Mata
Nadia Fahira
Priska Yodi
Raysa
Salsabila
Sylvia Lioner
Zahra Sabrina
Atini Solawati
Haura Syifa
Meilani Velvina Losso
Muhammad Adzka Khairiy Nazmi
Muhammad Agil Nur Hidayat
Muhammad Fahrul Rizal
Farmakologi Dasar-C
Kelompok 3
Nazmi
OUTLINE
1
Anatomi dan Fisiologi Mata
2
Karakteristik Obat Mata
3
Farmakokinetika Obat Intraocular
4
Obat untuk pupil dilatasi
5
Obat untuk pupil konstriksi
6
Pengobatan Glaukoma
7
Pengobatan Infeksi Mata
8
Biokimia Mata
9
Pengobatan Inflamasi Mata
10
Pengobatan Macular Degeneration
11
ROTD Terapi Obat Sistemik
12
Faktor Penetrasi Obat
01
Anatomi dan Fisiologi Mata
Rongga orbita
Otot-otot mata
Cilia dan palpebra
Sistem lakrimal
Konjungtiva
Bola mata
Sklera
Kornea
Uvea
Iris
Badan siliar
Koroid
Lensa
Aqueous humor
Vitreous humor
Retina
RONGGA ORBITA
Rongga yg berisi bola mata, otot, saraf, pembuluh darah, jaringan lemak, dan
aparatus lakrimal
berbentuk kerucut
RONGGA ORBITA
Atap orbita
Lateral orbita
Dasar orbita
dr. Alphin D. (n.d.). Anatomi & Fisiologi Mata.
https://www.academia.edu/32451108/Anatomi_and_fisiologi_mata. Diakses pada 21
November 2019.
OTOT MATA
M. Rectus medialis: menarik bola mata ke dalam
M. Rectus lateralis: menarik bola mata ke samping
M. Rectus superior: menarik bola mata ke atas
M. Rectus inferior: menarik bola mata ke bawah
M. Obligus inferior: memutar ke samping atas
M. obligus superior: memutar ke samping dalam
M. Levator palpebra superior:
SISTEM LAKRIMAL
Terdiri dari glandula lakrimalis dengan salurannya.
Fungsi: memproduksi air mata & drainase air mata melalui saluran lakrimalis ke
meatus nasal inferior.
Kelenjar air mata terletak di bagian lateral atas orbita.
Fungsi air mata: mencuci & melumasi mata
dr. Prijo S., M.Kes, Sp.S.. (n.d.). ANATOMI MATA.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Opthalmologi.pdf. Diakses pada 21
November 2019.
KONJUNGTIVA
membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior
kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva
bulbaris).
Fungsi: proteksi pada sklera & memberi pelumasan pada bola mata.
Menyerap obat mata
BOLA MATA
Dibungkus oleh 3 lapisan
Tunika vaskulosa: uvea
Tunika nervosa: retina
Tunika okuli: sklera dan kornea
01
02
03
SKLERA
Disebut juga putih mata dengan ketebalan 1 mm. terdiri atas jaringan fibrosa yang
elastis
Fungsi: membentuk bola mata dan melindungi bagian dalam bola mata.
KORNEA
selaput bening mata yang tembus cahaya dan merupakan lapisan jaringan yang menutup
bola mata sebelah depan
Merupakan kelanjutan sklera. Pertemuan korneasklera: limbus
Susunan: 5 lapisan → epitel, membran Bowman, stroma, membran Descemet, dan
endotelium.
Lapisan kornea
Epitel
Tebal 50 µm
peka terhadap sentuhan
Fungsi: proteksi
Membran Bowman
Di bawah epitel
Kolagen yang tersusun tidak teratur
Stroma
menyusun sekitar 90% ketebalan kornea.
terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar
Membran Descemet
merupakan lapisan tipis, kuat, lentur
merupakan batas belakang stroma
Endotelium
Mengatur jumlah cairan dalam kornea
Febriany, Y. (2015). BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
http://eprints.undip.ac.id/46853/3/Yustina_Elisa_22010111130122_Lap.KTI_Bab2.pdf.
Diakses pada 21 November 2019.
UVEA
adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera
yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Iris
Badan siliar
Koroid
IRIS
membran sirkuler yg berwarna, terletak di belakang kornea, tepat di depan lensa.
Pada bagian pusatnya terdapat pupil.
Fungsi: mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis
dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis) pupil.
BADAN SILIAR
Menghubungkan koroid dengan iris.
Tersusun dalam lipatan-lipatan radier ke dalam
meyusun prosesus siliaris yg mengelilingi tepi lensa.
Fungsi: Menghasilkan aqueous humor
KOROID
adalah membran berwarna coklat yang melapisi permukaan dalam sklera.
Mengandung banyak pembuluh darah & sel-sel pigmen yg memberi warna gelap.
Fungsi: memberi nutrisi ke retina & badan kaca, mencegah refleksi internal cahaya.
LENSA
Merupakan bangunan lunak, bening, dan cembung, yang dilapisi oleh kapsul tipis yang
homogen di depan badan kaca & di belakang iris.
Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya terdapat vitreous
humor.
Lensa dibungkus suatu kapsul berupa membran bening yang menutup lensa pada
permukaan anterior.
Fungsi kapsul: mengubah bentuk lensa, melindungi dari badan kaca & humor akuos,
berperan pada proses akomodasi.
Lensa ditahan di tempatnya oleh zonula Zini
AQUEOUS HUMOR
Cairan yang diproduksi oleh badan siliar
Aqueous humor berjalan dari bilik mata belakang → masuk ke bilik mata depan → ke
perifer menuju sudut bilik mata depan
VITREOUS HUMOR
Merupakan jaringan albuminosa setengah cair, bening yang mengisi ruang antara lensa
& retina.
Mengisi 4/5 bagian belakang bola mata & mempertahankan bentuk bola mata
mendapat nutrisi dr jaringan sekitarnya.
mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam
hialurona
RETINA
Lapisan paling dalam pada mata
Membran lunak, rapuh, tipis. Tebal dari 0,4 mm dekat masuknya saraf optikus sampai
0,1 mm pada orra serata.
Mempunyai bintik kuning (makula lutea).
Fungsi: menerima rangsangan cahaya
Sel batang: untuk intensitas cahaya rendah → mengubah rangsang cahaya menjadi
impuls listrik yg berjalan sepanjang serabut saraf sensoris menuju pusat
penglihatan di otak.
Sel kerucut: untuk penglihatan cahaya terang & untuk penglihatan warna. Letak di
pusat retina.
Lapisan retina
Epitel pigmen retina (Membran Bruch)
Fotoreseptor
Membran limitan eksterna
Lapisan nukleus luar
Lapisan pleksiform luar
Lapisan nukleus dalam
Lapisan pleksiform dalam
Lapisan sel ganglion
Serabut saraf
Membran limitan interna
Febriany, Y. (2015). BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
http://eprints.undip.ac.id/46853/3/Yustina_Elisa_22010111130122_Lap.KTI_Bab2.pdf.
Diakses pada 21 November 2019.
1) Epitel pigmen retina (Membran Bruch)
2) Fotoreseptor Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
3) Membran limitan eksterna
4) Lapisan nukleus luar Lapisan nukleus luar merupakan susunan nukleus sel kerucut
dan sel batang. Keempat lapisan di atas avaskuler dan mendapat nutrisi dari kapiler
koroid.
5) Lapisan pleksiform luar Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinapsis
sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6) Lapisan nukleus dalam Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel
horizontal, dan sel Muller serta didarahi oleh arteri retina sentral.
7) Lapisan pleksiform dalam Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinaps
sel bipolar dan sel amakrin dengan sel ganglion.
8) Lapisan sel ganglion Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua.
9) Serabut saraf Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang menuju ke
arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh
darah retina.
10) Membran limitan interna Membran limitan interna berupa membran hialin antara
retina dan vitreous humor.
02
Karakteristik
Obat Mata
03
Faktor Penetrasi Obat ke dalam Mata
Faktor Fisiologis
Penguraian metabolisme obat
03
Ikatan molekul obat dengan protein pada air mata
02
Keadaan dan fungsi dari kornea dan konjungtiva (perlukaan epitel)
01
Indrawan, Rasyid. 7-BIOFARMASETIKA-mll-mata. Diakses 22 November 2019 dari
https://www.academia.edu/9371770/7-BIOFARMASETIKA-mll-mata
Izzah, Nurul. Pendahuluan Obat Tetes Mata Steril. Diakses 22 November 2019 dari:
https://www.academia.edu/17070831/Pendahuluan_Obat_tetes_mata_steril
Faktor Fisika-Kimia
Tonisitas
01
Tidak terjadi peningkatan permeabilitas epitel kornea pada konsentrasi senyawa 0,9-
1% NaCl, sedangkan pada larutan yang hipertonis terjadi peningkatan permeabilitas
Derajat ionisasi
06
Derajat ionisasi yang semakin kecil,, laju penetrasi semakin besar
Koefisien partisi zat aktif dalam lipid atau air
05
Daya kelarutan dalam lemak tinggi, llaju penetrasi obat besar
Surfaktan
04
Menurunkan tegangan antar muka
Meningkatkan tercampurnya obat dengan air mata
Memperluas permukaan epitel kornea
Meningkatkan kontak obat dengan kornea dan konjugtiva
Meningkatkan penembusan dan penyerapan obat
Kekentalan
03
Kekentalan dapat menentukan panjang waktu kontak
Dilakukan dengan pembentukan misel
Meningkatkan aksi obat (seperti pilokarpin, kloramfenikol)
Regenerasi sel epitel kornea
pH (pendaparan)
02
pH air mata normal 7,4
Obat memiliki aktivitas terapeutik tertinggi pada pH yang mengandung molekul yang
tak terion
Basa lemah terionisasi pada pH>pKa dan Asam lemah terionisasi pada pH< pKa
04
Farmakokinetika
Obat Intraocular
ABSORPSI
Dipengaruhi oleh:
05
Biokimia Mata
06
Obat untuk Pupil Dilatasi
Gerard J. Tortora & Bryan Derrickson, Principles of Anatomy and Physiology, 13th
edition, 2012
Mekanisme Obat
Agonis pada reseptor adrenergic (sympathomimetic drugs)
Sehingga otot radial dapat terus berkontraksi dan terjadi dilatasi pupil.
Obat yang digunakan: fenilefrin
Cara kerja obat:
fenilefrin berikatan dengan reseptor α1-adrenergic dan menghasilkan efek yang
sama dengan terikatnya norepinerin yang berikatan dengan reseptor α1-adrenergic.
Fenilefrin akan mengaktivasi reseptor protein G sehingga terjadi kontraksi otot
radial.
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
Fenilefrin atau neosinefrin itu merupakan bahan midriatik efektif yang digunakan
untuk mempermudah pemeriksaan retina krn sebagai agen dilatasi pupil. Fenilefrin
itu termasuk golongan obat dekongestan, untuk hidung tersumbat. Tapi dia memiliki
bioavailibitas yang rendah terhadap pseudoefedrin, makanya dia ga begitu sering
dipakai sbg nasal dekongestan.
fenilefrin
Fenilefrin merupakan bahan midratik efektif yang digunakan untuk mempermudah
pemeriksaan retina dikarenakan fungsinya sebagai agen dilatasi pupil.
Fenilefrin dapat menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah. Maka aliran darah
dapat berkurang sehingga kongesti dapat menurun (dekongestan).
Feniefrin memiliki bioavailabilitas rendah jika dibandingkan dengan pseudoefedrin,
sehingga fenilefrin kurang efektif sebagai nasal decongestant.
FENILEFRIN HIDROKLORIDA - Pusat Informasi Obat Nasional. Diakses tanggal 23 Nov
2019 pada http://pionas.pom.go.id/monografi/fenilefrin-hidroklorida
Substitution of phenylephrine of pseudoephedrine as a nasal decongestant. Retrieved
on Nov 23, 2019 from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2000711/
Karena phenylephrine adalah selektif alpha-adrenergic reseptor agonis,
phenylephrine tidak menyababkan pelepasan dari noradrenalin endogenous seperti pada
pseudoephedrine. Karena itu, phenylephrine sedikit sekali kemungkinan besar
menyebabkan efek samping seperti stimulasi SSP, insomnia, gelisah, lekas marah and
keresahan
Mekanisme Obat
Antagonis pada reseptor muskarinik
Sehingga otot sfingter tidak kontraksi dan tidak terjadi konstruksi pupil.
Jenis obat yang digunakan: alkaloid atropine dan skopolamin
Cara kerja obat:
atropine dan turunannya bersaing (antagonis kompetitif) dengan asetilkolin
untuk menempatkan situs aktif reseptor muskarinik.
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
atropin
Atropin sebagai prototipe antimuskarinik, dimana atropin akan memblok asetilkolin
untuk berikatan dengan reseptor muskarinik (antagonis kompetitif). Pada mata,
atropin ini menghambat M. constrictor pupillae dan M. ciliaris pada lensa mata,
sehingga menyebabkan midriasis.
Atropin merupakan obat antikolinergik yang dapat meningkatkan denyut jantung
(pengobatan brakikardia), mengeringkan sekret, dan mengatasi keracunan
organofosfat.
ATROPIN SULFAT - Pusat Informasi Obat Nasional. Diakses tanggal 23 Nov 2019 pada
http://pionas.pom.go.id/monografi/atropin-sulfat-0
07
Obat untuk Pupil Konstriksi
Impuls listrik dibawa oleh Nervus III ke pretectal nucleus otak bagian tengah
syaraf viseromotor tadi akan mengalir disepanjang Nervus Occulomotorius kanan dan
kiri
Gerard J. Tortora & Bryan Derrickson, Principles of Anatomy and Physiology, 13th
edition, 2012
syaraf viseromotor berakhir di ganglion siliari dimana syaraf parasimpatis
menginervasi otot konstiktor iris, dan akhirnya menimbulkan Miosis.
08
Pengobatan Glaukoma
Akibatnya, tekanan intraokular berkurang. Namun, efek tersebut dapat dicegah dengan
atropin.
Katzung, B. G, Susan B. M, dan Anthony J. T. (2012). Basic & Clinical Pharmacology
12th edition. United States : McGraw-Hill
Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan, yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokular
Katzung, B. G, Susan B. M, dan Anthony J. T. (2012). Basic & Clinical Pharmacology
12th edition. United States : McGraw-Hill
Timolol merupakan obat tetes mata dengan kadar 0,25 % dan 0,5 % yang memberi efek
pengurangan tekanan intraokular dengan mengurangi produksi cairan bola mata oleh
badan silia.
Hipotesisnya adalah mengurangi aliran darah mata sehingga mengurangi pembentukan
cairan bola mata.
Timolol dalam jumlah yang cukup (dosis harian 1 mg) dapat terabsorpsi dari mata
mempengaruhi efek samping pada jantung dan jalur udara pada individu yang rentan.
Kemungkinan yang terjadi adalah adanya interaksi timolol dengan verapamil oral yang
menghambat kerja jantung.
Salah satu contoh obat glaukoma sudut terbuka : timolol
Selain itu, beta bloker lain contohnya adalah karteolol, betaksolol, levobunolol,
metipranolol, dan levobetaksolol.
Gunawan, Sulistia G, Rianto S, Nafrialdi, dan Instiaty. (2016). Farmakologi dan
Terapi Edisi 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Dikatakan sebagai penyerangan akut penghambat pupil. Pelebaran pupil parsial dan
perubahan vektor gaya antara iris dan lensa. Aqueous humor terhambat menuju pupil
dari ruang posterior ke ruang anterior akibat pelebaran, tekanan ruang posterior
meningkat akibat perubahan mengakibatkan dasar iris/iris periferal menutupi
trabecular meshwork dan sudut filtrasi dengan melawan dinding sudut. Hal ini
menyebabkan perlunya reduksi tekanan intraokular jangka panjang, bukan hanya
manajemen jangka pendek.
Pengobatan glaukoma sudut tertutup
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
Asetazolamida ada dalam bentuk tablet oral 125 mg dan 250 mg dengan dosis 250-500
mg per kali.
Dosis untuk glaukoma sederhana kronik yaitu 250-1000 mg per hari.
Dosis untuk kesakitan puncak/gunung akut yaitu 250 mg 2 kali sehari dimulai 3-4
hari sebelum ketinggian 3000 m atau lebih dan dilanjutkan beberapa waktu
setelahnya.
Dosis paralisis periodik familial yaitu 250-750 mg sehari dalam 2-3 dosis sedangkan
anak-anak sama saja pembagian dosisnya tapi lebih sedikit yaitu 125 mg
09
Pengobatan Infeksi Mata
Infeksi tersebut dapat mengenai seluruh bagian mata, mulai dari kelopak mata hingga
lensa
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
Konjungtivitis
Blefaritis
Skleritis
Ulkus Kornea
Keratitis
(Radang Kornea)
Infeksi di kelopak mata, kulit daerah sekitar mata , konjungtiva dan lain-lain
dapat diobati menggunakan antibiotik (secara oral maupun parenteral)
Pengobatan dengan antibiotik biasa dilakukan secara topikal, dalam bentuk salep,
gel, atau tetes mata.
Antibacterial Agents
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
Antiviral Agents
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
Antiviral agent
untuk mengobati
viral keratitis, herpes zoster ophthalmicus., dan retinitis
Antifungal Agents
Antifungal agent dibagi 3 menurut mekanisme kerjanya:
Penghambat pembentukan membran sel
Cara kerjanya yaitu dengan menghambat pembentukan ergosterol (kelas azole).
Penghambat pembentukan dinding sel
Cara kerjanya yaitu menghambat sintesis beta glucan pada dinding sel fungi yang
akan merusak keutuhan dinding sel
Penghambat metabolisme asam nukleat intraseluler
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
https://www.scribd.com/doc/288452522/Golongan-Antifungi-Terbagi-Menjadi-Tiga-
Berdasarkan-Mekanisme-Kerjanya
Infeksi protozoa yang sering ditemukan adalah infeksi Acanthamoeba dan Toxoplasma
gondii
Antiprotozoal Agents
Acanthamoeba keratitis
Risiko terbesar infeksi ini terjadi pada pengguna lensa kontak. Faktor risiko
berupa lensa kontak yang tidak higienis, menggunakan lensa kontak saat berenang
atau di hot tub, dan trauma okular.
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
Adverse Effect
Infeksi biasanya diobat dengan antibiotik berupa obat tetes mata yang dapat
menyebabkan adverse effect sistemik. Cairan antibotik mungkin saja diserap melalui
jalur lain, misalnya konjungtiva, saluran lakrimal, GI track, aqueous humor,
kelopak, pipi, dan jaringan okular bagian dalam.
Tetapi risiko penyerapan sistemik ini jarang terjadi karena bioavailabilitas obat
okular kecil yaitu 5-10%. Selain itu, epitelium korena dan epitelium konjungtiva
berperan sebagai barrier yang membatasi penyerapan. Adverse effects dapat berupa
iritasi kulit, gatal, atau kulit merah. Adverse effect dapat dicegah dengan
menghapus cairan berlebih untuk mencegah penyerapan sistemik.
Goodman & Gilman. (2011). The Pharmaceutical Basis of Therapeutics 12th edition.
New York: McGraw Hill Medical.
10
Pengobatan Inflamasi Mata
Inflamasi
Dalam arti yang paling sederhana, inflamasi adalah suatu respon protektif yang
ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan
jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel.
Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis, zat-zat kimia, dan
pengaruh fisika. Tujuan akhir dari respon inflamasi adalah menarik protein plasma
dan fagosit ke tempat yang mengalami cedera atau terinvasi agar dapat mengisolasi,
menghancurkan, atau menginaktifkan agen yang masuk, membersihkan debris dan
mempersiapkan jaringan untuk proses penyembuhan (Corwin, 2008).
Gejala Inflamasi
Kemerahan
Disebabkan karena arteri yang mengedarkan darah ke daerah tersebut berdilatasi
sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera
Rasa sakit
disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di daerah
lain di sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit.
Sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat kita lihat dan rasakan
Disebabkan karena adanya peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi
peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa nyeri
Rasa panas (kalor)
Pembengkakan
disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler, adanya peningkatan
aliran darah dan cairan ke jaringan yang mengalami cedera sehingga protein plasma
dapat keluar dari pembuluh darah ke ruang interstitium
Endophthalmitis
Endophthalmitis merupakan suatu kondisi inflamasi pada rongga intraokular (yaitu
aqueous dan / atau humor vitreous) dan biasanya disebabkan oleh infeksi.
Penyebab umum dari endophthalmitis yaitu dari aktivitas bakteri atau jamur.
Keratitis
Proses inflamasi kornea (baik di tingkat epitel, subepitel, stroma, ataupun
endotelium) yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur
Gejala dari keratitis antara lain : mata memerah, timbul rasa sakit dan iritasi,
penglihatan memburam, kesulitan untuk membuka mata, air mata berlebih, lebih
sensitif terhadap cahaya
Keratitis adalah kondisi peradangan yang memengaruhi kornea mata Anda. Kornea
adalah bagian yang jelas yang menutupi iris dan pupil. Keratitis dapat disebabkan
oleh infeksi atau cedera pada mata.
Keratitis adalah kondisi umum. Orang yang memakai lensa kontak mungkin mengalami
keratitis lebih sering daripada orang yang tidak memakai kontak.
Conjunctivitis
Proses inflamasi di daerah konjungtiva yang disebabkan oleh virus, jamur, lensa
kontak, alergi, maupun iritan
Gejala dari konjungtivitas antara lain : mata memerah, terasa terbakar, mata terasa
gatal dan berair
Konjungtiva adalah jaringan bening tipis yang terletak di atas bagian putih mata
dan melapisi bagian dalam kelopak mata.
11
Pengobatan Macular Degeneration
Macular Degeneration
Merupakan sebuah permasalahan pada mata khususnya pada bagian retina bernama
macula.
Penyakit ini biasanya merupakan penyakit usia yang berarti biasanya semakin tua
seseorang maka gejalanya bisa makin parah. Biasanya terjadi pada seseorang dengan
umur lebih dari 60 tahun.
https://www.randeye.com/macular-degeneration/
Macular Degeneration
Macular Degeneration
Macular degeneration sulit untuk dapat diatasi namun beberapa cara dapat menghambat
atau mengurangi dampak yang diberikan.
Macular Degeneration
Pengobatan dilakukan dengan beberapa cara seperti pemberian obat,
Pemberian obat Aflibercept (Eylea), Bevacizumab (Avastin), Ranibizumab (Lucentis)
Dengan terapi laser
Aflibercept
Aflibercept adalah reseptor umpan yang larut yang mengikat faktor pertumbuhan
endotel vaskular-A (VEGF-A), VEGF-B dan faktor pertumbuhan plasenta (PIGF) dengan
afinitas yang lebih besar daripada reseptor asli tubuh. Ini disebut reseptor umpan
karena VEGF tidak mengikat reseptor aslinya dan secara keliru berikatan dengan
aflibercept, sehingga mengurangi aktivitas VEGF.
https://eyewiki.aao.org/Aflibercept
https://reference.medscape.com/drug/eylea-aflibercept-intravitreal-999705
Bevacizumab
Bevacizumab berikatan dengan VEGF yang larut dan menghambat pengikatan molekul VEGF
dengan reseptornya pada permukaan sel endotel. Bevacizumab adalah inhibitor VEGF
nonspesifik dengan dua situs pengikatan per molekul.Bevacizumab mencegah semua
isoform VEGF-A dari pengikatan ke reseptor sel endotel. Pengurangan dalam aktivitas
VEGF menghambat angiogenesis dan permeabilitas pembuluh darah
https://reference.medscape.com/drug/avastin-mvasi-bevacizumab-342257
https://eyewiki.org/Bevacizumab
https://www.avastin.com/hcp/mcrc/proposed-moa.html
Ranibizumab
Ranibizumab (Lucentis) adalah fragmen antibodi monoklonal IgG1 manusiawi rekombinan
yang mengikat dan menghambat faktor pertumbuhan endotel vaskular A (VEGF-A). VEGF
adalah protein sinyal biokimia yang mempromosikan angiogenesis ke seluruh tubuh dan
di mata. Melalui pengikatan dengan VEGF-A, ranibizumab mengganggu interaksi VEGF
dengan reseptornya, dan dengan demikian mencegah pertumbuhan pembuluh darah baru
berikutnya.
http://pionas.pom.go.id/monografi/ranibizumab
https://eyewiki.org/Ranibizumab
12
ROTD Terapi Obat Sistemik
Faktor Penyebab
Kasus pada geriatri 2x daripada popoulasi yang muda
Salah peresepan oleh praktisi
Karena praktisi menghiraukan pentingnya perubahan farmakokinetik yang disebabkan
usia dan penyakit terkait usia
Karena praktisi tidak menyadari incompatible drugs ‘resep obat yang tidak sesuai’
dengan praktisi lain yang mengurus pasien yang sama
Salah penggunaan oleh pasien
Konsumsi obat tanpa pengetahuan dokter
Obat herbal mengandung Gingko + Aspirin dosis rendah memperparah pendarahan
Katzung, B. G. (2017). Basic and Clinical Pharmacology 14 Edition. McGraw-Hill
Education.
Faktor Penyebab
Karena konsumsi beragam obat (Polifarmasi)
Geriatri rata-ratanya mengonsumsi 6-8 jenis obat
Analisis “brown bag”: minta pasien bawa resep, obat-obat, suplemen, vitamin dan
lain-lain yang dikonsumsinya
Mengurangi 30-50%
Karena ada yang sama/duplikasi
Karena ada lainnya yang tidak diperlukan
Katzung, B. G. (2017). Basic and Clinical Pharmacology 14 Edition. McGraw-Hill
Education.
AMIODARONE
Untuk aritmia jantung
Keratopati, mata kering, iritasi kelopak mata, dan kista kelopak mata.
Amiodarone untuk aritmia jantung memiliki ADR berupa keratopati, mata kering,
iritasi kelopak mata, dan kista kelopak mata.
116
BISPHOSPHONATES
Untuk kelainan tulang seperti osteoporosis dan penyakit Paget (pembentukan tulang
yang abnormal)
Reaksi inflamasi seperti konjungtivitis, uveitis, skleritis, episkleritis, dan
keratitis.
Penyakit Paget = A condition of abnormal bone remodeling original osseous tissue is
reconstructed through active interplay between excessive bone resorption and
abnormal new bone formation = Suatu kondisi jaringan tulang asli yang tidak normal
membentuk kembali direkonstruksi melalui interaksi aktif antara resorpsi tulang
yang berlebihan dan pembentukan tulang baru yang abnormal.
117
OBAT
UNTUK GEJALA/SAKIT…
ROTD
Amiodarone
Aritmia Jantung
Keratopati
Mata Kering
Iritasi Kelopak Mata
Kista Kelopak Mata
Antiepileptic Agents
Topiramate
Seizures
Migraine Prophylaxis
Glaukoma Sudut-Tertutup Akut
Vigabatrin
Refractory Seizures
Progressive and Permanent Bilateral Concentric Visual-field Constriction
Visual Loss (Kehilangan penglihatan)
Antimalarial Agents
Hydroxychloroquine
Chloroquine
Malaria
SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
RA (Rheumatoid Arthritis)
Hydroxychloroquine Retinopathy/ Bilateral Bull’s-eye Maculopathy
Bisphosphonates
Alendronate
Ibandronate
Risedronate
Kelainan Tulang, seperti:
Osteoporosis
Penyakit Paget (Pembentukan Tulang yang Abnormal)
Reaksi Inflamasi, seperti:
Konjungtivitis
Uveitis
Skleritis
Episkleritis
Keratitis.
Dellabella, A. & Andres, J.. (2015). Ophthalmic toxicities of systemic drug
therapy. U.S. Pharmacist. 40. HS19-HS24.
https://www.uspharmacist.com/article/ophthalmic-toxicities-of-systemic-drug-therapy
OBAT
UNTUK GEJALA/SAKIT…
ROTD
Ethambutol
TBC (Tuberculosis)
Neuritis Optik
Perubahan Persepsi Warna
Penurunan Lapang Pandang
PDE5 (Phosphodiesterase Type 5) Inhibitors
Sildenafil
Vardenafil
Tadalafil
Disfungsi Ereksi
Perubahan Persepsi Warna
Penglihatan Kabur (Blurred Vision)
Selective Alpha1a-blockers
Tamsulosin
Silodosin
BPH (Benign Prostatic Hyperplasia/ Pembesaran Prostat)
Masalah Kemih
Hipertensi
IFIS (Intraoperative Floppy Iris Syndrome)
Iris Prolapse
Miosis Pupil
Trauma Iris
Vitreous Loss
Dellabella, A. & Andres, J.. (2015). Ophthalmic toxicities of systemic drug
therapy. U.S. Pharmacist. 40. HS19-HS24.
https://www.uspharmacist.com/article/ophthalmic-toxicities-of-systemic-drug-therapy
OBAT
UNTUK…
ROTD
Herbal Supplements
Echinacea
Peningkat Imun
Iritasi Mata
Konjungtivitis
Ginkgo Biloba
Ingatan
Hipema
Perdarahan Retina
Licorice
Antiinflamasi
Antiplatelet
Penglihatan Hilang (Vision Loss)
Migrain Okular
Niacin
Penurun Kolesterol
Edema Makula Kistoid
Penglihatan Kabur (Blurred Vision)
Chamomile (yang digunakan topikal sekitar mata)
Antiinflamasi Kulit
Konjungtivitis
Angioedema
Dellabella, A. & Andres, J.. (2015). Ophthalmic toxicities of systemic drug
therapy. U.S. Pharmacist. 40. HS19-HS24.
https://www.uspharmacist.com/article/ophthalmic-toxicities-of-systemic-drug-therapy
Srivastava, J. K., Shankar, E., & Gupta, S. (2010). Chamomile: A herbal medicine of
the past with bright future. Molecular medicine reports, 3(6), 895–901.
doi:10.3892/mmr.2010.377
THANKS
Does anyone have any questions?
Kelompok 3
Farmakologi kelas C
November 2019
Please keep this slide for attribution.