APLIKASI KOMPUTER
(Aplikasi
Perangkat Lunak (Software) Komputer
Untuk Penelitian Arkeologi Bawah Air)
DISUSUN OLEH :
Abstraksi
The development of computer applications has grown so rapidly that affect human life
from many sides. Computers have played an important role in making decisions within the
various disciplines, including archeology. This paper will specifically discuss about
computer applications for underwater archeological research and development until now.
This paper will explain how the computer plays ranging from the process of survey,
excavation until the process of analysis in archaeological research underwater.
Pendahuluan
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari masa lalu manusia melalui tinggalan
materinya, namun luasnya subjek yang dipelajari membutuhkan spesialisasi dari arkeolog
berdasarkan periodesasi waktu, namun ada beberapa arkeolog yang menggolongkan
berdasarkan subjek penelitian arkeologi seperti ahli keramik dan ahli kapal. Salah satu
bidang yang memerlukan keahlian khusus adalah bidang arkeologi bawah air, yaitu bidang
arkeologi yang mempelajari tinggalan materi yang berada dibawah air. (Bowens. 2009, 6).
Arkeologi bawah air merupakan bagian dari arkeologi maritim, yaitu ilmu yang
mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan laut. Untuk mencapai tujuan
penelitian yang dikehendaki, maka arkeologi tidak akan terlepas dan membutuhkan
disiplin lain sebagai usaha dalam menjawab permasalahan yang ada karena batas asli ilmu
arkeologi adalah kajian terhadap benda-benda yang digunakan atau diberi makna oleh
manusia masa lalu (Sukendar dkk. 1999, 13).
Kaidah penelitian arkeologi secara umum dilakukan dengan tiga metode dasar,
yaitu penjajagan, survei (termasuk wawancara) dan ekskavasi. Masing-masing metode
menunjuk cara kerja yang berbeda tergantung pada sifat keletakan data, misalnya data
1 Artikel telah diterbitkan di Jurnal Arkeologi Siddhayatra Volume 15 No 1 Mei 2010, Balai
Arkeologi Palembang
2 Staf arkeologi Balai Arkeologi Palembang, Jl. Kancil Putih Lrg. Rusa Demang Lebar Daun
Palembang 30137
yang berada dipermukaan tanah, didalam tanah, dan dibawah permukaan air. Selain itu
diterapkan juga tata cara pengumpulan data secara spesifik dengan menggunakan tehnologi
tinggi dengan prosedur dan alat yang digunakan dalam penelitian harus sesuai dengan
metode penelitian yang digunakan (Sukendar dkk. 1999, 19).
Arkeologi bawah air telah mengalami perkembangan yang pesat sejak tahun 1960-
an sampai sekarang, bahkan tahun 1984 arkeolog-arkeolog Indonesia telah dikirim untuk
mengikuti Training Course in Underwater Archaeology di Thailand. Namun sayang,
arkeologi bawah air Indonesia berduka dengan hilangnya seorang arkeolog muda Drs.
Santoso Pribadi yang hilang ditelan laut Haliputan saat melaksanakan tugas di situs kapal
Galdermasen, jenazahnya tidak pernah ditemukan dan misteri “kecelakaan” itu tidak
pernah terungkap. Peristiwa ini telah meninggalkan luka yang dalam bagi dunia arkeologi
Indonesia (Supardi. 2008, 21). Kapal Galdermasen merupakan kapal dagang VOC yang
ditemukan oleh Michael Hatcher yang memperoleh 160.000 ribu keramik dan 225 batang
emas lantakan dan berhasil dilelang senilai ± 18 juta dollar AS dan tidak sepeserpun masuk
ke kas negara Indonesia (Sutiyarti. 2005, 28).
Era globalisasi dewasa ini telah banyak membawa perubahan besar diberbagai
bidang ilmu, termasuk arkeologi. Dari tahun 1960-an hingga sekarang tehnologi telah
berkembang dengan sangat pesat sejak ditemukan dan dikembangkannya IC (integrated
circuits) yang merupakan komponen utama komputer (Prahasta. 2002, 16). Komputer
merupakan salah satu penemuan terpenting manusia yang dapat memudahkan manusia
dalam menyelesaikan tugasnya. Penerapan aplikasi komputer dalam penelitian arkeologi
bawah air telah banyak dilakukan oleh arkeolog, antara lain Kapal Lusitania yang karam
oleh kapal selam Jerman pada perang dunia pertama dan ditemukan di laut dalam pesisir
Irlandia, Kapal Mary Rose yang tenggelam tahun 1545 dan telah diekskavasi dari tahun
1969 sampai dengan tahun 1982 (Ornstein. 2002, 18-19). Di Indonesia penggunaan
aplikasi komputer digunakan saat ekskavasi kapal karam abad ke-10 M di Laut Jawa Utara
Cirebon tahun 2004 untuk merekonstruksi model kapal (Utomo. 2008, 89).
· Membaca jalan dari alat GPS. Google Earth Plus menyediakan fitur langsung
untuk jalur produk GPS Magellan dan GPS Garmin.
· Resolusi gambar yang tinggi.
· Layanan pengguna melalui email.
· Koneksi kecepatan tinggi dalam mengunduh atau mendownload data.
· Merekam gambar 3D dan merekamnya sebagai file film.
· Kontur 3D dari permukaan bumi dan laut.
· Layer Ocean, sebagai database tempat penyelaman dan lokasi kapal karam
diseluruh dunia.
6.a 6.b
foto sebelum diedit dengan Photoshop foto setelah diedit dengan Photoshop
Ornstein, John Orna. 2002. Archaeology Discovering The Past. New York, Oxford
University Press
Sudirman, Ivan. 2003. Perkembangan Software Komputer. Ilmukomputer.com
Sutiyarti, Ruri. 2005. Mempertanyakan Efektivitas Kebijakan Panitia Nasional (PANNAS)
Dalam Menanggulangi Penjarahan “Harta Karun” Bawah Air Di
Indonesia. Artefak Edisi XXVII/September 2005. Yogyakarta. Himpunan
Mahasiswa Arkeologi (HIMA) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah
Mada.
Sukendar, Dr Haris, dkk. 1999. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta. Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional Departemen Pendidikan Nasional
Utomo, Bambang Budi. 2008. Kapal Karam Abad Ke-10 Di Laut Utara Jawa Cirebon.
Jakarta. PANNAS BMKT
Wahono, Romi Satria. 2003. Apa Itu Komputer. Ilmukomputer.com