Anda di halaman 1dari 14

BOOK REPORT

PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen Pengampu : Dr. Ali Maksum M.Ag, M.Si

Disusun Oleh :
NAMA : Falyo Naufal A. A.
NIM : 195120607111024

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Identitas Buku

Judul Buku : Pendidikan Pancasila

Penulis : Drs. H. Kaelan, M.S.

Dosen Universitas Gadjah Mada

Penerbit : Paradigma, Perum. Nogotirto III Jl. Bromo C 97, Sleman, Yogyakarta

Tahun Terbit : Edisi Reformasi 2016

Tebal Halaman : 280


BAB I
PENDAHULUAN

A. Landasan Pendidikan Pancasila


Pancasila dilandasi dengan beberapa landasan yang penting, diantaranya landasan historis
yang merupakan sejarah bangsa ini dalam menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang
merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta
filsafat hidup bangsa. Dan landasan kultural yang merupakan landasan yang berasal dari
pandangan hidup dalam bermasyarakat. Kemudian landasan yuridis yang merupakan landasan
yang berdasarkan pada pendidikan kewarganegaraan. Contohnya adalah pendidikan Pancasila
yang menjadi mata kuliaah wajib di perguruan tinggi. Dan terakhir ada landasan filosofis yang
merupakan dasar-dasar filsafat negara yang tertuang di Pancasila. Seperti asas bangsa secara
filosofis yang berketuhanan dan berkemanusiaan.

B. Tujuan Pendidikan Pancasila


Dijelaskan disini bahwa tujuan Pancasila yaitu mengarahkan pada moral yang diharapkan
terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

C. Pembahasan Pancasila secara Ilmiah


Pembahasan Pancasila termasuk filsafat Pancasila, sebagai suatu kajian ilmiah, harus
memenuhi syarat-syarat ilmiah sebagaimana yang dikemukakan oleh I.R. Poedjowijatno yang
merinci syarat-syarat ilmiah yaitu berobjek, bermetode, bersistem dan bersifat universal.

D. Beberapa Pengertian Pancasila


Pengertian Pancasila secara etimologis berasal dari Sansekerta dan India, serta digabung
dengan bahasa Jawa yaitu “panca” dan “susila” yang berarti dasar yang memiliki lima unsur.
Ada juga pengertian secara historis yaitu seperti yang dirumuskan Ir. Soekarno pada sidang
BPUPKI dan yang dirumuskan dalam piagam Jakarta oleh panitia sembilan. Juga pengertian
secara terminologi dalam konstitusi RIS, UUDS dan yang beredar di kalangan masyarakat yang
masing-masing punya rumusan tersendiri.
BAB II
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA INDONESIA

A. Pengantar.
Suatu bangsa dalam mewujudkan suatu negara modern, secara objektif memiliki
karakteristik sendiri-sendiri, dan melalui proses serta perkembangan sesuai dengan latar
belakang sejarah realitas sosial, budaya, etnis, kehidupan keagamaan, dan letak geografis
negara tersebut. Dan negara Indonesia dalam perjuangannya mewujudkan negara modern
diwarnai dengan penjajahan bangsa asing selama 3,5 abad. kemudian dalam mendirikan
negara, bangsa Indonesia menggali nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu. Nilai-nilai
tersebut diolah dan disahkan menjadi dasar filsafat negara.
Nilai-nilai tersebut adalah dari bangsa indonesia sendiri, sehingga bangsa indonesia
sebagai kausa materialis Pancasila. Oleh karena itu untuk memahami Pancasila secara
lengkap dan utuh diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

B. Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia


Nilai-nilai ini terdapat pada zaman Kutai oleh Raja Mulawarman yang
memberikan yupa sebagai terima kasih raja kepada Brahmana yang menampilkan nilai-nilai
sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan. Kedua pada zaman Sriwijaya yang sudah
mengembangkan tata politik pemerintahan yang mampu ditaati oleh rakyat di wilayah
kekuasaannya. Ketiga pada zaman Majapahit telah muncul lambang burung garuda dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang saat ini menjadi semboyan bangsa kita ini.

C. Zaman Penjajahan
Pada zaman ini tampak pada kegigihan bangsa ini dalam perjuangannya menghadapi
kekuasaan penjajah dengan semangat kebangsaan mereka meskipun masih bersifat kedaerahan.

D. Kebangkitan Nasional
Inilah masa-masa perjuangan bangsa yang mulai menyeluruh dan tidak
kedaerahan dengan munculnya organisasi-organisasi pergerakan nasional, tiga serangkai dan
PNI yang dipelopori oleh Soekarno.
E. Zaman Penjajahan Jepang
Pada masa ini bangsa juga berjuang menghadapi penjajahan secara gigih dengan
banyaknya tekanan dari berbagai sisi. Pada masa ini yang menonjol adalah organisasi BPUPKI
yang sebenarnya didirikan oleh pihak Jepang sendiri.

F. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI


Yaitu masa-masa penting dalam sejarah bangsa ini dengan pengikraran kemerdekaan
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dengan dukungan PPKI dengan keempat sidangnya.

G. Setelah Proklamasi Kemerdekaan


Terdapat beberapa perubahan bentuk negara ini menjadi RIS dan akhirnya pada tahun
1950 kembali menjadi negara kesatuan dengan dekrit presiden dan terdapat juga orde lama dan
orde baru pada masa itu.

BAB III
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, kata ini bersifat majemuk yaitu dari
kata philos yang berarti sahabat dan kata sopia yang berarti pengetahuan yang bijaksana.
Maka philosopia menurut arti katanya berarti cinta pada pengetahuan yang bijaksana. Filsafat
memiliki bidang bahasan yang luas yaitu segala sesuatu baik yang bersifat konkrit maupun
abstrak.

B. Rumusan Kesatuan Pancasila Sebagai Suatu Sistem


Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat.
Pengertian sistem adalah kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerja
untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Dan
kesatuan sila-sila Pancasila terdiri dari susunan-susunan yang bersifat organis, hierarkhis
berbentuk piramidal sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi
C. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Kesatuan Pancasila pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu kesatuan yang bersifat
formal logis saja, namun juga meliputi kesatuan makna, dasar ontologis, dasar epistemologis
serta dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.

D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik
Indonesia
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia
pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis, fundamental dan
menyeluruh. Maka sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh,
hierarkhis dan sistematis.

E. Inti Isi Sila-sila Pancasila


Pancasila yang berisi lima dasar itu memiliki inti masing-masing. Sila
pertama mengandung makna bahwa kita sebagai manusia yang bertuhan. Sila kedua bermakna
menjunnjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Sila ketiga
berisi penyatuan manusia yang bersifat monodualis yang menyayukan bangsa dari berbagai
suku daerah dan etnis yang bermacam-macam. Sila keempat bermakna demokrasi yang amat
sangat diperlukan dalam menjaga keutuhan bangsa ini. Dan sila kelima berisi tentang kodrat
manusia sebagai makhluk sosial yang menerapkan nilai-nilai keadilan.

BAB IV
ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA

A. Pengantar
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga
merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, maupun norma
kenegaraan lainnya, yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma
etika, maupun dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.
Pengertian Etika
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu
ajaran norma tertentu. Etika pada intinya membicarakan masalah-masalah yang berkaitan
dengan baik dan buruk.
B. Pengertian Nilai, Norma dan Moral
 Pengertian Nilai
Nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu bentuk untuk
memuaskan manusia.
 Hikerarkhi Nilai
Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa yang ada serta
bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.

C. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis


 Nilai Dasar
Nilai memiliki sifat abstrak, namun dalam realisasinya nilai berkaitan dengan tingkah
laku yang bersifat nyata namun semikian setiap nilai memiliki nilai dasar atau makna yang
terdalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena menyangkut hakikat
kenyataan objektif segala sesuatu.
 Nilai Instrumental
Nilai instrumental inilah yang merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan dapat
diarahkan.
 Nilai Praktis
Nilai praktis pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai
instrumental dalam suatu kehidupan yang nyata. Sehingga nilai praksis ini merupakan
perwujudan dari nilai instrumental.

D. Etika Politik
Etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini
lebih meneguhka dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan
akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai
makhluk yang beradab dan berbudaya. Oleh karena itu aktualisasi etika politik harus senantiasa
mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai manusia.
 Pengertian Politik
Secara oprasional bidang politik menyagkut konsep-konsep pokok yang berkaitan
dengan negara, kekuasaan, pengambilan kepurusan, kebijaksanaan, pembagian, serta alokasi.
 Dimensi Politis Manusia
Dalam dimensi politis manusia itu dapat berupa manusia sebagai makhluk individu
sosial dan juga dalam dimensi politik ada dan melekat di kehidupan manusia.
 Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik
Dalam pelaksanana dan penyelengaraan negara, etika politik menuntut agak kekuasaan
dalam negara dijalankan sesuai dengan asas legalitas, yaitu dijalankan sesuai dengan hukun
yang berlaku, disahkan dan dijalankan secara demokratis dan dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan dengannya.

BAB V
KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI
DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA

A. Pengantar
Sebelum Pancasila dirumuskan dan disahkan sebagai dasar filsafat negara, nilai-nilainya
telah ada pada bangsa Indonesia berupa nilai-nilai adat istiadat dan kebudayaan, serta sebagai
kausa materialis Pancasila. Sebagai suatu bangsa dan negara Indonesia memiliki cita cita,
gagasan gagasan, ide-ide yang tertuang dalam Pancasila maka dalam pengertian tersebut
Pancasila berkedudukan sebagai ideologi, serta asas persatuan bangsa dan negara Indonesia.
Dengan demikian Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara.

B. Pancasila sebagai Budaya Bangsa Indonesia


Yaitu Pancasila bukanlah terbentuk secara mendadak dan bukan dari ideologi orang-
orang, tetapi berasal dari proses yang cukup panjang hasil dari kebudayaan bangsa ini secara
kongkret dan hasil dari aktivitas manusia dalam masyarakat.

C. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Yaitu Pancasila yang memiliki kedudukan luhur dan sebagai dasar Negara Republik
Indonesia dan sebagai pedoman dan kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk berprilaku luhur
dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
D. Pancasila sebagai Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia
Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara merupakan suatu hasil konsensus filsafat
karena membahas dan menyepakati suatu dasar filsafat negara, dan konsenses politik.

E. Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara


Pancasila menjadi pandangan hidup dan filsafat hidup di atas basis dengan asas politik
negara dan menjadi sumber hukum, meliputi suasana kebatinan, mewujudkan cita-cita hukum,
mengandung norma dan merupakan sumber semangat dari UUD 1945.

F. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Pancasila sebagai ideologi yang tidak kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka. Hal
ini dimaksudkan agar pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu
menyesuaikan dengan perkembangan jaman.

G. Pancasila sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia


Sebagai negara dengan berbagai kebudayaan dari suku-suku dan etnis yang bermacam-
macam, Pancasila merupakan asas pemersatu dan asas hidup bersama.

H. Pancasila sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia


Pancasila memiliki tata nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan kerohanian
bangsa yang memberi corak, watak dan ciri bangsa Indonesia yang membedakannya dengan
masyarakat atau bangsa lain.

BAB VI
REALISASI PANCASILA

A. Pengantar
Nilai-nilai Pancasila adalah merupakan nilai yang universal. Nilai-nilai tersebut
dijabarkan sehingga menjadi norma-norma moral, untuk direalisasikan, dilaksanakan, dan
diamalkan oleh setiap warga negara Indinesia. Oleh karena itu, masalah pokok dalam
aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila tersebut dijabarkan dalam bentuk
norma-norma yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah laku semua warga.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu aktualisasi pancasila
objektif yaitu realisasi pada segala aspek kenegaraan dan aktualisasi subjektif yaitu realisasi
pada individu

B. Realisasi Pancasila yang Objektif


Yaitu realisasi serta implementasi nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek
penyelenggaraan negara, terutama dalam kaitannya dengan penjabaran nilai-nilai Pancasila
salam praksis penyelenggaraan negara dan peraturan perundang-undangan di Indonesia.

C. Penjabaran Pancasila yang Objektif


Adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan negara
baik dalam bidang legislatif, eksekutif ataupun yudikatif yang bentuk realisasinya dalam
bentuk perundang-undangan negara Indonesia.

D. Realisasi Pancasila yang Subjektif


Adalah pelaksanaan pada setiap warga negara berupa pengamalan yang diperlukan
usaha dan kesadaran serta pengalaman dalam realisasinya.

E. Internalisasi Nilai-nilai Pancasila


Tentang realisasi dengan jalan pendidikan yang menghasilkan pengetahuan, kesadaran,
ketaatan, kemampuan kehendak, watak dan hati nurani serta strategi dan metode dalam
prosesnya.

F. Proses Pembentukan Kepribadian Pancasila


Proses penghayatan diawali dengan memiliki tentang pengetahuan yang lengkap
tentang kebaikan dan kebenaran Pancasila. Kemudian ditingkatkan ke dalam hati sanubari
sampai adanya suatu ketaatan, yaitu suatu kesediaan yang harus senantiasa ada untuk
merealisasikan Pancasila.
G. Sosialisasi dan Pembudayaan Pancasila
Dalam proses realisasi, sosialisasi dan pembudayaan Pancasila, pertama harus
diletakkan adalah suatu pemahaman terhadap system epistemology yang benar.
BAB VII
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
(NKRI)

NKRI merupakan negara yang terdiri berbagai macam unsur yang membentuknya,
yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama yang secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan.sintesis persatuan dan kesatuan tersebut kemudian dituangkan
dalam suatu asas kerohanian yang merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama yaitu
Pancasila. Dan dari keanekaragamannya tersebut membentuk suatu kesatuan integral sebagai
suatu bangsa yang merdeka. Dengan penerapan Pancasila NKRI telah menjadi negara
kebangsaan yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berpersatuan, berkerakyatan dan berkeadilan sosial.

BAB VIII
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM STAATSFUNDAMENTALNORM

Dalam kedudukan ini, Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara
Republik Indonesia. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan
eksistensi Pembukaan UUD 1945, yang merupakan deklarasi bangsa dan negara Indonesia
yang memuat Pancasila sebagai dasar negara, tujuan negara serta bentuk negara Republik
Indonesia. Oleh karena itu Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik
Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan
suatu staasfundamentalnorm dan berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara
Indonesia.
BAB IX
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

A. Undang-Undang Dasar
Pada prinsipnya, mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan diatur dalam
Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau
sekumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan tersebut dibagi antara Badan
Legislatif, Eksekutif dan Badaan Yudikatif.
Undang-Undang Dasar menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini
bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain. Undang-Undang Dasar merekam
hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara.

B. Konstitusi
Kata konstitusi memiliki arti lebih luas dari pada pengertian Undang-Undang Dasar,
karena pengertian Undang-Undang Dasar hanya meliputi kostitusi tertulis saja, dan selain itu
masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercangkup dalam Undang-Undang Dasar.
Tapi dalam praktek ketatanegaran negara Republik Indonesia pengertian konstitusi adalah
sama dengan Undang-Undang Dasar.

C. Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945


Demokrasi yang dipilih negara Republik Indonesia ini merupakan pemerintahan yang dari
rakyat. Demokrasi yang tertuang dalam UUD 1945 selain mengakui adanya kebebasan dan
persamaan hak juga sekaligus mengakui perbedaan serta keberanekaragaman mengingat
Indonesia adalah “Bhinneka Tunggal Ika”, berdasar pada moral Persatuan, Ketuhanan dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
BAB X
BHINNEKA TUNGGAL IKA

A. Pengantar
Kelahiran suatu bangsa memiliki karakteristik, sifat, ciri khas serta keunikan sendiri-
sendiri yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukungnya. Adapun faktor-faktor
tersebut meliputi, (1) faktor objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis,
(2) faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan.
Bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama, dan wilayah
serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda dengan kekhasan
masing-masing. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan keberanekaragaman, dan hal inilah
yang dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika.

B. Dasar Hukum Lambang Negara Bhinneka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika sebagaimana terkandung dalam lambang negara Garuda Pancasila,
bersama-sama dengan bendera negara merah-putih, bahasa negara dan lagu kebangsaan
Indonesia merupakan jati diri dan identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam hubungan dengan lambang negara Garuda Pancasila yang didalamnya terdapat
seloka Bhinneka Tunggal Ika telah diatur dalam UUD 1945. Dalam pasal 36A disebutkan
bahwa lambang negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Pasal tersbut merupakan dasar yuridis konstitusional tentang penggunaan simbol-simbol
tersebut sebagai jati diri bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. Bhinneka Tunggal Ika sebagai Local Wisdom Bangsa Indonesia


Burung garuda merupakan kekayaan satwa nusantara, sebagai seekor satwa burung
garuda mampu terbang tinngi, dan hal ini melukiskan cita-cita bangsa Indonesia. Sedangkan
seloka Bhinneka Tunggal Ika yang melambangkan realitas bangsa dan negara Indonesia yang
tersusun dari berbagai unsur rakyat yang terdiri atas berbagai macam suku, adat-istiadat,
golongan, kebudayaan, dan agama, wilayah yang menyatu menjadi bangsa dan negara
Indonesia
Bhinneka tunggal ika secara linguistik berarti “beda itu, satu itu”. Secara morfologis
Bhinneka berasal dari kata polimorfemis yaitu Bhinna & Ika. Kata Bhinna berarti beda dan ika
berarti itu. Oleh karena itu jikalau diterjemahkan, makna “Bhinneka tunggal ika”, Tan ada
dharma mangrwa, adalah: meskipun berbeda-beda akan tetapi satu jua. Tidak ada hukum yang
mendua (dualisme).

D. Makna Filosofis Bhineka Tunggal Ika


Makna filosofis Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan sintesis persatuan dan kesatuan
tersebut kemudian dituangkan dalam suatu asas kerohanian yang merupakan suatu
kepribadian serta jiwa bersama yaitu Pancasila. Hal ini mengandung nilai-nilai etis bahwa
setiap manusia apapun ras, etnis, golongan, agama adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa (sila I), pada hakikatnya sama berdasarkan harkat dan martabat manusia yang beradab
(sila II). Oleh karena itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini harus mendasarkan
pada kesadaran teah memiliki kesamaan pandangan untuk mempersatukan diri sebagai suatu
bangsa yaitu bangsa Indonesia (sila III), memiliki kebebasan disertai tanggung jawab dalam
hidup bersama (sila IV), untuk mewujudkan suatu cita-cita bersama yaitu kesejahteraan
seluruh rakyat warga bangsa Indonesia (sila V).

Anda mungkin juga menyukai