Anda di halaman 1dari 20

Farmakologi :

Mata
Nadia Fahira
Priska Yodi
Raysa
Salsabila
Sylvia Lioner
Zahra Sabrina
Atini Solawati
Haura Syifa
Meilani Velvina Losso
Muhammad Adzka Khairiy Nazmi
Muhammad Agil Nur Hidayat
Muhammad Fahrul Rizal
Farmakologi Dasar-C
Kelompok 3
Nazmi

OUTLINE
1
Anatomi dan Fisiologi Mata
2
Karakteristik Obat Mata
3
Farmakokinetika Obat Intraocular
4
Obat untuk pupil dilatasi
5
Obat untuk pupil konstriksi
6
Pengobatan Glaukoma
7
Pengobatan Infeksi Mata
8
Biokimia Mata
9
Pengobatan Inflamasi Mata

10
Pengobatan Macular Degeneration

11
ROTD Terapi Obat Sistemik
12
Faktor Penetrasi Obat

01
Anatomi dan Fisiologi Mata

Rongga orbita
Otot-otot mata
Cilia dan palpebra
Sistem lakrimal
Konjungtiva
Bola mata
Sklera
Kornea
Uvea
Iris
Badan siliar
Koroid
Lensa
Aqueous humor
Vitreous humor
Retina

RONGGA ORBITA
Rongga yg berisi bola mata, otot, saraf, pembuluh darah, jaringan lemak, dan
aparatus lakrimal
berbentuk kerucut

RONGGA ORBITA
Atap orbita
Lateral orbita
Dasar orbita
dr. Alphin D. (n.d.). Anatomi & Fisiologi Mata.
https://www.academia.edu/32451108/Anatomi_and_fisiologi_mata. Diakses pada 21
November 2019.

OTOT MATA
M. Rectus medialis: menarik bola mata ke dalam
M. Rectus lateralis: menarik bola mata ke samping
M. Rectus superior: menarik bola mata ke atas
M. Rectus inferior: menarik bola mata ke bawah
M. Obligus inferior: memutar ke samping atas
M. obligus superior: memutar ke samping dalam
M. Levator palpebra superior:

CILIA (BULU MATA)


batas orbita dan potongan kulit tebal yg melengkung, ditumbuhi rambut-rambut pendek
Fungsi: pelindung mata dari sinar matahari
PALPEBRA (KELOPAK)
mengandung kelenjar Meibom (kelenjar minyak) yang melumasi tepi palpebra, tepinya
ditumbuhi cilia
Fungsi: mencegah tumpahnya aliran air mata, mencegah evaporasi air mata yang
berlebihan dari permukaan kornea.

SISTEM LAKRIMAL
Terdiri dari glandula lakrimalis dengan salurannya.
Fungsi: memproduksi air mata & drainase air mata melalui saluran lakrimalis ke
meatus nasal inferior.
Kelenjar air mata terletak di bagian lateral atas orbita.
Fungsi air mata: mencuci & melumasi mata
dr. Prijo S., M.Kes, Sp.S.. (n.d.). ANATOMI MATA.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Opthalmologi.pdf. Diakses pada 21
November 2019.

KONJUNGTIVA
membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior
kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva
bulbaris).
Fungsi: proteksi pada sklera & memberi pelumasan pada bola mata.
Menyerap obat mata

BOLA MATA
Dibungkus oleh 3 lapisan
Tunika vaskulosa: uvea
Tunika nervosa: retina
Tunika okuli: sklera dan kornea
01
02
03

SKLERA
Disebut juga putih mata dengan ketebalan 1 mm. terdiri atas jaringan fibrosa yang
elastis
Fungsi: membentuk bola mata dan melindungi bagian dalam bola mata.

KORNEA
selaput bening mata yang tembus cahaya dan merupakan lapisan jaringan yang menutup
bola mata sebelah depan
Merupakan kelanjutan sklera. Pertemuan korneasklera: limbus
Susunan: 5 lapisan → epitel, membran Bowman, stroma, membran Descemet, dan
endotelium.

Lapisan kornea
Epitel
Tebal 50 µm
peka terhadap sentuhan
Fungsi: proteksi
Membran Bowman
Di bawah epitel
Kolagen yang tersusun tidak teratur
Stroma
menyusun sekitar 90% ketebalan kornea.
terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar

Membran Descemet
merupakan lapisan tipis, kuat, lentur
merupakan batas belakang stroma
Endotelium
Mengatur jumlah cairan dalam kornea
Febriany, Y. (2015). BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
http://eprints.undip.ac.id/46853/3/Yustina_Elisa_22010111130122_Lap.KTI_Bab2.pdf.
Diakses pada 21 November 2019.

UVEA
adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera
yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Iris
Badan siliar
Koroid

IRIS
membran sirkuler yg berwarna, terletak di belakang kornea, tepat di depan lensa.
Pada bagian pusatnya terdapat pupil.
Fungsi: mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis
dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis) pupil.

BADAN SILIAR
Menghubungkan koroid dengan iris.
Tersusun dalam lipatan-lipatan radier ke dalam
meyusun prosesus siliaris yg mengelilingi tepi lensa.
Fungsi: Menghasilkan aqueous humor

KOROID
adalah membran berwarna coklat yang melapisi permukaan dalam sklera.
Mengandung banyak pembuluh darah & sel-sel pigmen yg memberi warna gelap.
Fungsi: memberi nutrisi ke retina & badan kaca, mencegah refleksi internal cahaya.

LENSA
Merupakan bangunan lunak, bening, dan cembung, yang dilapisi oleh kapsul tipis yang
homogen di depan badan kaca & di belakang iris.
Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya terdapat vitreous
humor.
Lensa dibungkus suatu kapsul berupa membran bening yang menutup lensa pada
permukaan anterior.
Fungsi kapsul: mengubah bentuk lensa, melindungi dari badan kaca & humor akuos,
berperan pada proses akomodasi.
Lensa ditahan di tempatnya oleh zonula Zini

AQUEOUS HUMOR
Cairan yang diproduksi oleh badan siliar
Aqueous humor berjalan dari bilik mata belakang → masuk ke bilik mata depan → ke
perifer menuju sudut bilik mata depan

VITREOUS HUMOR
Merupakan jaringan albuminosa setengah cair, bening yang mengisi ruang antara lensa
& retina.
Mengisi 4/5 bagian belakang bola mata & mempertahankan bentuk bola mata
mendapat nutrisi dr jaringan sekitarnya.
mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam
hialurona

RETINA
Lapisan paling dalam pada mata
Membran lunak, rapuh, tipis. Tebal dari 0,4 mm dekat masuknya saraf optikus sampai
0,1 mm pada orra serata.
Mempunyai bintik kuning (makula lutea).
Fungsi: menerima rangsangan cahaya
Sel batang: untuk intensitas cahaya rendah → mengubah rangsang cahaya menjadi
impuls listrik yg berjalan sepanjang serabut saraf sensoris menuju pusat
penglihatan di otak.
Sel kerucut: untuk penglihatan cahaya terang & untuk penglihatan warna. Letak di
pusat retina.

Lapisan retina
Epitel pigmen retina (Membran Bruch)
Fotoreseptor
Membran limitan eksterna
Lapisan nukleus luar
Lapisan pleksiform luar
Lapisan nukleus dalam
Lapisan pleksiform dalam
Lapisan sel ganglion
Serabut saraf
Membran limitan interna
Febriany, Y. (2015). BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
http://eprints.undip.ac.id/46853/3/Yustina_Elisa_22010111130122_Lap.KTI_Bab2.pdf.
Diakses pada 21 November 2019.
1) Epitel pigmen retina (Membran Bruch)
2) Fotoreseptor Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
3) Membran limitan eksterna
4) Lapisan nukleus luar Lapisan nukleus luar merupakan susunan nukleus sel kerucut
dan sel batang. Keempat lapisan di atas avaskuler dan mendapat nutrisi dari kapiler
koroid.
5) Lapisan pleksiform luar Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinapsis
sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6) Lapisan nukleus dalam Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel
horizontal, dan sel Muller serta didarahi oleh arteri retina sentral.
7) Lapisan pleksiform dalam Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinaps
sel bipolar dan sel amakrin dengan sel ganglion.
8) Lapisan sel ganglion Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua.
9) Serabut saraf Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang menuju ke
arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh
darah retina.
10) Membran limitan interna Membran limitan interna berupa membran hialin antara
retina dan vitreous humor.

02
Karakteristik
Obat Mata

Untuk mengoptimalkan sistem pengiriman obat mata diperlukan:


Bebas partikel asing dan partikel berukuran besar
Penetrasi kornea yang baik
Memperpanjang waktu kontak dengan jaringan kornea
Non iritasi dan bentuk sediaan nyaman ketika dipakai
Sifat reologi (aliran materi) yang sesuai
Memenuhi syarat uji sterilitas
Pengemasan yang tepat agar menjaga sterilitas
Penggunaan pengawet yang tepat harus dapat dipastikan sterilitasnya selama
digunakan
Andriani, Oktavia. Opthalmik. Diakses 22 November 2019 dari:
https://www.academia.edu/9520079/Opthalmik
Ditjen POM. (2014). Farmakope Indonesia, Edisi V. Depkes RI, Jakarta.
tonisitas, p, stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi

03
Faktor Penetrasi Obat ke dalam Mata

Faktor Fisiologis
Penguraian metabolisme obat
03
Ikatan molekul obat dengan protein pada air mata
02
Keadaan dan fungsi dari kornea dan konjungtiva (perlukaan epitel)
01
Indrawan, Rasyid. 7-BIOFARMASETIKA-mll-mata. Diakses 22 November 2019 dari
https://www.academia.edu/9371770/7-BIOFARMASETIKA-mll-mata
Izzah, Nurul. Pendahuluan Obat Tetes Mata Steril. Diakses 22 November 2019 dari:
https://www.academia.edu/17070831/Pendahuluan_Obat_tetes_mata_steril

Faktor Fisika-Kimia
Tonisitas
01
Tidak terjadi peningkatan permeabilitas epitel kornea pada konsentrasi senyawa 0,9-
1% NaCl, sedangkan pada larutan yang hipertonis terjadi peningkatan permeabilitas
Derajat ionisasi
06
Derajat ionisasi yang semakin kecil,, laju penetrasi semakin besar
Koefisien partisi zat aktif dalam lipid atau air
05
Daya kelarutan dalam lemak tinggi, llaju penetrasi obat besar
Surfaktan
04
Menurunkan tegangan antar muka
Meningkatkan tercampurnya obat dengan air mata
Memperluas permukaan epitel kornea
Meningkatkan kontak obat dengan kornea dan konjugtiva
Meningkatkan penembusan dan penyerapan obat
Kekentalan
03
Kekentalan dapat menentukan panjang waktu kontak
Dilakukan dengan pembentukan misel
Meningkatkan aksi obat (seperti pilokarpin, kloramfenikol)
Regenerasi sel epitel kornea
pH (pendaparan)
02
pH air mata normal 7,4
Obat memiliki aktivitas terapeutik tertinggi pada pH yang mengandung molekul yang
tak terion
Basa lemah terionisasi pada pH>pKa dan Asam lemah terionisasi pada pH< pKa

04
Farmakokinetika
Obat Intraocular

Farmakokinetik Obat Intraocular


}
Absorpsi
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.

ABSORPSI
Dipengaruhi oleh:

Durasi obat berada di cul-de-sac dan lapisan air mata prakornea


Eliminasi oleh saluran nasolakrimal
Ikatan obat dengan protein air mata
Metabolisme obat oleh air mata dan jaringan
Difusi melalui kornea dan konjungtiva
DISTRIBUSI
FARMAKOKINETIKA
Obat diakumulasi oleh aqueous humor
Distribusi ke struktur intraocular dan sirkulasi sistemik melalui jalur trabecular
meshwork
METABOLSIME
Secara signifikan dengan bantuan enzim
ELIMINASI
Eliminasi oleh hati dan ginjal

05
Biokimia Mata
06
Obat untuk Pupil Dilatasi

Mekanisme Dilatasi Pupil


Saat tubuh berada pada kondisi fight or flight
Neuron pre-ganglion menghasilkan neurotransmitter asetilkolin (Ach) pada akson
terminal di ganglion
Neuron post-ganglion menghasilkan neurotransmitter norepinefrin
Ach ditangkap oleh
reseptor nikotinik
Norepinefrin ditangkap
oleh reseptor adrenergik
Gerard J. Tortora & Bryan Derrickson, Principles of Anatomy and Physiology, 13th
edition, 2012

Gerard J. Tortora & Bryan Derrickson, Principles of Anatomy and Physiology, 13th
edition, 2012

Fisiologi Dilatasi Pupil


Pendudukan reseptor (misalnya adrenoseptor α1) yang terdapat di permukaan sel oleh
agonisnya menyebabkan peningkatan aktifitas phospholipase C (PLC) dengan perantara
suatu protein Gq. Selanjutnya PLC akan menghidrolisis phosphatidil inositol 4,5-
biphosphate (PIP2) sehingga terbentuk diacylglycerol (DAG) serta inositol 1,4,5-
triphosphate (IP3). IP3 menyebabkan plepasan ion kalsium dari depot intraseluler
dan menimbulkan respons seluler. DAG dan ion kalsium dapat merangsang aktivitas
protein kinase C (PKC) sehingga terjadi fosfolirasi protein diikuti oleh respons
seluler.
Gerard J. Tortora & Bryan Derrickson, Principles of Anatomy and Physiology, 13th
edition, 2012
Dimana respon seluler pada organ mata akibat perangsangan kolinergik ini pada:
reseptor a1 diotot sfingter iris membuat kontraksi (miosis) dan reseptor b2 di otot
siliaris mata membuat kontraksi untuk melihat dekat (kuat)

Mekanisme Obat
Agonis pada reseptor adrenergic (sympathomimetic drugs)
Sehingga otot radial dapat terus berkontraksi dan terjadi dilatasi pupil.
Obat yang digunakan: fenilefrin
Cara kerja obat:
fenilefrin berikatan dengan reseptor α1-adrenergic dan menghasilkan efek yang
sama dengan terikatnya norepinerin yang berikatan dengan reseptor α1-adrenergic.
Fenilefrin akan mengaktivasi reseptor protein G sehingga terjadi kontraksi otot
radial.

Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
Fenilefrin atau neosinefrin itu merupakan bahan midriatik efektif yang digunakan
untuk mempermudah pemeriksaan retina krn sebagai agen dilatasi pupil. Fenilefrin
itu termasuk golongan obat dekongestan, untuk hidung tersumbat. Tapi dia memiliki
bioavailibitas yang rendah terhadap pseudoefedrin, makanya dia ga begitu sering
dipakai sbg nasal dekongestan.

fenilefrin
Fenilefrin merupakan bahan midratik efektif yang digunakan untuk mempermudah
pemeriksaan retina dikarenakan fungsinya sebagai agen dilatasi pupil.
Fenilefrin dapat menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah. Maka aliran darah
dapat berkurang sehingga kongesti dapat menurun (dekongestan).
Feniefrin memiliki bioavailabilitas rendah jika dibandingkan dengan pseudoefedrin,
sehingga fenilefrin kurang efektif sebagai nasal decongestant.
FENILEFRIN HIDROKLORIDA - Pusat Informasi Obat Nasional. Diakses tanggal 23 Nov
2019 pada http://pionas.pom.go.id/monografi/fenilefrin-hidroklorida
Substitution of phenylephrine of pseudoephedrine as a nasal decongestant. Retrieved
on Nov 23, 2019 from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2000711/
Karena phenylephrine adalah selektif alpha-adrenergic reseptor agonis,
phenylephrine tidak menyababkan pelepasan dari noradrenalin endogenous seperti pada
pseudoephedrine. Karena itu, phenylephrine sedikit sekali kemungkinan besar
menyebabkan efek samping seperti stimulasi SSP, insomnia, gelisah, lekas marah and
keresahan

Mekanisme Obat
Antagonis pada reseptor muskarinik
Sehingga otot sfingter tidak kontraksi dan tidak terjadi konstruksi pupil.
Jenis obat yang digunakan: alkaloid atropine dan skopolamin
Cara kerja obat:
atropine dan turunannya bersaing (antagonis kompetitif) dengan asetilkolin
untuk menempatkan situs aktif reseptor muskarinik.
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.

atropin
Atropin sebagai prototipe antimuskarinik, dimana atropin akan memblok asetilkolin
untuk berikatan dengan reseptor muskarinik (antagonis kompetitif). Pada mata,
atropin ini menghambat M. constrictor pupillae dan M. ciliaris pada lensa mata,
sehingga menyebabkan midriasis.
Atropin merupakan obat antikolinergik yang dapat meningkatkan denyut jantung
(pengobatan brakikardia), mengeringkan sekret, dan mengatasi keracunan
organofosfat.
ATROPIN SULFAT - Pusat Informasi Obat Nasional. Diakses tanggal 23 Nov 2019 pada
http://pionas.pom.go.id/monografi/atropin-sulfat-0

07
Obat untuk Pupil Konstriksi

Mekanisme Konstriksi Pupil


Rangsangan cahaya masuk ke mata
Rangsangan diubah menjadi impuls listrik oleh fotoreseptor di retina
Lalu dibawa ke Nucleus Edinger-Westphal oleh syaraf viseromotor

Impuls listrik dibawa oleh Nervus III ke pretectal nucleus otak bagian tengah
syaraf viseromotor tadi akan mengalir disepanjang Nervus Occulomotorius kanan dan
kiri
Gerard J. Tortora & Bryan Derrickson, Principles of Anatomy and Physiology, 13th
edition, 2012
syaraf viseromotor berakhir di ganglion siliari dimana syaraf parasimpatis
menginervasi otot konstiktor iris, dan akhirnya menimbulkan Miosis.

Opiates (kodein, morfin, dan heroin)


•Morfin dan kebanyakan agonis opioid yang bekerja pada reseptor µ dan κ
menyebabkan miosis. Miosis ditimbulkan oleh perangsangan pada segmen otonom
inti saraf okulmotor.
Cholinergic agent (Pilocarpin)
•Pilocarpine hydrochloride adalah senyawa kolinergik yang bekerja secara langsung
dengan efek parasimpatometik. Pilocarpine bekerja dengan menstimulasi reseptor
muskarinik dan otot polos pada iris dan kelenjar sekresi. Pilocarpine membuat otot
silier berkontraksi dan mengakibatkan peningkatan tekanan pada scleral spur dan
membuka rongga trabekular meshwork sehingga dapat meningkatkan aliran pembuangan
Aqueus Humour (AH). Pembuangan AH dan penurunan resistensi pada trabekuler meshwok
membuat penurunan tekanan intraokuler. Selain itu pilocarpine juga memiliki efek
miosis melalui kontraksi otot iris sehingga membuat sudut iris dengan kornea
terbuka.

Carbachol dan Neostigmine


•Karbakol bekerja sebagai muskarinik dan nikotinik. Obat ini memiliki kemampuan
melepas epineprin dari medulla adrenal karena kemampuan nikotiniknya. Pemberian
tetesan local pada mata dapat menimbulkan efek aCh sehingga menimbuklan miosis.
•Neostigmin meningkatkan kadar dan efek aCh pada tempat reseptor dalam SSP atau
ganglia otonomik pada sel sel efektor di vicera, dan pada motor end plate. Obat ini
dapat memberi efek stimulasi atau efek depresi pada reseptor kolinergik.

08
Pengobatan Glaukoma

Farmakologi Mata (pengantar menuju glaukoma)


Terdapat banyak organ otonom pada mata, tepatnya di ruang anterior yang melibatkan
tiga macam otot, yaitu dilator pupil, konstriktor otot iris dan silia, serta
epitelium sekretori sebagai jaringan efektor otonom.
Aqueous humor disekresikan melalui dua jalur, yaitu
Konvensional (proses silia) = Ruang posterior → pupil → ruang anterior → Kanal
Schlemm → pleksus vena episeral → sirkulasi sistemik
Uveoskleral = otot silia → ruang suprakoroidal
Katzung, B. G, Susan B. M, dan Anthony J. T. (2012). Basic & Clinical Pharmacology
12th edition. United States : McGraw-Hill
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.

Farmakologi Mata (pengantar menuju glaukoma)


Aktivitas saraf parasimpatetik dan kolinomimetik muskarinik menengahi kontraksi
otot konstriktor pupil dan otot silia.
Apabila pasien mengonsumsi obat kolinomimetik seperti inhibitor kolinesterase
organofosfat dalam dosis sistemik besar atau dosis kecil topikal, terjadi miosis
(pengecilan ukuran pupil).
Dengan konsumsi obat yang sama, terjadi intoksikasi obat tersebut sehingga
meningkatkan kontraksi otot silia (siklospasma). Kontraksi ini menyebabkan
akomodasi fokus untuk jarak dekat dan menegangkan trabecular meshwork, membuka
pori-pori untuk keluaran aqueous humor menuju kanal Schlemm.

Akibatnya, tekanan intraokular berkurang. Namun, efek tersebut dapat dicegah dengan
atropin.
Katzung, B. G, Susan B. M, dan Anthony J. T. (2012). Basic & Clinical Pharmacology
12th edition. United States : McGraw-Hill

Farmakologi Mata (pengantar menuju glaukoma)


Alfa adrenoseptor menengahi kontraksi serat otot dilator pupil yang berorientasi
radial pada iris.
Pasien yang mengonsumsi obat alfa-agonis seperti fenilefrin yang ditempelkan pada
kantung konjungtiva dapat mengalami midriasis.
Selain itu, pelepasan simpatik pada aktivitas alfa adrenoseptor juga memengaruhi
midriasis.
Beta adrenoseptor pada epitel silia memfasilitasi sekresi dari aqueous humor.
Pasien yang mengonsumsi beta-bloker untuk menghambat beta adrenoseptor dapat
mengurangi aktivitas sekretorinya sehingga mengurangi tekanan intraokular.

Akibatnya, glaukoma dapat dicegah dengan terapi beta-bloker sebagai terapi


alternatif.
Katzung, B. G, Susan B. M, dan Anthony J. T. (2012). Basic & Clinical Pharmacology
12th edition. United States : McGraw-Hill

Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan, yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokular
Katzung, B. G, Susan B. M, dan Anthony J. T. (2012). Basic & Clinical Pharmacology
12th edition. United States : McGraw-Hill

Bentuk glaukoma terbagi menjadi dua macam


Glaukoma sudut terbuka
Iris yang terdilatasi dapat menutup saluran keluar pada sudut antara kornea dan
badan silia (ruang anterior dangkal), termasuk ke dalam penyakit akut dan
menyakitkan
Glaukoma sudut tertutup
Termasuk ke dalam penyakit kronis, pengobatannya farmakologis, penyakit paling umum
di Amerika Serikat
Katzung, B. G, Susan B. M, dan Anthony J. T. (2012). Basic & Clinical Pharmacology
12th edition. United States : McGraw-Hill
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.

Pencegahan glaukoma sudut terbuka (spesifik)


Karena berhubungan dengan tekanan intraokular, maka pencegahannya dapat dilakukan
dengan cara :
Mengurangi sekresi aqueous humor.
Meningkatkan aliran keluar aqueous.
Katzung, B. G, Susan B. M, dan Anthony J. T. (2012). Basic & Clinical Pharmacology
12th edition. United States : McGraw-Hill

Pengobatan glaukoma sudut terbuka


Pengobatan ini dapat dilakukan dalam lima kelompok obat :
Kolinomimetik
Alfa-agonis
Beta-bloker
Analog Prostaglandin F2-Alfa
Diuretik
Obat yang paling terkenal adalah analog prostaglandin dan beta-bloker
Pada hakikatnya, tekanan intraokular harus seimbang sehingga tekanan yang berlebih
dapat dikurangi dengan obat lain yang telah dilaporkan seperti prostaglandin E2 dan
marijuana.
Katzung, B. G, Susan B. M, dan Anthony J. T. (2012). Basic & Clinical Pharmacology
12th edition. United States : McGraw-Hill
Pilokarpin yang termasuk dalam obat kolinomimetik termasuk sediaan topikal yang
menjadi pilihan jika dibutuhkan miotikum untuk mencegah miosis dengan mengalirkan
humor akueous melalui trabecular meshwork dengan efisien sehingga mengurangi
tekanan intraokularnya juga. Pilokarpin tidak hanya untuk glaukoma sudut terbuka
saja, tetapi juga tertutup. Analog prostaglandin dan penyekat reseptor beta lebih
aman. Glaukoma sudut terbuka punya obat yang banyak karena paling banyak ditemukan
yang disebabkan oleh faktor risiko tekanan intraokular.

Timolol merupakan obat tetes mata dengan kadar 0,25 % dan 0,5 % yang memberi efek
pengurangan tekanan intraokular dengan mengurangi produksi cairan bola mata oleh
badan silia.
Hipotesisnya adalah mengurangi aliran darah mata sehingga mengurangi pembentukan
cairan bola mata.
Timolol dalam jumlah yang cukup (dosis harian 1 mg) dapat terabsorpsi dari mata
mempengaruhi efek samping pada jantung dan jalur udara pada individu yang rentan.
Kemungkinan yang terjadi adalah adanya interaksi timolol dengan verapamil oral yang
menghambat kerja jantung.
Salah satu contoh obat glaukoma sudut terbuka : timolol
Selain itu, beta bloker lain contohnya adalah karteolol, betaksolol, levobunolol,
metipranolol, dan levobetaksolol.
Gunawan, Sulistia G, Rianto S, Nafrialdi, dan Instiaty. (2016). Farmakologi dan
Terapi Edisi 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Katzung, B. G, Susan B. M, dan Anthony J. T. (2012). Basic & Clinical Pharmacology


12th edition. United States : McGraw-Hill

Pencegahan glaukoma sudut tertutup (spesifik)


Karena berhubungan dengan tekanan intraokular, maka pencegahannya dapat dilakukan
dengan cara :
Operasi pengangkatan bagian tertentu dari iris (iridektomi).
Obat seperti kolinomimetik, asetazolamida, dan agen osmosis sebelum operasi.
Manajemen jangka pendek diperlukan sebelum operasi untuk mengurangi kenaikan
tekanan intraokular yang lebih parah dan membersihkan kornea sebelum operasi.
Katzung, B. G, Susan B. M, dan Anthony J. T. (2012). Basic & Clinical Pharmacology
12th edition. United States : McGraw-Hill

Dikatakan sebagai penyerangan akut penghambat pupil. Pelebaran pupil parsial dan
perubahan vektor gaya antara iris dan lensa. Aqueous humor terhambat menuju pupil
dari ruang posterior ke ruang anterior akibat pelebaran, tekanan ruang posterior
meningkat akibat perubahan mengakibatkan dasar iris/iris periferal menutupi
trabecular meshwork dan sudut filtrasi dengan melawan dinding sudut. Hal ini
menyebabkan perlunya reduksi tekanan intraokular jangka panjang, bukan hanya
manajemen jangka pendek.
Pengobatan glaukoma sudut tertutup
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.

Asetazolamida ada dalam bentuk tablet oral 125 mg dan 250 mg dengan dosis 250-500
mg per kali.
Dosis untuk glaukoma sederhana kronik yaitu 250-1000 mg per hari.
Dosis untuk kesakitan puncak/gunung akut yaitu 250 mg 2 kali sehari dimulai 3-4
hari sebelum ketinggian 3000 m atau lebih dan dilanjutkan beberapa waktu
setelahnya.
Dosis paralisis periodik familial yaitu 250-750 mg sehari dalam 2-3 dosis sedangkan
anak-anak sama saja pembagian dosisnya tapi lebih sedikit yaitu 125 mg

Salah satu contoh obat glaukoma sudut tertutup : Asetazolamida


Gunawan, Sulistia G, Rianto S, Nafrialdi, dan Instiaty. (2016). Farmakologi dan
Terapi Edisi 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

09
Pengobatan Infeksi Mata

Infeksi pada Mata


Infeksi pada mata dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur maupun parasit.

Infeksi tersebut dapat mengenai seluruh bagian mata, mulai dari kelopak mata hingga
lensa
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
Konjungtivitis

Blefaritis
Skleritis

Ulkus Kornea
Keratitis
(Radang Kornea)

Ocular Drug Administration


Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.

Infeksi di kelopak mata, kulit daerah sekitar mata , konjungtiva dan lain-lain
dapat diobati menggunakan antibiotik (secara oral maupun parenteral)

Pengobatan dengan antibiotik biasa dilakukan secara topikal, dalam bentuk salep,
gel, atau tetes mata.

Antibacterial Agents
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.

Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.

Antiviral Agents
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.

Mekanisme kerja Antiviral:


Acyclovir

Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
Antiviral agent
untuk mengobati
viral keratitis, herpes zoster ophthalmicus., dan retinitis

Penyakit yang diobat dengan antifungal adalah fungal keratitis, skleritis,


endophthalmitis, kanalikulitis, dll. Faktor risiko fungal keratitis : trauma,
chronic ocular surface disease, menggunakan lensa kontak, dan immunosuppression.
Antifungal Agents
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.

Antifungal Agents
Antifungal agent dibagi 3 menurut mekanisme kerjanya:
Penghambat pembentukan membran sel
Cara kerjanya yaitu dengan menghambat pembentukan ergosterol (kelas azole).
Penghambat pembentukan dinding sel
Cara kerjanya yaitu menghambat sintesis beta glucan pada dinding sel fungi yang
akan merusak keutuhan dinding sel
Penghambat metabolisme asam nukleat intraseluler
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
https://www.scribd.com/doc/288452522/Golongan-Antifungi-Terbagi-Menjadi-Tiga-
Berdasarkan-Mekanisme-Kerjanya

Infeksi protozoa yang sering ditemukan adalah infeksi Acanthamoeba dan Toxoplasma
gondii
Antiprotozoal Agents
Acanthamoeba keratitis
Risiko terbesar infeksi ini terjadi pada pengguna lensa kontak. Faktor risiko
berupa lensa kontak yang tidak higienis, menggunakan lensa kontak saat berenang
atau di hot tub, dan trauma okular.
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.

Adverse Effect
Infeksi biasanya diobat dengan antibiotik berupa obat tetes mata yang dapat
menyebabkan adverse effect sistemik. Cairan antibotik mungkin saja diserap melalui
jalur lain, misalnya konjungtiva, saluran lakrimal, GI track, aqueous humor,
kelopak, pipi, dan jaringan okular bagian dalam.
Tetapi risiko penyerapan sistemik ini jarang terjadi karena bioavailabilitas obat
okular kecil yaitu 5-10%. Selain itu, epitelium korena dan epitelium konjungtiva
berperan sebagai barrier yang membatasi penyerapan. Adverse effects dapat berupa
iritasi kulit, gatal, atau kulit merah. Adverse effect dapat dicegah dengan
menghapus cairan berlebih untuk mencegah penyerapan sistemik.
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.

10
Pengobatan Inflamasi Mata

Inflamasi
Dalam arti yang paling sederhana, inflamasi adalah suatu respon protektif yang
ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan
jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel.

Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis, zat-zat kimia, dan
pengaruh fisika. Tujuan akhir dari respon inflamasi adalah menarik protein plasma
dan fagosit ke tempat yang mengalami cedera atau terinvasi agar dapat mengisolasi,
menghancurkan, atau menginaktifkan agen yang masuk, membersihkan debris dan
mempersiapkan jaringan untuk proses penyembuhan (Corwin, 2008).

Gejala Inflamasi
Kemerahan
Disebabkan karena arteri yang mengedarkan darah ke daerah tersebut berdilatasi
sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera
Rasa sakit
disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di daerah
lain di sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit.
Sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat kita lihat dan rasakan
Disebabkan karena adanya peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi
peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa nyeri
Rasa panas (kalor)
Pembengkakan
disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler, adanya peningkatan
aliran darah dan cairan ke jaringan yang mengalami cedera sehingga protein plasma
dapat keluar dari pembuluh darah ke ruang interstitium

Inflamasi pada Mata


Endophthalmitis
Keratitis
Conjunctivitis

Endophthalmitis
Endophthalmitis merupakan suatu kondisi inflamasi pada rongga intraokular (yaitu
aqueous dan / atau humor vitreous) dan biasanya disebabkan oleh infeksi.

Penyebab umum dari endophthalmitis yaitu dari aktivitas bakteri atau jamur.

Endophthalmitis noninfectious (steril) dapat terjadi dari berbagai penyebab seperti


bahan lensa asli yang tertahan setelah operasi atau dari agen toksik.

Keratitis
Proses inflamasi kornea (baik di tingkat epitel, subepitel, stroma, ataupun
endotelium) yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur

Gejala dari keratitis antara lain : mata memerah, timbul rasa sakit dan iritasi,
penglihatan memburam, kesulitan untuk membuka mata, air mata berlebih, lebih
sensitif terhadap cahaya
Keratitis adalah kondisi peradangan yang memengaruhi kornea mata Anda. Kornea
adalah bagian yang jelas yang menutupi iris dan pupil. Keratitis dapat disebabkan
oleh infeksi atau cedera pada mata.
Keratitis adalah kondisi umum. Orang yang memakai lensa kontak mungkin mengalami
keratitis lebih sering daripada orang yang tidak memakai kontak.

Conjunctivitis
Proses inflamasi di daerah konjungtiva yang disebabkan oleh virus, jamur, lensa
kontak, alergi, maupun iritan

Gejala dari konjungtivitas antara lain : mata memerah, terasa terbakar, mata terasa
gatal dan berair
Konjungtiva adalah jaringan bening tipis yang terletak di atas bagian putih mata
dan melapisi bagian dalam kelopak mata.

Penggunaan obat anti-jamur dalam opthalmologi untuk penyakit fungal keratitis,


sleretis, mucormycosis, endopthalmitis, dan canaliculitis

Penggunaan obat anti-bakterir dalam opthalmologi untuk penyakit conjunctivitis,


keratitis, dan blepharitis

Penggunaan obat anti-virus dalam opthalmologi untuk penyakit herpes opthalmicus,


herpes keratitis, dan retinitis

11
Pengobatan Macular Degeneration

Macular Degeneration
Merupakan sebuah permasalahan pada mata khususnya pada bagian retina bernama
macula.

Penyakit ini biasanya merupakan penyakit usia yang berarti biasanya semakin tua
seseorang maka gejalanya bisa makin parah. Biasanya terjadi pada seseorang dengan
umur lebih dari 60 tahun.
https://www.randeye.com/macular-degeneration/
Macular Degeneration

Macular Degeneration memiliki dua tipe, yaitu dry dan wet


Macular Degeneration
DRY
WET
Umum terjadi (sekitar 80% - American Academy of Ophthalmology)
Jarang terjadi
Terjadi secara lambat
Terjadi secara cepat
Penipisan lapisan mata
Terjadi pendarahan pada mata
https://www.aao.org/eye-health/diseases/amd-macular-degeneration

Macular Degeneration

Penyebab terjadinya Macular Degeneration


Macular Degeneration
Perokok
Penambahan usia
Kolesterol yang tinggi
Tingkat konsumsi buah dan sayur yang rendah
Paparan sinar UV
Kelainan genetik

Macular degeneration sulit untuk dapat diatasi namun beberapa cara dapat menghambat
atau mengurangi dampak yang diberikan.
Macular Degeneration
Pengobatan dilakukan dengan beberapa cara seperti pemberian obat,
Pemberian obat Aflibercept (Eylea), Bevacizumab (Avastin), Ranibizumab (Lucentis)
Dengan terapi laser

Aflibercept

Aflibercept adalah reseptor umpan yang larut yang mengikat faktor pertumbuhan
endotel vaskular-A (VEGF-A), VEGF-B dan faktor pertumbuhan plasenta (PIGF) dengan
afinitas yang lebih besar daripada reseptor asli tubuh. Ini disebut reseptor umpan
karena VEGF tidak mengikat reseptor aslinya dan secara keliru berikatan dengan
aflibercept, sehingga mengurangi aktivitas VEGF.

VEGF-A adalah protein sinyal biokimia yang mempromosikan angiogenesis ke seluruh


tubuh dan di mata. Dengan mengurangi aktivasi VEGF-A dari reseptor aslinya,
aflibercept mengurangi pertumbuhan pembuluh darah baru berikutnya.

https://eyewiki.aao.org/Aflibercept
https://reference.medscape.com/drug/eylea-aflibercept-intravitreal-999705

Bevacizumab

Bevacizumab (Avastin) adalah antibodi monoklonal IgG1 humanized recommbinant yang


mengikat dan menghambat faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF), mengurangi
pertumbuhan pembuluh darah baru. VEGF adalah protein sinyal biokimia yang
mempromosikan angiogenesis ke seluruh tubuh dan di mata.

Bevacizumab berikatan dengan VEGF yang larut dan menghambat pengikatan molekul VEGF
dengan reseptornya pada permukaan sel endotel. Bevacizumab adalah inhibitor VEGF
nonspesifik dengan dua situs pengikatan per molekul.Bevacizumab mencegah semua
isoform VEGF-A dari pengikatan ke reseptor sel endotel. Pengurangan dalam aktivitas
VEGF menghambat angiogenesis dan permeabilitas pembuluh darah
https://reference.medscape.com/drug/avastin-mvasi-bevacizumab-342257
https://eyewiki.org/Bevacizumab
https://www.avastin.com/hcp/mcrc/proposed-moa.html

Ranibizumab
Ranibizumab (Lucentis) adalah fragmen antibodi monoklonal IgG1 manusiawi rekombinan
yang mengikat dan menghambat faktor pertumbuhan endotel vaskular A (VEGF-A). VEGF
adalah protein sinyal biokimia yang mempromosikan angiogenesis ke seluruh tubuh dan
di mata. Melalui pengikatan dengan VEGF-A, ranibizumab mengganggu interaksi VEGF
dengan reseptornya, dan dengan demikian mencegah pertumbuhan pembuluh darah baru
berikutnya.

http://pionas.pom.go.id/monografi/ranibizumab
https://eyewiki.org/Ranibizumab

12
ROTD Terapi Obat Sistemik

ADR = ROTD#Adverse Drug Reaction = Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan


ROTD adalah respons terhadap obat yang membahayakan atau tidak diharapkan
(unexpected) yang terjadi pada dosis lazim dan dipakai oleh manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis, maupun terapi.
Masalah ROTD perlu mendapatkan perhatian karena dapat menyebabkan:
penurunan kualitas hidup (Disabling),
peningkatan kunjungan ke dokter,
perawatan di rumah sakit, bahkan
Kematian (Life-threatening).
Christianie, M., Setiati, S., Trisna, Y., & Andrajati, R. (2012). Kejadian Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki yang Menyebabkan Pasien Usia Lanjut Dirawat di Ruang
Perawatan Penyakit Dalam Instalasi Rawat Inap B Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo. Pharmaceutical Sciences And Research (PSR), 5(3), 138-149.
doi:10.7454/psr.v5i3.3428
Katzung, B. G. (2017). Basic and Clinical Pharmacology 14 Edition. McGraw-Hill
Education.
ROTD adalah respons terhadap obat yang membahayakan atau tidak diharapkan yang
terjadi pada dosis lazim dan dipakai oleh manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis maupun terapi (4). Masalah ROTD perlu mendapatkan perhatian karena dapat
menyebabkan penurunan kualitas hidup, peningkatan kunjungan ke dokter, perawatan di
rumah sakit, bahkan kematian.
108

ADR = ROTD#Adverse Drug Reaction = Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan


Respon terhadap obat yang berbahaya dan tidak diinginkan, dan yang terjadi pada
dosis normal/biasa dipakai manusia.
Terkait respon pasien
Faktor individu berperan penting
Fenomena berbahaya
Safety of Medicines - A Guide to Detecting and Reporting Adverse Drug Reactions -
Why Health Professionals Need to Take Action: Glossary. (2002). Retrieved 8
November 2019, from https://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Jh2992e/2.html#Jh2992e
ROTD adalah respons terhadap obat yang membahayakan atau tidak diharapkan yang
terjadi pada dosis lazim dan dipakai oleh manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis maupun terapi (4). Masalah ROTD perlu mendapatkan perhatian karena dapat
menyebabkan penurunan kualitas hidup, peningkatan kunjungan ke dokter, perawatan di
rumah sakit, bahkan kematian.
109

Faktor Penyebab
Kasus pada geriatri 2x daripada popoulasi yang muda
Salah peresepan oleh praktisi
Karena praktisi menghiraukan pentingnya perubahan farmakokinetik yang disebabkan
usia dan penyakit terkait usia
Karena praktisi tidak menyadari incompatible drugs ‘resep obat yang tidak sesuai’
dengan praktisi lain yang mengurus pasien yang sama
Salah penggunaan oleh pasien
Konsumsi obat tanpa pengetahuan dokter
Obat herbal mengandung Gingko + Aspirin dosis rendah memperparah pendarahan
Katzung, B. G. (2017). Basic and Clinical Pharmacology 14 Edition. McGraw-Hill
Education.

Faktor Penyebab
Karena konsumsi beragam obat (Polifarmasi)
Geriatri rata-ratanya mengonsumsi 6-8 jenis obat
Analisis “brown bag”: minta pasien bawa resep, obat-obat, suplemen, vitamin dan
lain-lain yang dikonsumsinya
Mengurangi 30-50%
Karena ada yang sama/duplikasi
Karena ada lainnya yang tidak diperlukan
Katzung, B. G. (2017). Basic and Clinical Pharmacology 14 Edition. McGraw-Hill
Education.

ROTD (Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan) pada Mata


Mydriasis=Pupil melebar
112

Frequent ophthalmic ADRs included: keratopathy, dry eye, and retinopathy.


Miguel, A., Henriques, F., Azevedo, L., & Pereira, A. (2014). Ophthalmic adverse
drug reactions to systemic drugs: a systematic review. Pharmacoepidemiology And
Drug Safety, 23(3), 221-233. doi: 10.1002/pds.3566
Sumber 1 menyebutkan 3 contoh ROTD yang sering terjadi pada mata
113

Top 10 ocular reactions reported to Centre for Adverse Reactions Monitoring/CARM


(using the WHO Group 'Vision Disorders')
Ocular Adverse Reactions: More Than Meets the Eye. (2015). Retrieved 8 November
2019, from
https://www.medsafe.govt.nz/profs/PUArticles/PDF/PrescriberUpdate_Dec2015.pdf
Sumber 2 menyebutkan 10 terbanyak ROTD pada mata yang sering terjadi
114

Dellabella, A. & Andres, J.. (2015). Ophthalmic toxicities of systemic drug


therapy. U.S. Pharmacist. 40. HS19-HS24.
https://www.uspharmacist.com/article/ophthalmic-toxicities-of-systemic-drug-therapy
Drugs frequently involved included amiodarone, sildenafil, hydroxychloroquine, and
biphosphonates.
Miguel, A., Henriques, F., Azevedo, L., & Pereira, A. (2014). Ophthalmic adverse
drug reactions to systemic drugs: a systematic review. Pharmacoepidemiology And
Drug Safety, 23(3), 221-233. doi: 10.1002/pds.3566
Sumber 1 (kanan) menyebutkan 4,
sumber 2 (kiri) menyebutkan banyak.
Yang akan dibahas yang kanan saja=yang kiri tp beberapa saja
115

AMIODARONE
Untuk aritmia jantung
Keratopati, mata kering, iritasi kelopak mata, dan kista kelopak mata.
Amiodarone untuk aritmia jantung memiliki ADR berupa keratopati, mata kering,
iritasi kelopak mata, dan kista kelopak mata.
116

BISPHOSPHONATES
Untuk kelainan tulang seperti osteoporosis dan penyakit Paget (pembentukan tulang
yang abnormal)
Reaksi inflamasi seperti konjungtivitis, uveitis, skleritis, episkleritis, dan
keratitis.
Penyakit Paget = A condition of abnormal bone remodeling original osseous tissue is
reconstructed through active interplay between excessive bone resorption and
abnormal new bone formation = Suatu kondisi jaringan tulang asli yang tidak normal
membentuk kembali direkonstruksi melalui interaksi aktif antara resorpsi tulang
yang berlebihan dan pembentukan tulang baru yang abnormal.
117

ANTIMALARIAL AGENTS (Hydroxychloroquine)


Untuk pengobatan berbagai kondisi termasuk malaria dan, yang sangat umum di
Amerika, SLE (Systemic Lupus Erythematosus) dan RA (Rhumatoid Arthritis)
Hydroxychloroquine Retinopathy
=
Bilateral Bull’s-eye Maculopathy

PHOSPHODIESTERASE TYPE 5 INHIBITORS (Sildenafil, Ardenafil, and Tadalafil)


Untuk disfungsi ereksi
Perubahan persepsi warna dan penglihatan kabur (blurred vision)
119

OBAT
UNTUK GEJALA/SAKIT…
ROTD
Amiodarone
Aritmia Jantung
Keratopati
Mata Kering
Iritasi Kelopak Mata
Kista Kelopak Mata
Antiepileptic Agents
Topiramate
Seizures
Migraine Prophylaxis
Glaukoma Sudut-Tertutup Akut
Vigabatrin
Refractory Seizures
Progressive and Permanent Bilateral Concentric Visual-field Constriction
Visual Loss (Kehilangan penglihatan)
Antimalarial Agents
Hydroxychloroquine
Chloroquine
Malaria
SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
RA (Rheumatoid Arthritis)
Hydroxychloroquine Retinopathy/ Bilateral Bull’s-eye Maculopathy
Bisphosphonates
Alendronate
Ibandronate
Risedronate
Kelainan Tulang, seperti:
Osteoporosis
Penyakit Paget (Pembentukan Tulang yang Abnormal)
Reaksi Inflamasi, seperti:
Konjungtivitis
Uveitis
Skleritis
Episkleritis
Keratitis.
Dellabella, A. & Andres, J.. (2015). Ophthalmic toxicities of systemic drug
therapy. U.S. Pharmacist. 40. HS19-HS24.
https://www.uspharmacist.com/article/ophthalmic-toxicities-of-systemic-drug-therapy

OBAT
UNTUK GEJALA/SAKIT…
ROTD
Ethambutol
TBC (Tuberculosis)
Neuritis Optik
Perubahan Persepsi Warna
Penurunan Lapang Pandang
PDE5 (Phosphodiesterase Type 5) Inhibitors
Sildenafil
Vardenafil
Tadalafil
Disfungsi Ereksi
Perubahan Persepsi Warna
Penglihatan Kabur (Blurred Vision)
Selective Alpha1a-blockers
Tamsulosin
Silodosin
BPH (Benign Prostatic Hyperplasia/ Pembesaran Prostat)
Masalah Kemih
Hipertensi
IFIS (Intraoperative Floppy Iris Syndrome)
Iris Prolapse
Miosis Pupil
Trauma Iris
Vitreous Loss
Dellabella, A. & Andres, J.. (2015). Ophthalmic toxicities of systemic drug
therapy. U.S. Pharmacist. 40. HS19-HS24.
https://www.uspharmacist.com/article/ophthalmic-toxicities-of-systemic-drug-therapy

OBAT
UNTUK…
ROTD
Herbal Supplements
Echinacea
Peningkat Imun
Iritasi Mata
Konjungtivitis
Ginkgo Biloba
Ingatan
Hipema
Perdarahan Retina
Licorice
Antiinflamasi
Antiplatelet
Penglihatan Hilang (Vision Loss)
Migrain Okular
Niacin
Penurun Kolesterol
Edema Makula Kistoid
Penglihatan Kabur (Blurred Vision)
Chamomile (yang digunakan topikal sekitar mata)
Antiinflamasi Kulit
Konjungtivitis
Angioedema
Dellabella, A. & Andres, J.. (2015). Ophthalmic toxicities of systemic drug
therapy. U.S. Pharmacist. 40. HS19-HS24.
https://www.uspharmacist.com/article/ophthalmic-toxicities-of-systemic-drug-therapy
Srivastava, J. K., Shankar, E., & Gupta, S. (2010). Chamomile: A herbal medicine of
the past with bright future. Molecular medicine reports, 3(6), 895–901.
doi:10.3892/mmr.2010.377

THANKS
Does anyone have any questions?

Kelompok 3
Farmakologi kelas C
November 2019
Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai