Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN”

Oleh:

NAMA : Billy Gustinar S.R


NIM : 185040200111048
KELAS/KELOMPOK : L / L1
ASISTEN : FARIN PRASETYONINGRUM

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biji merupakan suatu hal yang penting untuk kegiatan budidaya, suatu
benih dengan kualitas yang baik akan menghasilkan produk dengan kualitas yang
baik pula. Susunan dari biji sendiri cukup kompleks, struktur dan bentuk biji setiap
tanaman memiliki perbedaan sesuai dengan morfologi tanaman tersebut.
Komponen penyusun dari biji terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai fungsi
masing-masing, baik sebagai pelindung maupun cadangan makanan. Biji dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu dikotil dan monokotil. Biji dikotil adalah biji
yang memiliki dua atau lebih keping biji. Sedangkan biji monokotil hanya memiliki
satu keping biji saja. Morfologi dan anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk
dan susunan tubuh biji. Pengetahuan tentang struktur biji akan memberikan
pemahaman yang baik tentang perbedaan struktur biji tersebut. Pada praktikum ini
praktikan menggunakan benih jagung sebagai sampel biji monokotil dan benih
kacang tanah sebagai sampel biji dikotil.
1.2 Tujuan
Tujuan melakukan praktikum ini agar dapat mengetahui anatomi dan
morfologi pada benih tanaman dikotil dan monotil serta dapat mengetahui
perbedaan di antara keduanya.
1.3 Manfaat
Praktikum ini bermanfaat agar praktikan dapat memahami anatomi dan
morfologi benih tanaman dikotil dan monokotil.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Benih
- Benih ialah merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan
pengembangan usaha tani serta memiliki fungsi agronomis (Kartasapoetra, 2013).
- Benih dikatakan sebagai sel telur masak yang didalamnya terdapat embrio
tanaman, jaringan cadangan makanan, dan selubung penutup yang berbentuk
vegetatif (Woelaningsih, 2011).
- Seed is a plant multiplication unit that is used to produce a plant again (Gardner,
2011)
- Benih merupakan unit perbanyakan tanaman yang digunakan untuk menghasilkan
suatu tanaman kembali.
2.2 Morfologi Biji Monokotil
Tumbuhan monokotil adalah tumbuhan yang hanya memiliki satu
kotiledon. Adapun karakter yang paling kuat dari tanaman berkeping tunggal ini
antara lain akar yang berbentuk serabut, akar serabut adalah sejumlah akar yang
terdapat pada pangkal tumbuhan yang besar dan panjangnya hampir sama daun
yang berselang seling (Atinirmala, 2016). Struktur batang tumbuhan monokotil
Batang tumbuhan monokotil memiliki batang pembuluh tidak teratur, tidak
memiliki kambium, batang beruas-ruas dan licin serta batang tidak dapat bertambah
besar (Woelaningsih 2011).
Daun tumbuhan monokotil berbentuk pita memanjang ada yang lebar dan
ada yang kecil (Kartasapoetra, 2013). Biji tanaman monokotil merupakan biji
berkeping satu, ciri-ciri dari biji tanaman monokotil ini adalah kulit biji terletak
pada bagian paling luar, pada beberapa biji tumbuhan monokotil dapat di jumpai
beberapa lapisan sel memanjang secara radial yang menyerupai palisade tetapi
tanpa ruang-ruang interseluler (Lakitan 2015).
2.3 Morfologi Biji Dikotil
Tumbuhan dikotil adalah tumbuhan berbunga yang memiliki biji berkeping
dua. Tumbuhan yang masuk ke dalam kelompok dikotil ini mempunyai sepasang
daun lembaga atau yang kita kenal dengan sitilah kotiledon. Daun lembaga tersebut
terbentuk sudah sejak tahapan biji dengan demikian sebagian besar anggotanya
memiliki bebijian yang mudah sekali terbelah menjadi dua bagian. Pada tumbuhan
dikotil batang terdiri atas kayu dan kulit yang dapat dipisahkan. Diantara keduanya
terdapat lapisan kambium. Kambium tersusun dari sel-sel yang selalu membelah,
seperti meristem pucuk (Aryuliana, 2014).
Akar tumbuhan dikotil adalah jenis akar tunggang. Pada batang tumbuhan
dikotil, batngnya bercabang dan tekstur kulit batangnya kasar, selain itu pada
batang tumbuhan dikotil memiliki kambium, kambium imi terletak seecara teratur
di antara dua jaringan pengangkut yaitu xilem dan floem (Kartasapoetra, 2013).
Bentuk tulang pada tumbuhan dikotil adalah menyirip (Sumardi dan Pudjoarinto
2010).
2.4 Perkecambahan Epigeal
Tipe epigeal adalah tipe perkecambahan yang ditandai dengan terangkatnya keping
biji (kotiledon) ke atas permukaan tanah. Hal ini terjadi karena hipokotil lebih
cepat tumbuh dibandingkan dengan daerah epikotil. Hipokotil merupakan bagian
batang yang berada di bawah kotiledon, sedangkan epikotil adalah bagian batang
yang berada di atas kotiledon.Tipe perkecambahan epigeal banyak ditemukan pada
tumbuhan dikotil (Fahn 2012).
2.5 Perkecambahan Hipogeal
Tipe hipogeal adalah tipe perkecambahan yang ditandai dengan tidak terangkatnya
keping biji (kotiledon) ke atas permukaan tanah melainkan tetap di dalam tanah.
Hal ini terjadi karena daerah hipokotil lebih lambat pertumbuhannya dibandingkan
dengan daerah epikotil (Hidayat 2010).
2.6 Faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji
Proses pertumbuhan kecambah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal tanaman dan faktor lingkungan (eksternal). Faktor internal tersebut antara
lain gen dan hormon. Faktor lingkungan meliputi dua faktor yaitu faktor dalam
tanah dan faktor di atas tanah. Faktor dalam tanah terdiri dari keasaman, aerasi,
kandungan unsur kimia, dan lain-lain. Sedangkan faktor di atas tanah adalah radiasi
matahari, temperatur, kelembaban, dan lain-lain (Natasyatria, 2017).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
No Alat Fungsi
1 Cutter Memotong benih membujur ataupun melintang
2 Kaca Pembesar Untuk mengamati anatomi
3 Cawan Petri Sebagai wadah melakukan pengamatan
4 Gelas Plastik Sebagai wadah melakukan pengamatan
5
3.1.2 Bahan
No Bahan Fungsi
1 Jagung Sebagai objek pengamatan
2 Kacang Merah Sebagai objek pengamatan
3 Kapas Sebagai media tumbuh biji
4 Air Untuk membasahi biji

3.2 Cara Kerja


a. Pengamatan Struktur Biji
Menyiapkan Alat dan Bahan

Potong benih secara membujur dan melintang dengan cutter

Letakkan setiap benih (utuh dan yang sudah terpotong) ke cawan petri

Menggambar Benih yang Diamati

Catat Hasil dan Dokumentasi


b. Pengamatan Tipe Perkecambahan
Menyiapkan alat dan bahan

Basahi kapas dengan air, taruh di gelas plastik

Letakkan benih dalam masing-masing gelas plastik

Amati selama 5 hari

Catat hasil dan dokumentasi


3.3 Analisa Perlakuan
Pada praktikum ini, hal yang harus dipersiapkan adalah alat dan bahan
sesuai yang tertera pada modul. Setelah itu, melakukan pengamatan terhadap
anatomi dengan cara membelah/ memotong biji baik secara horizontal maupun
vertikal menggunakan cutter. Sebaiknya biji dipotong secara vertical karena
strukturnya akan lebih jelas terlihat dan mudah untuk dipahami. Lalu biji diamati
menggunakan alat bantu berupa kaca pembesar kemudian didokumentasikan.
Setelah pengamatan struktur biji, pengamatan selanjutnya adalah pengamatan tipe
perkecambahan. Biji jagung dan kacang merah yang digunakan masing- masing
dua per gelas plastic. Sebelumnya gelas plastic diberi kapas dan dibasahi dengan
sedikit air. Pengamatan dilakukan selama lima hari kemudian hasil pengamatan
setiap hari dicatat dan didokumentasikan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan Morfologi Biji
Gambar Dokumentasi Gambar Tangan

Jagung

Kacang Merah

4.2 Hasil pengamatan tipe perkecambahan


Tipe
No Jenis Biji Dokumentasi
Perkecambahan

1 Monokotil Hipogeal

2 Dikotil Epigeal
4.3 Pembahasan Umum
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui perbedaan morfologi
ataupun struktur dari kedua sampel biji monokotil dan dikotil yaitu jagung dan
kacang merah. Pada biji kacang merah terlihat jelas selaput pelindung biji berwarna
kecoklatan, begitu pula dengan plumula yang akan menjadi bakal daun serta
radikula yang akan menjadi akar. Selain itu, kotiledon juga terlihat menjadi bagian
paling banyak dalam struktur biji. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra
(2013), bahwa struktur benih kacang merah terdiri dari bagian kulit benih (seed
coattesta) sebagai pelindung benih dari pengaruh buruk lingkungan, gangguan
mekanis ataupun sebagai pelindung benih dari pengaruh buruk lingkungan,
gangguan mekanis, ataupun serangan dari OPT. Kotiledon sebagai jaringan
cadangan makanan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan benih, plumula
sebagai pucuk lembaga yang berperan menjadi titik tumbuh, hipokotil sebagai calon
batang utama, epikotil sebagai bagian di antara hipokotil dan plumulae, serta
radikula sebagai calon akar yang akan menjadi radix primaria.
Pada biji jagung, bagian yang paling jelas teramati yaitu kulit biji (aleuron),
endosperm, serta embrio. Menurut Suarni (2018), secara struktural biji jagung yang
telah matang terdiri dari empat bagian utama, yaitu pericarp, lembaga, edosperm,
dan tip kap. Pericarp merupakan lapisan pembungkus biji yang berubah cepat
selama pertumbuhan biji. Pada penampang pelintang benih jagung, terlihat bagian
endosperm yang berwarna putih memiliki bagian paling luas, bagian dalam
berwarna oranye yang bernama pericarp. Bagian kecil berwarna coklat kehitaman
yaitu radikula yang merupakan calon tumbuhnya akar, kemudian bagian bawah
endosperm yang merupakan kotiledon. Hal ini sesuai dengan pernyataan Belfield
dan Brown (2018), yang menyatakan bahwa biji tanaman jagung dikenal sebagai
kernel yang terdiri dari tiga bagian utama, yaitu dinding sel, endosperma, dan
embrio.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Biji adalah suatu hal yang penting untuk kegiatan budidaya. Struktur dan
bentuk biji setiap tanaman memiliki perbedaan sesuai dengan morfologi tanaman.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
struktur biji monokotil dan dikotil memiliki perbedaan. Pada benih monokotil
hanya terdapat satu keping biji, sedangkan pada benih dikotil terdapat dua keping
biji. Selain itu, perbedaan dari struktur biji monokotil dan dikotil adalah pada
cadangan makanan. Cadangan makanan pada biji monokotil berupa endosperm,
sedangkan cadangan makanan pada biji monokotil berupa kotiledon.

5.2 Saran
Praktikum sudah berjalan dengan baik. Diharapkan agar asisten praktikum
ketika menyampaikan materi lebih baik lagi agar materi yang disampaikan dapat
diterima dengan baik oleh praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aryuliana, L., 2014. Teknologi Benih. Rajawali, Jakarta.
Atinirmala,. 2006. Bilologi Praktis,.Yogyakarta : Kreasi Wacana.
Belfield, Stephanie and Christine Brown. 2018. Field Crop Manual: Maize (Guide
to Upland Production in Cambodia). Canberra.
Berkeley. 2013. Bulbs, Tubers, Corms, and Rhizomes. Naturally History.
Fahn, A. 2012. Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3. UGM Press. Yogyakarta
Gardner, J. F. 2011. Seed Storage Longevity. Kozlowski Ed. Seed Biology: 145-
246, Vol. 111.
Hidayat, E.B., 2010. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Kartasapoetra, Ance G. 2013. Teknologi Benih. Jakarta: Rineka Cipta
Pengembangan Pascapanen Pertanian Press, Yogyakarta.
Lakitan, Benyamin. 2015. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali
press.
Natasyatria, G. 2017. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University
Suarni dan S. Widowati. 2018. Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serelia, Maros. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan.
Sumardi, Pudjoarinto, 2010. Morfologi Biji. Jakarta. Rajawali Press, Yogyakarta.
Woelaningsih, E. 2011. Pola Perkecambahan Tanaman Semusim dan Tahunan.
Berita Biologi Edisi 8.

Anda mungkin juga menyukai