Anda di halaman 1dari 5

NAMA: HUSNAN KANDAYA

NIM: 018.01.3583

SEMESTER: II

TUGAS 2

A. Kewaspadaan terhadap vena central


Tekanan vena sentral atau central venous pressure (CVP) merupakan tekanan
pada vena besar thorak yang menggambarkan aliran darah ke jantung. Tekanan vena
sentral merefleksikan tekanan darah di atrium kanan atau vena kava. Pada umumnya
jika venous return turun, CVP turun, dan jika venous return naik, CVP meningkat.
Central venous catheter (CVC) berujung didekat jantung pada vena besar
(seperti vena jugularis interna dan subclavian) yang berfungsi untuk infus, pengambilan
darah, dan pemantauan hemodinamik. CVC dapat digunakan untuk memantau tekanan
dan saturasi oksigen (ScvO2). CVP diukur dengan posisi supine pada akir ekspirasi
tanpa tekanan ekspirasi dan tekanan positif. CVP normal pada pasien dengan napas
spontan adalah 0-5 mmHg. Pada pasien dengan ventilasi mekanik, CVP maksimal
adalah 10 mmHg, meskipun berpengaruh terhadap tekanan pleura. Pengukuran CVP
statis tidak dapat menentukan status cairan pasien. Perubahan dinamik pada CVP
(melalui peningkatan dengan bolus cairan) dapat menentukan status cairan meski masih
kontroversial dan sulit dilakukan, kecuali pada pasien yang paralized dengan
pernapasan reguler.

Indikasi pemantauan tekanan vena sentral:


1. Mengetahui fungsi jantung. Pengukuran CVP secara langsung mengukur tekanan atrium
kanan (RA) dan tekanan end diastolic ventrikel kanan. Pada pasien dengan susunan
jantung dan paru normal, CVP juga berhubungan dengan tekanan end diastolic ventrikel
kiri.
2. Mengetahui fungsi ventrikel kanan CVP biasanya berhubungan dengan tekanan
(pengisian) diastolik akhir ventrikel kanan. Setelah ventrikel kanan terisi, maka katup
tricuspid terbuka yang memungkinkan komunikasi terbuka antara atrium dan ventrikel
jantung. Apabila tekanan akhir diastolik sama dengan yang terjadi pada gambaran
tekanan ventrikel kanan, CVP dapat menggambarkan hubungan antara volume
intravaskular, tonus vena, dan fungsi ventrikel kiri.

3. Menentukan fungsi ventrikel kiri Pada orang-orang yang tidak menderita gangguan
jantung, CVP berhubungan dengan tekanan diastolik akhir ventrikel kiri dan merupakan
sarana untuk mengevaluasi fungsi ventrikel kiri.

4. Menentukan dan mengukur status volume intravaskular. Pengukuran CVP dapat


digunakan untuk memeriksa dan mengatur status volume intravaskuler karena tekanan
pada vena besar thorak ini berhubungan dengan volume venous return.

5. Memberikan cairan, obat obatan, nutrisi parenteral Pemberian cairan hipertonik seperti
KCL lebih dari 40 mEq/L melalui vena perifer dapat menyebabkan iritasi vena, nyeri, dan
phlebitis. Hal ini disebabkan kecepatan aliran vena perifer relatif lambat dan sebagai
akibatnya penundaan pengenceran cairan IV. Akan tetapi, aliran darah pada vena besar
cepat dan mengencerkan segera cairan IV masuk ke sirkulasi. CVC dapat digunakan
untuk memberikan obat vasoaktif maupun cairan elektrolit berkonsentrasi tinggi.
6. CVC dapat digunakan sebagai rute emergensi insersi pacemaker

7. Terdapat beberapa kontra indikasi pemasangan CVC, antara lain adalah infeksi pada
tempat insersi, renal cell tumor yang menyebar ke atrium kanan, dan large tricuspid
valve vegetatious (sangat jarang).

Adapun persiapan alat untuk pemasangan CVC adalah sistem flushing; monitoring kit;
manometer line; tranduser; monitor; 3 way; instrumen CVP set (pinset anatomi dan
cirurghis, naufooder, duk lubang, gunting); benang Mersilk 338; bistur; CVP set (1 – 5
lumen); sarung tangan steril, tutup kepala, dan masker; gaun steril; kassa; betadhine;
alcohol; lidokain; spuit 5 cc dan spuit 10 cc.

Lokasi pemasangan CVC:

Lokasi CVC dapat melalui vena jugularis interna, vena subklavia, vena jugularis eksternal,
dan vena femoralis. Pada umumnya pemantauan dilakukan melalui vena subklavia.

Interpretasi gelombang CVP:

Gelombang atrial biasanya beramplitudo rendah sesuai dengan tekanan rendah yang
dihasilkan atrium. Rata rata RAP berkisar 0-10 mmHg, dan LAP kira kira 3-15 mmHg.
Tekanan jantung kiri biasanya melampaui tekanan jantung kanan karena terdapat
perbedaan resistensi antara sirkulasi sistemik dengan sirkulasi paru. Pengukuran secara
langsung tekanan atrium kiri biasanya hanya dilakukan di ICU setelah operasi jantung.
Gelombang CVP normal yang tertangkap pada monitor merupakan refleksi dari setiap
peristiwa kontraksi jantung. CVC menunjukkan variasi tekanan yang terjadi selama siklus
jantung dan ditransmisi sebagai bentuk gelombang yang karakteristik. Pada gelombang
CVP terdapat tiga gelombang positif (a, c, dan v) yang berkaitan dengan tiga peristiwa
dalam siklus mekanis yang meningkatkan tekanan atrium dan dua gelombang (x dan y)
yang dihubungkan dengan berbagai fase yang berbeda dari siklus jantung dan sesuai
dengan gambaran EKG normal.
Gambar . CVP tracing

 Gelombang a diakibatkan oleh peningkatan tekanan atrium pada saat kontraksi atrium
kanan dan dikorelasikan dengan gelombang P pada EKG.
 Gelombang c timbul akibat penonjolan katup atrioventrikuler ke dalam atrium pada awal
kontraksi ventrikel isovolumetrik dan dikorelasikan dengan akhir gelombang QRS
segmen pada EKG.

 Gelombang x descent, gelombang ini disebabkan gerakan ke bawah ventrikel selama


kontraksi sistolik yang terjadi sebelum timbulnya gelombang T pada EKG.

 Gelombang v timbul akibat pengisisan atrium selama injeksi ventrikel (selama fase ini
katup AV normal tetap tertutup) digambarkan pada akhir gelombang T pada EKG.

 Gelombang y descendent diakibatkan oleh terbukanya tricuspid valve saat diastol


disertai aliran darah masuk ke ventrikel kanan yang terjadi sebelum gelombang P pada
EKG.

Tabel. Gambaran gelombang jantung.


Teknik pengukuran CVP

 Cuci tangan dan akinkan kateter tidak tertekuk/ jika ada cairan yang mengalir, stop
sementara.
 Atur posisi tidur yang nyaman bagi pasien (supine – semi fowler

 Lakukan kalibrasi.

 Perhatikan pada monitor morfologi gelombang hingga nilai tekanan vena sentral keluar.

 Perhatikan klinis, nilai tekanan sebelumnya, dan nilai yang ada saat itu

 Dokumentasikan nilai tekanan vena sentral, lalu cuci tangan.

Komplikasi

Beberapa komplikasi pada pemasangan CVC antara lain adalah perdarahan, erosi (pengikisan)
vaskuler (terjadi 1-7 hari setelah insersi kateter), cairan IV atau darah terakumulasi di
mediastinum atau rongga pleura, aritmia ventrikel atau supraventrikel, infeksi lokal atau sistemik
(kontaminasi mikrooorganisme seperti S. avirus, S. epidermidis, gram negatif–positif basil, dan
Intrococcus), overload cairan, dan pneumothoraks.
DAFTAR PUSTAKA

Adler, Adam C., dkk. Hemodynamic Assesment and Monitoring in the ICU: an Overview.
Philadelphia: Journal of Anesthesiology and Critical Medicine; 2014, vol. 1 (4): 1-13

Marino, Paul L. Marino’s The ICU Book: Haemodynamic Monitoring. Edisi ke-4. Philadelpia:
Wolters Kluwer Health/ Lippincott Williams & Wilkins; 2014: 70-74.

Anda mungkin juga menyukai