan.
3) Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode
kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada
dua prinsip:
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum
berat badan.
Metode ini termasuk lima faktor dasar:
- Posisi kaki yang benar
- Punggung kuat dan kekar
- Posisi lengan dekat dengan tubuh
- Mengangkat dengan benar
- Menggunakan berat badan
4) Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis
teratur.
- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban

17
kerjanya.
- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan
pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya
pada wanita muda dan yang sudah berumur.
3. Prinsip Ergonomi1,4
Memahami prinsip ergonomi mempermudah evaluasi setiap
tugas/pekerjaan, meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus
mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan
tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam
menerapkan ergonomi di tempat kerja, dalam prinsip itu terdapat 12 prinsip
yaitu:
a. Bekerja dalam posisi atau postur normal
b. Mengurangi beban berlebihan
c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan
d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh
e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan
f. Minimalisasi gerakan statis
g. Minimalisasikan titik beban
h. Mencakup jarak ruang
i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman (tidak bising, suhu
lingkungan normal, pencahayaan baik dan lain-lain)
j. Melakukan gerakan, olah raga dan peregangan saat bekerja
k. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti
l. Mengurangi stress.
4. Program Ergonomi3,4
Program ergonomi adalah metode yang sistematis untuk mencegah,
mengevaluasi dan mengatur pekerjaan yang dihubungkan dengan
muskuloskeletal disorders (MSDs). Empat elemen dalam program ergonomi
yaitu:
a. Analisis tempat kerja
Mengidentifikasi pekerjaan dan area kerja (work station) yang mungkin

18
mengandung bahaya MSDs, faktor risiko dan penyebab faktor risiko.
1) Pencegahan dan pengendalian bahaya
- Pengendalian engineering : desain area kerja, worksurface,
seating.
- Pengendalian work practice : training metode kerja, rotasi kerja.
- Alat Pelindung Diri (APD): gloves
2) Manajemen Kesehatan
Tujuan :
- Mempromosikan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
- Mengidentifikasi gejala-gejala yang terjadi
- Menjamin evaluasi dan treatment yang tepat terhadap pekerja yang
cidera.
- Menjamin keamanan dan waktu untuk bekerja kembali bagi pekerja
yang cidera.
- Mengurangi kerugian langsung dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
- Mengurangi kerugian tidak langsung dari kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dengan memelihara produktifitas.
3) Pelatihan dan Pendidikan
Pelatihan dan pendidikan mengenai gejala MSDs, faktor risiko dan
penyebab potensial, dan bagaimana untuk melaporkan faktor risiko
pada tempat kerja.
F. Ergonomic Risk Assesment6,7
a. Definisi
Ergonomic risk assesment adalah suatu kegiatan penilaian risiko yang
dilakukan oleh pemilik perusahaan atau pimpinan unit kerja yang
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko ergonomis yang paling
sering muncul dan dapat menyebabkan bahaya pada pekerja serta
bertujuan untuk memberikan masukan-masukan yang dapat dilakukan
untuk mengontrol faktor risiko tersebut. Ergonomic risk assesment terdiri
atas 2 level, yaitu :5,6
1) Initial ergonomic risk assesment

19
2) Advance ergonomic risk assesment
b. Langkah-langkah melakukan initial Ergonomic Risk Assesment5,6
Tentukan jenis aktivitas yang akan dilakukan penilaian dan deskripsikan.
1) Aktivitas yang akan dinilai merupakan aktivitas kerja spesifik yang
dilakukan oleh pekerja, misalnya : mengangkat semen, memotong
besi, mengetik naskah, dan lain-lain. Seseorang bisa melakukan lebih
dari satu aktivitas kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya.
2) Menentukan faktor risiko ergonomic yang teridentifikasi pada
aktivitas kerja tersebut.
c. Faktor risiko ergonomic yang dinilai5,6
1. Repetitive Motion
Repetitive Motion atau melakukan gerakan yang sama berulang-ulang.
Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktivitas tersebut
dilakukan, kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya
otot yang terlibat dalam kerja tersebut. Gerakan yang berulang-ulang
ini akan menimbulkan ketegangan pada syaraf dan otot yang
berakumulatif. Dampak resiko ini akan semakin meningkat apabila
dilakukan dengan postur/posisi yang kaku dan penggunaan usaha yang
terlalu besar.
Tabel 2.4 Repentitive motion
Silahkan
Bagian Max. Eksposur
Faktor Risiko Fisik centang (I)
tubuh Lamanya
Ya Tidak
Pekerjaan yang melibatkan urutan gerakan
berulang lebih dari dua kali per menit Lebih dari 3
Pekerjaan yang melibatkan penggunaan jari, jam pada hari
tangan, atau pergelangan tangan secara kerja "normal"
ATAU
Leher, intensif atau pekerjaan yang melibatkan entri
data intensif (kunci masuk) Lebih dari 1
bahu,
jam terus
siku, Bekerja dengan gerakan berulang bahu/ menerus tanpa
pergelang lengan dengan beberapa jeda atau gerakan
jeda
an tangan, bahu/ lengan terus-menerus
tangan,
lutut Menggunakan tumit / pangkal telapak
Lebih dari 2
sebagai tumpuan lebih dari satu kali
jam per hari
per menit
Menggunakan lutut sebagai tumpuan lebih Lebih dari 2
dari satu kali per menit. jam per hari

Sub Total (Jumlah centang )

20
Skor total untuk gerakan berulang adalah 5. Ya skor 1 atau lebih akan
memulai penilaian lanjutan.

2. Awkward Posture
Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang diterima
otot pada saat aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi
reaching, twisting, bending, kneeling, squatting, working overhead
dengan tangan mauoun lengan, dan menahan benda dengan posisi
yang tetap. Sebagi contoh terdapat tekanan/ketengan yang berlebih
pada bagian low back seperti aktivitas mengangkat benda yang
dilakukan pada gambar.

21
Tabel 2.5 Penilaian Awkward Postured

Lamanya Paparan Silahkan


Bagian Maksimum centang (v)
Risiko Fisik Faktor
tubuh (terus menerus atau
secara kumulatif) Ya Tidak
Bekerja dengan tangan diatas kepala Lebih dari 2 jam per hari
atau siku diatas bahu
Kerja dengan mengangkat bahu Lebih dari 2 jam per hari
Bekerja berulang-ulang dengan Lebih dari 2 jam per hari
Bahu mengangkat tangan di atas kepala atau
siku diatas bahu satu kali per menit
Bekerja dengan kepala Lebih dari 2 jam
membungkuk ke bawah lebih dari per hari
45 derajat
Bekerja dengan kepala ditekuk ke Lebih dari 2 jam per hari
belakang
Kepala
Bekerja dengan kepala ditekuk ke Lebih dari 2 jam per hari
samping
Punggung Bekerja dengan punggung Lebih dari 2 jam
membungkuk ke depan lebih dari per hari
30 derajat atau membungkuk ke
smping
Bekerja dengan memutar tubuh Lebih dari 2 jam
per hari
Tangan/ Bekerja dengan fleksi pergelangan Lebih dari 2 jam
Siku/ tangan atau ekstensi atau per hari
Pergela penyimpangan radial lebih dari 15
ngan derajat
Tangan Bekerja dengan lengan yang diculik Lebih dari 4 jam
ke samping per hari
Bekerja dengan lengan diluruskan Lebih dari 2 jam
kedepan lebih dari 45 derajat atau per hari
lengan diluruskan ke belakang lebih
dari 20 derajat
Kaki/ Bekerja dalam posisi berjongkok Lebih dari 2 jam
Lutut per hari
Bekerja dalam posisi berlutut Lebih dari 2 jam
per hari
Sub Total (Jumlah centang)
Skor total untuk postur kaku adalah 13. Ya skor 6 atau lebih akan
memulai penilaian lanjutan
3. Contact stresses
Tekanan pada bagian tubuh yang diakibatkan karena sisi tepi atau
ujung dari benda yang berkontak langsung. Hal ini dapat menghambat
fungsi kerja syaraf maupun aliran darah. Sebagai contoh kontak yang
berulang-ulang dengan sisi yang keras/tajam pada meja secara

22
kontinu.
4. Vibration
Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh tubuh
kontak dengan benda yang bergetar seperti menggunakan power
handtool dan pengoperasian forklift mengangkat beban.
Tabel 2.6 Vibration
Silahkan
Bagian centang
Faktor risiko fisika Durasi maksimal
tubuh
Ya Tidak
Tangan- Bekerja menggunakan Lebih dari 50 menit
lengan alat-alat (bertenaga dalam 1 jam bekerja
(getaran baterai / listrik /
segmental) pneumatik / hidrolik)
tanpa APD
Bekerja menggunakan Lebih dari 5 jam dalam
alat-alat (bertenaga 8 jam pergantian kerja
baterai / listrik /
pneumatik / hidrolik)
dengan APD
Getaran Bekerja melibatkan Lebih dari 5 jam dalam
seluruh paparan getaran seluruh 8 jam pergantian kerja
tubuh tubuh
Bekerja yang melibatkan Lebih dari 3 jam dalam
paparan getaran seluruh 8 jam pergantian kerja
tubuh ditambah keluhan
karyawan akibat getaran
tubuh yang berlebihan
Sun Total (jumlah centang)
Skor total untuk getaran adalah 4. Ya skor 1 atau lebih akan memulai
penilaian lanjutan.

5. Forceful exertions (termasuk lifting, pushing, pulling)


Force adalah jumlah usaha fisik yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan seperti mengangkat benda berat. Jumlah tenaga bergantung
pada tipe pegangan yang digunakan, berat obyek, durasi aktivitas,
postur tubuh dan jenis dari aktivitasnya.

23
Tabel 2.7 Batas berat yang direkomensasikan untuk mengangkat dan
atau menurunkan
Batas berat yang Berat yang Melebihi
Ketinggian kerja (di mana
direkomendasikan saat ini batas
gaya diterapkan)
(pria atau wanita) ditangani ya tidak
Antara lantai sampai
pertengahan kaki bawah
Antara pertengahan kaki
bawah sampai pergelangan
kaki
Antara pergelangan kaki
sampai siku
Antara siku sampai bahu
Diatas bahu

Faktor risiko ergonomis : pengerahan tenaga yang kuat (Pegangan


manual-mengangkat dan / atau menurunkan dengan pengoperasi
berulang).
Tabel 2.8 Batas berat yang direkomensasikan untuk mengangkat dan
atau menurunkan dengan pekerjaan yang berulang
Berat harus dikurangi
Jika karyawan mengulangi pengoperasian
dengan
1 atau 2 kali/ menit 30%
5-8 kali/ menit 50%
> 12 kali/ menit 80%

Faktor risiko ergonomis : pengerahan tenaga yang kuat (Pegangan


manual-mengangkat dan / atau menurunkan dengan postur tubuh
memutar).
Tabel 2.9 Batas berat yang direkmensasikan untuk mengangkat dan atau
menurunkan dengan postur tubuh memutar

Jika karyawan memutar tubuh dari depan Berat harus dikurangi


menghadap ke samping dengan
45 derajat 10%
90 derajat 20%

Faktor risiko ergonomis : pengerahan tenaga yang kuat (Mendorong


dan / atau menarik).

24
Tabel 2.10 Berat beban yang direkomendasikan berdasarkan jenis
aktivitas untuk mendorong dan atau menarik

Berat yang direkomendasikan


Aktivitas
Laki-laki Perempuan
Menghentikan Sekitar 1000 kg (setara dengan Sekitar 750 kg (setara dengan
atau memulai 200 N mendorong atau menarik 150 N mendorong atau menarik
beban gaya) pada permukaan halus gaya) pada permukaan halus
menggunakan bantuan menggunakan bantuan
penanganan yang dipelihara penanganan yang dipelihara
dengan baik dengan baik
Menjaga Sekitar 100 kg (setara dengan Sekitar 70 kg (setara dengan 70
beban 100 N mendorong atau menarik N mendorong atau menarik
bergerak gaya) pada permukaan halus gaya) pada permukaan halus
menggunakan bantuan menggunakan bantuan
penanganan yang dipelihara penanganan yang dipelihara
dengan baik dengan baik

6. Duration
Durasi menunjukkan jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan
suatu pekerjaan. Semakin lama durasinya dalam melakukan pekerjaan
yang sama akan semakin tinggi resiko yang diterima dan semakin
lama juga waktu yang diperlukan untuk pemulihan tenaganya.
7. Static Posture
Pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna terlihat,
pengerutan supplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot. Berbeda
halnya, dengan kondisi yang dinamis, suplai darah segar terus tersedia
untuk menghilangkan hasil buangan melalui kontraksi dan relaksasi
otot. Pekerjaan kondisi diam yang lama mengharuskan otot untuk
menyuplai oksigen dan nutrisi sendiri, dan hasil buangan tidak
dihilangkan. Penumpukan Local hypoxia dan asam latic meningkatkan
kekusutan otot, dengan dampak sakit dan letih. Sifat yang khusus dari
gangguan statik termasuk didalamnya menjaga usaha dalam level
yang tinggi dalam 10 menit atau lebih, level menengah 1 menit atau
lebih, atau usaha dengan level rendah 4 menit atau lebih. Contoh dari
ganguan statik termasuk didalamnya: meningkatkan bahu untuk
periode yang lama, menggenggam benda dengan lengan mendorong
dan memutar benda berat, berdiri di tempat yang sama dalam waktu

25
yang lama dan memiringkan kepala kedepan dalam waktu yang
lama.Diperkirakan semua pekerjaan itu dapat di atur dalam beberapa
jam per hari tanpa gejala keletihan dalam jika menggunakan gaya
yang besar tidak boleh melebihi 8 % dari maksimum gaya otot.
Tabel 2.11 Static and sustained work postures
Silahkan
Maksimum centang
Bagian Risiko Fisik
Eksposur (/)
Tubuh Faktor
Lamanya
Ya Tidak
Bekerja dalam D u r a s i sesuai
Batang Tubuh/ Kepala/
canggung statis awkward postures
Leher/ Lenga/
posisi sebagai di tabel
Pergelangan tangan
awkward postures
Bekerja di sebuah posisi Lebih dari 2 jam
berdiri dengan gerakan terus menerus
kaki minimal
Kaki / Lutut Bekerja Lebih dari 30 menit
dalam posisi duduk terus menerus
dengan minimal
gerakan.
Sub Total (Jumlah Centang)

Skor total untuk postur statis adalah 3. Ya skor 1 atau lebih akan
memulai penilaian lanjutan.

8. Physical Environment; Temperature & Lighting


Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara dan
alat-alat pendingin dapat mengurangi keterampilan tangan dan
merusak daya sentuh. penggunaan otot yang berlebihan untuk
memegang alat kerja dapat menurunkan resiko ergonomik. tekanan
udara panas dari panas, lingkungan yang lembab dapat menurunkan
seluruh tegangan fisik tubuh dan akibat di dalam panas kelelahan dan
heat stroke. Begitu juga dengan pencahayaan yang inadekuat dapat
merusak salah satu fungsi organ tubuh, seperti halnya pekerjaan
menjahit yang didukung oleh pencahayaan yang lemah mengakibatkan
suatu tekanan pada mata yang lama-lama membuat kerusakan yang
bisa fatal.

26
Tabel 2.12 Environment
Silahkan centang
Faktor Risiko Fisik
Ya Tidak
Pencahayaan yang tidak memadai
Temperature yang ekstrim (panas/dingin)
Ventilasi udara yang tidak memadai
Paparan bising diatas PEL
(berdasarkan laporan atau pengukuran sebelumnya)
Terkena suara yang mengganggu lebih dari 8 jam
Sub Total (Jumlah Centang)

9. Initial ERA form 3


Tabel 2.13 Initial ERA form

Syarat Rasa
Apakah
minimu sakit/ketidaknyamanan
Hasil perlu ERA
Total m untuk karena faktor risiko yang
Faktor resiko initial lanjutan ?
score penilaia ditemukan dalam
ERA Ya/
n penilaian muskuloskeletal
Tidak
lanjutan Ya/ Tidak
Awkward Posture (Postur Centang jika ada
13 >=6 3
saat bekerja) keluhan pada daerah
Static and sustained work tubuh
posture Leher
3 >=1 2
(postur statis dan terus Bahu
menerus) Punggung
Forcetul exertion atas
1 1 0
(mengerahkan tenaga) Lengan atas
Repertitive motion Punggung
5 >=1 1
(Gerakan berulang) bawah
Vibration (getaran) 4 >=1 0 Lengan
Lighthing (pencahayaan) 1 1 0 bawah
Temperatur (suhu) 1 1 0 Pergelanga
Ventelation (ventilasi) 1 1 0 n tangan
tangan
Panggul/
pantat
Paha
Noise (berisik) 2 >=1 0
Lutut
Tungkai
bawah
Kaki

G. Penyakit Akibat Kerja


Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan
atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi sebagai pajanan faktor

27
fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja. World Health
Organization (WHO) membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja:3
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
karsinoma bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.

Faktor - faktor penyakit akibat kerja


Faktor-faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK) tergantung pada bahan
yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja.
Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan: 3
1. Golongan fisik: suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang
sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
2. Golongan kimiawi: bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja,
maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu,
uap, gas, larutan, awan atau kabut.
3. Golongan biologi: bakteri, virus atau jamur.
4. Golongan ergonomi: biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan
cara kerja.
5. Golongan psikososial: lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

28

Anda mungkin juga menyukai