Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

I Konsep Kebutuhan Oksigenasi


1.1 Definisi/Deskrpsi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktifitas berbagai organ atau sel sistem tubuh yang berperan
dalam kebutuhna oksigenasi yaitu saluran pernapasan bagian atas, bagian
bawah, dan paru (Hidayat, 2006)

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat


mendasar dan mendesak, tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh
akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian.
Otak masih mampu mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit.
Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat
terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier Dan Erb, 1998).

1.2 Fisiologi Sistem/ Fungsi Normal Sistem Oksigenasi


1.2.1 Anatomi Sistem Pernapasan
Saluran Nafas Bagian Atas
a. Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan
selaput lendir. Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel
goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak
ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia . Hidung berfungsi
sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru dan
juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru. Hidung
juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena
reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini
berkurang sejalan dengan pertambahan usia (Evelyn C. Pearce,
2009)

b. Faring (tekak)
Adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungan dengan usofagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Faring dibagi menjadi tiga region: dibelakang hidung
(nasofaring), dibelakang mulut (orofaring), dan dibelakang laring
(laringofaring). Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran
pada traktus respiratorius dan digestif ((Evelyn C. Pearce, 2009)

c. Laring
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri
atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligament dan
membran yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis
tengah.

d. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas
membantu menutup laring saat proses menelan.

Saluran Napas Bagian Bawah


Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trachea, bronchus, dan
bronkhiolus, dan paru-paru
a. Trakea
Trakea (batang tenggorok) merupakan kelanjutan dari laring
sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea
memiliki panjang ± 9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran tak
lengkap yang berupa cincin. Trakea dilapisi oleh selaput lendir
dan epithelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau
benda asing.
b. Bronkus
Bronkus merupakan kelanjutan dari trakea yang bercabang
menjadi bronkus kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek
dan lebar daripada bagian kiri. Bronkus kanan memiliki tiga
lobus atas, tengah, dan bawah. Sedangkan Bronkus kiri lebih
panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan
bawah.
c. Bronkiolus
merupakan saluran percabangan setelah bronkus, yaitu anak
cabang dari batang tenggorok yang terdapat dalam rongga
tenggorokan kita dan akan memanjang sampai ke paru-paru.
Jumlah cabang bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri
tidak sama. Bronkiolus yang menuju paru-paru kanan
mempunyai 3 cabang, sedangkan bronkiolus yang menuju paru-
paru sebelah kiri hanya bercabang 2. Bronkiolus adalah cabang
dari bronkus dan memiliki dinding yang lebih tipis, pada ujung
bronkiolus terdapat banyak sekali gelembung-gelembung kecil
yang dinamakan alveolus. fungsi dari bronkiolus adalah sebagai
media yang menghubungkan oksigen yang kita hirup agar
mencapai paru-paru.
d. Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak
di dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan
diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh
pleura yaitu pleura parfetalis dan pleura viseralis, serta dilindungi
oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru sebagai alat
pernapasan utama terdiri dari dua bagian (paru kanan dan paru
kiri) dan pada bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ
jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan
bagian puncak di sebut apeks. Paru memiliki jaringan yang
bersifat elastik, berpori dan memiliki fungsi sebagai tempat
pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.

1.2.1 Fisiologi Sistem Pernapsan (Oksigenasi)


a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang
merupakan proses aktif dan pasif dimana otot-otot intercosta
internas berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit kearah
keluar, akibatnya diagfargma turun dan otot digfargma
berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot intercota
eksterna yang relaksasi akan membuat rongga dada menjadi
kembali sehingga udara terdorong keluar.

b. Perfusi
Perfusi adalah proses distribusi darah dari dan ke paru-paru agar
dapat terjadi pertukaran gas.

c. Difusi
Difusi adalah peristiwa perpindahan oksigen dari alveol ke kapiler
dan karbondioksida dari kapiler ke alveol melalui membaran semi
permeabel. Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan
membran, luas permukaan membran, komposisi membran,
koefisien difusi oksigen dan karbondioksida serta perbedaan gas
oksigen dan karbondioksida. Komponen yang berperan penting
dalam difusi adalah alveoli dan darah. Di dalam alveoli, oksigen
melintasi membran alveoli-kapiler kedalam darah karena adanya
perbedaan tekanan PO2 yang tinggi di alveolus (100 mmHg) dan
tekanan pada kapiler yang lebih rendah (PO2 40 mmHg),
sedangkan CO2 berdifusi dengan arah yang berlawanan yaitu dari
kapiler-alveoli akibat adanya perbedaan tekanan PCO2 di kapiler
(45 mmHg) dan di alveoli (40mmHg), adanya perbedaan tekanan
parsial dan difusi pada sistem kapiler dan cairan interstitial akan
menyebabkan pergerakan 02 dan CO2 yang kemudian akan masuk
pada zona respirasi untuk melakukan difusi respirasi.
d. Tranportasi Gas
Perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru
dengan bantuan darah (aliran darah). Masuknya O2 kedalam sel
darah yang bergabung kedalam hemoglobin akan membentuk
oksi hemoglobin sebanyak 97% dan sisanya 3% yang di
transportasikan ke dalam cairan plasma dan sel. Agar O2 dapat di
suplai ke sel-sel tubuh secara optimal, diperlukan hemoglobin
dalam jumlah dan fungsi yang optimal untuk mengangkut dari
sirkulasi yang efektif kejaringan-jarinagan.

1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem Oksigenasi


Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain (Asmadi, 2008):
1.3.1 Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespons dengan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah perifer,sehingga darah banyak mengalir
ke kulit. Hal tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan
melalui kulit. Respons demikian menyebabkan curah jantung
meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada
lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan
penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan
kebutuhan oksigen.

1.3.2 Latihan Fisik


Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut
jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen
semakin tinggi.

1.3.3 Emosi
Cemas, takut, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat.

1.3.4 Gaya Hidup


Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang
sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan
pembuluh darah arteri.

1.3.5 Status Kesehatan


Pada orang sehat, system kardiovaskuler dan system respirasi
berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit
jantung ataupun penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
1.3.6 Usia
Menurut Potter & Perry (2010), faktor-faktor perkembangan dan
proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenasi jaringan,
meliputi:
a. Bayi dan Anak-anak
Bayi dan anak-anak berisiko terkena infeksi saluran napas atas
karena sering tepapar asap rokok. Infeksi saluran napas atas
biasanya tidak berbahaya dan bayi atau anak-anak, dan dapat
sembuh tanpa mengalami kesulitan.
b. Anak-anak Usia Sekolah dan Remaja
Anak-anak usia sekolah dan remaja terpapar infeksi pernapasan
dan faktor-faktor risiko pernapasan seperti asap rokok dan
merokok. Individu yang mulai merokok sejak remaja dan terus
merokok sampai usia pertengahan memiliki risiko tinggi untuk
menderita penyakit kardiopulmonal dan kanker paru.
c. Dewasa Muda dan Dewasa Pertengahan
Faktor risiko kardiopulmonal multipel,antara lain: diet yang tidak
sehat, kurang olahraga, stress, penggunaan obat bebas dan obat
yang diresepkan yang tidak sesuai dan merokok.
d. Lansia
Sistem pernapasan dan jantung mengalami perubahan sepanjang
proses penuaan. Perubahan dihubungkan dengan klasifikasi
katup jantung, nodus SA, dan tulang rawan iga. Osteoporosis
menyebabkan perubahan ukuran
dan bentuk toraks.
1.4 Macam-Macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi Pada Sistem
1.4.1 Hipoksia
Merupakan kondisi ketidakcukupan O2 dalam tubuh, dari gas yang
diinspirasi ke jaringan. Hal ini berhubungan dengan tiga bagian atau
prosesrespirasi, yaitu ventilasi, difusi gas atau trasport gas oleh darah
dan dapat disebabkan oleh satu atau lebih perubahan kondisi pada
proses tersebut. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi yaitu,
ketidakcukupan ventilasi alveoli oleh karena penurunan volume
tidal. Volume tidal (sebagai contoh, pada penyakit otot respirasi,
obat-obatan, analgesik), CO2 sring terakumulasi dalam darah.
Hipoksia dapat berkembang ketika kemampuan paru untuk
mendifusikan O2 ke dalam darah arteri menunurun, seperti pada
edema pulmonal, atau akibat dari masalah pembebasan O2 ke
jaringan.

Menurut Barkroft ada 3 faktor penyebab hipoksia:


1. Tekanan O2 dalam alveoli atau udara pernafasan
2. Aliran darah
3. Kapasitas darah untuk mengikat O2 atau kadar hemoglobin

1.4.2 Hipervantilasi
Hipervantilasi adalah jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering
disebut hiperventilasi alveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli
melebihi kebutuhan tubuh, yamh berarti bahwa CO2 yang dieliminasi
lebih dari yang diproduksi, sehingga menyebabkan peningkatan rata-
rata dan kedalaman pernapasan.
Tanda dan gejala:
1. Pusing
2. Nyeri kepala
3. Henti jantung, ketidakseimbangan elektrolit

1.4.3 Hipoventilasi
Hipoventilasi adalah ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam
aliran darah.
Hipoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kolaps alveoli,
obstruksi jalan napas, atau efek samping dari beberapa obat.
Tanda dan gejala:
1. Napas pendek
2. Nyeri dada
3. Sakit kepala ringan
4. Pusing dan penglihatan kabur

1.4.4 Cheyne Stokes


Adalah bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari pernapsan
yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apneu, gagal
jantung kongestif, overdosis obat. Terjadi dalam keadaan fisiologis
maupun pathologis.
Fisiologis:
a. Orang yang berada pada ketinggian 12.000-15.000 kaki
b. Pada anak-anak yang sedang tidur
c. Orang yang secara sadar melakukan hiperventilasi

Patologis :
a. Gagal jantung
b. Pada pasien uremia ( kadar ureum dalam darah > 40mg%)
1.4.5 Kussmaul (hiperventilasi)
Adalah peningkatan kecepatan dan kedalaman napas biasanya lebih
dari 20x/menit, dijumpai pada asidosis metabolik dan gagal ginjal.

1.4.6 Apneustik
Adalah henti napas, terjadi pada gangguan sistem saraf pusat.

1.4.7 Biot
Adalah napas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien
dengan gangguan sistem saraf pusat.

II Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi


2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan dari fungsi kardiopulmonal meliputi riwayat yang
mendalam terhadap fungsi normal kardiopulmonal klien, gangguan
terdahulu pada fungsi respirasi dan sirkulasi, serta ukuran yang klien
gunakan untuk optimalisasi oksigenasi (Potter & Perry, 2010).

2.1.1 Riwayat Keperawatan


Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen
meliputi : ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (
gangguan hidung dan tenggorokan ) seperti epistaksis (kondisi akibat
luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi,
gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker), Obstruksi nasal
(Kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor dan
influenza), dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan
pernapasan (Hidayat, 2006).
2.1.2 Pemeriksaan Fisik: Data Fokus
1. Inspeksi
Lakukan pemeriksaan dengan cara melihat keadaan umum sistem
pernapasan dan nilai adanya tanda-tanda abnormal seperti adanya
tanda sianosis, pucat, kelelahan, sesak napas, batuk, dan penilaian
produksi sputum. Bagian tubuh yang perlu diinspeksi meliputi:
a. Bentuk Dada
Penilaian bentuk dada secara inspeksi untuk melihat seberapa
jauh kelainan yang terjadi pada klien. Bentuk dada normal
dalam orang dewasa adalah diameter anteroposterior dalam
proporsi terhadap diameter lateral adalah 1:2

b. Kurvatura tulang belakang


Penilaian kurvatura tulang belakang biasa konveks pada
bagian dada dan konkaf sepanjang leher serta pinggang. Jika
dilihat dari samping lengkung kolumna vertebralis
memperlihatkan empat kurva atau lengkung anterior-
posterior, lengkung vertikal pada daerah leher melengkung
kedepan, daerah torakal melengkung kebelakang, daerah
lumbal melengkung kedepan, dan daerah pelvis melengkung
kebelakang.

c. Gerakan pernapasan dan kesimetrisan dada


Penilaian lain yang mendukung pemeriksaan sistem
pernapasan adalah dengan menilai gerakaan pernapsan klien.
Perawat dapat menilai kesimetrisan dada klien secara selintas
pandang. Adanya satu sisi cembung pada pemeriksaan
inspeksi dapat mengindikasikan ada suatu proses didalam
rongga thorak oleh karena adanya penimbunan air, nanah,
udara dirongga pleura, aneurisma, aorta, cairan dalam rongga
perikard, tumor paru atau mediastinum, pembesaran jantung
atau abses hati.

2. Palpasi
Tujuan pemeriksaan palpasi rongga dada meliputi:
1. untuk melihat adanya kelainan pada dinding thorak. Kelainan
yang mungkin didapatkan pada pemeriksaan ini antara lain
nyeri tekan dan enfisema subkutis.
2. Menyatakan adanya tanda-tanda penyakit paru dengan
memeriksa:
a. Gerakan dinding thorak anterior atau ekskursi pernapasan.
 Letakkan kedua tangan pada dada klien sehingga
kedua ibu jari pemeriksa terletak di garis tengah diatas
sternum.
 Ketika klien mengambil napas dalam-dalam, maka
kedua ibu jari tangan harus bergerak secara simetris
dan terpisah satu sama lain minimal 5cm. ekpansi
yang berkurang pada satu sisi menunjukkan adanya
lesi pada sisi tersebut.

b. Ekpansi dada posterior


 Ekpansi lobus bawah dinilai dari arah belakang
dengan palpasi.
 Ibu jari tangan kanan dan kiri harus bertemu di garis
tengah dan harus agak terangkat dari dinding dada
sehingga dapat bergerak dengan bebas sesuai irama
pernapsan.
 Ekpansi lobus bawah dinilai dari arah belakang
dengan palpasi.

3. Perkusi thoraks
Perkusi menentukan dinding dada dan struktur dibawahnya
dalam gerakan, menghasilkan vibrilasi taktil dan dapat
terdengar. Pemeriksa menggunakan perkusi untuk
menentukan apakah jaringan dibawahnya terisi oleh udara,
cairan, bahan padat, atau tidak. Pemeriksa juga menggunakan
perkusi untuk memperkirakan ukuran dan letak struktur
tertentu di dalam thoraks (contoh, diafrgama, jantung, hepar
dan lain-lain).
Prosedur:
Perkusi biasanya dimulai dengan thoraks posterior, klien
dalam posisi duduk dengan kepala fleksi ke depan dan lengan
disilangkan di atas pangkuan. Perkusi kedua bagian atas bahu
dengan tangan kiri pada dinding dada dan jari-jari agak
terpisah dan sejajar dengan iga-iga, jari tengah ditekan dengan
lembut pada dinding dada. Kemudian ujung jari tengah kanan
dipakai untuk mengetuk falang media dari jari tengah tangan
kiri. Jari yang melakukan perkusi harus cepat diangkat
sehingga nada yang timbul tidak terendam. Jari yang
melakukan perkusi harus dalam keadaan setengah fleksi dan
gerakan mengayun yang dijatuhkan harus dilakukan pada
sendi pergelangan tangan dan bukannya pada lengan bawah.
Hal yang penting bagi perawat adalah harus megusahakan
agar kuku jari tengah tangan kanannya harus selalu pendek.

4. Auskultasi thoraks
Auskultasi sangat berguna dalam mengkaji aliran udara
melalui pohon bronkial dan dalam mengevaluasi adanya
cairan atau obstruksi padat dalam struktur paru. Untuk
menentukan kondisi paru-paru, pemeriksa mengauskultasi
bunyi napas normal, bunyi napas tambahan dan bunyi suara.

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang


1. Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung
a. EKG
b. Exercise stress test
2. Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah
a. Echocardiography
b. Kateterisasi jantung
c. Angiografi

4. Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi


a. Tes fungsi paru-paru dengan spirometri
2.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola napas (00032)
2.2.1 Defisini
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
2.2.2 Batasan Karakteristik
Subjektif
 Dispnea
 Napas pendek
Objectif
 Perubahan ekskrusi dada
 Mengambil posisi tiga titik tumpu (tipod)
 Bradipneu
 Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi
 Penurunan ventilasi semenit
 Penurunan kapasitas vital
 Napas dalam
 Peningkatan diameter anterior-posterior
 Napas cuping hidung
 Ortopnea
 Fase ekspirasi memanjang
 Pernapasan bibir mencucu
 Takipnea
 Rasio waktu
 Penggunaan otot bantu asesoris untuk bernapas

2.2.3 Faktor yang Berhubungan


 Ansietas
 Posisi tubuh
 Defomitas tulang
 Deformitas dinding dada
 Penurunan energi dan kelelahan
 Hiperventilasi
 Sindrom hipoventilas
 Kerusakan musculuskeletal
 Imaturitas neurologis
 Disfungsi neuromuscular
 Obesitas
 Nyeri
 Kerusakan persepsi atau kognitif
 Kelelahan otot-otot pernapasan
 Cidera medula spinalis

Diagnosa 2: Gangguan ventilasi spontan


2.2.4 Defisini
Penurunan cadangan energi yang mengakibatkan ketidakmampuan
individu untuk mempertahanan pernapasan yang adekuat untuk
menyokong kehidupan.
2.2.5 Batasan Karakteristik
 Ketakutan
 Penurunan kerja sama
 Penurunan PO2
 Penurunan SaO2
 Penurunan volume tidal
 Dipsnea
 Peningkatan frekuensi jantung
 Peningkatan laju metabolisme
 Peningkatan PCO2
 Peningkatan kegelisahan
 Peningkatan penggunaan otot aksesorius
2.2.6 Faktor yang Berhubungan
 Faktor metabolik
 Keletihan otot pernapasan

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1:
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil berdasarkan NOC
Tujuan berdasarkan NOC
a. Menunjukan pola pernapasan efektif, yang dibuktikan oleh status
pernapasan: status ventilasi dan pernapasan yang tidak
terganggu: kepatenan jalan napas dan tidak ada penyimpangan
tanda vital dari rentang normal.
b. Menunjukkan status pernapsan: vntilasi tidak terganggu, yang
dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut (gangguan
ekstrem, berat, sedang, ringan dan tidak ada gangguan:
 Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas
 Ekspansi dada simetris
c. Menunjukan tidak adanya gangguan sttus pernapasan: ventilasi,
yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (gangguan
ekstrem, berat, sedang, ringan dan tidak ada gangguan
 Penggunaan otot aksesorius
 Suara napas tambahan
 Pendek napas

Kriteria Hasil: Berdasarkan NOC


a. Respon ventilasi mekanik : orang dewasa: pertukaran alveolar dan
perfusi jaringan yang dibantu oleh ventilasi mekanis
b. Status pernapsan: kepatenan jalan napas: jalur napas
trakeobronkial bersih dan terbuka untuk pertukaran gas
c. Status respirasi: ventilasi: pergerakan udara kedalam dan keluar
paru
d. Status tanda vital: tingkat suhu, nadi, pernapsan, dan tekanan
darah dalam rentang normal.

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional berdasarkan NIC


a. Manajemen jalan napas
Rasional: memfasilitasi kepatenan jalan udara
b. Pengisapan jalan napas
Rasional: menegluarkan sekret dari jalan napas dengan
memasukkan sebuah kateter pengisap ke dalam jalan napas oral
atau trakea.
c. Kewaspadaan aspirasi
Rasional: mencegah atau meminimalkan faktor risiko pada
pasien yang berisiko mengalami aspirasi
d. Manajemen asma
Rasional: mengidentifikasi, menangani dan mencegah reaksi
inflamasi atau kontriksi di jalan napas
e. Peningkatan batuk
Rasional: meningkatkan inhalasi dalam pada pasien yang
memiliki riwayat keturunana mengalami tekanan intratoraksik
dan kompresi parenkim paru yang mendasari untuk pengerahan
tenaga dalam menghembuskan udara
f. Pengaturan posisi
Rasional: mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien
secara sengaja untuk memfasilitasi kesejahteraan fisiologis dan
psikologis
g. Pemantauan pernapasan
Rasional: mengumpulkan dan menganalisis data pasien ntuk
memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang
adekuat.
h. Bantuan ventilasi
Rasional: meningkatkan pola napas spontan yang optimal, yang
memaksimalkan pertukaran O2 dan CO2 dalam paru

Diagnosa 2
2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil berdasarkan NOC
Tujuan berdasarkan NOC
a. Menunjukkan tanda vital, yang dibuktikan oleh indikator berikut
(gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada
penyimpanagan dari rentang normal): : tingkat suhu, nadi,
pernapsan, dan tekanan darah.

Hasil berdasarkan NIC


a. Respon ventilasi mekanik : orang dewasa: pertukaran alveolar
dan perfusi jaringan yang dibantu oleh ventilasi mekanis
b. Status pernapasan: pertukaran gas: pertukaran CO2 atau O2 di
alveolus untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri
c. Status pernapasan: ventilasi: pergerakan udara kedalam dan
keluar paru
d. Status tanda vital: tingkat suhu, nadi, pernapsan, dan tekanan
darah dalam rentang normal.

2.3.3 Intervensi Keperawatan dan Rasional: Berdasarkan NIC


a. Manajemen jalan napas
Rasional: memfasilitasi kepatenan jalan udara
b. Manajemen jalan napas buatan
Rasional: mempertahankan selang endotrakea dan trakeostomi
serta mencegah komplikasi yang berkaitan dengan penggunaan
alat tersebut
c. Kewaspadaan aspirasi
Rasional: mencegah atau meminimalkan faktor risiko pada
pasien yang berisiko mengalami aspirasi
d. Perawatan kedaruratan
Rasional: memberi tindakan penyelamatan jiwa pada situasi yang
mengancam jiwa
e. Ventilasi mekanik
Rasional: penggunaan alat buatan untuk membantu pasien
bernapas
f. Pemberian obat intramuscular (IM)
Rasional: menyiapkan dan memberikan obat melalui rute IM
g. Pemberian obat intravena (IV)
Rasional: menyiapkan dan memberikan obat melalui rute IV
h. Terapi oksigen
Rasional: memberikan terapi oksigen dan memantau keefektifan
terapi tersebut
i. Pemantauan pernapasan
Rasional: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
memastikan kepatenan jalan napas serta keadekuatan pertukaran
gas
j. Bantuan ventilasi
Rasional: meningkatkan pola napas spontan yang optimal yang
dapat memaksimalkan pertukaran O2 dan CO2 dalam paru
k. Pemantauan tanda vital
Rasional: mengumpulkan dan menganalisis data karidovaskuler,
pernapasan dan suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah
komplikasi.

III Daftar Pustaka


Asmadi, (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul, (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia:


Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1.

Muttaqin, A. (2011). Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik.


Jakarta: Salemba Medika.

Pearce, Evelyn C. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Perry, Potter. (2010). Fundamental of Nursing (terjemahan). Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika.

Sumarwati, M., Widyarti, D. & Tiar, E. (2010). Nanda Internasional Diagnosis


keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R, (2009). Buku Saku Diagnosis


Keperawatan.Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Banjarmasin, November 2016

Perseptor Akademik, Perseptor Klinik

(………………………………..) (………………………………)

Anda mungkin juga menyukai