Anda di halaman 1dari 6

KONSEP DAN PRINSIP

PERILAKU KONSUMEN

OLEH :

KELOMPOK 9

24. I Kadek Yudik Astika Putra (1807511125)

25. Anak Agung Gede Agung (1807511126)


Bismaputra

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS UDAYANA

BUKIT JIMBARAN

2018
Teori Prilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari,menukar,


menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap untuk memuaskan
kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber
dayanya yang terbatas, seperti : uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa
yang diinginkan demi kepuasan mereka.

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat kondisi yang lain
tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku
Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya,
dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan
apa yang diharapkannya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Untuk memahami perilaku konsumen bergantung pada psikologi dan sosiologi. Hasilnya
berfokus pada empat bidang yang menjadi pengaruh utama terhadap perilaku konsumen:
psikologis, pribadi, sosial, dan budaya (RW.Griffin & RJ. Ebert, 2003:366)

a. Pengaruh psikologis mencakup motivasi, presepsi, kemampuan belajar, dan sikap


perseorangan.

b. Pengaruh pribadi mencakup gaya hidup, kepribadian, dan status ekonomi.

c. Pengaruh sosial mencakup keluarga, pendapat pemimpin (orang yang pendapatnya


diterima oleh orang lain), dan kelompok referensi lainya seperti teman, rekan sekerja, dan
rekan seprofesi.

d. Pengaruh budaya mencakup budaya (“cara hidup” yang membedakan satu kelompok besar
dengan kelompok lainya), subkultur (kelompok yang lebih kecil, seperti kelompok etnis yang
memilliki nilai-nilai bersama), dan kelas sosial (kelompok-kelompok berdasarkan peringkat
budaya menurut kriteria seperti latar belakang, pekerjaan, dan pendapatan.
Walaupun seluruh faktor itu dapat berdampak besar pada pilihan konsumen, dampk faktor-
faktor itu terhadap pembelian aktual beberapa produk menjadi sangat lemah atau dapat
diabaikan. Beberpa konsumen, misalnya, memperlihatkan loyalitas terhadap merek (Brand
Loyalty) tertentu, yang berarti mereka secara rutin membeli produk-produk karena mereka
puas atas kinerja merek produk itu.

Asumsi seorang konsumen :

1) Konsumen harus rasional yaitu menginginkan kepuasan maksimal.

Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut:

a) barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen;


b) barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen;
c) mutu barang terjamin;
d) harga sesuai dengan kemampuan konsumen.
2) Konsumen punya preferensi jelas akan barang dan jasa
3) Terdapat kendala anggaran

Definisi Pendekatan Kardinal

Pendekatan kardinal dalam analisis konsumen didasarkan pada asumsi bahwa tingkat
kepuasan yang diperoleh konsumen dari konsumsi suatu barang dapat diukur secara langsung
dengan angka menggunakan satuan tertentu seperti uang, jumlah atau buah.Oleh karena itu,
pendekatan ini disebut juga dengan pendekatan kardinal (cardinal approach).Pendekatan ini
juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan
semakin diminati.

Kata utilitas berasal dari bahasa inggris yaitu utility. Utilitas memiliki satuan yang disebut
util. Utilitas yang diperoleh dari konsumen dalam mengonsumsi dapat berupa utilitas total
(total utility) dan utilitas marjinal (marginal utility). Teori utilitas menyatakan utilitas barang
dan jasa tertentu tidak bisa diukur dengan skala objektif, konsumen berwenang dalam
memberikan peringkat terhadap beberapa alternative yang berbeda.

Dalam pendekatan ini, digunakan konsep Total Utility (TU) dan Marginal Utility (MU).
Untuk memahami penerapan pendekatan utilitas kardinal ini, misalnya setelah berolahraga,
Anda akan merasa haus. Untuk menghilangkan rasa haus tersebut, Anda memutuskan untuk
meminum air dalam gelas. Kali pertama Anda meminum satu gelas air, Anda akan
mendapatkan tingkat utilitas atau utilitas tertentu. Selanjutnya, Anda meminum air dalam
gelas yang kedua. Dengan mengonsumsi air dalam gelas kedua, total utilitas Anda akan
meningkat karena air dalam gelas kedua memberikan tambahan utilitas.[2] (Prathama
Rahardja dan Mandala Manurung, 2008)

Demikian juga, jika Anda memutuskan untuk meminum air dalam gelas ketiga, nilai total
utility akan bertambah karena air dalam gelas ketiga memberikan tambahan utilitas.
Tambahan utilitas ini disebut utilitas marjinal atau marginal utility .Sejalan dengan hukum
utilitas marjinal yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal utility), semakin
banyak Anda mengonsumsi air, utilitas tambahan yang diperoleh dari mengonsumsi air
tersebut semakin berkurang.

Utilitas marjinal yang semakin berkurang muncul dari kenyataan bahwa kenikmatan yang
Anda peroleh dari meminum air tersebut akan menurun sejalan dengan makin banyaknya air
yang dikonsumsi. Dengan semakin berkurangnya utilitas tambahan tersebut, utilitas total
akan meningkat dengan laju yang semakin menurun. Nilai utilitas total akan maksimum pada
saat nilai utilitas marjinal sama dengan nol (MU = 0).

Asumsi Dasar Pendekatan Kardinal

Meskipun pendekatan guna kardinal mempunyai kelemahan berupa tidak realistis asumsi
dapat diukurnya kepuasan seseorang,namun dari segi lain,pendekatan cardinal ini mempunyai
kelebihan tersediri.Adapun salah satunya kelebihan yang paling menonjol ialah berupa lebih
mudahnya isi konsepsi cardinal untuk diselami,khususnya bagi mereka yang pertama kali
mudah dimengerti mengapa dalam kebanyakan buku teks menggunakan pendekatan kardinal
yang mandahului uraian mengenai teori konsumen yang menggunakan pendekatan
ordinal.Sebelumnya asumsi – asumsi yang mendasari pendekatan cardinal disebutkan dan
diuraikan secara eksplisit. Asumsi – asumsi dibawah ini merupakan asumsi – asumsi dasar
yang khas untuk teori konsumen yang menggunakan pendekatan cardinal yaitu :

a) Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.

b) Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan.


c) Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap
satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi
semakin kecil. (Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation
point tambahan kepuasan akan semakin turun). Hukum ini menyebabkan terjadinya
Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan
hukum Gossen.

d) Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang,
sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat
kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang
dirasakan konsumen rendah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.
Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal.

Pendekatan Konsumen Ordinal

Pendekatan konsumen Ordinal adalah pendekatan yang daya guna suatu barang tidak perlu
diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya
guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dalam teori perilaku konsumen
dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah:

· Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan


yang dimilikinya

· Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering

· Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya
semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan
yang dimilikinya. Kelemahan pendekatan konsumen ordinal yaitu terletak pada anggapan
yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur
dari satu kepuasan.
Equilibrium Konsumen

Kondisi keseimbangan konsumen adalah kondisi dimana konsumen telah mengalokasikan


seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang ada (dalam jumlah tertentu) dipakai
untuk mencapai tingkat kepuasan tertinggi (maksimalisasi kegunaan), atau tingkat kepuasan
tertentu dapat dicapai dengan anggran paling sedikit (minimalisasi biaya).

Hal ini sesuai dengan prinsip ekonomi, bagi konsumen. Secara grafis kondisi keseimbangan
tercapai bila kurva garis anggaran menyinggung kurva kurva indeverensi. titik singgung
antara garis anggran dengan kurva indeverensi menunjukkan keseimbangan konsumen, yang
berarti dari jumlah anggaran tertentu dapat dicapai kepuasan maksimum. Selama garis
anggaran masih memotong kurva indeveransi kepuasan konsumen belum mencapai titik
maksimal.

Gambar kurva keseimbangan konsumen :

Anda mungkin juga menyukai