Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERKEMBANGAN MOTORIK, SOSIAL, & BAHASA SESUAI DENGAN


TAHAPAN PERKEMBANGAN
Dosen Pembina : Lindha Sri, S.S.T.,MPH

1. Emilya (2018740044)
2. Endang Winarsih (2018740045 )
3. Fitria Permata Rahmayanti (2018740053)
4. Risalatul Aulia (2018740121)
5. Sefiliya Nur Diyanti (2018740129)
6. Tika Wahyu Pangestuti (2018740140)

PRODI D III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN WIRA HUSADA NUSANTARA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah melimpahkan rahmat- Nya kepada kami sehingga kami dapat menyusun
makalah kesehatan reproduksi dan keluarga berencana dengan judul
“Perkembangan Motorik, Sosial, & Bahasa Sesuai Dengan Tahapan Perkembangan
Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Askeb neonatus,
bayi,balita & prasekolah.
Dalam kesempatan ini, kami juga berterima kasih kepada ibu Lindha,
selaku dosen pembimbing, dan teman-teman satu kelompok yang sngat berperan
dalam memberikan dorongan, dukungan, bantuan, dan arahan dalam penyusunan
makalah ini.
Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan didalamnya. Karena kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah kami
selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami umumnya
dan khususnya kepada, untuk itu saran yang membangun sangat kami perlukan
untuk memperbaiki makalah ini.

Malang , September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 1
BAB II ISI ....................................................................................................... 2
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan ..................................................... 2
2.2 Tahap Perkembangan ....................................................................... 3
2.3 Teori Pertumbuhan dan Perkembangan ............................................ 4
2.4 Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ............................. 9
2.5 Pola Pertumbuhan dan Perkembangan ............................................ 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap individu dilahirkan di dunia dengan membawa hereditas tertentu
yang diperoleh melalui warisan dari pihak orang tuanyanya yang menyangkut
karakteristik fisik dan psikis atau sifat-sifat mental. Lingkungan (environment)
merupakan factor penting di samping hereditas yang menentukan
perkembangan individu yang meliputi fisik, psikis, social dan relegius. Akibat
adanya pertumbuhan otak anak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk
belajar, mengingat, dan berpikir. Sedangkan perkembangan berkaitan dengan
perubahan kualitatif dan kuantitatif yang merupakan deretan progresif dari
perubahan yang teratur dan koheren. Progresif menandai bahwa perubahannya
terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. Teratur dan koheren
menunjukkan adanya hubungan nyata antara perubahan yang sebelumnya dan
sesudahnya. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian pertumbuhan dan perkembangan?
2) Apa saja teori-teori pertumbuhan dan perkembangan anak?
3) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1) Mempelajari tumbuh kembang memberikan guide line untuk menilai rata-
rata atau perubahan fisik, intelektual, soaial dan emosional yang normal.
2) Mengetauhi pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik, intelektual,
sosial, emosional dan lain-lain

1
BAB II
ISI

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh


bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan
adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui
tumbuh, kematangan dan belajar.Pertumbuhan dan perkembangan berjalan
menurut norma-norma tertentu. Walaupun demikian seorang anak dalam
banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya mengkunsumsi
makanan, perawatan, bimbingan, perasaana aman, pencegahan penyakit dan
sebaginya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat tugas
mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan
berkembang.Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, diantaranya adalah faktor lingkungan. Bila lingkungan karena
suatu hal menjadi buruk, maka keadaan tersebut hendaknya diubah
(dimodifikasi) sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan
dengan sebaik-baiknya.

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan
berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang
membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak
menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan
usianya. Pengertian perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, meskipun
keduanya tidak berdiri sendiri. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Tidak saja anak menjadi
lebih besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur organ dalam otak
meningkat.

Akibat adanya pertumbuhan otak anak memiliki kemampuan yang lebih


besar untuk belajar, mengingat, dan berpikir. Sedangkan perkembangan
berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif yang merupakan deretan

2
progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif menandai bahwa
perubahannya terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. Teratur
dan koheren menunjukkan adanya hubungan nyata antara perubahan yang
sebelumnya dan sesudahnya. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan
perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan
hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan
bicara, emosi dan sosialisasi.
2.2 Tahap Perkembangan
Banyak kepandaian baru si Kecil yang akan membuat Ibu takjub
setelah ia memasuki usia 12 bulan. Pada periode ini, perkembangan motorik,
sosial emosional, bahasa dan intelektual si Kecil memang melesat. Tunggu
saja, tiba-tiba Ibu akan melihatnya menendang bola sendiri.Perkembangan
ketrampilan si Kecil akan semakin optimal jika didukung oleh pemberian
stimulasi yang tepat. Misalnya, Ibu bisa memberikan soft ball agar ia dapat
berlatih melempar atau menendang. Ketrampilan lain yang mungkin sudah
tak sabar ingin Ibu lihat adalah kemahiran berjalan sendiri. Memasuki usia
ini, ia akan mulai tertarik untuk menarik dan mendorong mainannya. Jangan
kaget, bila kursi atau perabot rumah yang dapat digeser akan menjadi sasaran
empuk ketrampilan baru si Kecil ini. Si Kecil juga akan memasuki tahap
perkembangan emosi, sosial, bahasa, dll. Ibu sebaiknya memperhatikan setiap
indikator penting dari perkembangannya, meskipun perkembangan setiap
anak selalu berbeda, karena setiap anak adalah individu yang unik. Kira-kira
apa saja sih perkembangan yang akan dialami si Kecil sejak usia 18 bulan
hingga 24 bulan.
2.2.1 Tangan dan Jari
1) Sudah mampu memegang sendok
2) Mulai mampu memegang cangkir
3) Mampu melempar barang
4) Memutar pergelangan tangan
2.2.2 Emosi dan Sosial
1) Mulai bermain dengan anak kecil lain

3
2) Menunjukkan rasa sayang terhadap mainan, anak kecil lain, saudara
atau binatang peliharaan
3) Mampu melempar barang
4) Memutar pergelangan tangan
2.2.3 Bahasa
1) Bisa bertutur 2 kata sekaligus
2) Merespon pertanyaan yang diberikan orang lain
3) Suka memberikan nama untuk setiap obyek yang dilihatnya
2.2.4 Intelektual
1) Dapat mengingat kegiatan yang dilakukan secara rutin
2) Mulai memahami konsep memiliki
2.3 Teori Pertumbuhan dan Perkembangan
2.3.1 Sigmeun Freud (Perkembangan Psychosexual)
1. Fase oral (0 – 1 tahun)
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam mulutnya, anak
mendapat kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah
dengan aktifitas mengisap jari dan tangannya atau benda – benda
sekitarnya.
2. Fase anal (2 – 3 tahun)
Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada
anus saat BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan
bertanggung jawab.
3. Fase Urogenital atau faliks (usia 3 – 4 tahun)
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi
tokoh sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki –
laki pada ibunya menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta
yang disebut oedipus compleks.
4. Fase latent (4 – 5 tahun sampai masa pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek
motorik dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah
karena anak – nak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta
mencari figur (role model) sesuai jenis kelaminnya dari orang
dewasa.

4
5. Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah muali matang, heteroseksual dan mulai
menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.
2.3.2 Piaget (Perkembangan Kognitif)
Meliputi kemampuan intelegensi, kemampuan berpersepsi dan
kemampuan mengakses informasi, berfikir logika, memecahkan
masalah kompleks menjadi simple dan memahami ide yang abstrak
menjadi konkrit, bagaimana menimbulkan prestasi dengan
kemampuan yang dimiliki anak.
1. Tahap sensori – motor (0 – 2 tahun)
Prilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan
mental yang bersifat simbolis (berfikir). Sekitar usia 18 – 24 bulan
anak mulai bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir.
2. Tahap pra operasional (2 – 7 tahun)
Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun) anak melihat dunia hanya
dalam hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris. Pola berfikir
ada dua yaitu : transduktif ; anak mendasarkan kesimpulannya pada
suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur jadi semua binatang
bertelur) atau karena ciri – ciri objek tertentu (truk dan mobil sama
karena punya roda empat). Pola penalaran sinkretik terjadi bila
anak mulai selalu mengubah – ubah kriteria klasifikasinya. Misal
mula – mula ia mengelompokan truk, sedan dan bus sendiri –
sendiri, tapi kemudia mengelompokan mereka berdasarkan
warnanya, lalu berdasarkan besar – kecilnya dst. Tahap intuitif ( 4
– 7 tahun) Pola fikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku,
terpusat pada bagian bagian terentu dari objek dan semata –mata
didasarkan atas penampakan objek.
3. Tahap operasional konkrit (7 – 12 tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang
diubah bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau
dikurangi maka volumenya tetap. Seriasi menunjukan anak mampu

5
mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya seperti :
tinggi, besar, kecil, warna, bentuk.
4. Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi
objek – objek yang ia fikirkan. Pola fikir menjadi lebih fleksibel
melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.
2.3.3 Erikson (Perkembangan Psikososial)
Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana
individu menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang
paling penting adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada
penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan atau tidak dengan
tugas perkembangannya.
1. Trust vs. missstrust ( 0 – 1 tahun)
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan
konflik basic trust dan mistrust, bila anak mendapatkan rasa
amannya maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri
terhadap lingkungannya, ibu sangat berperan penting.
2. Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga
terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan,
pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga
menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan
hanya akan membuat anak bertindak dan berfikir ragu – ragu.
Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan anak.
3. Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan
mandiri, anak akan mengembnagkan kemampuan berinisiatif yaitu
perasaan bebas untuk melalukan sesuatu atas kehendak sendiri.
Bila tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu,
maka ia kan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil
tindakan atas kehendak sendiri.
4. Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)

6
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah,
tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga
konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila
lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan
muncul rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah
diri.
5. Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan kelompoknya dan
dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia
mulai berfikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari
identitas dirinya serta perannya, jiak ia berhasil melewati tahap ini
maka ia tidak akan bingung menghadapi perannya.
6. Intimacy vs Isolation (dewasa awal)
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina
hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman,
sedang yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai
perasaan terkucil atau tersaing.
7. Generativy vs self absorbtion (dewasa tengah)
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya,
pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman
di masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk
kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap –
tahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka
mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.
8. Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan
akan prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan
menimbbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap
atau gagal akan timbul kekecewaan yang mendalam.

7
2.3.4 Kohlberg (Perkembangan Moral)
1. Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan
dan hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku
didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh prilaku. Dalam
tahap selanjutnya anak mulai menyesuaikan diri dengan harapan –
harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian
atau benda.
2. Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau
ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis.
3. Purna konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri.
Prinsip pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri
terhadap segala aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas
penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain.
2.3.5 Hurolck (Perkembangan Emosi)
Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa
kegairahan umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan
emosi heran, malu, gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi
sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Pengalaman
emosional sangat tergantung dari seberapa jauh individu dapat
mengerti rangsangan yang diterimanya. Otak yang matang dan
pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar terhadap
perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi dipengaruhi
oleh harapan orang tua dan lingkungan.
2.3.6 Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Beliau
mengemukakan bahwa : Di dalam jiwa individu terdapat tiga
komponen yaitu :
1) Id : nangis, minta minum,makan, dll.
2) Ego : lebih rasional, tetapi masa bodoh terhadap lingkungan.

8
3) Super Ego : lebih memikirkan lingkungan.
Perkembangan berhubungan dengan bagian-bagian fungsi tubuh dan
dipandang sebagai aktifitas yang menyenangkan. Insting seksual
memainkan peranan penting dalam perkembangan kepribadian.
Menurut Freud perkembangan manusia terjadi dalam beberapa fase
dimana setiap fasenya mempunyai waktu dan ciri-ciri tertentu dan fase
ini berjalan secara kontinyu.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan
sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor
keturunan, maupun faktor yang tidak dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor
lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan gangguan
terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu diubah
(dimodifikasi).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak tersebut adalah sebagai berikut:
2.4.1 Faktor Keturunan (herediter)
1. Seks
kecepatan pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak
wanita berbeda dengan anak laki-laki.
2. Ras
Anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan besar dibandingkan
dengan anak keturunan bangsa Asia.
2.4.2. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan eksternal
a) Kebudayaan
Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan adat
kebiasaan dan tingkah laku dalam merawat dan mendidik anak.
b) Status sosial ekonomi keluarga

9
Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pola
asuhan terhadap anak. Misalnya orang tua yang mempunyai
pendidikan cukup mudah menerima dan menerapkan ide-ide utuk
pemberian asuhan terhadap anak
c) Nutrisi
Untuk tumbuh kembang, anak memerlukan nutrisi yang adekuat
yang didapat dari makan yang bergizi. Kekurangan nutrisi dapat
diakibatkan karena pemasukan nutrisi yang kurang baik kualitas
maupun kuantitas, aktivitas fisik yang terlalu aktif, penyakit-
penyakit fisik yang menyebabkan nafsu makan berkurang,
gangguan absorpsi usus serata keadaan emosi yang menyebabkan
berkurangnya nafsu makan.
d) Penyimpangan dari keadaan normal
Disebabkan karena adanya penyakit atau kecelakaan yang dapat
menggangu proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
e) Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi, dan
menstimulasi terhadap perkembangan otot-otot.
f) Urutan anak dalam keluarganya
kelahiran anak pertama menjadi pusat perhatian keluarga,
sehingga semua kebutuhan terpenuhi baik fisik, ekonomi, maupun
sosial.
2. Lingkungan internal
a) Intelegensi
Pada umumnya anak yang mempunyai intelegensi tinggi,
perkembangannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan yang
mempunyai intelegensi kurang.
b) Hormon
Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu:
somatotropin, hormon yang mempengaruhi jumlah sel untuk
merangsang sel otak pada masa pertumbuhan, berkuragnya
hormon ini dapat menyebabkan gigantisme; hormon tiroid,

10
mempengaruhi pertumbuhan, kurangnya hormon ini apat
menyebabkan kreatinisme; hormon gonadotropin, merangsang
testosteron dan merangsang perkembangan seks laki-laki dan
memproduksi spermatozoa. Sedangkan estrogen merangsang
perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel
telur.kekurangan hormon gonadotropin ini dapat menyebabkan
terhambatnya perkembangan seks.
c) Emosi
Hubungan yang hangat dengan ornag lain seperti ayah, ibu,
saudara, teman sebaya serta guru akan memberi pengaruh pada
perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak. Pada saat
anakberinteraksi dengan keluarga maka kan mempengaruhi
interaksi anak di luar rumah. Apabila kebutuhan emosi anak tidak
dapat terpenuhi.
2.5 Pola Pertumbuhan dan Perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus.
Pola ini dapat merupakan dasar bagi semua kehidupan manusia, petunjuk
urutan dan langkah dalam perkembangan anak ini sudah ditetapkan tetapi
setiap orang mempunyai keunikan secara individu.
Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya disertai
pula dengan pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-hal
dibawah ini:
2.5.1 Directional Trends
pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara teratur,
berhubungan dengan petunjuk atau gradien atau reflek dari
perkembangan fisik dan maturasi dari fungsi neuromuscular. Prinsip-
prinsip ini meliputi:
a) Cephalocandal atau Head to tail direction (dari arah kepala ke kaki)
misalnya: mengangkat kepala, duduk kemudian mengangkat dada
dan menggerakkan ekstremitas bagian bawah.

11
b) Proximadistal atau near to far direction (menggerakkan anggota
gerak yang paling dekat dengan pusat dan pada anggota gerak yang
lebih jauh dari pusat) misalnya: bahu dulu baru jari-jari.
c) Mass to specific atau simple to complex (menggerakkan daerah
yang lebih sederhana dulu baru kemudian yang lebih komplex)
misalnya: mengangkat nahu dulu baru kemudian menggerakkan jari
– jari yang lebih sulit atau melambaikan tangan baru bisa
memainkan jari.
2.5.2 Sequential Trends
Semua dimensi tumbuh kembang dapat diketahui maka sequence dari
tumbuh kembang tersebut dapat diprediksi, dimana hal ini berjalan
secara teratur dan kontinyu. Semua anak yang normal melalui setiap
tahap ini. Setiap fase dipengaruhi oleh fase sebelumnya. Misal :
tengkurap – merangkak – berdiri – berjalan.
2.5.3.Masa Sensitif
Pada waktu-waktu yang terbatas selama proses tumbuh kembang
dimana anak berinteraksi terutama dengan lingkungan yang ada,
kejadian yang spesifik. Masa-masa tersebut adalah sebagai berikut:
a) Masa kritis yaitu masa yang apabila tidak dirangsang/berkembang
maka hal ini tidak akan dapat digantikan pada masa berikutnya.
b) Masa sensitif mengarah pada perkembangan dan mikroorganisme.
Misalnya pada saat perkembangan otak, ibunya menderita flu maka
kemungkinan anak tersebut akan hydrocepallus/encepalitis.
c) Masa optimal yaitu suatu masa diberikan rangsangan optimal maka
akan mencapai puncaknya. Misalnya: anak usia 3 tahun/saat
perkembangan otak dirangsang dengan bacaan-bacaan/gizi yang
tinggi, maka anak tersebut dapat mencapai tahap perkembangan
yang optimal. Perkembangan ini berjalan secara pasti dan tepat,
tetapi tidak sama untuk setiap anak. Misalnya:
1) ada yang lebih dulu bicar baru jalan atau sebaliknya
2) ada yang badannya lebih dulu berkembang kemudian
subsistemnya dan sebaliknya dan sebagainya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan adalah
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui
tumbuh, kematangan dan belajar. Walaupun demikian seorang anak dalam
banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya mengkunsumsi
makanan, perawatan, bimbingan, perasaana aman, pencegahan penyakit
dan sebaginya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat tugas
mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan
berkembang.
3.2 Saran
Perkembangan anak masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga. Sebagai orang tua harus mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan anaknya terutama pada usia ini karena pertumbuhan anak-
anak sangat pesat yang harus diimbangi dengan pemberian nutrisi dan gizi
yang seimbang.

13
DAFTAR PUSTAKA

H Sunarto, Ny. B. Agung Hartono, 2006, Perkembangan Peserta Didik, Penerbit :


Rineka Cipta

Lee Salk dan Rita Karmer, 1981, Cara Membimbing Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak, Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Sudarman Danim, Perkembangan Peserta Didik, Penerbit Alfabeta

14

Anda mungkin juga menyukai