Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi menurut Joint National Commite on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Preassure (JIVIC)
dimana tekanan darah melebihi 140/90 mmHg. Sejalan dengan
bertambahnya usia hampir setiap orang mengalami kenaikan
tekanan darah. Tekanan sistolik biasanya terus meningkat sampai
usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia
55-60 tahun, kemudian secara perlahan akan berkurang dan
mungkin dapat menurun drastis. Bayi dan anak biasanya memiliki
tekanan darah jauh lebih rendah dari orang dewasa. Tekanan
darah dalam satu hari juga dapat berbeda, pada pagi hari tekanan
darah akan lebih tinggi daripada tekanan darah pada saat tidur.
Pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Saat jantung
berkontraksi (sistolik) akan diperoleh angka yang tinggi,
sedangkan saat jantung berelaksasi (diastolik) akan diperoleh
angka yang lebih rendah. Hipertensi tidak dapat ditegakkan
berdasarkan satu kali pengukuran. Jika pengukuran pertama
menghasilkan hasil yang tinggi maka tekanan darah dapat diukur
kembali dan kemudian diukur dua kali pada dua hari berikutnya
untuk meyakinkan apakah itu hipertensi. Hasil pengukuran bukan
hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi tetapi juga
digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi di malam
hari (Purwanto, 2012).
Hipertensi sering disebut sebagai ”silent killer” (pembunuh
siluman), karena penderita hipertensi bertahun-tahun tanpa
merasakan sesuatu gangguan atau gejala. Tanpa disadari penderita

7
8

mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung,


otak ataupun ginjal. Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti
pusing, gangguan penglihatan, dan sakit kepala, sering kali terjadi
pada saat hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah
mencapai angka tertentu yang bermakna. Hipertensi merupakan
salah satu penyakit degeneratif. Umumnya tekanan darah
bertambah secara perlahan dengan bertambambahnya umur.
Resiko untuk menderita hipertensi pada populasi kurang dari 55
tahun yang tadinya tekanan darahnya normal adalah 90%.
Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah prehipertensi
sebelum mereka didiagnosis dengan hipertensi, dan kebanyakan
didiagnosis hipertensi terjadi pada umur diantara dekade ketiga
dan dekade kelima (Triyanto, 2014).
b. Klasifikasi
Menurut Faqih (2007) klasifikasi hipertensi dibagi menjadi :
1) Kategori normal, jika tekanan darah sistolik dibawah 130
mmHg dan tekanan darah diastolik dibawah 85 mmHg.
2) Kategori normal tinggi, jika tekanan darah sistolik 130-139
mmHg dan tekanan darah diastolik 85-89 mmHg.
3) Kategori stadium 1 (Hipertensi ringan), jika tekanan darah
sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastoliknya 90-99
mmHg.
4) Kategori stadium 2 (Hipertensi ringan), jika tekanan darah
sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah diastoliknya 100-
109 mmHg. Kategori stadium 3 (Hipertensi berat), jika
tekanan darah sistolik 180 209 mmHg dan tekanan
diastoliknya 110-119 mmHg.
5) Kategori stadium 4 (Hipertensi maligna), jika tekanan darah
sistolik 210 mmHg atau lebih dan tekanan didiastoliknya 120
mmHg atau lebih.
9

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi


melalui beberapa cara :
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalir lebih banyak
cairan pada setiap detiknya. Arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada saat denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan
fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya jika aktifitas
memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran,
banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan
menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan system
saraf otonom bagian dari system saraf yang mengatur berbagai
fungsi tubuh secara otomatis.
c. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Barre cit Faqih (2009) penyebab hipertensi
dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Hipertensi Esensial atau Primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat
ini masih belum dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita
hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya
tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer adalah
suatu kondisi hipertensi dimana penyebab sekunder dari
hipertensi tidak ditemukan penyakit renovaskuler,
aldosteronism, pheochro-mocytoms, gagal ginjal, dan
10

penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian yang


menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk
faktor lain yang diantaranya adalah faktor stres, intake
alkohol moderat, merokok, lingkungan, demografi dan gaya
hidup. Diagnosis hipertensi dibuat setelah minimal 2 kali
pengukuran tekanan darah tetap menunjukkan peningkatan.
Monitoring tekanan darah selama aktifitas atau pergerakan
juga dapat membantu menegakkan diagnonis.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh
darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit
kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan terbesar
dari hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditunjukkan ke
penderita hipertensi esensial.
d. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
arteri besar kehilangan kelenturan dan menjadi kaku sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa
darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit dari pada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan dan terjadi resiko
penurunan curha jantung, inilah yang terjadi pada usia lanjut,
dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil
(arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena
perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
11

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang,


arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi,
maka tekanan darah akan menurun. Perubahan fungsi ginjal
megendalikan tekanan darah melalui beberapa cara. Jika tekanan
darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan
air yang akan menyebabkan berkurangnya volume sehingga
terjadi gangguan perfusi jaringan serebral yang menyebabkan
respon gi tract meningkat dan terjadi anoreksia gangguan
pemenuhan nutrisi dan intoleransi aktivitas. Ginjal juga bisa
meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi,
yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron
(Triyanto, 2014).
e. Tanda gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak
menimbulkan gejala meskipun secara tidak sengaja gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang bisa terjadi
baik penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan
darah normal.
Jika hipertensinya berat atau menahan dan tidak diobati
bisa timbul gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,
sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi
karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
f. Komplikasi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di
otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak
yang terpajang tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang memperdarai otak mengalami
hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah
12

yang diperdarainya berkurang. Gejala terkena stroke adalah sakit


kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, atau bertingkah
laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah
atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa
kaku, tidak dapat bicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri
secara mendadak.
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik
dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium
mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel
dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung,
dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan pregresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan
rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai
pada hipertensi kronik.
Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan
terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema.
Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak nafas, timbunan
cairan di tungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering disebut
edema. Ensofalopati dapat terjadi pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
13

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan


kedalam ruangan intertisium di seluruh susunan saraf pusat.
Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma (Corwin,
2000 cit Triyanto, 2014).
g. Penatalaksanaan
Menurut Triyanto (2014) Upaya pencegahan primer yang bisa
dilakukan terhadap penyakit hipertensi adalah :
1) Pola makan yang baik
Langkah yang dapat dilakukan adalah mengurangi asupan
garam dan lemak yang tinggi. Disamping itu, perlunya
meningkatkan makan buah dan sayur.
2) Perubahan gaya hidup meliputi, olahraga teratur,
menghentikan rokok, membatasi konsumsi alkohol
3) Mengurangi kelebihan berat badan
Menurut Faqih (2009) Penatalaksanaan hipertensi sekunder
tergantung kepada penyebabnya. Mengatasi penyakit ginjal
kadang dapat dapat mengembalikan tekanan darah ke normal
atau paling tidak menurunkan tekanan darah. Penyempitan
arteri bisa diatasi dengan memasukkan selang yang pada
ujungnya terpasang balon dan mengembangkan balon
tersebut. Atau bisa dilakukan pembedahan untuk membuat
jalan pintas (operasi bypass). Tumor yang menyebabkan
hipertensi biasanya diangkat melalui pembedahan.

2. Tinjauan Keperawatan
a. Fokus pengkajian menurut Udjianti (2010), meliputi:
1) Keluhan: fatigue, lemah, dan sulit bernapas. Temuan fisik
meliputi peningkatan frekuensi denyut jantung, disritmia, dan
takipnea.
2) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit katup jantung,
penyakit jantung koroner atau stroke, episode palpitasi, serta
14

berkeringat banyak. Nadi : meningkat pada arteri karotis,


jugularis, pulsasi, radiasi, perbedaan denyut nadi atau tidak
ada denyut nadi pada beberapa area seperti arteri popliteal,
posterior tibia :
a) Denyut apical bergeser dan/atau kuat angkat:
(1) Denyut jantung: takikardia, disritmia.
(2) Bunyi jantung: S2 mengeras, S3 (gejala CHF dini).
(3) Murmur: dapat terdengar jika ada stenosis atau
insufisiensi katup.
(4) Vascular bruit: terdengar di atas karotis, femoral,
atau epigastrium (arteri stenosis), distensi vena jugular
(kongesti vena).
(5) Parifer: suhu kulit dingin, warna kulit pucat,
pengisian kapiler lambat (>2 detik), sianosis,
diaphoresis, atau flushing (pheochromocytoma).
(6) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
rasa marah kronis (mungkin mengindikasikan
gangguan serebral). Temuan fisik meliputi kegelisahan,
penyempitan lapang perhatian, menangis, otot wajah
tegang terutama di sekitar mata, menarik nafas panjang,
dan pola bicara cepat.
3) Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi). Temuan
fisik produksi urine < 50 ml/jam atau oliguri.
4) Riwayat mengonsumsi makanan tinggi lemak atau kolesterol,
tinggi garam, dan tinggi kalori. Selain itu, juga melaporkan
mual, muntah, perubahan berat badan, dan riwayat
pemakaian diuretik. Temuan fisik meliputi berat badan
normal atau obesitas, edema, kongesti vena, distensi vena
jugularis, dan glikosuria (riwayat diabetes mellitus).
5) Neurosensori: melaporkan serangan pusing/pening, sakit
kepala berdenyut di suboksipital, episode matirasa, atau
15

kelumpuhan salah satu sisi badan. Gangguan visual (diplopia-


pandangan ganda dan pandangan kabur) dan episode
epistakis.
Temuan fisik: perubahan status mental meliputi kesadaran,
orientasi, isi dan pola pembicaraan, efek yang tidak tepat,
proses pikir dan memori. Respons motorik: penurunan refleks
tendon, tangan menggenggam. Fundus optik: pemeriksaan
retina dapat ditemukan penyempitan atau sklerosis arteri,
edema atau papiledema (eksudat atau hemoragi) tergantung
derajat dan lamanya hipertensi.
6) Melaporkan angina, nyeri intermiten pada paha claudication
(indikasi arteriosklerosis pada ekstremitas bawah), sakit
kepala hebat di oksipital, nyeri atau teraba massa di abdomen
(pheochromocytoma).
7) Respirasi: mengeluh sesak napas saat aktivitas, takipnea,
orthopnea, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok. Temuan fisik meliputi sianosis, penggunaan otot
bantu pernapasan, terdengar suara napas tambahan (ronkhi,
ales, wheezing).
8) Melaporkan adanya gangguan, paresthesia unilateral transient
episodik, penggunaan kontrasepsi oral.

b. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien hipertensi menurut Mubarak (2015).
1) Aktivitas atauistirahat.
2) Sirkulasi.
3) Integritas ego.
4) Eliminasi.
5) Makanan atau cairan.
6) Neurosensori.
7) Nyeri atau ketidaknyamanan.
16

8) Pernafasan.
9) Keamanan.

c. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokonstriksi pembuluh darah.
2) Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
serta ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi adekuat, keyakinan budaya, dan pola
hidup mononton.

d. Intervensi Keperawatan
1) Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokonstriksi pembuluh darah.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan jaringan.
Kriteria Hasil :
a) Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau
terkontrol.
b) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi Keperawatan :
a) Observasi tekanan darah. Rasionalisasi : perbandingan
dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan/bidang masalah vaskular.
b) Catat keberadaan, serta kualitas denyutan sentral dan
perifer. Rasionalisasi : denyutan karotis, juguralis,
radialis, dan femoralis mungkin teramati/palpasi. Denyut
pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokontriksi peningkatan(SVR), dan kongesti vena.
c) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas. Rasionalisasi
: S4 umum terdengar pasien hipertensi berat karena
17

adanya hipertropi atrium, perkembangan S3


menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi.
Adanya krakels dan mengidap mengidentifikasikan
kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal
jantung kronis.
d) Amati warna kulit, kelembapan, suhu, dan masa
pengisian kapiler. Rasionalisasi : adanya pucat, dingin,
kulit lembab, dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi/penurunan curah
jantung.
e) Catat adanya demam umum/tertentu. Rasionalisasi :
membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis,
meningkatkan relaksasi.
f) Memberikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi
aktivitas/keributan lingkungan, serta batasi jumlah
pengunjung dan lamanya tinggal. Rasionalisasi :
membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis,
meningkatkan relaksasi.
g) Anjurkan teknik relaksasi, serta panduan imajinasi dan
distraksi. Rasionalisasi : dapat menurunkan rangsangan
yang menimbulkan stres dan membuat efek tenang,
sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
h) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
antihipertensi, serta deuretik. Rasionalisasi :
menurunkan tekanan darah.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


serta ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : mampu beraktivitas tanpa keluhan yang berarti.
Kriteria hasil :
18

a) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang


dapat diukur.
b) Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi
aktivitas.
Intervensi Keperawatan :
a) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan
menggunakan parameter frekuensi nadi 20 per menit
diatas frekuensi istirahat, catat peningkatan tekanan darah,
dispnea atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan,
berkeringat, serta pusing atau pingsan. Rasionalisasi :
parameter menunjukan respons fisiologis pasien terhadap
stres, aktivitas, dan indikator derajat pengaruh kelebihan
kerja/jantung.
b) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas, misalnya
penurunan kelemahan/kelelahan, tekanan darah stabil,
frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas, dan
perawatan diri. Rasionalisasi : stabilitas fisiologis pada
istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas
individual.
c) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.
Rasionalisasi : konsumsi oksigen miokardia selama
berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen
yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
d) berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan
penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan
duduk. Rasionalisasi : teknik penghambatan energi
menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
e) Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode
aktivitas. Rasionalisasi : pembuatan jadwal aktivitas dapat
19

meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan


mencegah kelemahan.

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake nutrisi adekuat, keyakinan budaya, dan pola
hidup mononton.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi, peningkatan
nafsu makan, mukosa bibir lembab tidak terjadi penurunan berat
badan.
Kriteria Hasil :
a) Nafsu makan dapat meningkat.
b) Dapat mengabis kan diit dari rumah sakit.
c) Timbang berat badan setiap hari.
Intervensi Keperawatan :
a) Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara
hipertensi dengan kegemukan. Rasionalisasi : kegemukan
risiko tambahan pada darah tinggi karena disproposi
antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan masa tubuh.
b) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan
batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi.
Rasionalisasi : kesalahan kebiasaan makan menunjang
terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan
predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya
(misalnya, stroke, penyakit ginjal, dan gagal jantung)
kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan
intravaskular dan dapat merusak ginjal yang lebih
memperburuk hipertensi.
c) Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.
Rasionalisasi : Motivasi untuk menurunkan berat badan
adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk
20

menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama


sekali tidak berhasil.
d) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasonalisasi : mengidentifikasi kekuatan/kelemahan
dalam program diet terakhir. Membantu dalam
menentukan kebutuhan individu untuk menyesuaikan.
e) Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistis
dengan pasien. Misalnya penurunan berat badan 0,5 kg per
minggu. Rasionalisasi : penurunan masukan kalori
seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat
menurunkan berat badan 0,5 kg per minggu. Penurunan
berat badan yang lambat mengindikasikan kehilangan
lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara
mengubah kebiasaan makanan.
f) Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan
harian termasuk waktu dan tempat makan dilakukan serta
lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.
Rasionalisasi : memberikan data dasar tentang
keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat
makan dapat membantu untuk memfokuskan perhatian
pada faktor yang pasien telah/dapat mengontrol
perubahan.
g) Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat.
Hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi
(mentega, keju, telur, es krim, dan daging), dan kolesterol
(daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan).
Rasionalisasi : menghindari makanan tinggi lemak jenuh
dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan
aterogenesis.
21

h) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. Rasionalisasi :


memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.

e. Jus Tomat
1) Pengertian
Tanaman tomat adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae,
tumbuhan asli dari amerika tengah dan amerika selatan, dari
meksiko sampai peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus
hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter.
Tumbuhan ini memiliki buah berwarna hijau, kuning, dan
merah yang biasa dipakai sebagai sayur dan masakan atau
dimakan secara langsung tanpa diproses. Tomat memilki
batang dan daun yang tidak dapat dikonsumsi karena masih
sekeluarga dengan kentang dan terung yang mengandung
alkaloid.
Berdasarkan taksonomi tanaman tomat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Diviso : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Polemoniales
Family : Solanaceae
Genus : Lycopersion
Tomat merupakan tumbuhan yang ditanam sebagai
tanaman berbuah diladang, perkarangan , atau ditemukan liar
pada ketinggian 1-1600 m dpl. Tanaman ini tidak tahan dengan
hujan, terik cahaya matahari, dan menginginkan tanah yang
gembur serta subur. Terna 1 tahun ini tumbuh tegak atau
bertumpu pada tanaman lain, tinggi 0,5-2,5 m, bercabang
22

banyak, memiliki rambut, serta berbau kuat. Batang bulat,


menebal pada buku-bukunya, memiliki rambut kasar warnanya
hijau keputihan.
Daunya majemuk menyirip, letak berseling, memiliki
bentuk yang bundar telur hingga memanjang, ujung runcing,
pangkal membulat, helaian yang lebih kecil pinggirnya
bergerigi, panjang 10-40 cm, warnaya hijau muda. Bunga
majemuk, berkumpul dalam rencanaian berbentuk tandan,
bertangkai, mahkota berupa bintang, warnanya kuning.
Buahnya buah buni, berdaging, kulitnya tidak tebal licin
mengilap, bermacam didalam wujud ataupun ukurannya,
warnanya kuning atau merah. Bijinya banyak, pipih, warnanya
agak kuning kecoklatan.
2) Kandungan Kimia
Daging buah tomat mengandung air sebanyak 94,00 gr,
protein 1,00 gr, karbohidrat 4,20 gr, lemak 0,30 gr, kalsium
5,00 mg dan berbagai macam vitamin (A, B, C) selain itu juga
mengandung alkaloid solanin (0,007a5), saponin, asam folat,
asam malat, asam sitrat, gula (glukoa, fruktosa), adenin,
trigonelin, kholin, tomatin, dan histamin. Rutin dapat
memperkuat dinding pembuluh darah kapiler.
3) Manfaat Tomat
Tomat memiliki khasiat untuk menurunkan tekanan darah
karena mengandung lycopene dalam tomat. Lykopene juga
terdapat diberbagai produk olahan tomat dan variasinya,
seperti pizza, sup tomat, kecap, salad, saus spagehetti, sup
tomat. Dari berbagai produk olahan tomat ini merupakan
sumber lycopene yang bioavailability-nya lebih baik daripada
buah tomat yang masih segar.
23

Penelitian ini menunjukkan bahwa tomat dapat menurunkan


tekanan darah penderita hipertensi dengan 10-20 mmHg pada
siastolik maupun diastolik.
4) Pemberian Jus Tomat
Pemberian jus tomat dapat diberikan 50 ml, terbuat kurang
lebih 2 buah tomat, 1sdm gula pasir dan 50 ml air. Jus tomat
diberikan dua kali setiap hari berturut-turut, lalu diblender
selama 2 menit.
24

B. Kerangka Teori

Hiperlipidemia, merokok, obesitas


Gaya hidup, faktor emosional

Implus saraf simpatis

Ganglia simpatis, neuron


Perganglion melepaskan asetikolin

Merangsang serabut saraf


Ganglion ke pembuluh darah

Norepineprine dilepaskan

Vasokonstriksi pembuluh darah

Tahanan perifer meningkat Gangguan perfusi


jaringan serebral
Resiko
penurunan Peningkatan tekanan darah
Respon gi tract
curah meningkat
jantung Perubahan vaskuler retina
Nausea, vomitus
Perubahan vaskuler retina
Anoreksia

Gangguan penglihatan
Gangguan Tubuh
pemenuhan kekurangan
Resiko tinggi cidera nutrisi kalori

Kelemahan fisik

Gambar 2.1
Intoleransi aktivitas
Menurut (Triyanto, 2014)
25

C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2

Hipertensi

Vasodilatasi Pembuluh Pemberian Jus Tomat


Darah / TD Menurun

Tekanan Darah
Normal

Anda mungkin juga menyukai