Disusun oleh :
Tingkat 2B
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan-bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
A. LatarBelakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian ................................................................................................................. 3
B. Etiologi ....................................................................................................................... 3
C. Tanda dan Gejala ....................................................................................................... 4
D. Patofisiologi ............................................................................................................... 4
E. Pathway ..................................................................................................................... 5
F. Komplikasi ................................................................................................................. 5
G. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................ 6
H. Penatalaksanaan ....................................................................................................... 6
I. Penanganan .............................................................................................................. 6
J. Rencana Asuhan Keperawatan .................................................................................. 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN MENINGOKEL ..................................................... 25
iii
A. Pengkajian ............................................................................................................... 25
B. Analisa Data ............................................................................................................. 28
C. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................ 29
D. Intervensi Keperawatan .......................................................................................... 30
E. Implementasi ........................................................................................................... 34
F. Evaluasi .................................................................................................................... 41
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 49
A. Simpulan ................................................................................................................... 49
B. Saran ......................................................................................................................... 49
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan kongenital adalah suatu kelainan yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun
mental. Kelainan kongenital dapat disebabkan akibat kejadian sebelum kehamilan, selama
kehamilan dan saat melahirkan atau masa perinatal. Cacat ini dapat akibat penyakit genetik,
pengaruh lingkungan baik sebelum pembuahan (bahan mutagenik) maupun setelah terjadi
pembuahan (bahan teratogenik).
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasil konsepsi/pembuahan sel telur oleh sperma. Kelainan kongenital dapat
menjadi suatu hal penting yang dapat menyebabkan terjadinya abortus dan kematian segera setalah
lahir. Fatalnya kelainan kongenital pada bayi dapat menyebabkan kematian segera pada bayi dalam
bulan-bulan pertama kehidupannya. Biasanya,bayi yang mengalami kelainan kongenital adalah bayi
yang terlahir dengan berat badan lahir rendah. Sekitar 20% bayi dengan berat badan lahir rendah
meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
Kelainan genetik tidak selalu akibat pewarisan dan diwariskan. Kelainan genetik dapat pula
disebabkan oleh adanya mutasi secara spontan yang dipengaruhi oleh lingkungan. Penyakit infeksi
dalam kandunan,pengaruh lingkungan seperti radiasi sinar radioaktif dan kekurangan atau kelebihan
bahan nutrisi/zat gizi juga dapat menjadi penyebab kelainan kongenital pada bayi. Akan tetapi,fakta
dilapangan penyebab kelainan kongenital sukar untuk diketahui.
Kelainan kongenital dapat terjadi pada organ tubuh. Salah satu kelainan kongenital yang
dapat terjadi pada bayi yaitu Meningokel.
Meningokel adalah salah satu dari tiga jenis kelainan spina bifida. Meningokel merupakan
kelainan kongenital yang disebut dengan Neural Defect Tube (NTD), dengan angka kejadian adalah 3
ditiap 1000 kelahiran. Meningokel biasanya terdapat pada bagian servikal atau daerah torakal
sebelah atas.
B. Rumusan Masalah
5
5. Bagaimana pathway Meningokel ?
C. Tujuan
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan pada pasien
Meningokel.
10. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan
Meningokel.
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Meningokel
Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis melalui spina bifida
dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan. Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang
sangat tipis. Pada kasus tertentu kelainan ini dapat dikoreksi dengan pembedahan. Pembedahan
terdiri dari insisi meningokel dan penutupan dura meter. Kemudian kulit diatas cacat ditutup.
Hidrosefalus kemungkinan merupakan komplikasi yang memerlukan drainase.
Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering terjadi. Biasanya
terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di daerah servikal atau daerah torakal
sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis
(dalam durameter tidak terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi
akan menjadi normal sesudah operasi.
Jadi, Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebrata yang tidak utuh
dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit.
B. Etiologi Meningokel
7
Tanda dan gejala Meningokel bervariasi pada tiap penderitanya. Hal itu bergantung pada
beratnya kerusakan korda spinalis atau akar saraf yang terdampak. Bahkan,sebagian anak tidak
memiliki tanda dan gejala yang menunjukan terjadinya Meningokel dan sebagian yang lainnya
ada yang mengalami kelumpuhan pada bagian yang dipersarafi oleh korda spinalis dan akar
saraf yang terdampak.
1. Penonjolan seperti kantung dipunggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir dan
jika disinari,kantung tersebut tidak tembus cahaya.
D. Patofisiologi Meningokel
Terdapat dua kegagalan penyatuan lamina vertebrata dan kolumna spinalis,yaitu spina
bifida okulta dan spina bifida sistika.
Spina bifida okulta adalah defek penutupan dengan meninges tidak terpajan di
permukaan kulit. Defek vertebratanya kecil,umumnya pada daerah lumbosakral.
Sedangkan spina bifida sistika adalah defek penutupan yang menyebabkan penonjolan
medula spinalis dan pembungkusnya. Meningokel adalah penonjolan yang terdiri dari meninges
dan sebuah kantong yang berisi cairan sereberosphinal (CSS) dimana penonjolan ini tertutup
oleh kulit biasa.
E. Pathway Meningokel
8
F. Komplikasi Meningokel
1. Hydrocephalus
2. Meningitis
3. Hydrosiringomielia
4. Intraspinal tumor
5. Kiposkoliosis
9
6. Kelemahan permanen atau paralisis pada ekstremitas bawah
9. Sindroma chiari
2. Ultrasonografi (USG) tulang belakang bisa menunjukan adanya kelainan pada korda spinalis.
3. CT scan dan MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya
kelainan secara lebih detail.
H. Penatalaksanaan Meningokel
1. Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan kedalam incubator dengan kondisi tanpa baju.
3. Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah dan ahli ortopedi, dan ahli urologi, terutama
untuk tidakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan informed consent. Lakukan
pengamatan dengan cermat terhadap adanya tanda-tanda hidrosefalus (dengan mengukur
lingkar kepala setiap hari) setelah dilakukan pembedahan atau juga kemungkinan terjadinya
meningitis (lemah, tidak mau minum, mudah terangsang, kejang dan ubun-ubun akan besar
menonjol). Selain itu, perhatikan pula banyak tidaknya gerakan tungkai dan kaki, retensi urin
dan kerusakan kulit akibat iritasi urin dan feses.
1. Cegah infeksi perlukaan ensefalokel waktu lahir, menutup luka dengan kasa steril
setelah lahir.
2. Untuk membantu memperlancar aliran air kemih bisa dilakukan penekanan lembut
diatas kandung kemih.
3. Pembedahan shunting dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk
mengobati hidrosefalus.
10
4. Bergerak akan melatih pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi
otot.
5. Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya,
diberikan antibiotik. Kasus yang berat kadang harus dilakukan pemasangan kateter.
6. Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur tangan
dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik.
Tujuan dari pengobatan awal spina bifida, termasuk meningokel adalah mengurangi kerusakan
saraf akibat spina bifida, meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi), serta membantu keluarga dalam
menghadapi kelainan ini. Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk
menutup lubang yang terbentuk dan untuk mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih
serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida.
1. Pengkajian
a) Identitas
Identitas pasien,yang meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, usia, jenis kelamin,
alamat, agama, suku bangsa, kewarganegaraan, nomor rekam medik, dan diagnosa
medis.
Identitas ibu,yang meliputi nama,tempat dan tanggal lahir, usia, jenis kelamin,
alamat, agama, suku bangsa, kewarganegaraan, bahasa yang digunakan, pendidikan,
dan pekerjaan
Identitas ayah,yang meliputi nama,tempat dan tanggal lahir, usia, jenis kelamin,
alamat, agama, suku bangsa, kewarganegaraan, bahasa yang digunakan, pendidikan,
dan pekerjaan
b) Riwayat Kesehatan
Keluhan utama,kaji apa yang menjadi keluhan utama pasien atau apa yang
menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit.
Keluhan tambahan,kaji keluhan lain yang dirasakan oleh pasien selain keluhan
utama.
11
Riwayat penyakit dahulu,kaji apakah pasien pernah mengalami hal serupa
sebelumnya.
Pengkajian kehamilan dan persalinan pada ibu penting dilakukan untuk mengetahui
apakah selama kehamilan atau persalinan ibu mengalami kelainan yang dapat
berdampak pada bayi hingga menyebabkan kelainan seperti Meningokel.
Pola psikososial,kaji bagaimana situasi keluarga atau dalam hal ini ayah dan ibu
pasien.
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Head to Toe. Pada pemeriksaan ini dilakukan melalui empat cara yaitu,
inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
12
- Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung
sertacairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam
penciuman
Inspeksi
Palpasi
13
Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,
warnarambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada
kelainan/tidak.Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora
tertutup oleh labia mayora.
Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
2. Diagnosa keperawatan
Risiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
N
Diagnosa NANDA NOC NIC
o
Hambatan
1 mobilitas fisik NOC Exercise therapy:
(00085) ambulation
Outcome untuk Mengukur
Penyelesaian dari Diagnosis Monitoring vital sign
Definisi: keterbatasan
sebelum/ setelah
pada pergerakan fisik
Ambulasi latihan dan lihatrespon
tubuh satu ataulebih
pasien saat latihan
ekstremitas secara Ambulasi : Kursi roda
14
keterampilan motorik Faktor yang Berhubungan teknik ambulasi
kasar.
Status neurologi : Pusat kontrol Kaji kemampuan pasien
Penurunan rentang motorik dalam mobilisasi
gerak.
Status nutrisi : Asupan Nutrisi Latih pasien dalam
Waktu reaksi pemenuhan kebutuhan
Toleransi terhadap aktivitas
memanjang. ADLs secaramandiri
Kriteria Hasil : sesuai kemampuan
Kesulitan membolak-
balikkan posisi. Pergerakan (0208) Dampingi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs
Ketidaknyamanan. Indicator Skala
pasien
Melakukan aktivitas awal tujuan
Berikan alat bantu jika
lain sebagai 1. Keseimbang
klien memerlukan
pengganti an (020801)
terkoordinasi 6. Berjalan
(020806)
Faktor yang
berhubungan: 7. Koordinasi
(020809)
Intoleransi aktivitas
8. Berlari
Ansietas (020811)
9. Merangkak
IMT di atas persentil
(020813)
15
ke-75 sesuai usia 10. Bergerak
dengan
Kepercayaan budaya mudah
tentang aktivitas yang (020814)
tepat. Keterangan :
Penurunan
ketahanan tubuh.
Depresi.
Disuse
Kurang dukungan
lingkungan
Kurang pengetahuan
tentang nilai aktivitas
fisik
Kaku sendi
Malnutrisi
Nyeri
Kondisi Terkait :
Kerusakan integritas
struktur tulang
Gangguan fungsi
16
kognitif
Gangguan fungsi
metabolisme
Kontraktur
Keterlambatan
perkembangan
Gangguan
muskuloskletal
Gangguan
neuromuskular
Agens farmeseutika
Program pembatasan
gerak
Gangguan
sensoriperseptual
Kerusakan
2 integritas kulit NOC Pressure management
(00046)
Outcome untuk Mengukur
Anjurkan pasien untuk
Definisi : Kerusakan pada Penyelesaian dari Diagnosis
epidermis dan/atau menggunakan pakaian
dermis. Integritas jaringan : Kulit dan yang longgar.
17
Hematoma Penyembuhan luka sekunder Monitor kulit akan
adanya kemerahan.
Area panas lokal Outcome yang Berhubungan
dengan Faktor yang Berhubungan Oleskan lotion atau
Kemerahan
minyak pada daerah
Posisi tubuh : inisiatif sendiri
Faktor yang yang tertekan.
berhubungan : Respon pengobatan
Monitor aktivitas dan
Eksternal
Status neurologi : Perifer mobilisasi pasien.
Agens cedera kimiawi
Perfusi jaringan Monitor status nutrisi
Ekskresi pasien.
Status nutrisi
Kelembapan Memandikan pasien
Kriteria Hasil :
dengan sabun dan air
Hipertermia
Integritas Jaringan : Kulit dan hangat.
Hipotermia membran mukosa (1101)
Intition site care
Lembap Indikator Skala
Membersihkan,
Tekanan pada awal tujuan memantau, dan
tonjolan tulang 1. Suhu tubuh meningkatkan proses
(110101) penyembuhan pada
Sekresi
2. Sensasi luka yang ditutup
Internal (110102) dengan jahitan.
Populasi Berisiko
6. Tekstur Bersihkan area sekitar
(110108)
Usia ekstrem jahitan.
7. Perfusi
Kondisi Terkait : jaringan Ganti balutan pada
(110111 interval waktu yang
Gangguan
sesuai atau biarkanluka
8. Pertumbuh
metabolisme
an rambut tetap terbuka sesuai
18
Gangguan pigmentasi pada kulit program.
(110112)
Gangguan sensasi
9. Integritas
Gangguan turgor kulit kulit
(110113)
Pungsi arteri Keterangan :
Trauma vaskular
Ketidakseimbangan
3 NOC Nutrition management
nutrisi:kurang dari
kebutuhan tubuh (00002) Outcome untuk Mengukur Kaji adanya alergi
Penyelesaian dari Diagnosis makanan
Definisi:
19
Diare Faktor yang Berhubungan konstipasi
Kesalahan persepsi
3. Intake Nutrition monitoring
cairan
Membran mukosa BB pasien dalam batas
lewat mulut
pucat (102003) normal
6. Intake dilakukan
Sariawan rongga
kalori
mulut (102012) Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
Kelemahan otot 7. Intake
makanan makan
pengunyah
lewat
selang Monitor lingkungan
Kelemahan otot
(102021) selama makan
20
untuk menelan 8. Intake Jadwalkan pengobatan
cairan dan tindakan tidak
Penurunan berat intravena
selama jam makan
badan dengan asupan (102022)
Keterangan :
Asupan diet kurang Monitor kekeringan,
21
Resiko4infeksi (00004) NOC Infection control
22
hemoglobin 3. mengenali Gunakan kateter
faktor risiko intermitten untuk
Imunosupresi individu
menurunkan
(190201)
Prosedur invasif infeksikandung kemih
4. mengemba
Leukopenia ngkan Tingkatkan intake
startegi
nutrisi
Pecah ketuban dini yang efektif
dalam
Berikan antibiotik bila
mengontro
Pecah ketuban
risiko perlu
lambat (190204)
23
10. berpartisipa membran mukosa
si dalam terhadapkemerahan,
skrinning
panas, drainase
masalah
kesehatan
Inspeksi kondisi luka/
(190210)
insisi bedah
Keterangan :
Dorong masukkan
1 : Tidak pernah menunjukkan
nutrisi yang cukup
2 : Jarang menunjukkan
Dorong masukkan
3 :Kadang-kadang menunjukkan cairan
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
24
Eksternal Penyembuhan luka : Primer terdahulu pasien
10. Risiko
Pagar tangga tidak
pinggang ke
adekuat panggul
(200410)
Material mudah
Keterangan :
terbakar tidak
disimpan dengan 1 : Sangat terganggu
aman
2 : Banyak bergerak
Bahan korosif tidak
3 : Cukup terganggu
disimpan dengan baik
4 : Sedikit terganggu
Kurang peralatan
antislip di kamar 5 : Tidak terganggu
mandi
Kurang
pencahayaaan
Kurang perlindungan
dari sumber panas
Kesalahan alat
pelindung kepala
Kesalahan
penggunaan restrein
kursi
Jalan buntu
26
Bermain dengan
objek yang berbahaya
Bermain bahan
peledak
Pegangan panci
menyentuh oven
Jarak yang
berdekatan dengan
jalur kendaraan
Lantai licin
Merokok di tempat
tidur
Merokok dekat
oksigen
Pengoperasian alat
berat tidak aman
Penggunaan piring
retak
Penggunaan karpet
terlipat
Penggunaan kursi
tidak stabil
27
Penggunaan tangga
tidak stabil
Menggunakan
pakaian longgar
dekat api
Internal
Gangguan emosional
Gangguan
keseimbangan
Kurang pengetahuan
tentang
kewaspadaan
keselamatan
Gangguan
penglihatan
Kelemahan
Populasi Berisiko :
Kesulitan ekonomi
Suhu lingkungan
ekstrem
Kebocoran gas
Lingkungan kriminal
tinggi
Riwayat trauma
Kondisi Terkait :
Gangguan fungsi
kognitif
28
Gangguan sensasi
Penurunan koordinasi
mata dan tangan
Penurunan koordinasi
otot
4. Implementasi
5. Evaluasi
29
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien
No.RM : 8081xxx
Nama : An.S
Usia : 3 bulan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
b. Identitas Ibu
Nama : Ny.R
Usia : 25 tahun
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pedagang
30
c. Identitas Ayah
Nama : Tn.A
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pedagang
Nama : Tn.A
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pedagang
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Ibu pasien mengatakan bayinya mempunyai benjolan pada bagian
punggung bawah yang semakin lama semakin membesar.
d. Riwayat penyakit dahulu : Ibu pasien mengatakan bayinya belum pernah dirawat di
rumah sakit.
e. Riwayat penyakit keluarga : Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami
penyakit serupa.
3. Riwayat Kehamilan
d. Kenaikanberatbadan : 11 kg
4. Riwayat Persalinan
B. ANALISA DATA
Tanda-tanda vital :
S : 36,5˚C
DO : Terdapat benjolan di
bagian cervical vertebra ,
benjolan elastis , berisi cairan
33
3. DS : Orang tua pasien Penurunan ketahanan Hambatan mobilitas fisik
mengatakan anaknya sering tubuh (00085) (00085)
sakit , bayinya kurang aktif
karena cepat lelah , sering
menangis sejak benjolan pada
punggung bayi membesar
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Asupan diet
kurang (00002)
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Tekanan tonjolan pada tulang (00046)
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan Penurunan ketahanan tubuh (00085)
34
D. INTERVENSI
35
1. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Monitor nutrisi (1160)
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 jam
berhubungan dengan asupan , diharapkan status nutrisi Timbang Berat Badan
diet kurang (00002) pasien tercukupi , dengan pasien
kriteria hasil :
Monitor pertumbuhan dan
Status Nutrisi Bayi (1020) perkembangan
1 : Tidak adekuat
2 : Sedikit adekuat
3 : Cukup adekuat
5 : Sepenuhnya adekuat
36
2. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Luka Tekan
berhubungan dengan tekanan keperawatan selama 3x24 jam (3540)
pada tonjolan tulang (00046) , diharapkan masalah
integrasi kulit dapat Gunakan metode
berkurang dengan kriteria pengukuran suhu kulit yang
hasil : tepat untuk mengetahui
resiko luka tekan , sesuai
Integritas jaringan : kulit dan protap yang ada
membran mukosa (1101)
Dokumentasi Berat Badan
Indikator A T pasien
Kriteria :
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
37
3. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Pengaturan Posisi :
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Neurologis (0844)
gangguan neuromuskular diharapkan , penurunan
(00085) ketahanan pasien dapat Beri posisi terapeutik
berkurang dengan kriteria
Jangan beri tekanan pada
hasil :
bagian tubuh yang
Pergerakkan (0208) terganggu
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
38
E. IMPLEMENTASI
39
07.00 1. Menimbang Berat Ds : -
Badan bayi
Do : 11kg
2. Mendokumentasikan
Ds: -
Berat Badan pasien
Do : 11kg
07.10 Memonitor Ds : -
kecenderungan turun dan
Do : Berat badan bayi turun
naiknya Berat Badan
0,5kg
Ds : -
40
08.15 Menginspeksi di area yang Ds : -
menonjol dan area yang
tertekan lainnya setiap kali Do : Bayi menangis saat
merubah posisi pasien dilakukan inspeksi
BB : 11kg
Lila : 11cm
41
2. Memastikan posisi bayi sebentar ±5
dalam keadaan nyaman dan
terhindar dari rasa sakit bagian menit,menghingsap cukup kuat
yang terganggu
aerola,dan terlihat cukup puas
ketika selesai menyusu.
Ds : -
Do : 11kg
42
pada punggung bayi mulai
berkurang
Ds : -
BB : 11kg
Lila : 11cm
43
2019 suhu tubuh, dan respirasi. Do :
Do : 11kg
44
diintruksikan oleh perawat
Ds : -
BB : 11kg
Lila : 11cm
46