Teknik Inavasive-1
Teknik Inavasive-1
Teknik Inavasive-1
“TEKNIK INASIVE”
KELOMPOK 4
1. ANIZA WULANDARI
3. SYAHRUNI SOFIYANA
4. LIDYA LIANDO
6. CHRISMAS E KAMBAYONG
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan duktus arteriosus
untuk menutup setelah kelahiran. Duktus arteriosus, pada keadaan normal,
akan menutup dua hingga tiga hari setelah bayi dilahirkan. 1 PDA
merupakan struktur pembuluh darah yang menghubungkan aorta desendens
bagian proksimal dengan arteri pulmonalis, biasanya di dekat percabangan
kiri arteri pulmonalis. Duktus arteriosus merupakan struktur normal dan
penting bagi janin, tetapi menjadi abnormal bila tetap terbuka setelah masa
neonatus.
Saat ini, kejadian PDA meliputi 6% hingga 11% dari semua kejadian
kelainan kongenital. Sebanyak 1 bayi menderita PDA dalam setiap 2.500
hingga 5.000 kelahiran hidup. 2 Di Indonesia, terdapat empat ribu bayi lahir
dengan PDA setiap tahunnya. Insidensi PDA lebih tinggi pada bayi
prematur, yaitu delapan setiap seribu kelahiran bayi kurang bulan. PDA
sedang dan besar sering menyebabkan gagal jantung dan gangguan
pertumbuhan pada anak. Beberapa komplikasi lain yang berpotensi terjadi
setelah kelahiran antara lain disfungsi ginjal, enterokolitis nekrotikan,
perdarahan intraventrikel, malnutrisi, serta menjadi faktor risiko terhadap
perkembangan penyakit paru kronis.
Penanganan terhadap PDA terus berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada awalnya,
penatalaksanaan PDA secara invasif dilakukan melalui tindakan
pembedahan. Operasi bertujuan untuk meligasi PDA. Ligasi pertama kali
dilakukan oleh dr. Robert Gross di Rumah Sakit Anak Boston pada tahun
1938. Metode transkateter awalnya dikembangkan oleh Porstman, yang
mempraktikkannya pertama kali pada tahun 1967. Perkembangan alat
penutup PDA terus berlanjut hingga dekade – dekade berikutnya, seperti
Gianturco coil yang diperkenalkan oleh Cambier dan Moore pada tahun
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 2
1992, dan Amplatzer Duct Occluder (ADO) yang menjadi alat penutup PDA
pertama yang diakui secara resmi oleh Food and Drug Administration
(FDA) di Amerika Serikat. Penutupan duktus diindikasikan pada PDA yang
menimbulkan gejala dengan pirau dari kiri ke kanan yang bermakna.
Metode transkateter telah menjadi pilihan utama dalam tata laksana PDA.
Keuntungan dari transkateterisasi adalah angka keberhasilan yang tinggi,
mengurangi lama rawat, dan angka morbiditas yang rendah dibandingkan
dengan tindakan bedah
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 3
B. Tujuan
1. Tujuan ilmiah
Merupakan informasi dalam mengembangkan cakrawala berfikir /
wawancara kognitif bagi peneliti lainnya untuk kelanjutan dan perbaikan
penelitian ini dimasa yang akan datang agar lebih mengetahui ilmu yang
membahas kelainan pada bayi terkhususnya Patent Ductus Arteriosus (PDA)
2. Tujuan Praktisi
Penulisan makalah ini diharapkan memberikan banyak informasi kepada
rekan teknik kardiovaskuler dan dosen pengajar khususnya Bu Marlina,
S.Kep.,SKM.,M.Adm.Kes. Selaku dosen matakuliah Teknik Invasive
3. Tujuan Untuk Kelompok 4
Merupakan Pengalaman yang berharga bagi kelompok kami membuat
makala dan menambah pengetahuan tentang Patent Ductus Arteriosus (PDA)
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 4
BAB II
PEMBAHASAN
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 5
B. Etiologi Patent Duktus Arteriosus (PDA)
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat
diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga
mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit
jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
b. Ibu alkoholisme.
c. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
d. Bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu)
2. Faktor Genetik :
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung
dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 6
C. Patofisiologi Patent Duktus Arteriosus (PDA)
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 7
Gambar A menunjukkan bagian jantung normal dan aliran darah
normal. Gambar B menunjukkan jantung dengan patent ductus
arteriosus. Cacat menghubungkan aorta dengan arteri paru-paru. Hal ini
memungkinkan darah yang kaya oksigen dari aorta untuk bercampur
dengan darah miskin oksigen di arteri paru-paru
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 8
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah
yang besar akan membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan
gejala berupa:
a. berat badannya tidak bertambah
b. berkeringat
c. kesulitan dalam bernafas
d. denyut jantung yang cepat
Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal
jantung kongestif, yang seringkali terjadi pada bayi prematur. Anak
dengan PDA yang kecil tidak memiliki resiko menderita gagal jantung
kongestif, tetapi tetap memiliki resiko terjadinya endokarditis.
Endokarditis adalah infeksi pada jantung, katup jantung maupun
pembuluh darah jantung. Infeksi ini bisa berakibat fatal dan dapat
menyebabkan kematian, stroke serta kelainan fungsi jantung.
Terdapat beberapa bentuk manifestasi klinis PDA yang
mempunyai beberapa perbedaan, tergantung dari klasifikasi PDA, yaitu
PDA kecil, PDA sedang atau moderat, PDA besar, dan PDA besar
dengan hipertensi pulmonal. PDA kecil dengan diameter 1,5-2,5
milimeter biasanya tidak memberi gejala. Tekanan darah dan tekanan
nadi dalam batas normal. Jantung tidak membesar. Kadang teraba
getaran bising di sela iga II kiri sternum. Pada auskultasi terdengar bising
kontinu, machinery murmur yang khas untuk PDA, di daerah
subklavikula kiri. Bila telah terjadi hipertensi pulmonal, bunyi jantung
kedua mengeras dan bising diastolik melemah atau menghilang. 21
PDA sedang / moderat dengan diameter 2,5-3,5 milimeter
biasanya timbul sampai usia dua sampai lima bulan tetapi biasanya
keluhan tidak berat. Pasien mengalami kesulitan makan, seringkali
menderita infeksi saluran nafas, namun biasanya berat badannya masih
dalam batas normal. Anak lebih mudah lelah tetapi masih dapat
mengikuti permainan. PDA besar dengan diameter >3,5-4,0 milimeter
menunjukkan gejala yang berat sejak minggu-minggu pertama
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 9
kehidupannya. Ia sulit makan dan minum, sehingga berat badannya tidak
bertambah. Pasien akan tampak sesak nafas (dispnea) atau pernafasan
cepat (takipnea) dan banyak berkeringat bila minum.
PDA besar yang tidak diobati dan berkembang menjadi hipertensi
pulmonal akibat penyakit vaskular paru, yakni suatu komplikasi yang
ditakuti. Komplikasi ini dapat terjadi pada usia kurang dari satu tahun,
namun jauh lebih sering terjadi pada tahun ke-2 dan ke-3. Komplikasi ini
berkembang secara progresif, sehingga akhirnya ireversibel, dan pada
tahap tersebut operasi koreksi tidak dapat dilakukan
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 10
Pemeriksaan kateterisasi dan angiografi jantung hanya dilakukan
bila terdapat hipertensi pulmonal, yaitu dimana secara Doppler
ekokardiografi tidak terlihat aliran diastolik. Pada kateterisasi didapat
kenaikan saturasi oksigen di arteri pulmonalis. Bila tekanan di arteri
pulmonalis meninggi perlu di ulang pengukurannya dengan menutup
PDA dengan kateter balon. Angiografi ventrikel kiri dilakukan untuk
mengevaluasi fungsinya dan juga melihat kemungkinan adanya defek
septum ventrikel atau kelainan lain yang tidak terdeteksi dengan
pemeriksaan ekokardiograf
F. Penatalaksanaan Patent Duktus Arteriosus (PDA)
Terdapat beberapa jenis terapi untuk menangani kasus – kasus PDA,
yaitu terapi medikamentosa, terapi bedah, dan penutupan secara
transkateter. Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus
ukuran kecil, dengan tujuan terjadinya kontriksi otot duktus sehingga
duktus menutup. Salah satu jenis obat yang sering diberikan adalah
indometasin, yang merupakan inhibitor sintesis prostaglandin yang
terbukti efektif mempercepat penutupan duktus arteriosus. Tingkat
efektifitasnya terbatas pada bayi kurang bulan dan menurun seiiring
menigkatnya usia paska kelahiran. Efeknya terbatas pada 3–4 minggu
kehidupan. Obat yang kedua adalah ibuprofen, yaitu inhibitor non
selektif dari COX yang berefek pada penutupan duktus arteriosus. Studi
klinik membuktikan bahwa ibuprofen memiliki efek yang sama dengan
indometasin pada pengobatan duktus arteriosus pada bayi kurang bulan
Terdapat beberapa jenis terapi untuk menangani kasus – kasus PDA,
yaitu terapi medikamentosa, terapi bedah, dan penutupan secara
transkateter. Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus
ukuran kecil, dengan tujuan terjadinya kontriksi otot duktus sehingga
duktus menutup. Salah satu jenis obat yang sering diberikan adalah
indometasin, yang merupakan inhibitor sintesis prostaglandin yang
terbukti efektif mempercepat penutupan duktus arteriosus. Tingkat
efektifitasnya terbatas pada bayi kurang bulan dan menurun seiiring
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 11
menigkatnya usia paska kelahiran. Efeknya terbatas pada 3–4 minggu
kehidupan. Obat yang kedua adalah ibuprofen, yaitu inhibitor non
selektif dari COX yang berefek pada penutupan duktus arteriosus. Studi
klinik membuktikan bahwa ibuprofen memiliki efek yang sama dengan
indometasin pada pengobatan duktus arteriosus pada bayi kurang bulan
Terdapat beberapa jenis terapi untuk menangani kasus – kasus PDA,
yaitu terapi medikamentosa, terapi bedah, dan penutupan secara
transkateter. Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus
ukuran kecil, dengan tujuan terjadinya kontriksi otot duktus sehingga
duktus menutup. Salah satu jenis obat yang sering diberikan adalah
indometasin, yang merupakan inhibitor sintesis prostaglandin yang
terbukti efektif mempercepat penutupan duktus arteriosus. Tingkat
efektifitasnya terbatas pada bayi kurang bulan dan menurun seiiring
menigkatnya usia paska kelahiran. Efeknya terbatas pada 3–4 minggu
kehidupan. Obat yang kedua adalah ibuprofen, yaitu inhibitor non
selektif dari COX yang berefek pada penutupan duktus arteriosus. Studi
klinik membuktikan bahwa ibuprofen memiliki efek yang sama dengan
indometasin pada pengobatan duktus arteriosus pada bayi kurang bulan
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 12
Insiden nekrosis enterikolitis menurun secara signifikan pada bayi yang
duktus arteriosusnya telah menutup. Bayi dengan PDA yang besar
meningkatkan tekanan arteri pulmonal, dan jika terdapat perpindahan
aliran darah dari kiri ke kanan dalam jumlah yang besar, tekanan atrium
kiri dan vena pulmonal akan meningkat, maka akan meningkatkan
transudasi cairan ke jaringan paru dan alveolus. Pada bayi kurang bulan,
kapiler pulmonal lebih permeable dari bayi yang cukup bulan. Protein
plasma dapat masuk ke dalam alveolus dan mengganggu fungsi
surfaktan. Telah diusulkan bahwa faktor-faktor ini berkontribusi pada
kerusakan paru yang kemudian dapat menjadi penyakit paru kronis atau
dysplasia bronkopulmonar. Penutupan yang cepat pada PDA secara
signifikan menurunkan risiko displasia bronkopulmoner
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 13
BAB III
KESIMPULAN
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan duktus arteriosus
untuk menutup setelah kelahiran. Duktus arteriosus, pada keadaan normal,
akan menutup dua hingga tiga hari setelah bayi dilahirkan.Terdapat
beberapa bentuk manifestasi klinis PDA yang mempunyai beberapa
perbedaan, tergantung dari klasifikasi PDA, yaitu PDA kecil, PDA sedang
atau moderat, PDA besar, dan PDA besar dengan hipertensi
pulmonal.Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis PDA, antara lain pemeriksaan radiologi, elektrokardiografi,
ekokardiografi, serta kateterisasi dan angiokardiografi. Terdapat beberapa
jenis terapi untuk menangani kasus – kasus PDA, yaitu terapi
medikamentosa, terapi bedah, dan penutupan secara transkateter
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 14
Daftar Pustaka
1. Khalid OM, Busse J. Patent Ductus Areteriosus. In: Abdulla R, editor.
Heart Diseases in Children. New York: Springer; 2011.p:113.
2. Schneider D, Moore J. Patent Ductus Arteriosus. Circulation. 2006 Oct
24;114(17):1873-82
3. Djer MM. Current Management of Congenital Heart Disease: Where We
Are? In: Lestari ED, Hidayah D, Riza M, editors. Proceedings of The 6th
Child Health Annual Scientific Meeting of Indonesian Pediatric Society,
Solo October 5–9, 2013. Solo: UNS Press; 2013. p. 272–64.
4. Rudolph A. Congenital Diseases of The Heart: Clinical Physiological
Consideration. Chichester: Wiley-Blackwell; 2009.p:12
5. Sastroasmoro S, Madiyono B. Penyakit Jantung Bawaan. In: Sastroasmoro
S, Madiyono B editors. Kardiologi anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 1994.p:165-233
CARDIOVASCULAR TECHNIQIE 15