b. Faring (tekak)
Adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungan dengan usofagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Faring dibagi menjadi tiga region: dibelakang hidung
(nasofaring), dibelakang mulut (orofaring), dan dibelakang laring
(laringofaring). Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran
pada traktus respiratorius dan digestif ((Evelyn C. Pearce, 2009)
c. Laring
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri
atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligament dan
membran yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis
tengah.
d. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas
membantu menutup laring saat proses menelan.
b. Perfusi
Perfusi adalah proses distribusi darah dari dan ke paru-paru agar
dapat terjadi pertukaran gas.
c. Difusi
Difusi adalah peristiwa perpindahan oksigen dari alveol ke kapiler
dan karbondioksida dari kapiler ke alveol melalui membaran semi
permeabel. Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan
membran, luas permukaan membran, komposisi membran,
koefisien difusi oksigen dan karbondioksida serta perbedaan gas
oksigen dan karbondioksida. Komponen yang berperan penting
dalam difusi adalah alveoli dan darah. Di dalam alveoli, oksigen
melintasi membran alveoli-kapiler kedalam darah karena adanya
perbedaan tekanan PO2 yang tinggi di alveolus (100 mmHg) dan
tekanan pada kapiler yang lebih rendah (PO2 40 mmHg),
sedangkan CO2 berdifusi dengan arah yang berlawanan yaitu dari
kapiler-alveoli akibat adanya perbedaan tekanan PCO2 di kapiler
(45 mmHg) dan di alveoli (40mmHg), adanya perbedaan tekanan
parsial dan difusi pada sistem kapiler dan cairan interstitial akan
menyebabkan pergerakan 02 dan CO2 yang kemudian akan masuk
pada zona respirasi untuk melakukan difusi respirasi.
d. Tranportasi Gas
Perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru
dengan bantuan darah (aliran darah). Masuknya O2 kedalam sel
darah yang bergabung kedalam hemoglobin akan membentuk
oksi hemoglobin sebanyak 97% dan sisanya 3% yang di
transportasikan ke dalam cairan plasma dan sel. Agar O2 dapat di
suplai ke sel-sel tubuh secara optimal, diperlukan hemoglobin
dalam jumlah dan fungsi yang optimal untuk mengangkut dari
sirkulasi yang efektif kejaringan-jarinagan.
1.3.3 Emosi
Cemas, takut, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat.
1.4.2 Hipervantilasi
Hipervantilasi adalah jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering
disebut hiperventilasi alveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli
melebihi kebutuhan tubuh, yamh berarti bahwa CO2 yang dieliminasi
lebih dari yang diproduksi, sehingga menyebabkan peningkatan rata-
rata dan kedalaman pernapasan.
Tanda dan gejala:
1. Pusing
2. Nyeri kepala
3. Henti jantung, ketidakseimbangan elektrolit
1.4.3 Hipoventilasi
Hipoventilasi adalah ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam
aliran darah.
Hipoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kolaps alveoli,
obstruksi jalan napas, atau efek samping dari beberapa obat.
Tanda dan gejala:
1. Napas pendek
2. Nyeri dada
3. Sakit kepala ringan
4. Pusing dan penglihatan kabur
Patologis :
a. Gagal jantung
b. Pada pasien uremia ( kadar ureum dalam darah > 40mg%)
1.4.5 Kussmaul (hiperventilasi)
Adalah peningkatan kecepatan dan kedalaman napas biasanya lebih
dari 20x/menit, dijumpai pada asidosis metabolik dan gagal ginjal.
1.4.6 Apneustik
Adalah henti napas, terjadi pada gangguan sistem saraf pusat.
1.4.7 Biot
Adalah napas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien
dengan gangguan sistem saraf pusat.
2. Palpasi
Tujuan pemeriksaan palpasi rongga dada meliputi:
1. untuk melihat adanya kelainan pada dinding thorak. Kelainan
yang mungkin didapatkan pada pemeriksaan ini antara lain
nyeri tekan dan enfisema subkutis.
2. Menyatakan adanya tanda-tanda penyakit paru dengan
memeriksa:
a. Gerakan dinding thorak anterior atau ekskursi pernapasan.
Letakkan kedua tangan pada dada klien sehingga
kedua ibu jari pemeriksa terletak di garis tengah diatas
sternum.
Ketika klien mengambil napas dalam-dalam, maka
kedua ibu jari tangan harus bergerak secara simetris
dan terpisah satu sama lain minimal 5cm. ekpansi
yang berkurang pada satu sisi menunjukkan adanya
lesi pada sisi tersebut.
3. Perkusi thoraks
Perkusi menentukan dinding dada dan struktur dibawahnya
dalam gerakan, menghasilkan vibrilasi taktil dan dapat
terdengar. Pemeriksa menggunakan perkusi untuk
menentukan apakah jaringan dibawahnya terisi oleh udara,
cairan, bahan padat, atau tidak. Pemeriksa juga menggunakan
perkusi untuk memperkirakan ukuran dan letak struktur
tertentu di dalam thoraks (contoh, diafrgama, jantung, hepar
dan lain-lain).
Prosedur:
Perkusi biasanya dimulai dengan thoraks posterior, klien
dalam posisi duduk dengan kepala fleksi ke depan dan lengan
disilangkan di atas pangkuan. Perkusi kedua bagian atas bahu
dengan tangan kiri pada dinding dada dan jari-jari agak
terpisah dan sejajar dengan iga-iga, jari tengah ditekan dengan
lembut pada dinding dada. Kemudian ujung jari tengah kanan
dipakai untuk mengetuk falang media dari jari tengah tangan
kiri. Jari yang melakukan perkusi harus cepat diangkat
sehingga nada yang timbul tidak terendam. Jari yang
melakukan perkusi harus dalam keadaan setengah fleksi dan
gerakan mengayun yang dijatuhkan harus dilakukan pada
sendi pergelangan tangan dan bukannya pada lengan bawah.
Hal yang penting bagi perawat adalah harus megusahakan
agar kuku jari tengah tangan kanannya harus selalu pendek.
4. Auskultasi thoraks
Auskultasi sangat berguna dalam mengkaji aliran udara
melalui pohon bronkial dan dalam mengevaluasi adanya
cairan atau obstruksi padat dalam struktur paru. Untuk
menentukan kondisi paru-paru, pemeriksa mengauskultasi
bunyi napas normal, bunyi napas tambahan dan bunyi suara.
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1:
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil berdasarkan NOC
Tujuan berdasarkan NOC
a. Menunjukan pola pernapasan efektif, yang dibuktikan oleh status
pernapasan: status ventilasi dan pernapasan yang tidak
terganggu: kepatenan jalan napas dan tidak ada penyimpangan
tanda vital dari rentang normal.
b. Menunjukkan status pernapsan: vntilasi tidak terganggu, yang
dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut (gangguan
ekstrem, berat, sedang, ringan dan tidak ada gangguan:
Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas
Ekspansi dada simetris
c. Menunjukan tidak adanya gangguan sttus pernapasan: ventilasi,
yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (gangguan
ekstrem, berat, sedang, ringan dan tidak ada gangguan
Penggunaan otot aksesorius
Suara napas tambahan
Pendek napas
Diagnosa 2
2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil berdasarkan NOC
Tujuan berdasarkan NOC
a. Menunjukkan tanda vital, yang dibuktikan oleh indikator berikut
(gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada
penyimpanagan dari rentang normal): : tingkat suhu, nadi,
pernapsan, dan tekanan darah.
Pearce, Evelyn C. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Perry, Potter. (2010). Fundamental of Nursing (terjemahan). Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika.
(………………………………..) (………………………………)